Anda di halaman 1dari 11

HIS 107 WITH PROF.

GREENE

“PEMBERONTAKAN
PRRI/PERMESTA”
s
ANGGOTA KELOMPOK

1. ZAKI ANGGORO PUTRO (B300210281)


2. YUSUF ADIANDARU (B300210278)
3. TABAH SETYO WIBOWO (B300210268)
4. ANGGIT NANDA RIFAI (B300210226)
PENGERTIAN PRRI/SEMESTA
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa
disingkat dengan PRRI) merupakan gerakan oposisi
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat yang
melahirkan pemerintah tandingan pada 15 Februari 1958.
Gerakan ini didahului oleh keluarnya ultimatum Piagam
Perjuangan untuk Menyelamatkan Negara dari Dewan
Perjuangan yang dipimpin oleh Ahmad Husein di Padang,
Sumatra Barat, Indonesia.
PRRI berawal dari tuntutan tokoh militer dan sipil
Sumatra Tengah mengenai otonomi daerah dan
desentralisasi. Ahmad Husein mendeklarasikan PRRI pada 15
Februari 1958 setelah merasa pemerintah tidak proaktif
menanggapi tuntutan tersebut. Pemerintah pusat melihat
PRRI sebagai sebuah gerakan separatisme dan menumpasnya
dengan pengerahan kekuatan militer terbesar yang pernah
tercatat dalam sejarah militer Indonesia.
.
LATAR BELAKANG
MASALAH

Pada tanggal 15 Februari 1956, meletus Pemberontakan


PRRI/PERMESTA. Achmad Huesin memproklamasikan
berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PPRI) dengan Syarifuddin Prawiranegara sebagai perdana
menteri Proklamasi PPRI segera mendapat sambutan di
Indonesia Bagian Timur. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letkol
D.J. Somba dengan Pemerintah Pusat mendukung
sepenuhnya PRRI. Gerakan di Sulawesi ini dikenal dengan
gerakan Piagam Perjuangan Semesta atau Perjuangan Semesta
atau PERMESTA.

Dengan diproklamasikannya PRRI di Sumatera dan


PERMESTA di Sulawesi. Pemerintah memutuskan untuk
tidak membiarkan masalah tersebut berlarut-larut dan segera
menyelesaikan dengan kekuatan senjata.
MUNCULNYA PRRI

Munculnya PRRI atau Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia


adalah suatu reaksi dari bangsa Indonesia atasa ketidak puasan pada
pemerintah pusat. Pergolakan pertama kali terjadi di Sumatra pada
akhirnya 1956. Pada awal 1957, muncul Dewan Banteng di Sumatra Tengah
(Sumatra Barat dan Riau) dipimpin Letkol Ahmad Husein, Dewan Gajah di
Sumatra Utara dipimpin Kolonel M Simbolon dan Dewan Garuda di
Sumatra Tengah dipimpin oleh Letkol Barlian kesemuanya tergabung
dalam PRRI.
Dewan-dewan ini lahir sebagai reaksi dari situasi bangsa dan negara
ketika itu. Awal pemberontakan PRRI di Sumatra Tengah terjadi
menjelang pembentukan Republik Indonesia Serkat (RIS) pada tahun 1949.
Penciutan Divisi Banteng pada Oktober 1949 menjadi satu brigade terdiri
atas batalyon-batalyon besar di Sumatra Tengah. Akibatnya sejumlah
prajurit terpaksa pulang kampung termasuk Ahmad Husein. Selain itu,
pembangunan di Sumatra Tengah terasa sangat lambat dan menghadapi
masalah.
JALANNYA PEMBERONTAKAN

Sebelum lahirnya PRRI, telah terjadi diskursus antara pusat dengan daerah.
Pada Bulan November 1956, berkumpul di Padang sekitar 600 pejuang eks-
divisi Banteng. Dari pertemuan tersebut mereka membicarakan tentang
tuntutan perbaikan dalam tentara AD dan pemimpin negara. Pertemuan
tersebut menyebabkan terbentuknya dewan-dewan di Sumatera dan Sulawesi.
Pada awalnya, dewan-dewan tersebut dibentuk dalam rangka mengatasi situasi
perpolitikan Indonesia yang semakin mengarah pada perpecahan.
Dewan-dewan tersebut menuntut adanya perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah, terutama dalam melaksanakan eksploitasi hasil bumi. Namun
dengan adanya berbagai sebab seperti yang telah di uraikan di atas, maka dalam
perkembangannya bersifat agresif dan bertindak mencari kesalahan pusat.
Diantara dewan-dewan di daerah terdapat kerjasama dan saling
berhubungan. Para pemimpin pemberontakan di Sumatra mengadakan
pertemuan di Sungai Dareh sekitar 109 kilo meter arah Timur, Padang, pada
tanggal 9-10 Januari 1958. Dalam pertemuan tersebut, telah dilakukan
pertemuan yang dihadiri Letkol Ahmad Hussein, Kolonel Simbolon, Letkol
Ventje Sumual, Letkol Barlian, Kolonel Zulkifli Lubis, Sumitro
Djojohadikusumo, Syafruddin Prawira Negara, Mohammad Natsir dan
Burhanuddin Harahap.
REAKSI PEMERINTAH PUSAT
Tuntutan Dewan Perjuangan ini dikumandangkan saat Persiden Soekarno
sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang berada di Tokyo, Jepang. Setelah
Persiden Soekarno kembali dari luar negri pada 16 Februari 1958 Persiden
Soekarno menyatakan “Kita harus menghadapi penyelewengan tanggal 5
Februari 1958 di Padang dengan segala kekuatan yang ada pada kita”.
Diputuskan akan menggunakan kekerasan senjata untuk menghadapi Dewan
Kabinet PRRI. Persiden Soekarno memerintahkan untuk menangkap tokoh-
tokoh PRRI. Hubungan darat maupun udara dengan Sumatra Tengah
dihentikan.
Serangan dilaksanakan. Pemerintah pusat menyerang Padang. Padang
dijatuhi bom-bom yang mengakibatkan kota ini hancur. Banyak rakyat
padang yang mengungsi ke daerah Solok dengan membawa barang-barang
seadanya yang dapat ibawa. Tokoh-tokoh PRRI ditangkap. PRRI mendapat
dukungan Permesta. Akhirnya PRRI dapat ditumpas. Setelah PRRI berhasil
ditumpas maka untuk mencegah munculnya pemberontakan serupa
Suprapto diangkat menjadi Deputi Republik Indonesia Staf Angkatan Darat
Untuk Wilayah Sumatra yang bermarkas di Medan.
AKHIR DARI PEMBERONTAKAN

PEMBERONTAKAN DI SUMATRA
DAPAT DENGAN MUDAH
DITUMPAS OLEH PEMERINTAH.
MEREKA TIDAK MELAKUKAN
PERLAWANAN YANG BERARTI.
PASUKAN BANYAK YANG
MELARIKAN DIRI, BERSEBUNYI
DAN MENYERAH. PARA TENTARA
KEBANYAKAN DARI PARA PELAJAR
DAN MAHASISWA YANG BELUM
BERPENGALAMAN DALAM PERANG.
TAWARAN SOEKARNO DAN
NASUTION TENTANG PEMBERIAN
AMNESTI, ABOLISI DAN
REHABILITASI DITERIMA OLEH
MEREKA.
DAMPAK PEMBERONTAKAN
Adapun dampak yang disebabkan adanya pemberontakan ini, yang pada
akhirnya pemerintah pusat membentuk sebuah pasukan agar bisa melawan
pemberontakan PRRI.
Dengan kejadian ini menimbulkan pertumpahan darah dan jatuhnya
sejumlah korban jiwa baik dari TNI ataupun PRRI.
Dan lalu disamping itu, semua pembangunan menjadi mangkrak dan
terbengakalai dan menimbulkan rasa trauma yang di alami masyarakat
Sumatera khususnya daerah Padang.
Adapun 7 dampak penting lainnya yaitu seperti berikut ini :
Banyak memakan korban jiwa.
Kendisi ekonomi menjadi terganggu.
Proses Pembangunan menjadi mangkrak dan terhenti.
Terjadinya Penurunan sumber daya manusia.
Hubungan antar Indonesia dan Amerika Serikat menjadi terganggu.
Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia menjadi terganggu.
Adanya Kesadaran berotonomi.

THANKS

THANKS

Anda mungkin juga menyukai