Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tanggal 15 Februari 1956, meletus Pemberontakan PRRI/PERMESTA. Achmad
Huesin memproklamasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PPRI)
dengan Syarifuddin Prawiranegara sebagai perdana menteri Proklamasi PPRI segera mendapat
sambutan di Indonesia Bagian Timur. Pada tanggal 17 Februari 1958, Letkol D.J. Somba dengan
Pemerintah Pusat mendukung sepenuhnya PRRI. Gerakan di Sulawesi ini dikenal dengan
gerakan Piagam Perjuangan Semesta atau Perjuangan Semesta atau PERMESTA.
Dengan diproklamasikannya PRRI di Sumatera dan PERMESTA di Sulawesi.
Pemerintah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah tersebut berlarut-larut dan segera
menyelesaikan dengan kekuatan senjata.
Untuk menumpas Pemberontakan PRRI segera disiapkan operasi gabungan yang terdiri
dari unsur darat, laut dan udara. Serangkaian operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Operasi 17 Agustus dipimpin Kolonel Ahmad Yani untuk wilayah Sumatra Tengah. Selain
untuk menghancurkan kaum sparatis, operasi ini juga dimaksudkan untuk mencegah agar
gerakan tidak meluas, serta mencegah turut campurnya kekuatan asing.
2. Operasi Tegas dipimpin Letkol Kaharudin Nasution. Tugasnya mengamankan Riau, dengan
pertimbangan mengamankan instalasi minyak asing di daerah tersebut dan mencegah campur
tangan asing dengan dalih menyelamatkan negara dan miliknya.
3. Operasi Saptamarga untuk mengamankan daerah Sumatra Utara yang dipimpin Brigjen
Djatikusumo.
4. Operasi Sadar dipimpin Letkol Dr. Ibnu Sutowo untuk mengamankan daerah Sumatra
Selatan.Untuk menumpas Pemberontakan PERMESTA dilancarkan operasi gabungan dengan
nama Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol Hendraningrat

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


1.2.1 Maksud Penulisan
Adapun maksud dari makalah kami yang berjudul Gerakan Separatis Pemerintaha
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI/PERMESTA) adalah ingin mengetahui :
1. Jalannya Pemberontakan PRRI/PERMESTA
2. Situasi dan kondisi Indonesia secara ymym pada saat Pemberontakan
PRRI/PERMESTA.
3. Dampak dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA bagi Bangsa Indonesia
4. Upaya penumpasan dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA
5. Akhir dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA.
1.2.2 Tujuan Penulisan
Tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi
tentang Pemberontakan PRRI/PERMESTA, permasalahan militer di Indonesia lainnya dan untuk
menambah wawasan atau pengetahuan. Selain itu untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah.
1.3 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang kami buat dalam makalah yang berjudul Gerakan Separatis
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI/PERMESTA) dengan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana jalannya Pemberontakan PRRI/PERMESTA?

1
2. Bagaimana situasi dan kondisi Indonesia secara umum pada saat Pemberontakan
PRRI/PERMESTA?
3. Apakah dampak dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA bagi Bangsa Indonesia?
4. Bagaimanakah upaya penumpasan dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA?
5. Bagaimana akhir dari Pemberontakan PRRI/PERMESTA?

2
BAB II
GERAKAN MALUKU SELATAN (RMS)

1. Latar Belakang
RMS merupakan suatu gerakan separatis dengan tujuan memisahkan diri dari NKRI. Pasca
diproklamasikannya kemerdekaan RMS, para aktivis RMS pun melarikan diri ke negara kincir
angin Belanda akibat operasi penumpasan yang dilakukan oleh Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat (APRIS).Pasca ditumpas oleh pasukan APRIS dan mengasingkan diri di
Belanda, RMS pun seakan tenggelam.Gerakan separatis itu dihidupkan kembali setelah jatuhnya
Presiden Soeharto pada Mei 1998, terutama oleh tokoh-tokoh warga keturunan Malukudi
Belanda. Eksisnya RMS di Belanda memberi angin segar bagi bangkitnya lagi harapan pada
sebagian kecil rakyat Maluku.
Tanggal 24 April 1950, mantan jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT), Dr
C.R.S. Soumokil bersama rekan-rekannya memproklamasikan berdirinya Republik Maluku
Selatan, terpisah dari Republik Indonesia dan menetapkan Kota Ambon sebagai pusat
pemerintah mereka. Proklamasi RMS tersebut didukung oleh sisa-sisa pasukan KNIL
(Koninklijke Nederlands Indische Leger), terutama bekas pasukan khusus KST (Korps
Speciale Troepen) yang secara tegas menyatakan menolak untuk bergabung dalam Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) sekaligus menolak perintah untuk melalukan
demobilisasi
Adapun faktor-faktor Kemunculannya RMS diantaranya pada masa penjajahan
pemerintahan Belanda, masyarakat Maluku telah banyak diberikan fasilitas pendidikan dan
menarik masyarakat Ambon yang beragama Kristen untuk menjadi bagian dalam
pemerintahannya, terutama ke dalam birokrasi dan tentara. Jika dibandingkan dengan
pemerintah Indonesia yang pada saat itu hanya memusatkan perhatian pada daerah-daerah
tertentu saja (sentralistik). Sehingga membuat masayarakat Ambon Maluku lebih makmur
dibawah kepemimpinan Belanda dan berkaitan dengan orang-orang pro Belanda yang merasa
terancam kedudukan jika Indonesia benar-benar merdeka
Ketika pada 1945, Belanda kembali menguasai Ambon, langsung dibangun dengan
pembangunan rumah-rumah, pertokoan dan gedung-gedung perkantoran hingga Ambon ini
mulai berbentuk sebagai kota. kenari di tebang untuk digunakan sebagai kayu bakar. Hasilnya
menjelang penyerahankedaulatan kehidupan Ambon sudah menjadi lebih baik, dan kota Ambon
mulai menjadi indah dan kehidupan menjadi tenang, lantaran kegiatan ekonomi sudah membaik.
Bahkanlebih baik di banding dengan kota-kota besar di Indonesia, terutama Jawa dan Sumatera
yanghancur sebagai akibat dari revolusi. Sementara Ambon tidak pernah mengalami revolusi
sosial ataupun revolusi fisik setelah pasca Perang Dunia II
Berdirinya RMS di Republik ini tentu mempunyai latar belakang dan fakta sejarah
yang cukup panjang. Dari perjalanan panjang dan sepak terjang RMS dapat dikatakan sangat
berbahayakarena jelas-jelas ingin mendirikan satu negara di dalam negara Indonesia.RMS

3
tetap ada, tetap eksis dan berani melawan pemerintah Indonesia secara terbuka
dimatainternasional.
Disamping itu, tak dapat dipungkiri, bahwa salah satu akar penyebab munculnya
gerakan separatis di Indonesia seperti GAM di Aceh, RMS di Maluku dan OPM diPapua lebih
disebabkan oleh ketidakadilan ekonomi yang dirasakan oleh rakyat diwilayah-wilayah tersebut.
Aceh dan Papua dikenal sebagai daerah yang memilikikekayaan alam yang sangat melimpah tapi
penduduk di sana miskin. Karena itu,upaya menciptakan kesejahteraan dan keadilan ekonomi
bagi seluruh rakyat menjadisangat penting.

Struktur Gerakan Separatis RMS


Seperti halnya sebuah negara dan pemerintahan gerakan separatis RMS juga
mempunyai struktur kepemimpinan baik pemerintahan yang berada di Belanda maupun di
Maluku :
1. Pemerintahan RMS di Belanda
J.Wattilete Presiden Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemerintah darurat RMS terdiri atas kepala negara dan menteri-menteri. Kepalanegara
mengetuai dewan kementerian lagipun memegang Soal Umum.Pada saat ini menteri-menteri
yang telah diangkat:Trientje Magdalena Solisa sebagai menteri Penerangan dan
PembentukanDrs. Willem Victor Sopacua sebagai wakil kepala negara dan menteri Maluku
danNationbuildingIr. Edy Rahantoknam sebagai menteri Perkembangan dan Kerjasama
2. Pemerintah RMS di Maluku
Dr. Alex Manuputty sebagai Pemimpin dan KoordinatorSimon Saiya sebagai penyelenggara
eksekutif pimpinan pemerintahan RMS diMalukuFrans Sanmiasa Menteri Dalam Negerinya
merangkap wakil penyelenggarapemerintahan.
Markus Anakotta menjabat sebagai sekretaris dan dilengkapi dengan tiga orangpengendali
lapangan serta lima orang pelaksana lapangan

2. Berbagai Pendapat atau Versi Mengenai RMS


Munculnya kembali nama RMS di dunia internasional, Belanda, yang ingin membawa
Presiden SBY ke pengadilan Den Haag, mengejutkan banyak pihak terlebih lagi Pemerintah
Indonesia.“RMS menuntut ke pengadilan karena RMS mempunyai data yang dirilis oleh NGO
HAM Australia.Isinya ialah perlakuan tidak manusiawi yang diterima 19 penari Cakalele oleh
aparat keamanan,” kata Hafid Abbas, Kabalitbang HAM, pada diskusi “Dampak Gerakan RMS
di Belanda.Hafid juga mengatakan bahwa, RMS juga menuntut agar diberitahukan lokasi makam
mantan Presiden RMS, Soumokil.

Salah satu latar belakang tumbuhnya kembali gerakan separatis RMS adalah dukungan
masyarakat,“Agar RMS tidak ada lagi, dan RMS tidak mendapat dukungan dari masyarakat

4
Maluku lainnya dengan berikan keadilan, pemerataan pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat lokal. Selain itu pola kekerasan yang dilakukan terhadap orang RMS harus
dihilangkan,” kata Nelson Simanjuntak, Komisoner HAM.
Kekerasan untuk melumpuhkan RMS tidak ada artinya. Ketum Relawan Bangsa Suaib,
mengatakan, “perlindungan HAM harus ikut serta pada penegakan hukum orang RMS. Jangan
disiksa, disakiti, tidak selesai masalahnya. Malah karena penyiksaan itulah, yang dipakai RMS
menjadi isu internasional.
3. Tindakan yang diambil Pemerintah
Pemerintah Indonesia pada waktu itu (1950) menghadapi pemberontakan RMSdengan tiga
opsi. Opsi pertama, penyelesaian secara damai dengan pembicaraan-pembicaraan.Opsi kedua
bila opsi pertama tidak berhasil, dilakukan blokade laut untuk memaksa mereka
bersediaberunding.Bila opsi pertama dan kedua tidak berhasil, akan dilakukan operasi
militer,seperti pendaratan dan lain-lain.
Opsi pertama dimulai pada 27 April 1950 dengan mengirim Dr J. Leimena (menteri
kesehatan waktu itu), Ir Putuhena, Pellaupessy dan Dr Rehatta.Rombongan berangkat ke Ambon
dengan korvet Hang Tuah. Merapat pada 1 Mei 1950, sebuah higginboot mendatangi Hang Tuah
dengan Syahbandar Ambon sebagai pengantar surat yang berisi penolakan. Rombongan akan
memberi surat balasan, tetapi higginboot itu telah diperintahkan untuk segera kembali, tak boleh
menunggu. Leimena menyatakan, "Kami sesalkan bahwa mereka tidak mau menerima dan
berbicara dengan kami yang datang melulu untuk merundingkan hingga soal Maluku dapat
diselesaikan dengan baik untuk kepentingan dan keselamatan seluruh nusa dan bangsa.Saya
persoonlijk merasa ini sangat menyedihkan" (Jusuf A Puar, 1956).Opsi kedua, bolkade laut,
dilakukan pada 18 Mei sampai 14 Juli 1950.Semua perairan Maluku diawasi dan kapal-kapal
pemberontak dihancurkan. Pada 14 Juli diadakan pendaratan di Pulau Buru dan kemudian di
pula-pulau lainseperti Seram, Tanimbar, Kei, dan Aru. Opsi kedua ini pun tidak bisa memaksa
Soumokil bersedia berunding.
Opsi ketiga, operasi militer, dilakukan di bawah kepemimpinan Kolonel Kawilarang,
panglima Indonesia Timur saat itu.Operasi militer menumpas pemberontakan RMS yang
terkenal dengan Gerakan Operasi Militer IV atau GOM IV.Komandan pasukan (brigade) adalah
Letkol Slamet Riyadi. Rencananya: pasukan pertama didaratkan di Hitu, kemudian pasukan
kedua di Tulehu, lalu pasukan ketiga di Ambon (RZ Leirissa, 1978).
Mengingat persenjataan, sistem transportasi dan sarana komunikasi yang belum secanggih
sekarang ini, operasi berlangsung lama. Operasi itu baru bisa mulai dilakukan September, dan
baru Oktober APRI menguasai jazirah Hitu.Akhirnya pada 4 November 1950 benteng Nieuw
Victoria dapat direbut APRI.Sisa-sisa angkatan perang RMS lari ke gunung dan banyak yang
melarikan diri ke pulau-pulau sekitar pulau Ambon. Pimpinan angkatan perang RMS tertangkap
atau menyerah pada 1952.Soumokil sendiri baru tertangkap pada 1962.
C. PRRI/Permesta
Terjadinya suatu peristiwa tidak lepas dari hal-hal yang telah terjadi sebelumnya, seperti
yang telah diketahui bahwa dalam disiplin ilmu sejarah berlaku hukum kausalitas atau sebab-
akibat .Peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi juga tidak lepas dari berbagai
faktor yang menyebabkannya. Faktor politis dan ekonomis sangat berperan sebagai penyebab
dari pemberontakan ini
1. Situasi Indonesia Secara Umum

5
a. Kondisi politk
Tatanan politik yang diatur oleh UUDS 1950 menuntut sikap formal-legalistik. Bangsa indonesia
memasuki periode demokrasi liberal yang berdasarkan demokrasi parlementer. Para menteri
bertanggungjawab kepada perdana menteri, bukan kepada presiden .Setelah dibentuknya kabinet
Parlemen, kondisi politik Indonesia semakin kacau.Pecahnya Dwi-tunggal Soekarto-Hatta
memperburuk kondisi perpolitikan bangsa. Pada 1 Desember 1956 Hatta mengundurkan diri
secara resmi dari jabatanya sebagai wakil presiden.Hubungan Soekarno-Hatta mulai retak sejak
tahun 1955. Perbedaan pendapat dan latar belakang walaupun keduanya sebagai tokoh muslim
yang nasionalis, namun Soekarno cenderung ke Marxis serta bermain api dengan komunis,
sedangkan Hatta cenderung ke Sosialis dan anti komunis .
b. Kondisi perekonomian
Kegagalan ekonomi yang sedang dialami oleh pemerintah sejak awal kemerdekaan berada pada
titik kekacauan.Kegagalan pembangunan ekonomi yang di alami bangsa ini sangat dirasakan
oleh berbagai golongan.Kebijakan ekonomi Kabinet Hatta yang akomodatif terhadap modal
asing dipertahankan oleh kabinet-kabinet berikutnya, antara lain kabinet Natsir, Sukiman, dan
kabinet Wilopo. Tetapi sejak kabinet Ali I (1953-1954), haluan politik itu sama sekali
ditinggalkan. Program ekonomi kabinet seringkali hanyalah sembohyan.Kabinet ini menganggap
bahwa modal asing sangat merugikan bagi negara. Namun disisi lain, pembangunan administratif
sangat diperhatikan.
2. Situasi di Daerah
Peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi juga tidak lepas dari berbagai factor yang
menyebabkannya.Factor politis dan ekonomis sangat berperan sebagai penyebab dari
pemberontakan ini.Sejak 1950, daerah tetap menjadi produsen ekspor, namun hasilnya lebih
dimanfaatkan oleh pusat. Kondisi inilah yang menyebabkan kecenderungan ”sentralistik” dalam
pandangan permesta . Hubungan antara pusat dan daerah menjadi kurang harmonis.Hal tersebut
dikarenakan perbedaan pendapat antara daerah dengan pusat.Daerah menganggap bahwa
kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan daerah.Sedangkan pemerintah pusat menganggap
bahwa daerah kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya.
Kegagalan pembangunan ekonomi yang di alami bangsa ini sangat dirasakan oleh berbagai
golongan.Salah satunya adalah golongan prajurit yang merasakan kesulitan tersebut. Tindakan-
tindakan pemerintah dalam masalah ekonomi seperti penyalahgunaan devisa, pemberian ijin
istimewa kepada anggota partai penyokongnya serta birokrasi yang berbelit-belit menghambat
para pedagang.
Jalannya Pemberontakan
Sebelum lahirnya PRRI, telah terjadi diskursus antara pusat dengan daerah.Pada Bulan
November 1956, berkumpul di Padang sekitar 600 pejuang eks-divisi Banteng.Dari pertemuan
tersebut mereka membicarakan tentang tuntutan perbaikan dalam tentara AD dan pemimpin

6
negara.Pertemuan tersebut menyebabkan terbentuknya dewan-dewan di Sumatera dan Sulawesi.
Dewan-dewan yang di bentuk antara lain :
1. Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kol Simbolon di sumatera Utara.
2. Dewan Banteng di sumatera tengah dipimpin oleh Ahmad Husein
3. dewan garuda di Sumatera selatan dipimpin oleh dhlan Djambek.
4. Dewan Manguni di Sulawesi yang dipimpin oleh Kol. Ventje Sumual.
Dewan-dewan tersebut menuntut adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah,
terutama dalam melaksanakan eksploitasi hasil bumi.Melalui dewan gajah tersebut, Kol.
Simbolon menentang pemerintah pusat yaitu dengan pernyataan:
a. Melepaskan hubungan sementara dengan pemerintah pusat
b. Mulai tanggal 22 desember 1956 tidak lagi mengakui kabinet Djuanda.
c. Mulai tanggal 22 desember 1956 mengambil alih pemerintahan di wilayah Tertera dan
Tetorium I
Melalui pengumuman tersebut maka resmilah bahwa PRRI berjalan di Sumatera Utara. Pada
tanggal 24 Desember 1956 mengeluarkan keputusan melalui Keputusan Presiden No.200/1956
yang menyatakan bahwa karesidenan Sumatera Timur dan Tapanuli, serta semua perairan yang
mengelilingnya dinyatakan dalam darurat perang (SOB).
Kericuhan juga terjadi di Sulawesi. Pada akhir Februari 1957, Panglima TT-VII Letkol
Ventje Sumual mengadakan ”pertemuan pendapat dan ide” dengan para Staffnya. Pertemuan
tersebut melahirkan konsepsi yang isinya antara lain disebutkan bahwa penyelesaian keamanan
harus segera dilaksanakan agar pembangunan semesta segera dapat dimulai.
Kegiatan selanjutnya adalah mengadakan pertemuan di kantor Gubernur Makasar yang
dihadirioleh tokoh militer dan sipil pada tanggal 2 Maret 1957. Pertemuan tersebut melahirkan
Piagam Perjuangan Semesta yang ditandatangani oleh 51 tokoh masyarakat Indonesia Timur .
Wilayah gerakan tersebut meliputi kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku.untuk melancarkan
program kerja Permesta, maka Kol. Ventje Sumual menyatakan bahwa daerah Indonesia Timuur
dalam keadaan bahaya SOB Seluruh pemerintahan daerah diambil alih oleh militer untuk
menjaga ketenteraman rakyat dan demi terlaksananya cita-cita Piagam Perjuangan Permesta .
Di Sulawesi, proklamasi PRRI disambut oleh kaum separatis Permesta. Kol Somba,
Komandan Deputi Wilayah Militer Sulawesi Utara dan Tengah mengumumkan bahwa sejak 17
Februari 1958, mendukung PRRI dan menyatakan memisahkan diri dari pusat. Permesta menjadi
praktis sayap timur PRRI . Pusat pemberontakan ini berada di Makassar yang pada waktu itu
merupakan ibu kota Sulawesi.
Setahun kemudian, pada 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado.Disini timbul
kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata.Masyarakat
di daerah Manado waktu itu tidak puas dengan keadaan ekonomi mereka.Pada waktu itu
masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri
sendiri (self determination).

7
Para pemimpin Permesta mencari dukungan dari pihak manapun untuk mencapai tujuannya
mengingat keyakinan akan adanya tindakan tegas dari pemerintah pusat. Berkaitan dengan
pengeboman Manado oleh pasukan RI, maka perwakilan Permesta mengadakan hubungan
dengan para pemberontak Permesta di Filiphina, dan menemui pejabat CIA untuk mendapatkan
bantuan persenjataan. Pemimpin Permesta di Taiwan meminta bantuan kepada pemerintah
setempat untuk mendukung permesta, sehingga mendapat dukungan dari dinas rahasia Taiwan.
Para presiden dari Korea Selatan dan Filiphina juga memberikan bantuan kepada kaum
pemberontak.
3. Berbagai Pendapat atau Versi Mengenai PRRI
Terjadinya PRRI/Permesta membawa luka luar dalam bagi masyarakat di dalamnya. Di
Minang, korban yang jatuh dari pihak PRRI kurang lebih berjumlah 22.174 jiwa, 4.360 luka-
luka, 8.072 ditahan. Dari pihak APRI pusat jumlah yang meninggal adalah 10.150 jiwa, terdiri
dari 2.499 tentara, 956 anggota OPR, 274 Polisi, dan 5.592 orang sipil . Pembangunan fisik yang
selama ini dibangun menjadi hancur.Masyarakat Minang menjadi rendah diri.Perubahan
kebijakan oleh Pemerintah Pusat terhadap daerah.Dekrit presiden 5 juli 1959 yang menetapkan
kembalinya pemerintahan sesuai dengan UUD 1945.Dengan berhasil ditumpasnya
PRRI/Permesta maka PKI justru berkembang sebagai kekuatan yang semakin kuat di tubuh TNI
AD dan semakin berpengaruh terhadap Soekarno dalam kaitannya dengan perpolitikan Indonesia
yaitu diakuinya Nasakom [nasionalisme, sosialisme, dan agama].
Dampak selanjutnya adalah menimbulkan kesadaran di kalangan pimpinan negara bahwa
wilayah NKRI terdiri dari kepulauan yang luas dan beraneka ragam masalah di setiap
daerah.Sembohya Binneka tunggal Ika harus dihayati makna dan hakekatnya. Hak otonomi yang
luas memang perlu diberika kepada setiap daerah agar setia ebijakan sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan masing-masing daerah .
Peristiwa gerakan separatis tersebut menyebabkan jatuhnya kabinet Ali II pada tanggal 14
Maret 1957 yang ditandai dengan penyerahan mandat dari Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
kepada Presiden. Kabinet tersebut digantikan oleh kabinet Djuanda yang secara resmi di bentuk
pada tanggal 9 April 1957 .

4. Upaya Pemerintah Dalam Menumpas PRRI/Permesta


a. Upaya Diplomasi
Langkah pertama yang dilakukan oleh Kasad Nasution terhadap timbulnya awal gejolak pada
bulan Desember 1956 adalah dengan mengeluarkan surat perintah tanggal 2 januari 1957 untuk
Kolonel Gatot Subroto, Kol. Ahmad Yani, Letkol. Sjoeib, Mayor Alwin Nurdin, Ayor Sahala
Hutabarat, dan Mayor Ali Hasan untuk menemui kolo. Simbolon dan para komandan resimennya
untuk mengusahakan agar tidak terjadi bentrok secara fisik.Namun usaha ini tidak berhasil
karena cenderung kontroversif dengan keadaan.Usaha Pemerintah Pusat untuk memenuhi
tuntutan daerah yaitu dengan mengirim sejumlah misi, seperti misi Kol.Namun semua usaha

8
diplomatis yang dilakukan Pemerintah Pusat tidak berhasil.Tindakan dari RI terhadap PRRI dan
Permesta secara bersenjata
penolakan terhadap ultimatum PRRI oleh Pusat diikuti dengan pemboman terhadap Padang dan
daerah kantong pemberontakan lainnya.Setelah melihat situasi tersebut, pemerintah Pusat
melakukan upaya lebih lanjut dengan operasi militer. Operasi tersebut antara lain :
1. Operasi yang dilaksanakan di Sumatera
a. Operasi tegas dilaksanakan pada 12 Maret 1958 di Sumatra Timur.
b. 16 April 1958, pengiriman pasukan dalam ”Operasi 17 Agustus” di bawah Kolonel Achmad
Yani, yang dibantu oleh seorang perwira Angkatan Darat AS, Benson. Tanggal 17 April,
pasukan Yani telah menguasai Padang sepenuhnya.
c. Operasi Sapta Marga dibawah Brigadir Jenderal Jatikusuma dengan sasaran Sumatera Timur
dan Sumatera Utara.
d. Operasi Sadar dibawah pimpinan Letkol. Ibnu Sutowo dengan daerah sasaran Sumatera
Selatan.
2. Pemecatan terhadap para pemimpin pemberontakan dari jajaran militer Indonesia, dan
dilaksanakan Operasi Marga pada bulan April untuk menumpas Permesta.
a. Operasi Sapta Marga I dibawah pimpinan Letkol. Soemarsono dengan sasaran Sulawesi
Tengah
b. Operasi Sapta Marga II dibawah pimpinan Letkol. Agus Pramono dengan sasaran Sulawesi
Utara bagian Selatan
c. Operasi Sapta Marga III dibawah pimpinan Letkol. Magenda dengan sasaran sebelah Utara
Menado.
d. Operasi Sapta Marga IV dibawah pimpinan Letkol. Rukminto Hendraningrat dengan sasaran
Sulawesi Utara
e. Operasi Sapta Marga V dibawah pimpinan Pieters dengan sasaran Jailolo.
f. Operasi Sapta Marga VI dibawah pimpinan Letkol. KKO. H.H W. Huhnhloz dengan sasaran
Murotai
Akhir Pemberontakan
Pemberontakan di Sumatra dapat dengan mudah ditumpas oleh pemerintah.Mereka tidak
melakukan perlawanan yang berarti.Pasukan banyak yang melarikan diri, bersebunyi dan
menyerah.Para tentara kebanyakan dari para pelajar dan mahasiswa yang belum berpengalaman
dalam perang. Tawaran Soekarno dan Nasution tentang pemberian amnesti, abolisi dan
rehabilitasi diterima oleh mereka .

9
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Terjadinya suatu peristiwa tidak lepas dari hal-hal yang telah terjadi sebelumnya, seperti yang
telah diketahui bahwa dalam disiplin ilmu sejarah berlaku hukum kausalitas atau sebab-akibat.
Peristiwa G30 SPKI, RMS dan pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi juga tidak lepas dari
berbagai factor yang menyebabkannya. Factor politis dan ekonomis sangat berperan sebagai
penyebab dari pemberontakan ini.Posisi militer sebagai opsan pemerintah berusaha mengambil
alih kekuasaan sipil setelah melihat berbagai kekurangan dalam berbagai kebijakannya.
Kondisi yang dianggap ”sentralistik” oleh daerah menyebabkan hubungan antara pusat dan
daerah menjadi kurang harmonis. Gerakan PRRI/Permesta merupakan gejolak daerah yang
berusaha melakukan koreksi terhadap kondisi bangsa yang morat-marit.
Gerakan tersebut membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa Indonesia. Kerugian
materi maupun psikologis diderita masyarakat, tetapi disisi lain gerakan tersebut menyadarka
para pemimpin bangsa akan pentingnya otonomi daerah serta keharusan untuk menghayati
hakekat Binneka Tunggal Ika.
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25
April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu
Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS
dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada
November 1950 lewat kekuatan senjata.
Pada 14 Juli 1950 Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting
RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga
menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan kapal-kapal
pemerintah.
Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950,
sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda adalah Prof. Johan Manusama.
Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di
Ambon berjalan lancar membuat pemerintahan Sukarnosehingga mengeluarkan perintah untuk
menangkap seluruh pimpinan dengan semua jajarannya, sehingga pada akhirnya dinyatakanlah
bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan
Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS

B. Saran
Alangkah baiknya kita mempelajari dan mengetahui sejarah-sejarah tentang
pemberontakan dunia khususnya Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dan
pemberontakan PRRI/PERMESTA
Dari pemberontakan tersebut kami dapat mengetahui bahwa Pemberontakan Republik
Maluku Selatan banyak sekali kisah-kisahnya pada masa lampau.

10
DAFTAR PUSTAKA

 www.wikipedia.org
 Thaib, Dahlan. 1994. Pancasila Yuridis Ketatanegaraan(Edisi Revisi), UPP AMP YKPN,
Yogyakarta
 Buku LKS Sejarah Kelas XII Semester I
 Agung Leo dan Aris Listiyani Dwi. 2009. Mandiri Sejarah. Jakarta: Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai