Anda di halaman 1dari 3

Nama : Christy Grace Sapulette

Kelas : 12 IPA 1

Jawaban:
1. Menurut saya, pernyataan tersebut benar. Perjanjian Renville adalah perjanjian antara
Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani di atas kapal perang Amerika Serikat,
USS Renville. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 dan dibuat
sebagai dampak Agresi Militer I Belanda. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah
Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook. Wilayah Indonesia didalam
batas garis ini dikuasai Belanda dan pasukan Indonesia harus mengundurkan diri dari
wilayah ini ke wilayah yang dikuasai para pejuang. Salah satu wilayah yang jatuh ke
tangan Belanda akibat dari perjanjian ini adalah Jawa Barat. Ini membuat pasukan
Indonesia yang berada di Jawa Barat harus ditarik ke wilayah yang masih bebas, yaitu
wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Beberapa pihak yang tidak setuju
dengan perjanjian ini dibawah pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, melancarkan
pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan ini hendak
mendirikan negara dengan dasar syariat Islam di Indonesia, yang disebut dengan Negara
Islam Indonesia, dan menolak hasil perjanjian Renville. Namun demikian, sekembalinya
pemerintahan Indonesia ke Jawa Barat, terutama Divisi Siliwangi, Kartosuwiryo terus
melakukan perlawanan dan serangan yang memakan banyak korban. Kartosuwiryo
bahkan memerintahkan percobaan pembunuhan atas Presiden Soekarno pada 30
November 1957 di Peristiwa Cikini. Pemberontakan ini baru berakhir setelah
Kartosuwiryo tertangkap pada Juni 1962.
2. Kapten Raymond Westerling menamai pemberontakannya dengan APRA karena arti
nama Westerling adalah "Ratu Adil", sehingga pemberontakan itu disebut APRA
(Angkatan Perang Ratu Adil), dan ini berkaitan dengan arti nama westerling itu sendiri.
Pemberian nama ratu adil diharapkan dapat memberi keadilan dan keberhasilan dalam
melakukan pemberontakan. namun kenyataannya pemberontakan ini berhasil
ditumpas.
3. Pemberontakan Andi Azis yang terjadi di Makassar Sulsel, di bawah pimpinan Kapten
Andi Azis, bekas perwira KNIL. Latar belakang pemberontakan ini adalah berawal dari
sikap Andi Azis yang menolak masuknya pasukan Apris dari TNI ke Sulsel dan mereka
juga ingin mempertahankan Keutuhan Negara Indonesia Timur (NIT) dari paham barat
(federal) . Pemberontakan tersebut terjadi karena adanya ketegangan antara rakyat anti
federal dengan rakyat yang setuju dengan paham federal, sehingga terjadilah konflik
dan pemberontakan antar rakyat dan dengan pasukan Andi Azis.
4. Jalannya penumpasan Pemberontakan Permesta tersebut adalah dengan operasi militer
dan dengan diplomasi. Pemberontakan ini dilandasi kekecewaan para politis dan
perwira di daerah atas kebijakan pemerintah pusat Republik Indonesia yang berbasis di
Jakarta. Pemberontakan PRRI/Permesta ini bisa tumpaskan setelah operasi militer yang
dipimpin Jenderal Ahmad Yani dan Nasution merebut kota besar basis pendukung PRRI
Permesta. Sisa pemberontak pun menyerahkan diri setelah pemerintah pusat
memberikan amnesti atau pengampunan pada bekas pemberontak.
5. Upaya pemerintah untuk penumpasan PRRI/Permesta adalah sebagai berikut :
 Pertama-tama dilancarkan Operasi Tegas dibawah pimpinan Letnan Kolonel
Kaharuddin Nasution untuk menguasai daerah Riau. Pertimbangannya adalah untuk
mengamankan instalasi-instalasi minyak asing di daerah tersebut dan untuk
mencegah campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan warga negara dan
miliknya. Kota Pekanbaru berhasil dikuasai pada tanggal 12 Mei 1958.
 Untuk mengamankan daerah Sumatra Barat dilancarkan Operasi 17 Agustus di
bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani. Pada tanggal 17 Apri di Padang dapat
dikuasai oleh pasukan Angkatan Perang dan pada tanggal 4 Mei menyusul Kota
Bukit tinggi.
 Sementara itu di daerah Sumatra Utara dilancarkan Operasi Saptamarga di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal Djatikusumo. Untuk daerah Sumatra Selatan dilancarkan
Operasi Sadar di bawah pimpinan Letnan Kolonel Dr. Ibnu Sutowo.
 Pimpinan PRRI akhirnya menyerah satu persatu. Pada tanggal 29 Mei 1961 secara
resmi Achmad Husein melaporkan diri dengan pasukannya, disusul oleh tokoh PRRI
yang lain, baik militer maupun sipil.
6. Pada masa ini KNIP berfungsi sebagai pembantu presiden, tetapi sejak Wakil Presiden
Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X pada 16 Oktober 1945 fungsi KNIP
berubah menjadi sebuat majelis legislatif. Fungsi legislatif KNIP berlangsung selama MPR
dan DPR belum terbentuk.
7. Dalam perjanjian MSA dijelaskan bahwa Indonesia akan menerima bantuan dari
Amerika Serikat dalam bentuk bantuan ekonomi maupun militer. Tetapi, kenyataanya di
dalam MSA terdapat ikatan atas kebebasan politik luar negeri RI, dimana RI diwajibkan
memperhatikan kepentingan Amerika Serikat. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan
politik bebas aktif yang dianut Indonesia. Keberatan akan menandatanganinya
persetujuan MSA, menyebabkan partai-partai menarik para menterinya dari kabinet dan
PNI menyusulkan agar Kabinet Sukiiman mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Sehingga pada 27 Februari 1952 Kabinet Sukiman menyerahkan mandat kepada
Presiden Soekarno.
8. Faktor yang menyebabkan kegagalan Konstituante adalah :
 Faktor dwi fungsi atau fungsi ganda dari Anggkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI) ketika itu. Tugas ABRI seharusnya menjalankan keamanan dan keutuhan
negara Indonesia, namun yang terjadi ABRI menginginkan ikut berpartisipasi dalam
urusan-urusan di luar militer seperti urusan pemerintahan.
 Terjadi perbedaan pendapat antara anggota-anggota Dewan Konstituante mengenai
Dasar Negara. Perdebatan terjadi antara partai-partai Islam dan partai non-Islam,
dimana partai Islam menginginkan Islam sebagai dasar negara sedangkan partai non-
Islam menginginkan dasar negara adalah Pancasila. Pada saat itu pihak yang
medukung Pancasila sebagai dasar negara jumlahnya lebih banyak.
 Para anggota Dewan Konstituante lebih banyak yang memilih untuk lebih
mementingkan urusan partai atau golongannya sendiri daripada mementingkan
rakyat yang jauh lebih penting dan mendesak.
 Dicetuskannya Konsepsi Presiden oleh Presiden Soekarno yakni menginginkan
bentuk demokrasi yang akan diterapkan di Indonesia adalah Demokrasi Terpimpin.
9. Tujuan belanda memblokade Bangsa Indonesia adalah agar Indonesia tidak mendapat
bala bantuan dari negara lain. Sebab bila Belanda mengijinkan Indonesia melakukan
kegiatan ekonomi terhadap negara lain, maka Indonesia akan dengan sangat cepat
mendapatkan baa bantuan dari negara lain.
10. Kondisi perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Liberal (1949-1959) terseok-
seok. Ini dikarenakan politik dan perekonomian masih belum tertata dan belum stabil.
Keterpurukan ekonomi pada masa itu membuat pemerintah mengeluarkan sejumlah
kebijakan besar.
Kebijakan yang dimaksud di antaranya:
 Gunting Syafruddin
 Gerakan Benteng
 Nasionalisasi De Javasche Bank
 Sistem Ekonomi Ali-Baba
 Persaingan finansial ekonomi
 Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
 Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

Anda mungkin juga menyukai