Anda di halaman 1dari 5

silakan baca ToR ini secara teliti

sumber gambar: google search.com

2022-2023
MATAKULIAH PROGRAM STUDI ARSITEKTUR – S1
ARSITEKTUR DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
NUSANTARA FPTK – UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Kode MK/SKS: AT-458/4 Judul Tugas: Dosen Pengampu dan Asisten


Semester: Genap/2-2022-2023 Dr. Ir. Nuryanto, S.Pd., M.T.
Sifat MK: Wajib/Pilihan OBSERVASI PERMUKIMAN Kode Dosen: 2643/0013057606
TRADISIONAL Bentuk Tugas: Observasi Lapangan
Angkatan/Kelas: 2020/A dan B
DI JAWA BARAT
Sifat Tugas: Kelompok Jenis: Arsitektur Tradisional

PETUNJUK UMUM TUGAS BESAR

A. DESKRIPSI

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya kearifan lokalnya, terutama arsitektur vernakular.
Sebutan Nusantara begitu populer untuk menggambarkan pusparagam kekayaan masyarakatnya, termasuk
arsitektur lokal yang eksotik. Arsitektur Nusantara wujudnya bisa berupa vernakular dan tradisional. Rapoport
(1969) menegaskan, bahwa arsitektur vernakular lebih mudah dipahami sebagai proses desain, yaitu
bagaimana bangunan dirancang dan dibangun. Proses desain vernakular adalah salah satu model dan aturan
atau variasi; model individual yang dimodifikasi, jadi bukan suatu tipe. Sedangkan arsitektur tradisional
dipandang sebagai bentukan arsitektur yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Mempelajari
bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi masyarakat yang lebih dari sekedar tradisi membangun secara
fisik. Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam hidup bersama. Dengan
demikian, inti perbedaan vernakular dengan tradisional terletak pada ‘pakem’ (aturan); vernakular sangat
longgar atau cenderung tidak terikat oleh aturan tradisi yang kuat (leluhur), sedangkan tradisional sangat kuat
dan patuh terhadap aturan, sehingga bila dilanggar akan menimbulkan malapetaka (Nuryanto, 2019).

Jawa Barat, memiliki kekayaan budaya lokal (local genius) yang sangat unik dan beragam, salah satunya
adalah arsitektur tradisional, yaitu: kampung dan imah panggung. Arsitektur kampung dan rumah tinggal
Masyarakat Jawa Barat (baca: Sunda) secara tidak langsung merupakan perwujudan kebudayaan para leluhur
yang tidak ternilai harganya. Latar belakang sejarah, adat istiadat, serta pandangan kosmologi masyarakatnya
menjadi ikatan yang sangat kuat dalam mempertahankan eksistensi hidup dan kehidupan dengan tetap
berpegangan teguh pada adat tatali paranti karuhun Urang Sunda. Keanekaragaman arsitektur tradisional
Masyarakat Sunda perlu ditelusuri dan diteliti lebih lanjut untuk mengungkap kekayaan local genius, sehingga
akan terus diketahui dan dilestarikan oleh keturunannya. Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik
Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia, khususnya Program Studi Arsitektur memiliki kewajiban untuk
mengkaji lebih dalam tentang arsitektur tradisional komunitas etnik Sunda melalui bentuk kegiatan observasi
ke beberapa kampung adat di Jawa Barat.

Tugas ini secara khusus memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk belajar secara langsung kearifan
lokal masyarakat khususnya di Jawa Barat. Mahasiswa juga boleh mengambil objek observasi di luar wilayah
Jawa Barat, seperti Jawa, Bali, Toraja, Batak, dan lain sebagainya. Hal ini sangat menarik untuk dikaji dari
sudut pandang tradisi, sosial, dan budaya, bagaimana masyarakat mampu hidup bersama, saling membantu,
bergotong-royong, melakukan prosesi mendirikan bangunan, pelaksanaan berbagai ritual, dan lain-lain. Dari
sudut pandang arsitektur, bagaimana masyarakat mampu menata ruang-tempat tinggalnya (kampung, rumah),
sistem struktur, konstruksi, pemakaian material, dan lain-lain. Itulah sebabnya, arsitektur tidak bisa lepas dari
budaya, dan begitu sebaliknya, karena keduanya saling mengisi. Dalam hal ini, mahasiswa diminta untuk
melakukan observasi lapangan secara mendalam untuk mengungkap nilai-nilai kultural dan arsitektural yang
ada pada masyarakat tradisional khsusunya di Jawa Barat.
B. TUJUAN UMUM

Secara umum, tugas besar ini bertujuan untuk lebih mendekatkan mahasiswa arsitektur dengan
objek nyata karya arsitektur yang merupakan kekayaan lokal dan produk budaya asli masyarakat
Tradisional di Jawa Barat atau Tatar Sunda. Dengan demikian, pengetahuan tentang arsitektur
tradisional (vernakular) akan semakin kaya serta dapat diimplementasikan dalam berbagai desain
arsitektur bergaya lokal. Tata ruang yang tercipta serta pusparagam kehidupan sosial-kultural
masyarakatnya sangat menarik, khususnya penataan ruang tempat tinggalnya sehingga lebih berdaya
dan berbudaya. Selain itu, memberikan pengalaman (pengetahuan dan pemahaman) melalui pengamatan
langsung tentang kehidupan masyarakatnya, baik secara arsitektural maupun sosio-kultural.

C. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui sistem penataan ruang pada kampung dan rumah, termasuk kehidupan sosial-
kultural masyarakatnya sehari-hari serta keunikan lainnya;
2. Menumbuhkan rasa memiliki (sense of bellonging) terhadap karya ahli bangunan lokal;
3. Mempelajari bentuk arsitektur kampung dan rumah, seperti: tapak, denah (organisasi ruang),
fasilitas (public, semi public, private, service), ragam hias (lambang/simbol/ikon), fasad
(tampilan wajah), atap, kosmologi/orientasi (arah hadap), warna, estetika, dan lain sebagainya;
4. Menelusuri jejak sejarah berdirinya kampung atau desa yang diobservasi, latar belakang
pemberian nama, tradisi pindah tempat, luas, dan lain sebagainya;
5. Mengungkap makna-makna simbolik yang terkandung dalam bangunan, seperti: unsur lokalitas,
penentuan waktu pembangunan, ritual tertentu, sakral-profan, mitos, dan lain sebagainya;
6. Mengetahui sistem religi/kepercayaan masyarakat, kosmologi, serta aturan adat lainnya;
7. Mendata ulang eksisting tapak kampung dan rumah, termasuk fasilitas umum dan sosial;
8. Merekam eksisting bangunan melalui kamera (foto/sketsa/wawancara), baik arsitektural
(tampak, detail, dll.), struktural (rangka atap/dinding/lantai, sistem sambungan, material, dll), tata
ruang luar (vegetasi, jalan, gang, drainase, dll), termasuk aktivitas sosial-kultural masyarakatnya.

D. BENTUK KEGIATAN

1. Wawancara dengan pimpinan adat, tokoh masyarakat, serta pemuda-pemudinya;


2. Melakukan pengukuran ulang eksisting, detail-detail tertentu, dan beberapa masa bangunan
(fasilitas umum/sosial) (boleh mengambil sampel satu denah rumah);
3. Mendokumentasikan atau pengambilan foto-foto atau sketsa, terkait dengan obyek arsitektural,
struktural, dan aktivitas sosial-kultural masyarakatnya;
4. Peliputan audio-visual (video) situasi kampung/desa dan rumah sebagai pelengkap data-data;
5. Telusur kampung/desa adat secara komprehensif (jalan-jalan, foto-foto, dll);
6. Pembuatan laporan hasil observasi lapangan dan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.

E. ATURAN LAPORAN

1. Dikerjakan pada kertas HVS A4/75-80 gram;


2. Di tik dengan menggunakan computer (jenis huruf, font boleh diatur sendiri);
3. Margin atas: 3 cm; bawah: 3 cm; kiri: 4 cm; kanan: 3 cm (spasi tentukan sendiri);
4. Cover bebas (dibuat menarik);
5. dijilid hard cover; warna sampul bebas;
6. Bimbingan minimal 2 kali lengkap dengan lembar asistensi;
7. Biodata penulis/observer di bagian akhir (CV singkat);
8. Melampirkan foto/sketsa pada laporan;
9. Tugas dikumpulkan pada saat UAS berupa hard file (jilid) dan soft file (kirim di SPOT).
F. SISTEMATIKA LAPORAN

Produk akhir dari tugas ini adalah laporan hasil observasi ( k a j i a n ) ke kampung atau desa
tradisional, khususnya yang ada di Jawa Barat. Sistematika laporan sebagai berikut:
Sampul Laporan (desain yang menarik) BAB III DESKRIPSI KAMPUNG-DESA (sebut nama)
Prakata 3.1. Selayang Pandang Sejarah Kampung (sebut namanya)
Abstrak (Indonesia & Inggris) maks. 350 kata 3.2. Kehidupan Sosial-Kultural Masyarakat Kampung
Ucapan Terimakasih 3.3. Agama dan Sistem Kepercayaan Masyarakat
Daftar Gambar 3.4. Fasilitas Umum dan Sosial (uraikan singkat)
Daftar Foto 3.5. Organisasi Ruang pada Tapak dan Denah (boleh dipisah)
Daftar Sketsa 3.6. Konsep Bentuk Kampung dan Rumah (uraikan secara rinci)
Daftar Isi 3.7. Tampilan pada Tampak (fasad bangunan dan gerbang)
3.8. Struktur Pondasi, Dinding, dan Atap (jenis dan material)
BAB I PENDAHULUAN 3.9. Sistem Utilitas (drainase, kebakaran, listrik, sampah, dll)
1.1. Latar Belakang (1-2 halaman) 3.10. Proses Membangun (kampung/desa dan rumah)
1.2. Manfaat (teoritis dan praktis) 3.11. Legenda, Mitos, atau Cerita Tertentu (uraikan singkat)
1.3. Tujuan (umum dan khusus) 3.13. boleh ditambah (sesuai kebutuhan)………………..
1.4. Identifikasi Masalah (uraikan kondisi real)
1.5. Rumusan Masalah (apa yang diobservasi) BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Kampung dan Rumah (uraikan kaitannya secara arsitektural)
BAB II KAJIAN TEORI 4.2. Sosial dan Kultural (kehidupan masyarakatnya)
2.1. Arsitektur Nusantara
2.2. Arsitektur Vernakular dan Tradisional BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
2.3. Pengertian Kampung dan Rumah Tradisional 5.1. Simpulan (menjawab rumusan masalah)
2.4. Jenis Kampung dan Rumah Tradisional 5.2. Rekomendasi (saran; ditujukan untuk berbagai kalangan)
2.5. Organisasi Ruang pada Rumah Tradisional 5.3. Bila ada tambah lagi, silakan tentukan sendiri………..
2.6. Aturan Mendirikan Bangunan
2.7. Sistem Religi dan Kosmologi DAFTAR PUSTAKA (referensi pakai software Mendeley)
2.8. Sakral, Profan, Mitos, dan Simbol Biodata Penulis/Observer (wajib dicantumkan singkat saja)
2.9. boleh ditambah (yang relevan)……….. Lampiran-Lampiran (foto/sketsa)

Ketentuan-ketentuan yang tidak terdapat dalam KAK/ToR ini boleh ditentukan sendiri
dengan berpedoman pada kaidah penulisan karya ilmiah yang baku/berlaku di UPI. Untuk isi
sistematika laporan boleh disesuaikan dengan kebutuhan (tidak harus sama).

Demikian, terimakasih.

SELAMAT BERKARYA

DOSEN PENGAMPU
M.K. ARSITEKTUR NUSANTARA
@ 28 Maret 2023
LAMPIRAN:
Nama kampung/desa tradisional di Jawa Barat/Jawa Tengah/Jawa Timur/Bali yang dapat diobservasi.

Nama Kampung/ Lokasi/Keletakkan/


No. Keterangan
Desa/Rumah Adat Tempat
1. Kampung Baduy Tangtu Kabupaten Lebak, Banten Adat
2. Kampung Baduy Panamping Kabupaten Lebak, Banten Non Adat
3. Kampung Baduy Dangka Kabupaten Lebak, Banten Non Adat
4. Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Adat
5. Kasepuhan Ciptarasa Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Adat
6. Kasepuhan Sirnaresmi Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Non Adat
7. Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Adat
8. Kampung Dukuh Kabupaten Garut, Jawa Barat Adat
9. Kampung Kuta Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Adat
10. Kampung Kabuyutan Darmaraja Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Adat
11. Kampung Cigumentong Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Adat
12. Kampung Pulo Kabupaten Garut, Jawa Barat Adat
13. Rumah Adat Cikondang Kabupaten Bandung, Jawa Barat Adat
14. Kampung Adat Miduana Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Adat
15. Kampung Urug Kabupaten Bogor, Jawa Barat Adat
16. Kampung Sindangbarang Kabupaten Bogor, Jawa Barat Adat
17. Rumah Adat Mahmud Kabupaten Bandung, Jawa Barat Adat
18. Desa Lengkong Kabupaten Kuningan, Jawa Barat Non Adat
19. Kampung Sumedang Larang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Non Adat
20. Desa Panjalu Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Non Adat
21. Paseban Kasepuhan Cigugur Kabupaten Kuningan, Jawa Barat Non Adat
22. Kampung Cireundeu Kota Cimahi, Jawa Barat Non Adat
23. Desa Suku Dayak Segandu Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Non Adat
24. Kampung Adat Banceuy Kabupaten Subang, Jawa Barat Adat
25. Kampung Palasah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Non Adat
26. Desa Suku Adat Tengger Bromo Kabupaten Malang, Jawa Timur Adat
27. Desa Adat Suku Osing Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Adat
28. Desa Adat Penglipuran Kabupaten Bangli, Bali Adat
29. Desa Adat Tenganan Kabupaten Karangasem, Bali Adat
30. Desa Batik Laweyan Kota Surakarta, Jawa Tengah Non Adat
31. Desa Budaya Karangrejek Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta Non Adat
32. Desa Budaya Majapahit Bejijong Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur Non Adat
33. Desa Budaya Kaliandra Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Non Adat
34. Kampung Jalawastu Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Adat
35. Kampung Adat Keputihan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat Adat

Catatan:
Silakan pilih salah satu lokasi observasi yang ada di atas, dan setiap kelompok tidak boleh ada
yang sama, silakan didiskusikan dengan masing-masing kelompok.

Anda mungkin juga menyukai