Disusun Oleh:
Andyka Cahya K ( )
Adna Dante ( )
Elok ( )
Riska ( )
Fitratul ( )
POLICY BRIEF
Kebijakan Pengurangan Kantong Plastik Sekali Pakai di DKI Jakarta
Ringkasan Eksekutif
Pada saat ini Negara Indonesia memiliki masalah yang cukup serius yang berhubungan
dengan sampah. Banyak dari sampah kantong plastik tidak sampai ke tempat pembuangan sampah
dan hanya sedikit yang didaur ulang, sehingga banyak sampah kantong plastik tersebut yang
berakhir pada saluran air, sungai, sampai akhirnya ke laut. Kondisi saat ini menimbulkan banyak
permasalahan lingkungan yang terjadi karena kantong plastik yang memerlukan waktu yang sangat
lama untuk terurai di alam. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan
beberapa Surat Edaran dan merancang Peraturan Menteri terkait kebijakan penggunaan kantong
plastik di pasar modern. Kebijakan tersebut menjawab pertanyaan yang salah, tidak tepat sasaran,
karena hanya ditujukan untuk ritel dan pasar modern. Beberapa opsi kebijakan yang ditawarkan
antara lain:
Opsi I : Pemberlakuan kebijakan cukai pada produk kantong plastik
Opsi II : Pengurangan penggunaan kantong plastik dengan penggunaan tas belanja sendiri atau tas
belanja ramah lingkungan hingga pengenaan biaya untuk kantong plastik dalam rangka menekan
perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi kantong plastik sekali pakai
Opsi III : Pemberian sanksi administratif bagi pengelola mall, toko swalayan dan pasar rakyat yang
menyediakan kantong plastik
Rekomendasi Kebijakan
1. Menetapkan harga tinggi pada penggunaan kantong plastik di toko ritel modern, hotel,
restoran, pusat perbelanjaan, dan pedagang pasar serta dapat menyediakan opsi kemasan
lain kepada konsumen berupa kemasan dengan bahan karton, kardus, kain, atau bio-
plastik.
2. Membuat surat edaran yang berisi batasan produksi kantong plastik sekali pakai dan
kemasan sachet oleh industri di DKI Jakarta dan menghimbau untuk membuat kantong
plastik dan kemasan yang lebih ramah lingkungan.
3. Meningkatkan produksi tas belanja daur ulang oleh UMKM sebagai bentuk pemanfaatan
limbah plastik yang juga dapat meningkatkan perekonomian warga.
4. Membuat bank sampah dan mengoptimalisasi bank sampah yang telah ada di setiap
wilayah dengan membentuk kader lingkungan bertugas untuk mengawasi dan membuat
laporan terkait kegiatan pengurangan plastik sekali pakai dan bank sampah yang sedang
berjalan.
5. Mewajibkan adanya pemilahan sampah, baik di perkantoran, rumah tangga, rumah sakit,
sekolah, dan tempat lainnya minimal menjadi 3 kategori atau lebih, yakni kategori organik
(sisa makanan, kulit buah, tulang ikan, dedaunan, dan jenis lain yang dapat dikompos);
kategori anorganik (kaleng, botol kaca, botol plastik, kertas, dan jenis lain yang dapat
diserahkan ke bank sampah); dan kategori residu (popok, pembalut, styrofoam, plastic
sachet, dan jenis lainnya yang tidak dapat diserahkan ke bank sampah).
6. Pemerintah DKI Jakarta dapat melakukan forum atau kemitraan dengan beberapa
perusahaan pengelola sampah, komunitas, dan organisasi lingkungan dengan output berupa
solusi atau terobosan baru untuk memperjuangkan kelestarian lingkungan, utamanya
terkait plastik sekali pakai di DKI Jakarta.
Referensi