Anda di halaman 1dari 2

Nama : Intan Rahmadani

NIM : 122190027
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Wahyu Wibowo Eko Y., S.Pd., M.M., M.Or.

1. DESKRIPSI BERITA
PRRI adalah singkatan dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia,
sementara Permesta adalah singkatan dari Perjuangan Semesta atau Perjuangan
Rakyat Semesta. Pemberontakan keduanya sudah muncul saat menjelang
pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949. Akar masalahnya
yaitu saat pembentukan RIS tahun 1949 bersamaan dengan dikerucutkan Divisi
Banteng hingga hanya menyisakan 1 brigade saja.
Kemudian, brigade tersebut diperkecil menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB.
Kejadian itu membuat para perwira dan prajurit Divisi IX Banteng merasa
kecewa dan terhina, karena mereka merasa telah berjuang hingga
mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Selain itu, ada
pula ketidakpuasan dari beberapa daerah seperti Sumatera dan Sulawesi terhadap
alokasi biaya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kondisi ini
pun diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat
rendah.
PRRI selanjutnya membentuk Dewan Perjuangan dan sekaligus tidak
mengakui kabinet Djuanda, maka terbentuklah kabinet PRRI. Pada tanggal 9
Januari 1958 para tokoh militer dan sipil mengadakan pertemuan di Sungai
Dareh, Sumatera Barat. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah pernyataan
berupa “Piagam Jakarta” dengan isi berupa tuntutan agar Presiden Soekarno
bersedia kembali kepada kedudukan yang konstitusional, serta menghapus segala
akibat dan tindakan yang melanggar UUD 1945 dan membuktikan kesediaannya
itu dengan kata dan perbuatan.
Selanjutnya Letnan Kolonel Ahmad Husein pada tanggal 15 Februari 1958
memproklamirkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) dengan perdana menteri Syafruddin Prawiranegara. Hal ini merupakan
respon atas penolakan tuntutan yang diajukan oleh PRRI. Pada saat dimulainya
pembangunan pemerintahan, PRRI mendapat dukungan dari PERMESTA dan
rakyat setempat. Dengan bergabungnya PERMESTA dengan PRRI, gerakan
kedua kelompok itu disebut PRRI/PERMESTA.
Untuk menumpas pemberontakan, pemerintah melancarkan operasi militer
gabungan yang diberi nama Operasi Merdeka, dipimpin oleh Letnan Kolonel
Rukminto Hendraningrat. Operasi ini sangat kuat karena musuh memiliki
persenjataan modern buatan Amerika Serikat. Terbukti dengan ditembaknya
Pesawat Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) yang dikemudikan oleh Allan L.
Pope seorang warga negara Amerika Serikat.
Akhirnya, pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat diselesaikan pada bulan
Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah membuka kesempatan bagi sisa-
sisa anggota Permesta untuk kembali Republik Indonesia.

2. KAITANNYA DENGAN JENIS INTEGRASI


Kasus di atas berkaitan dengan jenis integrasi elit-massa, dimana kesepahaman
kepentingan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan rakyat yang
harusnya terjadi penyatuan malah menjadi peberontakan.

3. FAKTOR PENYEBABNYA
Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya pemberontakan PRRI/Permesta
adalah konflik kenegaraan atau sistem pemerintahan. Alasan munculnya gerakan
ini, karena angkatan darat yang ada di Sulawesi dan Sumatera, merasa tidak
diperlakukan adil dalam hal kesejahteraan. Mereka merasa kalau angkatan darat
di Jawa jauh lebih sejahtera dan makmur. Kabar tentang pemberontakan PRRI ini
pun menyebar ke daerah-daerah Sulawesi lainnya. Karena hal itu, muncullah
gerakan dukungan dari masyarakat untuk PRRI, yang bernama PERMESTA.

4. SOLUSI ALTERNATIF
Solusi alternatif yang diambil pemerintah pusat adalah dengan melakukan
operasi militer. Operasi militer yang pertama itu ditujukan untuk meredam PRRI,
dan operasi ini bernama Operasi 17 Agustus, dipimpin oleh Letkol Achmad
Yani. Sedangkan operasi untuk meredam PERMESTA, dinamakan Operasi
Merdeka dan dipimpin oleh Letkol Rukminto H.

Anda mungkin juga menyukai