Anda di halaman 1dari 3

Nama: Daffa Ramadhani Putra Alfiyansyah

Fakultas: Ekonomi dan Bisnis


Prodi: Manajemen
NIM: 14221037
Garuda: 11, Ksatria: 17
GORESAN TINTA MENGUBAH BANGSA:
Food Waste dan Implikasinya terhadap Pembuangan Limbah di Indonesia
Dalam roda dunia yang terus berputar ini, industri pangan akan terus aktif dan terus dibutuhkan.
Salah satu kebutuhan pokok ini akan selalu menjadi hal penting yang kita perlukan dalam
kehidupan. Banyak sekali hal positif yang bisa kita dapatkan dari makanan. Beberapa
diantaranya adalah seperti kondisi fisik yang sehat, meningkatkan kinerja otak, menjaga agar
tetap hidup, hingga menyehatkan mental. Makanan-makanan ini akan terus ada dan diproduksi
sepanjang kehidupan, Tentu memproduksi makanan mengambil proses yang tidak mudah.
Produksi makanan ini akan selalu memakan tempat, waktu, dan sumber daya. Walaupun
makanan ini diproduksi se-efisien mungkin. Pembuatan makanan tentu juga menghasilkan
limbah makanan yang tidak digunakan. Limbah ini memiliki banyak dampak buruk bagi
lingkungan, seperti pencemaran hingga kehancuran bumi. Dampak buruk bagi lingkungan juga
dihubungkan dengan isu politik internasional, seperti ekonomi dan keamanan internasional
(Jackson & Sorensen, 1999: 324). Steans & Pettiford (2009: 380). Berbagai upaya juga sudah
dilakukan dalam menanggulangi masalah ini, seperti dengan pengembangan kebijakan dan
pembuatan teknologi bersumber daya energi terbarukan. Berbagai teknologi juga terus
dikembangkan dalam menanggulangi masalah. Akan tetapi, teknologi ini juga memakan
sumber daya dan limbah industri yang juga akan merusak lingkungan.
Seperti yang sudah kita tahu, produksi pangan menghasilkan banyak sekali limbah yang
berbahaya bagi lingkungan dan Kesehatan, termasuk di dalamnya yaitu sampah plastic yang
biasa digunakan dalam makanan cepat saji maupun instan yang biasa dijual di restoran cepat
saji, supermarket, pasar, atau mall. Indonesia masuk ke posisi ke dua dalam penghasil sampah
plastik ke laut setelah Tiongkok. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) menyebutkan bahwa dari 100 toko, plastik sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah
kantong plastik atau setara dengan 187,2 juta ton plastik. Jumlah ini setara dengan 65,7 hektare
kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola. Ini akan terus bertambah jika kita
tidak segera menanggulanginya. Dampak dari sampah plastik ini pun bermacam-macam. Salah
satu yang paling banyak kasusnya ialah tercemarnya ekosistem laut. Banyaknya limbah hasil
pangan atau sampah plastik mikro sangat membahayakan ekosistem laut, seperti rusaknya
rantai makanan, rusaknya habitat binatang laut, dan tercemarnya zat-zat berbahaya ke dalam
laut.
Jika kita melihat ke waktu yang lalu, pemerintah sudah melakukan sesuatu dan membuat
kebijakan untuk menanggulangi hal ini. Salah satunya adalah dengan penerapan kebijakan
berbayar antara Indonesia dan badan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk melakukan
kampanye untuk membersihkan sampah laut di Nusa Dua, Bali. Tindakan ini dilakukan pada
bulan Februari 2017. Aksi, tindakan, dan strategi akan dibiayai oleh pemerintah hingga 1 miliar
USD per tahun. Di samping itu, pihak pemerintah juga bekerja sama dengan negara Amerika

1
dimulai dengan pertemuan menteri kelautan dengan Ambassador Amerika Serikat di US
Embassy Reception: Sustainable Waste Management and Clean Marine Environment.
Masyarakat juga perlu berpartisipasi dan bekerja sama dalam isi ini yaitu menanggulangi
limbah makanan. Juga banyak organisasi baik dalam skala regional, nasional, maupun
internasional yang mengampanyekan isu ini.
Sebagai mahasiswa, saya akan terus menjadi aktivis dalam hal ini. Hal yang bisa dilakukan
mahasiswa dalam hal ini adalah membela dan mengampanyekan hal ini. Saya bisa
memanfaatkan media sosial dalam mengampanyekan isu food waste terhadap lingkungan.
Tindakan yang bisa dilakukan dalam menanggulangi hal ini adalah dengan membuat akun atau
mendirikan organisasi yang melakukan advokasi di bidang penanggulangan limbah pangan
pada lingkungan. Aksi yang bisa dilakukan adalah membuat konten dan mempromosikan
konten yang membahas tentang isu limbah lingkungan. Selain itu, juga bisa dengan melakukan
pengabdian kepada masyarakat atau menjadi sukarelawan sekaligus mempromosikan isu
limbah pangan terhadap lingkungan ini. Isu ini juga akan dibawa ke pemerintahan, dengan
mengikut andilkan para mahasiswa dalam pengambilan kebijakan dan advokasi mengenai isu
ini.
Indonesia juga memiliki visi untuk menjadi negara yang dikenal dunia dan ikut andil dalam hal
perdamaian dunia. Dalam hal ini, Indonesia juga harus ikut andil dalam aksi nyata memperbaiki
dunia, baik itu dalam hal ekonomi, perdamaian, hingga lingkungan. Jika kita ingin ikut andil
dalam isu ini, kita harus bener-benar berpartisipasi, seperti ikut mengampanyekan hal ini, ikut
membangun program kebersihan lingkungan, membuat dan memperbaiki kebijakan,
mengurangi produk tidak ramah lingkungan, memproduksi produk ramah lingkungan, dan lain
sebagainya. Dalam peningkatan produksi pangan yang menghasilkan limbah, globalisasi juga
selalu mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksinya. Akan tetapi, banyak
perusahaan yang juga tidak memikirkan pembuangan limbah yang berbahan kimia berbahaya
dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Padahal, racun yang terkandung oleh
limbah pangan sangat banyak dan berbahaya bagi kesehatan fisik maupun lingkungan, dan kita
juga perlu upaya ekstra dalam menyelesaikan hal ini. Ini disebabkan oleh karena
dikategorikannya Indonesia sebagai negara kedua terbesar dalam mencemarkan laut dengan
sampah plastic dan limbahnya dan hal ini tentu tidak hanya berlaku di Indonesia saja
tetapi juga turut mengganggu negara sekitarnya, terlebih lagi yang terletak dengan sumber
pembuangan limbah di Indonesia.

2
DAFTAR PUSTAKA
• Abbas, Wandi & Sutrisno. (2021). Dari Politik Lingkungan Ke Sustainability Politics:
Implikasi Globalisasi Terhadap Peningkatan Jumlah Sampah Plastik Di Lautan
Indonesia. Diakses pada 21 Agustus 2022, dari
http://ejournal.undar.ac.id/index.php/nicma/article/view/326/231.

Anda mungkin juga menyukai