Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SEJARAH INDONESIA

Nama: Gavin Tantomi

Kelas: XII MIPA 3

No. Absen: 10

Tugas SJI KD. 3.5


1. Jelaskan:

a). Aksi Tritura

Jawab: Tri Tuntutan Rakyat (disingkat Tritura) adalah 3 tuntutan kepada pemerintah yang


diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Selanjutnya diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh
Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia
(KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

b). Supersemar

Jawab: Supersemar adalah surat yang mengawali peralihan kepemimpinan nasional dari
pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru. Lewat surat yang dikeluarkan pada 11 Maret 1966 ini,
terjadi penyerahan mandat kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto, yang saat itu masih
menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat. Supersemar dikeluarkan dengan tujuan
mengatasi konflik dalam negeri saat itu, yang salah satunya dipicu peristiwa G30S/PKI pada 1
Oktober 1965.

c). Dualisme kepemimpinan

Jawab:
Dualisme kepemimpinan merupakan kondisi dimana dalam suatu organisasi (negara)dipimpin
oleh dua orang pemimpin. Peristiwa ini pernah muncul pada era Soekarno-Soeharto padatahun
1966-1967 pasca keluarnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar).Dualisme kekuasaan muncul
saat pihak Presiden Soekarno masih menjabat presiden,namun pamornya telah kian merosot
akibat peristiwa G 30 S/PKI. Soekarno dianggap tidak aspiratifterhadap tuntutan masyarakat
yang mendesak agar PKI dibubarkan. Ditambah lagi dengan ditolaknya pidato
pertanggungjawabannya hingga dua kali oleh MPRS. Sementara itu, Soeharto setelah mendapat
Surat Perintah Sebelas Maret dari Presiden Soekarno dan sehari sesudahnyamembubarkan PKI,
namanya semakin populer. Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto
sebagai pengemban Supersemar, diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet, yang
diberi nama Kabinet Ampera.

d). Dwifungsi ABRI

Jawab: Dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) merupakan sebuah konsep
dan kebijakan politik yang mengatur tentang fungsi ABRI dalam tatanan kehidupan bernegara.
Dwifungsi ABRI memiliki arti bahwa ABRI memiliki dua fungsi yaitu, fungsi sebagai kekuatan
militer Indonesia dan fungsi sebagai pemegang kekuasaan dan pengatur negara.

Kebijakan Dwifungsi ABRI sebenarnya telah diterapkan pada awal Orde Baru, namun baru
dilegalkan oleh Soeharto pada tahun 1982 melalui Undang-Undang nomor 20 tahun 1982.
Penerapan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial
dan politik Indonesia.

2. Bagaimana program rehabilitasi ekonomi masa orde baru.

Jawab: Program rehabilitasi ekonomi Orde Baru dilaksanakan berlandaskan pada Tap MPRS
No.XXIII/1966 yang isinya tentang pembaruan kebijakan landasan ekonomi, keuangan, dan
pembangunan.Tujuan dikeluarkan keterapan tersebut adalah untuk mengatasi krisis dan
kemerosotan ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak tahun 1955. Berdasarkan
ketetapan tersebut, Presiden Suharto mempersiapkan perekonomian Indonesia sebagai
berikut:

 Mengeluarkan Peraturan 3 Oktober 1966, tentang pokok-pokok regulasi.


 Mengeluarkan Peraturan 10 Pebruari 1967, tentang harga dan tarif.
 Peraturan 28 Juli 1967, tentang pajak usaha serta ekspor Indonesia.
 UU No. 1 Tahun 1967 , tentang Penanaman Modal Asing.
 UU No. 13 Tahun 1967, tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja ( RAPB).

3. Bagaimana kondisi politik pada masa orde baru.

Jawab: Berikut kondisi politik masa Orde Baru:

1) De-Soekarnoisasi
De-Soekarnoisasi adalah istilah yang merujuk pada upaya untuk menghilangkan
pengaruh-pengaruh Soekarno dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, beragam ideologi
Soekarno dinyatakan tidak lagi menjadi ideologi negara dan direduksi menjadi ideologi
Pancasila saja. Pada Agustus 1967, Pemerintah Orde Baru juga menghapuskan lembaga-
lembaga negara yang berkaitan dengan Soekarno.
2) Peristiwa Malari
Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa
Malari merupakan peristiwa demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
mengkritisi kebijakan investasi dan korporasi pemerintah Orde Baru. Demonstrasi
tersebut berujung dengan kerusuhan sosial di Jakarta. Peristiwa Malari bertepatan
dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka di Indonesia. Dalam buku
Indonesia Beyond Soeharto: Negara, Ekonomi, Masyarakat dan Transisi (2001) karya
Donald K Emerson, peristiwa Malari mengakibatkan pengrusakan produk mobil dan
motor Jepang, bangunan, dan menelan korban jiwa.
3) Petisi 50
Pada September 1976, Sawito Kartowibowo melakukan kritik terhadap praktik korupsi
rezim Orde Baru dengan menulis sebuah dokumen berjudul ‘’Menuju Keselamatan”.
Setelah itu, Sawito juga membuat dokumen petisi 50 yang berisi kritik tentang
penggunaan ideologi Pancasila sebagai alat untuk membasmi lawan politiknya. Sawito
meminta restu dari beberapa tokoh nasional untuk memuluskan jalannya seperti
Mohammad Hatta, TB Simatupang (pendiri ABRI), Buya Hamka, Natsir, Burhanudin
Harahap, Ali Sadikini dll.
4) Penahanan Tokoh Politik dan Pembredelan Media Massa
Rezim Orde Baru menggunakan cara-cara yang represif untuk mengendalikan gejolak-
gejolak politik yang timbul dari masyarakat. Pemerintah Orde Baru yang bercorak
militeristik otoriter, melakukan banyak penahanan politik kepada mahasiswa, tokoh
politik dan eks simpatisan PKI. Pemerintah Orde Baru menggunakan isu komunisme
untuk melakukan penahanan terhadap lawan-lawan politiknya. Pada tahun 1978, terjadi
lebih dari penahanan terhadap orang-orang yang dianggap berhubungan dengan
peristiwa G30S. Demonstrasi mahasiswa di kampus-kampus banyak yang menyuarakan
tentang isu korupsi, kolusi dan nepotisme dari rezim Orde Baru. Pada tahun 1979, ketua
Dewan Mahasiswa ITB bernama Herry Akhmadi dipenjarakan selama 2 tahun karena
dianggap menghina Presiden, DPR dan MPR. Pembredelan media massa oleh rezim Orde
Baru bertujuan untuk membungkam kritik yang dianggap membahayakan bagi
keberlangsungan pemerintahan. Surat kabar Harian Islam, Pelita dan Tempo dilarang
terbit karena memberitakan kekerasan kampanye berskala besar pada 1982.

4. Bagaimana kebijakan pembangunan di bidang pendidikan.

Jawab: Orde Baru merupakan sebutan untuk masa pemerintahan presiden Suharto yang
berlangsung pada dari tahun 1966 hingga 1998. Selama 32 tahun berlangsungnya
pemerintahan Orde Baru, berbagai kebijakan di berbagai bidang telah dikeluarkan. Kebijakan
masa Orde Baru menunjukkan dominasi negara yang sangat kuat meliputi berbagai bidang
salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Berikut ini merupakan kebijakan pendidikan
pada masa Orde Baru:

 Program pemberantasan buta huruf yang pada tahun 1972 dikembangkan lebih lanjut
dengan memberikan keterampilan tertentu.
 Melaksanakan pendidikan masyarakat agar memiliki kemampuan mental, spiritual, serta
keterampilan; ketiga, mengenalkan pendidikan luar sekolah yang berorientasi kepada
hal-hal penting yang berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya sebagai
kebutuhan praktis.
 Mengenalkan kegiatan inovasi pendidikan, misalnya Kuliah Kerja Nyata (KKN).
 Dibukanya sekolah dan universitas terbuka, wajib belajar, dan sebagainya.
 Pembinaan generasi muda melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Organisasi
Mahasiswa Kampus, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), atau organisasi
kepemudaan lainnya.
 Dilaksanakannya program orang tua asuh mulai tahun 1984.

5. Bagaimana proses integrasi Timor Timur.

Jawab: Timor Timur merupakan kawasan yang termasuk dalam gugus pulau Timor di Nusa
Tenggara Timur. Kawasan ini dulunya merupakan daerah jajahan dari bangsa Portugis. Pasca
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan perundingan tentang wilayah Indonesia
dengan Belanda, kawasan Timor Timur tidak masuk sebagai wilayah Republik Indonesia. Hal
tersebut karena wilayah Timor Timur masih berstatus sebagai daerah jajahan Portugis. 

Runtuhnya Kekuasaan Portugis

Runtuhnya kekuasaan Portugis atas Timor Timur terjadi sekitar tahun 1974 kerena
berkembangnya Revolusi Bunga atau Revolusi Anyelir.

Pada Mei 1974, pemerintahan baru di Portugal memberikan izin pendirian partai politik untuk
menentukan masa depan bangsa Timor Timur melalui referendum yang akan dilaksanakan pada
13 Maret 1975. Referendum tersebut meliputi 3 pilihan, yakni:

1) Menjadi daerah otonom dalam federasi Portugis


2) Menjadi negara bebas dan merdeka
3) Menjadi bagian dari Indonesia

Muncul tiga partai politik di Timor Timur dengan pandangan politik yang berlawanan yakni,
UDT, Fretilin dan Apodeti. Persaingan antara tiga partai tersebut menjadikan konflik yang
berkepanjangan dan mengharuskan masyarakat sipil mengungsi ke wilayah Indonesia.

Operasi Militer Indonesia

Dalam buku Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia (2004) karya Rosihan Anwar, disebutkan
bahwa Ali Moertopo memimpin pasukan dalam Operasi Komodo yang bertujuan untuk
integrasi Timor Timur ke Indonesia. Operasi Komodo merupakan misi intelijen yang dilakukan
oleh perwira perwira TNI. Pasca Operasi Komodo, Indonesia kembali melancarkan Operasi
Seroja pada Desember 1975. Amerika Serikat turut mengambil peran dalam operasi-operasi
keamanan yang dilakukan Indonesia di Timor Timur. Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat
tidak ingin Timor Timur jatuh kedalam pengaruh Komunis. Proses integrasi Timor Timur ke
dalam wilayah Indonesia secara resmi disahkan melalui UU no 7 tahun 1976 tentang penyatuan
ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I di
Timor Timur.

6. Bagaimana dampak kebijakan politik dan ekonomi masa orde baru.

Jawab: Selama berlangsungnya Orde Baru, pemerintahan Suharto telah mengeluarkan berbagai
kebijakan dalam berbagai bidang. Kebijakan-kebijakan tersebut berdampak terhadap
pemerintahan hingga masyarkat. Berikut ini dampak dari kebijakan politik dan ekonomi pada
masa Orde Baru.

 Dampak dari kebijakan politik adalah sebagai berikut:

1). Pemerintahan  bersifat sentralistis. Pemerintahan sentralistis ditandai dengan adanya


pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. 

2). Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan
sehingga pada akhirnya menjadi otoriter. 

3). Pemerintah Orde Baru dinilai gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik, Golkar
dianggap menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai
lainnya hanya sebagai alat pendamping agar tercipta citra sebagai negara demokrasi.

4). Anggaran dana antara pemerintah pusat dengan daerah tidak imbang.

5). Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah
yang diwakilinya.

 Dampak dari kebijakan ekonomi adalah sebagai berikut:

1). Swasembada pangan.

2). Penurunan angka kemiskinan dan kematian.

3). Kenaikan angka anak yang bersekolah.

Anda mungkin juga menyukai