Permesta (Sulawesi)
Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) muncul saat menjelang pembentukan RIS tahun
1949. Akar masalahnya saat saat pembentukan RIS tahun 14949 bersamaan dengan
dikerucutkan Divisi Banteng hingga hanya menyisakan 1 brigade saja. Brigade tersebut
diperkecil menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB. Kejadian itu membuat para perwira Divisi
IX Banteng merasa kecewa. Ada pula ketidakpuasan dari beberapa daerah seperti
Sumatera dan Sulawesi terhadap alokasi biaya pembangunan yg diberikan oleh
pemerintahan pusat.
Akibat :
1. Dibentuk dewan militer daerah
2. PRRI membentuk dewan perjuangan dan tidak mengakui kabinet djuanda. Pada tanggal 9
Januari 1958 mengadakan pertemuan yang menghasilkan “piagam Jakarta” (berisi tuntutan
agar soekarno bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional)
3. Pada tanggal 15 Februari 1958 memproklamirkan berdirinya PRRI dengan perdana Menteri
Syafruddin Prawiranegara
Penyelesaian : pemerintah melancarkan Operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Rukminto Hendraningrat. Pemberontakan PRRI/Permesta dapat diselesaikan pada Agustus
1958.
Latar belakang pembubaran BPUPKI : Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan
karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya dengan baik,yaitu menyusun rancangan
UUD dan digantikan dengan PPKI
Tokoh Angkatan 66
A
Abdul Hadi WM
B
Sutardji Calzoum Bachri
Muhammad Balfas
Cosmas Batubara
Motinggo Boesje
Bokor Hutasuhut
Arief Budiman
D
Sapardi Djoko Damono
Danarto
Nh. Dini
H
Wisran Hadi
I
Abdul Gafur
Fahmi Idris
Ikhwan Ridwan Rais
Taufiq Ismail
J
Julius Usman
K
Chris Siner Key Timu
Kuntowijoyo
L
Leon Agusta
M
Toha Mochtar
Goenawan Mohamad
Mohammad Diponegoro
N
Nasjah Djamin
A.A. Navis
Arifin C. Noer
Nugroho Notosusanto
R
Ramadhan K.H.
SN Ratmana
S
Iwan Simatupang
Soe Hok Gie
Piek Ardijanto Soeprijadi
Soerjadi (politisi)
Djamil Suherman
T
Akbar Tanjung
Titis Basino
U
Fridolin Ukur
Umar Kayam
W
Sofjan Wanandi
Putu Wijaya
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
UPAYA PENUMPASAN
Soekarno dan Hatta melancarkan operasi penumpasan pemberontakan PKI dengan
Gerakan Operasi Militer. Panglima Sudirman menunjuk kolonel Gatot Soebroto sebagai
gubernur Jateng dan Kolonel Sungkono sebagai gubernur militer Jatim. Keadaan kembali
pulih pada 10 September 1948. Musso tewas di Ponorogo dan Amir tertangkap di
Purwodadi
Jenazah mereka kemudian ditemukan di sebuah sumur di Lubang Buaya, Jakarta. Terjadi
penangkapan besar-besaran terhadap para anggota atau siapa pun yang dianggap
simpatisan atau terkait PKI, atau organisasi-organisasi yang diidentikan komunis, seperti
Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerakan wanita Indonesia
(Gerwani), dll.
3 Tokoh Supersemar
Brigadir Jendral M Yusuf,Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki
Rahmat
Gerakan benteng kabinet natsir : Program Benteng adalah kebijakan ekonomi yang
diluncurkan pemerintah Indonesia bulan April 1950 dan secara resmi dihentikan tahun
1957. Tujuannya adalah membina pembentukan suatu kelas pengusaha Indonesia
"pribumi"
Gerakan DI/TII
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
(S.M. Kartosuwiryo). Pada zaman pergerakan nasional, Kartosuwiryo merupakan tokoh
pergerakan Islam Indonesia yang cukup disegani. Selama pemerintahan Jepang,
Kartosuwiryo menjadi anggota Masyumi. Bahkan, ia terpilih sebagai Komisaris Jawa
Barat merangkap Sekretaris I. Dalam kehidupannya, Kartosuwiryo mempunyai cita-cita
untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Untuk memujudkan cita-citanya,
Kartosuwiryo mendirikan sebuah pesantren di Malangbong Garut, yaitu Pesantren
Sufah. Pesantren Sufah selain menjadi tempat menimba ilmu keagamaan juga dijadikan
sebagai tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan Sabillah. Dengan pengaruhnya,
Kartosuwiryo berhasil mengumpulkan banyak pengikut yang kemudian dijadikan sebagai
bagian dari pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Dengan demikian, kedudukan
Kartosuwiryo semakin kuat.
Pada bulan Februari diselenggarakan sebuah konferensi di Casayong, Jawa Barat. Dalam
konferensi itu diputuskan untuk mengubah ideologi Islam dari partai menjadi Negara.
Masyumi Jawa Barat dibekukan dan sebagai gantinya diangkat Kartosuwiryo sebagai
imam bagi umat Islam Jawa Barat. Untuk menyempurnakan keputusan itu, maka
dibentuklah Tentara Islam Indonesia (TII) dan sebagai puncaknya pada tanggal 7 Agustus
1949 diadakan Proklamasi pendirian Negara Islam Indonesia (NII).
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah dan Mahfu’dz
Abdurachman (Kyai Somalangu). Amir Fatah ialah seorang komandan laskar Hizbullah di
Tulangan, Sidoarji, dan Mojokerto. Setelah mendapat pengikut, Amir Fatah kemudian
memproklamasikan diri untuk bergabung dengan DI/TII pada tanggal 23 Agustus 1949 di
Desa Pengarasan, Tegal. Amir Fatah Kemudian diangkat sebagai Komandan
Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia.
Selain itu, di Kebumen muncul pemberontakan DI/TII yang dilancarkan oleh Angkatan
Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Somalangu. Kedua gerakan ini bergabung
dengan DI/TII Jawa Barat, pimpinan Kartosiwiryo. Pemberontakan di Jawa Tengah ini
menjadi semakin kuat setelah Batalion 624 pada Desember 1951 membelot dan
menggabungkan diri dengan DI/TII di daerah Kudus dan Magelang.
Gerakan DI/TII secara bertahap dapat dipadamkan. Operasi militer yang paling lama
adalah pengkapan Kartosuwiryo yang baru memperoleh hasil pada tanggal 14 Agustus
1962. Melalui pengadilan Mahkamah Angkatan Darat, Kartusowiryo dijatuhi hukuman
mati.