Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK SEJARAH “PRRI/PERMESTA”

* PRRI adalah singkatan dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia,


sementara Permesta adalah singkatan dari Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat
Semesta. Pemberontakan keduanya sudah muncul saat menjelang pembentukan Republik
Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949.

Akar masalahnya yaitu saat pembentukan RIS tahun 1949 bersamaan dengan
dikerucutkan Divisi Banteng hingga hanya menyisakan 1 brigade saja.
Kemudian, brigade tersebut diperkecil menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Kejadian itu
membuat para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng merasa kecewa, karena mereka merasa
telah berjuang hingga mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Selain
itu, ada pula ketidakpuasan dari beberapa daerah seperti Sumatera dan Sulawesi terhadap alokasi
biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kondisi ini pun diperparah dengan
tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah.
Akibat adanya berbagai permasalahan tersebut, para perwira :

PRRI selanjutnya membentuk Dewan Perjuangan dan sekaligus tidak mengakui kabinet
Djuanda, maka terbentuklah kabinet PRRI. Pada tanggal 9 Januari 1958 para tokoh militer dan
sipil mengadakan pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera Barat. Pertemuan tersebut
menghasilkan sebuah pernyataan berupa “Piagam Jakarta” dengan isi berupa tuntutan agar
Presiden Soekarno bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional, serta menghapus
segala akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 dan membuktikan kesediaannya itu
dengan kata dan perbuatan.
Selanjutnya Letnan Kolonel Ahmad Husein pada tanggal 15 Februari 1958 memproklamirkan
berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan perdana
menteri Syafruddin Prawiranegara. Hal ini merupakan respon atas penolakan tuntutan yang
diajukan oleh PRRI. Pada saat dimulainya pembangunan pemerintahan, PRRI mendapat
dukungan dari PERMESTA dan rakyat setempat. Dengan bergabungnya PERMESTA dengan
PRRI, gerakan kedua kelompok itu disebut PRRI/PERMESTA.
Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah melancarkan operasi militer gabungan yang diberi
nama Operasi Merdeka, dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Operasi ini
sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan modern buatan Amerika Serikat. Terbukti
dengan ditembaknya Pesawat Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh
Allan L. Pope seorang warga negara Amerika Serikat.
Akhirnya, pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat diselesaikan pada bulan Agustus 1958, dan
pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-sisa anggota Permesta untuk
kembali Republik Indonesia.

*Dialog 1(latar belakang pemberontakan)

Latar belakang Gerakan PRRI Permesta bermula dari keadaan tidak stabil dalam pemerintahan, masalah
korupsi, perdebatan dalam Konstituante, dan pertentangan dalam masyarakat menenai konsepsi
presiden.
Awalnya pemberontakan PRRI/Permesta terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatra dan Sulawesi, seperti dikutip dari Pasti Bisa
Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII oleh Tim Ganesha Operation. Saat itu, Sumatra dan
Sulawesi merasa tidak puas dengan masalah otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah. Sikap tidak puas ini didukung oleh sejumlah perwira militer setempat..
Puncak pemberontakan PRRI dan Permesta terjadi pada tanggal 10 Februari 1958, Ketua Dewan
Banteng mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah pusat. Isi ultimatum tersebut adalah menyatakan
bahwa Kabinet Djuanda harus mengundurkan diri dalam waktu lima kali 24 jam (lima hari).
Setelah menerima ultimatum tersebut, pemerintah pusat bertindak tegas dengan cara memberhentikan
Letkol Achmad Husein secara tidak hormat.
Oleh karena ultimatumnya ditolak pemerintah, pada 15 Februari 1958, Letkol. Ahmad Husein
mengumumkan berdirinya PRRI kemudian diikuti oleh pengumuman Permesta pada 17 Februari 1958 di
Sulawesi. Untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta, pemerintah melancarkan operasi militer
gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka, dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat.
Operasi ini sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan modern buatan Amerika Serikat. Terbukti
dengan ditembaknya Pesawat Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh Allan L.
Pope seorang warga negara Amerika Serikat. Pada 29 Mei 1961, Ahmad Husein dan tokoh-tokoh PRRI
lainnya akhirnya menyerah. Akhirnya, pemberontakan PRRI dan Permesta baru dapat diselesaikan pada
bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-sisa anggota
Permesta untuk kembali Republik Indonesia pemerintah melancarkan operasi militer.

*Dialog 2 (
* Dialog 3 (Upaya pemerintah menumpas pemberontakan)
Aksi PRRI/Permesta dianggap sebagai bentuk pemberontakan oleh pemerintah pusat yang kemudian
segera membentuk operasi penumpasan. Upaya yang dilakukan pemerintahan untuk menumpas
pemberontakan :
Pada awalnya upaya penumpasan ini direncanakan oleh IR Djuanda dan AH Nasution, kemudian
didorong oleh IR Soekarno dengan menyokong genjatan senjata. AH Nasution pada awalnya berusaha
membujuk tantara PRRI namun gagal melalui jalan musyawarah dan wakil presiden M Hatta juga
memiliki pendapat bahwa pemberontakan perlu diselesaikan dengan damai, melalui perundingan bukan
militer. Sayangnya usaha perdamaian gagal dijalankan
Karena gagalnya usaha perdamaian melalui perundingan akhirnya pemerintah membentuk operasi
gabungan militer AD, AL, AU, Dan APRI untuk menyelesaikan pemberontakan
Operasi yang dilakukan diantaranya :
1. Operasi tegas dipimpin Kaharudin Nasution (Riau)
2. Operasi 16 Agustus dipimpin Kolonel Ahmad Yani ( SUMBAR)
3. Operasi Sapta Marga dipimpin Jatikusumo (SUMUT) untuk menghancurkan PRRI di Tapanuli
4. Operasi Sadar dipimpin Letkol Ibnu Sutowo
Tentara APRI melakukan berbagai macam tindak kekerasan untuk menumpas gerakan PRRI. Ribuan
orang ditangkap paksa akibat keterlibatan atau dicurigai sebagai simpatisan PRRI/Permesta. Gerakan ini
menimbulkan berbagai dampak negatif diantaranya yaitu:
- Memakan korban jiwa hingga 22.174 jiwa, 4.360 luka, dan 8.072 orang tawanan
- Kondisi ekonomi terganggu
- Terjadi perpecahan antara hubungan persaudaraan di daerah
- Kurangnya bahan makanan
- Saat terjadi kerusuhan, sejumlah SMP, SMA, hingga universitas terpaksa ditutup sementara karena
hampir semua dosen dan mahasiswa terlibat PRRI
Akhirnya 29 Mei 1961 Achmad Husein dan pasukannya (prri) menyerah
Kemudian pada 22 Juni tahun 1961 Presiden Sukarno memberi kesempatan pada anggota
pemberontakan PRRI/Permesta untuk berdamai dan diberikan amnesti untuk elemen sipil yang terlibat
yang tertuang dalam Surat Keputusan Presiden No. 322 Tahun 1961.

Anda mungkin juga menyukai