Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fadilla Istiazah

Nim : 21080122120018
Kelas : C
Tugas Pengantar Ilmu dan Rekayasa Lingkungan
Essay Permasalahan Lingkungan

Indonesia Memiliki Masalah Sampah yang


Serius Terutama di Pesisir Pantai dan Laut

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik domestik
(rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat
dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan. Sampah kini menjadi salah satu polemik permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki tabungan berupa sampah dengan jumlah yang
tidak sedikit bahkan hingga jutaan ton sampah yang beredar di mana-mana, hingga saat ini
sampah di Indonesia semakin banyak dan semakin tinggi pula tingkat data yang diperoleh dari
sampah. Sampah yang kita buang tidak pernah terbuang, ia hanya berpindah tempat saja dan
menuju ke Tempat Pembuangan Akhir atau yang biasa kita sebut dengan TPA. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil sampah terbesar di dunia. Jutaan ton sampah dihasilkan
setiap harinya.
Plastic Bank Indonesia mencatat, setiap tahun ada 4,9 juta ton sampah plastik yang
tidak dikelola dengan baik dan 83 persen sampah plastik bocor ke laut dan mengancam
ekosistem laut. “Indonesia sedang darurat sampah plastik karena setiap tahunnya bisa
menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik dengan 4,9 juta ton di antaranya tidak dikelola
dengan baik sampai berada di tempat pembuangan akhir,” kata Country Manager Plastic Bank
Indonesia, Paola Cortese. Pemerintah Indonesia sendiri mempunyai target untuk menurunkan
pencemaran sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2021. Sementara dalam jangka
panjang, pemerintah menargetkan nol persen polusi plastik di Indonesia yang ditargetkan
tercapai 2040.
Sementara itu, catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
menyebut, volume sampah telah menembus angka 68,5 juta ton pada 2021. Jumlah ini
meningkat dua kali lipat dibanding data 10 tahun sebelumnya. Dari total jumlah sampah
tersebut 17 persennya merupakan sampah plastik atau sekitar 11,6 juta ton. Bahkan, ironisnya
sampah plastik ini sebagian berakhir di laut, sehingga dikhawatirkan polutan mencemari
habitat lingkungan dan berujung pada kesehatan manusia. Dari sejumlah penelitian
mikroplastik yang termakan ikan, yang kemudian ikan tersebut dikonsumsi manusia ditemukan
berada dalam darah dan paru-paru manusia.
Salah satu cara pemerintah dalam mengatasi persoalan lingkungan ini dengan
menerbitkan kebijakan Peraturan Menteri (Permen) melalui Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) Nomor 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh
Produsen. Di mana aturan tersebut untuk mendorong dunia usaha agar lebih aktif dalam
mengatasi persoalan lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik. Menurut UU Nomor 18
Tahun 2008 tentang pengolahan sampah, dijelaskan bahwa sampah merupakan permasalahan
nasional sehingga pengolahannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu
ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Menurut Amurwaraharja (2003:137),
dalam rangka menentukan alternatif teknologi pengolahan sampah ada empat aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknis. Kriteria dari aspek sosial
di antaranya penyerapan tenaga kerja, potensi konflik dengan masyarakat rendah,
menumbuhkan lapangan usaha, menumbuhkan sektor formal dan informal, penguatan peran
serta masyarakat. Aspek ekonomi dapat dijabarkan menjadi tiga kriteria yaitu investasi rendah,
biaya operasional rendah, dan menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi.
Adapun kriteria dari aspek lingkungan dapat dijabarkan menjadi kriteria-kriteria yaitu
meminimalisir pencemaran air, meminimalisir pencemaran udara dan bau, meminimalisir
pencemaran tanah, meminimalisir habitat bibit penyakit, meminimalisir penurunan
estetika/keindahan lingkungan, dan kesesuaian dengan arahan pengembangan kota. Kriteria
aspek teknis dapat dijabarkan yaitu tingkat efektifitas dalam mengurangi tumpukan sampah,
dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan. ketersediaan lokasi, ketersediaan teknologi,
kemudahan penerapan teknologi, dan pemanfaatan sumber daya.
Pemerintah menetapkan lima strategi penanganan sampah laut. Lima strategi yang
bakal diterapkan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanganan Sampah Laut tersebut
adalah gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan; pengelolaan
sampah yang bersumber dari darat; penanggulangan sampah di pesisir dan laut; mekanisme
pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan dan penegakan hukum; serta penelitian dan
pengembangan. Dalam aksi aksi yang dilakukan untuk strategi pertama adalah gerakan
nasional peduli sampah di laut melalui pendidikan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), pelajar,
mahasiswa dan pendidik. Dalam aksi ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) sudah menyelenggarakan gerakan nasional sosialisasi mengenai dampak negatif
sampah laut, terutama plastik bagi kesehatan dan ekosistem, serta sosialisasi terkait
pengelolaan sampah terpadu. Progresnya adalah pelaksanaan sosialisasi Gerakan Nasional
Pilah Sampah dari Rumah di Jakarta, Kota Bitung, Kota Mataram dan Semarang.
Kegiatan lainnya adalah menyelenggarakan pelatihan pemilahan dan pemanfaatan
sampah plastic, KLHK juga memberikan penghargaan untuk dunia usaha, media massa,
kelompok masyarakat, dan tokoh agama/masyarakat terkait inovasi dan kepeloporan dalam
pengelolaan daur ulang sampah, termasuk plastik. Penghargaan kepada produsen untuk inisiatif
dan kinerja pengurangan sampah pada tahun 2016 dan 2017 serta penghargaan kinerja
pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah Adipura. Selain itu, KLHK juga membentuk
program kolaborasi dengan dunia usaha, media massa, kelompok masyarakat, dan lembaga
adat/agama seperti dalam program pengurangan sampah plastik bersama Danone Aqua, Tetra
Pak, Unilever, Nestle Indonesia, Coca Cola Indonesia, Gojek, KFC, Mc Donalds, Group Sate
Senayan, Group Boga, Superindo, The Body Shop Indonesia, AEON (Supermarket) Indonesia,
Less Waste Event pada Asian Games 2018, Konser Java Jazz 2018, dan konser Gun n Roses.
Aksi pada strategi kedua meliputi pengendalian sampah pada Daerah Aliran Sungai (DAS),
pengendalian sampah plastik dari sektor industri hulu dan hilir. Pada aksi ini, KLHK sudah
membentuk Permen LHK tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen yang saat ini
sedang dalam tahap pengundangan.
Untuk aksi strategi ketiga meliputi pengelolaan sampah plastik yang berasal dari
aktivitas transportasi laut, kegiatan di kawasan wisata bahari, kelautan dan perikanan serta
pesisir dan pulau-pulau kecil. Beberapa aksi yang sudah dan sedang dilakukan KLHK antara
lain penyusunan draf peraturan pengelolaan sampah mulai dari Reception Facility sampai
dengan pengangkutan, support sarana dan prasarana di Labuan Bajo, Karimunjawa, dan
Larantuka. Selanjutnya, aksi untuk strategi keempat meliputi diversifikasi skema pendanaan di
luar APBN/APBD, memperkuat kelembagaan dan meningkatkan efektivitas pengawasan dan
pelaksanaan penegakan hukum. Sedangkan aksi strategi kelima adalah memacu inovasi
pengelolaan dan mengatasi pencemaran sampah di laut melalui riset dan pengembangan.
Tallei et al. (2013:737) merekomendasikan sistem pengelolaan sampah yang berbasis
inisiatif komunitas lokal yaitu peningkatan daur ulang sampah melalui Bank Sampah. Produksi
Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri
yang bertujuan untuk mencari cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya,
mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-
limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-
prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian, misalnya dengan menerapkan prinsip 4R
yang pertama yaitu Reduce (Mengurangi), sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan. Kedua yaitu Reuse (Memakai kembali), sebisa mungkin memilih
barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable
(sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi
sampah. Ketiga yaitu Recycle (Mendaur ulang), sebisa mungkin barang-barang yang sudah
tidak berguna lagi bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang,

Anda mungkin juga menyukai