Kelas : 12 Mipa 6
Nomor Absen : 26
Tanggal 11 Maret 1966, Soekarno sedang memimpin sidang kabinet. Tiba-tiba, ajudannya
melaporkan kalau di sekitar Istana Negara ada pasukan tidak dikenal. Waduh, bikin panik nggak,
tuh? Tentu saja ajudan-ajudan Soekarno saat itu langsung panik.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Soekarno berangkat ke Istana Bogor
bareng Wakil Perdana Menteri (Waperdam) I Dr. Subandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh.
Sementara, Waperdam II Dr. Johannes Leimena menggantikan Soekarno memimpin sidang
kabinet. Sesampainya di Istana Bogor, Soekarno diminta untuk mengambil tindakan tegas untuk
mengatasi keadaan di Jakarta. Sebagai tanggapan, Soekarno mengeluarkan surat perintah yang
menunjuk Letnan Jenderal (Letjen) Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima
Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang menjamin keamanan, ketenangan, dan stabilitas
pemerintahan demi keutuhan Indonesia. Surat perintah ini dikenal sebagai Surat Perintah 11
Maret 1966 atau Supersemar.
Surat perintah inilah yang nantinya menjadi dasar pengangkatan Soeharto sebagai presiden
kedua Indonesia menggantikan Soekarno.
4. Organisasi apa saja yang tergabung dalam “Angkatan 66 atau Front Pancasila”?
Pada tanggal 26 Oktober 1965, Kesatuan-kesatuan aksi tersebut menggabungkan diri dan
membentuk Front Pancasila, yang beranggotakan:
KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)
KAPPI (Kesatua Aksi Pemuda Pemuda Indonesia)
KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia)
KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia)
KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia)
KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia)
KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia)
Front Pancasila mendatangi gedung DPR-GR pada tanggal 12 Januari 1966 dan mengajukan
tiga tuntutan yang terkenal dengan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat)
5. Tap MPR nomor berapakah tentang penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soekarno kepada Pak Soeharto?
(PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
Golongan Karya
7. Jelaskan dan sebutkan tentang isi dari trilogi pembangunan dan 8 jalur
pemerataan?
Kabinet menyelenggarakan Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984). Pelita III lebih
menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah
pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
Isi Trilogi Pembangunan terdiri dari:
Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang dan
papan (perumahan).
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan keselamatan.
Pemerataan pembagian pendapatan.
Pemerataan kesempatan kerja.
Pemerataan kesempatan berusaha.
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi
muda dan kaum wanita.
Pemerataan penyebaran pembangunan di wilayah tanah air.
Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
8. Sebutkan dan jelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa orde
baru?
Supersemar dan kelahiran Jenderal Soeharto
Sidang umum MPRS
Nawaksara
Pemilu
SidangMPR 1973
Peristiwa malaria 1974
Kerusuhan medan 1998
Tragedi gejayan
Peristiwa trisakti
Kerusuhan 1998
10. Jelaskan pula tentang perkembangan Industrialisasi pada masa Orde Baru?
Revolusi Hijau yang dijalankan Indonesia pada masa Orde Baru ini yang menyebabkan
upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang
ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada
kapitalisme.
Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu
pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya
masyarakat industri. Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan
di bidang teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat.
Industrialisasi ini juga berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya, dimana
Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
1. Krisis Moneter
Krisis keuangan merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab rezim orde baru
mengalami keruntuhan, Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur sekitar juli 1997.
Yang menyebabkan terjadinya kepanikan global. Dalam sejarah ASEAN, Thailand merupakan
negara pertama yang mengalami krisis keuangan hingga hampir disebut sebagai negara bangkrut.
Akibat yang timbul dari krisis tersebut menyebabkan pelemahan diberbagai sektor keuangan
termasuk di Indonesia.
Sebelumnya tak ada indikasi krisis tersebut akan sampai ke Indonesia, ini karena inflasi yang
cukup rendah, devisa negara yang dirasa masih cukup besar dan karena nilai surplus berada
dikisaran USD 900 juta. Perkembangan dunia usaha pun masih stabil karena banyaknya investor
yang menanamkan modalnya di Indonesia. Krisis yang menghantam Thailan dan membuat mata
uangnya merosot tajam, tak pelak ini pun ikut mengguncang perekonomian di Indonesia.
Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah yang turun dari angka Rp 2.575 per USD menjadi Rp
2.603 per USD. Justru merosot tajam di angka Rp 5.000 per USD pada akhir desember, dan
justru sangat terpuruk tajam di angka Rp 16000 per USD pada maret 1998. Ini membuat seluruh
masyarakat di indonesia dan seluruh penanam modal merasa panik yang akhirnya membuat
mereka menarik semu saham yang telah ditanam di Indonesia. Keadaan ekonomi yang kacau
menyebabkan masalah dimana-mana stabilitas nasional sungguh terguncang dan kacau.
3. Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian dijalankan
dengan asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang terjadi justru dikusai oleh
sebagian orang saja yakni para konglomerat dan terjadi monopoli ekonomi, atau dengan kata lain
sistem ekonomi yang dijalankan merupakan sistem kapitalis.
5. Masalah Politik
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme). Pada masa orde baru, kekuatan politik pun dibatasi. Seperti terlihat pada
penyederhanaan partai politik yang hanya menjadi tiga partai saja yakni PPP, PDI dan Golongan
Karya. Dengan dalih untuk menciptakan stabilitas dan keamanan bangsa dan negara yang lebih
terjaga. Ini menyebabkan banyak aspirasi rakyat yang seolah terbungkam dan secara tidak
langsung wajib menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah.
Adanya dualisme fungsi ABRI yang menjadi kekuatan utama pemerintahan orde baru. Ini
sangat bertentangan dengan sejarah lahirnya Pancasila yang selama ini di junjung tinggi oleh
seluruh rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yang mengkritik kebijakan pemerintah pada
masa orde baru saat itu, konsekuensinya adalah hukuman penjara karena dianggap menciptakan
keresahan dan mengganggu stabilitas negara. Ini hanya upaya pemerintahan untuk tetap menjaga
eksistensinya pada masyarakat.
6. Kepercayaan
Berkurangnya rasa simpati masyarakat akibat praktek-praktek KKN yang seolah dihalalkan oleh
pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini pun membuat para investor menarik
seluruh modal yang ditanamkan di Indonesia secara besar-besaran yang semakin membuat
Indonesia terjebak dalam krisis berkepanjangan. Aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan kalangan
mahasiswa yang berubah menjadi tragedi kekerasan menghilangkan rasa percaya terhadap
pemerintah yang akhirnya memicu gelombang demonstrasi yang luar biasa menuntut lengsernya
Soeharto.
7. Tragedi Trisakti
Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen dan staf kampus yang
diikuti oleh lebih dari 10.000 mahasiswa dan digelar pada 12 mei 1988 yang pada intinya
meminta pemerintah melakukan reformasi disegala bidang baik pemerintahan, ekonomi maupun
politik yang menginginkan diadakannya sidang istimewa MPR. Namun aksi damai ini dinodai
dengan adanya penembakan oleh aparat terhadap empat mahasiswa Trisakti yakni Hendriawan
Sie, Heri Hartanto, Elang Mulya Lesmana, dan Hafidin Royan. Yang memicu aksi kekerasan
meluas di berbagai penjuru wilyah saat itu. Dan semakin membuat Indonesia jatuh terpuruk
dalam krisis yang seolah tanpa akhir, yang menjadi catatan terburuk dalam sejarah kemerdekaan
Indonesia.
Bukan hanya di Jakarta, di berbagai kota besar lainnya seperti di Semarang, Medan, Solo,
Surabaya pun terjadi aksi demo serupa yang menuntut reformasi. Dan di Yogyakarta, pada 19
Mei 1998 bersamaan dengan aksi demo di Jakarta di Yogyakarta pun tidak kurang dari satu juta
manusia berkumpul di alunalun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung,
guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
10. Sosial
Keadaan sosial masyarakat yang majemuk menghadirkan masalah yang kompleks.
Pembangunan yang tidak merata pada sebagian besar masyarakat pun menjadi pemicu terjadinya
diskriminasi. Masalah sosial ini bersumber dari kesenjangan sosial yang ada dimasyarakat,
terutama dengan adanya program transmigrasi. Meningkatnya transmigrasi penduduk pulau jawa
ke wilayah pulau kalimantan, sulawesi dan irian jaya yang difasilitasi oleh pemerintah ternyata
memiliki dampak negatif.
Penduduk lokal merasa termajinalkan dan menjadi sebuah kecemburuan sosial yang pada
akhirnya mencetuskan konflik terbuka diantara para transmigran asal pulau jawa dengan
penduduk lokal. Dan program transmigrasi tersebut memunculkan sentimen yang menganggap
program tersebut sebagai program jawanisasi oleh pemerintah pusat.
11. Diskriminasi
Sikap diskriminatif pemerintah terhadap masyarakat keturunan Tiong hoa, sejak 1967
warga Tiong hoa dilarang mengeluarkan pendapat dan dianggap sebagai orang asing serta tak
diakui sebagai warga negara Indonesia dan bahkan kedudukan mereka berada dibawah warga
asli atau pribumi. Ini secara tersirat telah menghapuskan hak-hak mendasar yang dimiliki warga
Tiong hoa. Dan tentu saja mencederai sejarah HAM dan juga tentunya sangat merusak makna
dan sejarah bhinneka tunggal ika itu sendiri.
Dengan semakin kacaunya kondisi di Indonesia waktu itu, dan semakin menguatnya desakan
dari berbagai pihak pada Soeharto untuk mundur.
Dan pada 20 mei 1988 akhirnya digelar sidang istimewa MPR, dan 21 mei 1988 Soeharto
pun resmi mengundurkan diri yang diumumkan di Istana Merdeka Jakarta dan menyerahkan
kepemimpinan pada wakilnya yaitu BJ. Habibie.