Anda di halaman 1dari 10

PROPORSAL PENELITIAN

ANALISIS KEOPTIMALAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN


GEDUNG COE UPI TERHADAP KEAMANAN PENGHUNI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah AT360 - Metodologi


Penelitian Arsitektur

Dosen:
Prof. Dr. M. S. Barliana, M. Pd., M. T.

Penyusun:
Muh. Kamil Pasha T (2000229)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
ABSTRAK

Kebakaran merupakan bencana yang lebih banyak disebabkan oleh


kelalaian manusia (human error). Diketahui ada empat jenis kelas kebakaran di
Indonesia, yaitu A, B, C dan D. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan
penyebabnya, yaitu yang disebabkan oleh benda benda padat seperti kertas, kayu,
karet, plastic, busa dsbnya (kelas A), cairan yang mudah terbakar misalnya
bensin, solar, minyak tanah, spiritus, alcohol dan lainnya (kelas B), tegangan
listrik (kelas C) dan yang terakhir disebabkan oleh benda logam (kelas D).
Bencana kebakaran juga sering terjadi di dalam gedung terutama gedung
yang digunakan oleh umum. Banyak benda yang berisiko menimbulkan
kebakaran serta banyak orang yang menggunakan gedung bangunan tersebut
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran. Kemungkinan terjadinya
kebakaran semakin meningkat terutama di gedung yang besar seperti
gedung COE UPI dimana gedung ini digunakan sebagai gedung untuk edukasi.
Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya risiko kebakaran didalam gedung
maka perlunya penanggulangan kebakaran baik secara aktif maupun pasif.
Gedung COE dipilih sebagai studi kasus terhadap sistem pemadam kebakaran di
dalam gedung yang efektif dan efisien.

Kata kunci : Kebakaran, Sistem Keamanan, Preventif

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebakaran merupakan bencana yang lebih banyak disebabkan oleh
kelalaian manusia (human error). Diketahui ada empat jenis kelas kebakaran di
Indonesia, yaitu A, B, C dan D. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan
penyebabnya, yaitu yang disebabkan oleh benda benda padat seperti kertas, kayu,
karet, plastic, busa dsbnya (kelas A), cairan yang mudah terbakar misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spiritus, alcohol dan lainnya (kelas B), tegangan listrik (kelas
C) dan yang terakhir disebabkan oleh benda logam (kelas D).
Bencana kebakaran juga sering terjadi di dalam gedung terutama gedung
yang digunakan oleh umum. Banyak benda yang berisiko menimbulkan
kebakaran serta banyak orang yang menggunakan gedung bangunan tersebut
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran. Kemungkinan terjadinya
kebakaran semakin meningkat terutama di gedung yang besar seperti gedung COE
UPI dimana gedung ini digunakan sebagai gedung untuk edukasi. Untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya risiko kebakaran didalam gedung maka
perlunya penanggulangan kebakaran baik secara aktif maupun pasif. Gedung COE
dipilih sebagai studi kasus terhadap sistem pemadam kebakaran di dalam gedung
yang efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran di dalam
gedung COE ?
b. Seberapa efektif sistem pemadam kebakaran pada gedung COE ?
c. Apakah sistem pemadam kebakaran gedung COE UPI sudah sesuai dengan
SNI yang ada untuk digunakan ?
d. Apakah penghuni gedung COE UPI aman dari bahaya kebakaran ?

C. Tujuan
a. Mengetahui tingkat keamanan sistem pemadam kebakaran gedung COE
UPI terhadap penghuni.
b. Memahami sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada
bangunan gedung COE UPI.
c. Mengetahui keoptimalan sistem pemadam kebakaran gedung COE UPI
dalam menangani bencana kebakaran.
d. Membandingkan sistem pemadam kebakaran gedung COE UPI dengan
SNI.

D. Batasan Penelitian
Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi :
a. Sistem pemadam kebakaran seperti sistem sprinkler, sistem deteksi,
APAR, hidran, siamese pada gedung COE UPI.

3
b. Desain bangunan yang preventif terhadap kebakaran di dalam gedung
seperti tangga evakuasi, signage, luas jalan.
c. Regulasi dan aturan sistem pemadam kebakaran di dalam gedu

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Sistem Pemadam Kebakaran


Sistem pemadam kebakaran atau fire fighting system biasanya disediakan
di gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri
dari sistem sprinkler, sistem hidran dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)/Fire
Extinguisiher. Pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas, tetapi
pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan
fire extinguisher

B. Sistem Sprinkler
Sprinkler merupakan sebuah sistem penyiraman air secara otomatis
melalui kepala yang melekat pada sistem perpipaan yang mengandung air dan
terhubung ke suplai air sehingga debit air keluar dengan segera dikarenakan dari
sensor sensitif berupa air raksa yang pecah dan terkoneksi oleh suhu yang panas
yang ditimbulkan dari sesuatu yang terbakar. Untuk kategori kebakaran ringan
jarak maksimum antar sprinkler maksimum 4,6 x 4,6 m atau. Untuk jarak antara
sprinkler dengan dinding, maksimum ½. 4,6 = 2,3 m dengan mengacu pada
standar SNI. Luar area yang dilindungi adalah 21 m2 jika mengacu pada standar
SNI.

C. Smoke Detector
Fire smoke detector adalah alat pendeteksi asap atau api. Alat ini memiliki
sensor atau detektor khusus yang berfungsi untuk memindai seluruh ruangan. Jika
detektor atau sensor tersebut mendeteksi adanya asap, maka perangkat akan
segera bekerja. Sesuai standar untuk area umum jarak antara setiap titik dalam
area yang diproteksi detektor tidak melebihi 7,5 meter untuk detektor asap dan 5,3
meter untuk detektor panas.

D. APAR
Alat Pemadam Api Ringan (Fire Extinguisher) yang biasanya disingkat
dengan APAR adalah alat perlindungan kebakaran aktif yang digunakan untuk
memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil, biasanya dalam situasi
darurat. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada umumnya berbentuk tabung
yang diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi.

E. Hidran
Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar
(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan
pemadaman kebakaran.Terdapat dua macam hidran yaitu hidran dalam dan hidran
luar.

5
Mengacu pada peraturan SNI 03-1735-2000, pemasangan hydrant harus
memudahkan petugas dan mobil pemadam kebakaran bebas mengakses jalan
sepanjang 50 meter menuju ke lokasi hydrant tanpa mengalami hambatan.
Biasanya, hydrant dipasang di area terbuka yang dekat dengan pintu darurat.

F. Siamese
Siamese Connection adalah sebuah alat koneksi tambahan oleh petugas
pemadam kebakaran pada memompa air untuk melengkapi persediaan air yang
ada Memberikan 250 GPM aliran (minimum), per 2 1/2 “inch.

G. Signage
Signage, dapat diartikan sebagai suatu rancangan atau penggunaan
lambang-lambang dan simbol-simbol untuk mengkomunikasikan suatu pesan atau
informasi kepada kelompok audience tertentu. Tujuan utama dari penggunaan
signage adalah untuk mengkomunikasikan, dan menyampaikan informasi agar
selanjutnya audience dapat mengambil keputusan kognitif berdasarkan informasi
yang diberikan.

H. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi merupakan rute yang didesain khusus untuk
menghubungkan ruangan atau bangunan pada daerah aman jika terjadi bencana
alam atau insiden kebakaran. Sehubungan dengan itu, menurut Peraturan
Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung, setiap bangunan di luar
rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana wajib menyediakan jalur
evakuasi. Dalam hal ini, yang termasuk jalur evakuasi adalah peringatan bahaya,
pintu keluar darurat, serta rute keselamatan pendek guna menjamin kemudahan
pengguna untuk menyelamatkan diri secara aman.

I. Akses Jalan Damkar


Akses jalan pada sistem kebakaran diperlukan untuk mempermudah laju
pergerakan firetruck menuju tempat kebakaran dengan lebar minimum lapis
perkerasan 6 meter, panjang minimum 15 meter, bagian lain jalur masuk untuk
lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh kurang dari 4 meter, dan
lapis perkerasan harus ditempatkan sedemikian agar tepi terdekat tidak boleh
kurang dari 2 meter atau lebih dari 10 meter dari pusat posisi akses pemadam
kebakaran diukur secara horizontal.

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah dengan mengobservasi langsung di gedung
COE UPI dengan meneliti serta memerhatikan sistem utilitas bangunan terhadap
bahaya kebakaran di dalam gedung. Hal yang diperhatikan merupakan sistem
pemadam kebakaran seperti sistem sprinkler, sistem deteksi, APAR, hidran,
siamese serta desain bangunan yang preventif terhadap kebakaran di dalam
gedung seperti tangga evakuasi, signage, luas jalan, dll.

2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan memfoto beberapa instalasi sistem
pemadam kebakaran serta desain bangunan gedung COE UPI sebagai penjelas
dalam pembahasan.

3. Kajian Literatur
Dengan mencari sumber bacaan melalui jurnal, karya ilmiah, makalah,
artikel sebagai dasar landasan teori dan studi banding untuk penelitian sistem
kebakaran di dalam gedung.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada gedung COE UPI yang beralamat di Jl. Dr.
Setiabudi No.229, Isola, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154

C. Tahapan Penelitian
 Tahap pra observasi
Melakukan penelitian dengan mencari latar belakang dan mengumpulkan
teori-teori dan standar aturan sistem pemadam kebakaran serta
merumuskan masalah dan mencari tujuan.

 Tahap observasi
Penelitian dilakukan dengan mengobservasi dan menganalisis di lokasi
penelitian dengan mencatat dan mendokumentasikan target penelitian.

 Tahap pasca observasi


Mengumpulkan data-data yang telah didapatkan dan melakukan studi
banding target penelitian dengan aturan dan regulasi yang ada serta
menganalisis data yang telah didapat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Furness, Andrew dan Martin Muckett. Introduction to Fire Safety Management.


Elsevier : Belanda

Gunawan, Eric. 2012. Integrasi Sistem Deteksi Panas dan Aktivitas Alat Pemadam
Kebakaran Berbasis Kabut Air. Universitas Indonesia : Depok

Juwono, Jimmy S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan
Praktisi Bangunan. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Kepmen Kemen PU No. 10 Tahun 2000, Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap


Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Persson, Henry. Silo Fires, Fire Extinguishing and Preventive and Preparatory
Measure. Swedish Civil Contigencies Agency : Swedia

Poerbo, Hartono. 2005. Utilitas Bangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Ridho, Akbar Supangat. 2015. Modul Sistem Pemadam Kebakaran Untuk Mata
Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK Darunnajah
Banjarmangu. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta

Suroto, Tomi. (2011). Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Protection) Pada Gedung
Hotel Sahid Raya Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta

8
LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan


1

Smoke Detector

APAR

Hidran

9
4

Siamese

Signage

Jalur Evakuasi

10

Anda mungkin juga menyukai