Anda di halaman 1dari 2

Indonesia Darurat Sampah Plastik

Indonesia adalah negara dimana warganya seakan ketagihan menggunakan plastik untuk
segala hal, terutama plastik kresek sekali pakai. Mulai dari belanjaan, tempat makanan,
hingga untuk hal sepele yang sebenarnya tidak memerlukan penggunaan plastik. Hal ini
mengakibatkan sampah plastik menumpuk di berbagai tempat. Ditambah dengan sistem
pengelolaan sampah Indonesia yang kurang optimal, hal ini menjadikan Indonesia
menempati posisi kedua terbesar kontributor sampah plastik laut di seluruh dunia.

Sekitar 6,8 juta ton plastik diproduksi oleh Indonesia setiap tahunnya, dengan hanya
sebagian kecil yang didaur ulang. Akibatnya, 625.000-ton sampah plastik terbuang ke laut,
mencemari ekosistem laut dan mengancam kehidupan di dalamnya. Seringkali kita temukan
pantai dengan sampah yang berserakan, laut dengan plastik yang mengapung, atau bahkan
ikan dengan plastik tersangkut di dalam perutnya.

Sampah plastik juga menggunung di darat, mencemari tanah dan merusak ekosistem darat
pula. Tempat pembuangan sampah di Indonesia juga mengalami over-capacity akibat
banyaknya sampah yang diproduksi. Sering kita dengar berita akan TPS Bantargebang yang
nyaris menutup pintunya dari sampah Jakarta karena kapasitasnya yang terlalu penuh.
Tempat pembuangan sampah tersebut juga seringkali dekat dengan permukiman warga.
Akibatnya, polusi berupa bau sampah maupun air sampah tak terhindarkan. Air sampah
(lindi) yang beracun juga terserap ke dalam tanah, membuat tanah tercemar dan pertanian
sulit.

Terakhir, sampah plastik di Indonesia juga menyebabkan pencemaran sungai. Beberapa kali
sungai Indonesia meraih peringkat sungai terkotor di dunia, seperti Citarum dan Ciliwung.
Sampah plastik seringkali menggunung di pinggir aliran sungai sebagai akibat dari
proksimitasnya dengan permukiman manusia yang mencemarinya. Hal ini merusak
ekosistem sungai serta menyulitkan pemurnian air untuk menjadi air bersih yang dapat
digunakan untuk kebutuhan manusia.

Untuk mengurangi jumlah sampah plastik di Indonesia, beragam cara dapat kita lakukan.
Salah satu kontribusi yang dapat kita lakukan adalah dengan menggunakan kantong belanja,
totebag, atau eco-bag untuk berbelanja sebagai alternatif dari plastik. Kerja bakti
masyarakat dan community cleanup seperti pembersihan pantai dan lingkungan juga
membantu mengurangi pencemaran plastik di lingkungan. Dari sisi kebijakan pemerintah,
pemerintah dapat memperketat kebijakan mengenai penggunaan plastik dan limbah di
lingkungan. Salah satunya adalah kebijakan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai yang
kini sudah diterapkan di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, Bekasi, dll.

Pemerintah juga menargetkan reduksi polusi plastik laut di Indonesia sebesar 70 persen
pada tahun 2025 dan sepenuhnya pada 2040. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia
membentuk lima poin aksi yang perlu dilakukan untuk mencapai target, diantaranya
mengurangi/menggantikan penggunaan plastik sekali pakai, mendesain ulang plastik
kemasan produk agar dapat didaur ulang/multiple-use, mendobel pengumpulan limbah
plastik dari 39% ke 80%, meningkatkan kapasitas daur ulang dengan investasi terhadap
infrastruktur prosesor sampah sebanyak 975.000 ton per tahun, serta meningkatkan
infrastruktur pembuangan sampah sehingga dapat memproses 3,3 juts ton sampah plastik
per tahun.

Elemen yang penting mengenai reduksi sampah plastik adalah kesadaran masyarakat. Untuk
itu, pemahaman masyarakat mengenai dampak lingkungan plastik serta kesadaran
mengenai pencemaran plastik di Indonesia perlu ditanamkan pada masyarakat. Dengan
adanya kesadaran dan pemahaman masyarakat, diharapkan adanya perubahan pola
perilaku dan sikap masyarakat terhadap sampah plastik. Masyarakat akan lebih terdorong
untuk menjaga lingkungan Indonesia apabila memiliki pemahaman mengenai dampak
plastik terhadap lingkungan Indonesia. Oleh karena itu, kesadaran akan sampah diperlukan
untuk mewujudkan Indonesia yang bebas akan sampah plastik.

Sumber: borgenproject.org/plastic-waste-in-indonesia

Anda mungkin juga menyukai