Anda di halaman 1dari 11

PERMESTA

(PERJUANGAN RAKYAT SEMESTA)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah

Angel Yunisari
0033949199
SMA Kristen Nasional Anglo
Cikarang
2020
BAB I

1.1 Latar Belakang

Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta (Ejaan Soewandi:

Perdjuangan Rakjat Semesta) disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer

di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia

bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada

di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-

lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas

Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata

dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun

1961.

Pemberontakan

PRRI di barat dan

Permesta di timur

menumbuhkan berbagai

macam alasan. Utamanya

bahwa kelompok etnis

tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah waktu itu merasa bahwa kebijakan

pemerintahan dari Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi lokal mereka saja, di

mana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi pengembangan daerah

regional lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku Jawa, yang

merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara kesatuan

Indonesia yang baru saja terbentuk. Ketidakseimbangan terjadi karena ajang politik

Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara


lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain. Efeknya konflik ini sedikit menyoal

pikiran tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan

tentang pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih adil di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah pada latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah :

1. Bagaimana terjadinya pemberontakan Permesta?

2. Bagaimana akhir dari pemberontakan ini?

1.3 Tujuan

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas Sejarah.

1.4 Manfaat

Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :

1. Agar pembaca dan penulis mengetahui kronologi terjadinya pemberontakan Permesta


BAB II

LANDASAN TEORI

1.2 Pemberontakan

Pemberontakan, dalam pengertian umum, adalah penolakan terhadap otoritas.

Pemberontakan dapat timbul dalam berbagai bentuk, mulai dari pembangkangan

sipil (civil disobedience) hingga kekerasan terorganisir yang berupaya meruntuhkan

otoritas yang ada. Istilah ini sering pula digunakan untuk merujuk pada perlawanan

bersenjata terhadap pemerintah yang berkuasa, tapi dapat pula merujuk pada

gerakan perlawanan tanpa kekerasan. Orang-orang yang terlibat dalam suatu

pemberontakan disebut sebagai "pemberontak".

Terkadang sebuah pemberontakan bisa dibilang revolusi oleh pemimpin

pemberontakan tersebut. Tengok saja pemberontakan Amerika

Serikat kepada Inggris pada era perang kemerdekaanya. Atau gerakan milisi

di Irlandia yang sering disebut dengan IRA. Memang hal itu bisa terjadi jika syarat-

syarat Revolusi dapat tercapai.

1.3 Permesta

Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta (Ejaan Soewandi:

Perdjuangan Rakjat Semesta) disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer

di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia

bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada

di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-

lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas


Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata

dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun

1961.

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan

2. https://id.wikipedia.org/wiki/Permesta
BAB III

METEODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 18 September 2020 – 20 September 2020 di

Perum Telaga Pasiraya Blok F 14/19

3.2 Metode Penelitian

a. Metode Kualitatif

Metode kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya deskriptif,

menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada sebagai

bahan pendukung, serta menghasilkan suatu teori.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah teknik

dokumen.
BAB IV

PEMBAHASAN

1.1 Tujuan Pemberontakan

Tujuan dari pemberontakan Permesta yaitu guna mendorong pemerintah agar

memperhatikan pembangunan negeri secara menyeluruh, karena ketika itu pemerintah

hanya fokus pada pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa.

Lalu dengan usulan dari Permesta yaitu atas ketidakseimbangan pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah pusat. Walaupun alasan yang dilakukan oleh Permesta ini

benar, tetapi cara yang digunakan untuk mengoreksi pemerintah pusat itu salah.

Lalu pemerintah dituntut oleh Permesta dengan nada paksaan, maka

pemerintah menganggap bahwa tuntutannya itu bersifat memberontak. Hal itu

menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat bahwa Permesta yaitu suatu bentuk

pemberontakan.

Namun, jika Permesta itu dikatakan sebagai pemberontak, hal ini adalah anggapan

yang tidak tepat karena sebetulnya Permesta ingin membenahi dan memperbaiki

sistem pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat. Bukan untuk menjatuhkan

pemerintahan Republik Indonesia.

1.2 Awal Gerakan

Pada awal tahun 1957,

pimpinan daerah di Makassar

baik dari pemerintah dan dari

militer mengunjungi Jakarta.

Pada bulan Januari 1957, Letkol

Muhammad Saleh
Lahade dan Mayor Andi Muhammad Jusuf Amir (M. Jusuf) bertemu

dengan KASAD Jenderal Abdul Haris Nasution. Kemudian pada bulan Februari,

Gubernur Sulawesi Andi Pangerang Pettarani bertemu dengan Perdana Menteri Ali

Sastroamidjojo dan Menteri Dalam Negeri R. Sunarjo. Pangerang mendesak

pemerintah pusat untuk mengupayakan otonomi yang lebih besar untuk daerah di

Indonesia timur. Selain otonomi yang lebih besar untuk tingkat daerah, juga

pembagian pendapatan pemerintah yang lebih banyak untuk daerah guna pelaksanaan

proyek-proyek pembangunan lokal. Sedangkan perwakilan militer dari Makassar

berusaha mendesak pimpinan TNI Angkatan Darat (TNI-AD) untuk mendukung hal-

hal yang sama yaitu otonomi daerah yang lebih besar dan pembagian pendapatan yang

akan digunakan untuk pembangunan daerah setempat. Selain itu, mereka juga

meminta agar Ko-DPSST yang berada di bawah naungan langsung dari Markas Besar

TNI-AD segera digantikan dengan sebuah Komando Daerah Militer (KDM).

Pada akhir bulan Februari 1957, Andi Burhanuddin dan Henk Rondonuwu

sebagai delegasi dari pemerintah Provinsi Sulawesi berangkat ke Jakarta sebagai

upaya terakhir untuk mendesak pemerintah pusat tentang hal-hal yang dibicarakan

bulan sebelumnya. Selain mereka, Panglima TT-VII Letkol Ventje Sumual juga

mengunjungi Jakarta untuk tujuan yang sama dan untuk bertemu dengan perwira-

perwira yang simpatik terhadap usaha mereka. Pada tanggal 1 Maret 1957, Sumual

bersama Burhanuddin dan Rondonuwu kembali ke Makassar karena upaya mereka

tidak berhasil. Sebelumnya pada tanggal

25 Februari 1957, telah terjadi rapat

pimpinan pemerintah dan militer di


Makassar untuk merencanakan proklamasi Permesta bila tidak ada tanggapan konkrit

dari pemerintah pusat.

1.3 Pemberontakan Permesta

Sementara itu, setelah dibentuk

Dewan Manguni, para tokoh militer

Sulawesi memproklamasikan Piagam

Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).

Proklamasi di Sulawesi dipelopori oleh

Letnan Kolonel Ventje Sumual, Panglima

Wirabhuana. Permesata kemudian bergabung dengan PRRI.

Untuk menumpas pemberontakan ini, pemerintah melakukan operasi militer

gabungan yang bernama Operasi Merdeka dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto

Hendraningrat. Operasi menumpas Permesta ini sangat kuat karena musuh memiliki

persenjataan modern buatan Amerika Serikat terbukti dengan ditembaknya Pesawat

Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) yang dikemudikan oleh seorang warga

negara Amerika Serikat. Pesawat itu ditembak pada tanggal 18 Mei 1958 di atas kota

Ambon. Pada bulan Agustus 1958, pemberontakan Permesta baru dapat ditumpas.

Kemudian pada tahun 1961, pemerintah membuka kesempatan kepada sisa-sisa

pendukung Permesta untuk kembali ke Republik Indonesia.

1.4 Akhir Gerakan

Pemberian amnesti dan

abolisi kepada mereka yang

terlibat dengan Permesta resmi


diberikan dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 322

Tahun 1961 tentang "Pemberian Amnesti dan Abolisi Kepada Para Pengikut Gerakan

'Permesta' Di Bawah Pimpinan Kawilarang, Laurens Saerang, dan Somba yang

Memenuhi Panggilan Pemerintah Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi". Keppres ini

dikeluarkan pada tanggal 22 Juni 1961. Sumual termasuk orang yang memperoleh

amnesti.

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Permesta
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Gerakan Permesta dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia

bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada

di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-

lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas

Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata

dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun

1961.

Anda mungkin juga menyukai