DISUSUN OLEH:
M AULIA RACHMAN
RAY RASIDIN
RINDI DEVI OKTAVIANI
SYEIBA TIFFANY R
VICTORIA
KELOMPOK 5 XII IPS 2 – SEJARAH INDONESIA
Latar Belakang
•Perubahan kebijakan pemerintah Portugis terhadap Timor Timur, yaitu
dengan menetapkan
Timor Timur sebagai salah satu provinsi Portugis.
•Rakyat Timor Timur menghendaki kemerdekaan Timor Timur atas
penjajahan Portugis.
•Penghapusan status koloni terhadap jajahan Portugis setelah Revolusi
Bunga.
Proses integrasi
Muncul partai politik yang memperjuangkan kemerdekaan Timor Timur.
•Union Democratica Timorense (UDT) menghendaki agar Timor Timur
tetap berada di bawah
kekuasaan Portugis dengan menjadi provinsi Portugis di seberang lautan.
•Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (Fretilin). Fretilin
menghendaki
kemerdekaan penuh bagi rakyat Timor.
•Associacao Populer Democratica Timorense (Apodeti). Apodeti
menghendaki agar Timor Timur
berintegrasi dengan wilayah Indonesia.
•Klibur Oan Timur Aswain (Kota). Kota ingin berintegrasi dengan
wilayah Indonesia.
•Trabalhista. Ingin berintegrasi dengan wilayah Indonesia.
Kronologi integrasi
•Pada 28 November 1975 Fretilin memproklamasikan kemerdekaan
Timor Timur.
•Pada 30 November 1975 kelompok pro-NKRI yang membacakan
Deklarasi Balibo yangb erisi keinginan bergabung dengan Republik
Indonesia.
•Pada 17 Desember 1975 tentara Indonesia masuk ke Timor Timur
sekaligus menandai awalO perasi Seroja.
•Pada 31 Mei 1976 Kepala Pemerintahan Timor Timur mengajukan
petisi yang berisip menggabungan Timor Timur dengan Indonesia.
•Pada 17 Juli 1976 Timor Timur resmi sebagai provinsi Republik
Indonesia
Pada Masa Orde Baru
Orde Baru (sering kali disingkat Orba) adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Jenderal Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan
Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat
Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga
1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang
pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela dan pengekangan kebebasan berpendapat.
Latar belakang
Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada
dalam kondisi yang relatif tidak stabil.Bahkan setelah Belanda secara
resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, keadaan
politik maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya
persaingan di antara kelompok-kelompok politik. Keputusan Soekarno
untuk mengganti sistem parlemen dengan Demokrasi Terpimpin
memperparah kondisi ini dengan memperuncing persaingan antara
angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu
berniat mempersenjatai diri. Sebelum sempat terlaksana, peristiwa
Gerakan 30 September terjadi dan mengakibatkan diberangusnya Partai
Komunis Indonesia dari Indonesia.Sejak saat itu, kekuasaan Soekarno
perlahan-lahan mulai melemah.
Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki
Rachmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir
Machmud bertemu dengan Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri
Panglima Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan
Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk meminta izin
menghadap presiden. Segera setelah mendapat izin, pada hari yang sama
tiga perwira tinggi ini datang ke Istana Bogor dengan tujuan melaporkan
kondisi di ibu kota Jakarta meyakinkan Presiden Soekarno bahwa
Angkatan Bersenjaya Republik Indonesia, khususnya Angkatan Darat,
dalam kondisi siap siaga.Namun, mereka juga memohon agar Presiden
Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan ini.
- Swasembada beras
Sejak awal berkuasa, pemerintah Orde Baru menitikberatkan fokusnya
pada pengembangan sektor pertanian karena menganggap ketahanan
pangan adalah prasyarat utama kestabilan ekonomi dan politik. Sektor
ini berkembang pesat setelah pemerintah membangun berbagai
prasarana pertanian seperti irigasi dan perhubungan, teknologi pertanian,
hingga penyuluhan bisnis. Pemerintah juga memberikan kepastian
pemasaran hasil produksi melalui lembaga yang diberi nama Bulog
(Badan Urusan Logistik).
- Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali
pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan
Orde Baru, Golkar selalu memenangkan Pemilu.