GREENE
“PEMBERONTAKAN
PRRI/PERMESTA”
s
ANGGOTA KELOMPOK
Sebelum lahirnya PRRI, telah terjadi diskursus antara pusat dengan daerah.
Pada Bulan November 1956, berkumpul di Padang sekitar 600 pejuang eks-
divisi Banteng. Dari pertemuan tersebut mereka membicarakan tentang
tuntutan perbaikan dalam tentara AD dan pemimpin negara. Pertemuan
tersebut menyebabkan terbentuknya dewan-dewan di Sumatera dan Sulawesi.
Pada awalnya, dewan-dewan tersebut dibentuk dalam rangka mengatasi situasi
perpolitikan Indonesia yang semakin mengarah pada perpecahan.
Dewan-dewan tersebut menuntut adanya perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah, terutama dalam melaksanakan eksploitasi hasil bumi. Namun
dengan adanya berbagai sebab seperti yang telah di uraikan di atas, maka dalam
perkembangannya bersifat agresif dan bertindak mencari kesalahan pusat.
Diantara dewan-dewan di daerah terdapat kerjasama dan saling
berhubungan. Para pemimpin pemberontakan di Sumatra mengadakan
pertemuan di Sungai Dareh sekitar 109 kilo meter arah Timur, Padang, pada
tanggal 9-10 Januari 1958. Dalam pertemuan tersebut, telah dilakukan
pertemuan yang dihadiri Letkol Ahmad Hussein, Kolonel Simbolon, Letkol
Ventje Sumual, Letkol Barlian, Kolonel Zulkifli Lubis, Sumitro
Djojohadikusumo, Syafruddin Prawira Negara, Mohammad Natsir dan
Burhanuddin Harahap.
REAKSI PEMERINTAH PUSAT
Tuntutan Dewan Perjuangan ini dikumandangkan saat Persiden Soekarno
sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang berada di Tokyo, Jepang. Setelah
Persiden Soekarno kembali dari luar negri pada 16 Februari 1958 Persiden
Soekarno menyatakan “Kita harus menghadapi penyelewengan tanggal 5
Februari 1958 di Padang dengan segala kekuatan yang ada pada kita”.
Diputuskan akan menggunakan kekerasan senjata untuk menghadapi Dewan
Kabinet PRRI. Persiden Soekarno memerintahkan untuk menangkap tokoh-
tokoh PRRI. Hubungan darat maupun udara dengan Sumatra Tengah
dihentikan.
Serangan dilaksanakan. Pemerintah pusat menyerang Padang. Padang
dijatuhi bom-bom yang mengakibatkan kota ini hancur. Banyak rakyat
padang yang mengungsi ke daerah Solok dengan membawa barang-barang
seadanya yang dapat ibawa. Tokoh-tokoh PRRI ditangkap. PRRI mendapat
dukungan Permesta. Akhirnya PRRI dapat ditumpas. Setelah PRRI berhasil
ditumpas maka untuk mencegah munculnya pemberontakan serupa
Suprapto diangkat menjadi Deputi Republik Indonesia Staf Angkatan Darat
Untuk Wilayah Sumatra yang bermarkas di Medan.
AKHIR DARI PEMBERONTAKAN
PEMBERONTAKAN DI SUMATRA
DAPAT DENGAN MUDAH
DITUMPAS OLEH PEMERINTAH.
MEREKA TIDAK MELAKUKAN
PERLAWANAN YANG BERARTI.
PASUKAN BANYAK YANG
MELARIKAN DIRI, BERSEBUNYI
DAN MENYERAH. PARA TENTARA
KEBANYAKAN DARI PARA PELAJAR
DAN MAHASISWA YANG BELUM
BERPENGALAMAN DALAM PERANG.
TAWARAN SOEKARNO DAN
NASUTION TENTANG PEMBERIAN
AMNESTI, ABOLISI DAN
REHABILITASI DITERIMA OLEH
MEREKA.
DAMPAK PEMBERONTAKAN
Adapun dampak yang disebabkan adanya pemberontakan ini, yang pada
akhirnya pemerintah pusat membentuk sebuah pasukan agar bisa melawan
pemberontakan PRRI.
Dengan kejadian ini menimbulkan pertumpahan darah dan jatuhnya
sejumlah korban jiwa baik dari TNI ataupun PRRI.
Dan lalu disamping itu, semua pembangunan menjadi mangkrak dan
terbengakalai dan menimbulkan rasa trauma yang di alami masyarakat
Sumatera khususnya daerah Padang.
Adapun 7 dampak penting lainnya yaitu seperti berikut ini :
Banyak memakan korban jiwa.
Kendisi ekonomi menjadi terganggu.
Proses Pembangunan menjadi mangkrak dan terhenti.
Terjadinya Penurunan sumber daya manusia.
Hubungan antar Indonesia dan Amerika Serikat menjadi terganggu.
Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia menjadi terganggu.
Adanya Kesadaran berotonomi.
THANKS
THANKS