KELOMPOK 1
ANGGOTA :
SITI BAROKAH
FATIMAH AZ ZAHRO
NISWA LUTVIA RAMADHANI
AZIZAH NUR FADHILAH
NASRUL DAYU PRATAMA
A. MASA TRANSISI 1966-1967
1. Latar Belakang
Adanya peristiwa G30S PKI telah menimbulkan kemarahan
rakyat keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau
perekonomian memburuk dan inflasi mencapai 600%.
Dengan keadaan tersebut muncul aksi-aksi tuntutan
penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30S PKI
semakin meningkat. Pada tanggal 25 Februari 1966
berdasarkan keputusan Panglima komando ganyang
Malaysia yaitu Presiden Soekarno KAMI dibubarkan. Pada
tanggal 10 Maret 1966 Presiden Soekarno menyatakan agar
partai-partai politik serta berbagai organisasi massa yang
hadir pada waktu itu menolak dan mengecam aksi
demonstrasi mahasiswa dengan tuntutan trituranya.
A. MASA TRANSISI 1966-1967
2. Supersemar
Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret merupakan surat perintah
yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret
1966. Dimana Supersemar memiliki isi tentang perintah untuk Letnan
Jenderal (Letjen) Soeharto yang saat itu menduduki jabatan Panglima
Komando Keamanan untuk mengambil semua tindakan yang
dianggap perlu untuk menghentikan gerakan pemberontakan G30S
PKI.
Isi supersemar
1.Mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya
keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan
dan jalannya Revolusi
2.Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-
Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya
3.Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam
tugas dan tanggung jawabnya
A. MASA TRANSISI 1966-1967
3.Dualisme Kepemimpinan
Dualisme kepemimpinan nasional terjadi karena
kondisi negara yang sedang mengalami gejolak politik di
tahun 1966 yaitu Soekarno sebagai pimpinan
pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai pelaksana
pemerintahan.
Presiden Soekarno menyampaikan pidato nawaksara
pada tanggal 22 Juni 1966 dalam Sidang Umum ke-IV
MPRS yang berisi pertanggungjawabannya atas sikapnya
dalam menghadapi Gerakan 30 September Raya
MPRS menugaskan Letjen Soeharto untuk membentuk
kabinet baru Ampera (amanat penderitaan rakyat).
B. STABILITAS POLITIK DAN
REHABILITASI EKONOMI
1. Latar Belakang
Pada masa pemerintahan Orde Baru dilakukan
penyederhanaan partai. Adapun realisasi
penyederhanaan partai dilaksanakan melalui
sidang umum MPR tahun 1973. Nahdlatul Ulama,
Partai Muslimin Indonesia, PI Perti, dan Partai
Syariat Islam Indonesia bergabung dalam PPP
(Partai Persatuan Pembangunan). Partai Nasional
Indonesia, Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia,
dan Partai Murba bergabung dalam PDI (Partai
Demokrasi Indonesia). Selain kedua kelompok
tersebut ada pula kelompok Golkar yang semula
bernama Sekber Golkar.
B. STABILITAS POLITIK DAN
REHABILITASI EKONOMI
2. Stabilitas Politik dan Rehabilitasi Ekonomi Terkait
menjelang kedatangan PM Jepang, Kakue Tanaka, pada
tanggal 15 Januari 1974, di Jakarta terjadi demontrasi
besar-besaran mahasiswa yang disusul dengan aksi
anarki. Untuk meredam gerakan mahasiswa tersebut
dikeluarkan SK/028/1974 tentang Petunjuk-Petunjuk
Kebijaksanaan dalam Rangka Pembinaan Kehidupan
Kampus Perguruan Tinggi. Demonstrasi dilarang, kegiatan
kemahasiswaan difokuskan pada bidang penalaran seperti
dengan diskusi atau seminar.
Pada tanggal 10 Januari 1967 pemerintah Orde Baru
memberlakukan UU No. 1 Tahun 1967 terkait tentang
Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan UU PMA,
pemerintah Orde Baru ingin menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa arah kebijakan yang akan ditempuh
oleh pemerintah Orde Baru berbeda dengan Orde Lama.
B. STABILITAS POLITIK DAN
REHABILITASI EKONOMI
3. Dualisme Kepemimpinan
Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan
nasional yang mengarah pada dualisme kepemimpinan. Di
satu pihak Presiden Soekarno masih menjabat presiden,
namun pamornya telah kian merosot. Soekarno dianggap
tidak aspiratif terhadap tuntutan masyarakat yang
mendesak agar PKI dibubarkan.
Hal ini ditambah lagi dengan ditolaknya pidato
pertanggungjawabannya hingga dua kali oleh MPRS.
Sementara itu Soeharto setelah mendapat Surat Perintah
Sebelas Maret dari Presiden Soekarno dan sehari
sesudahnya membubarkan PKI, namanya semakin populer.
Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno,
Soeharto sebagai pengemban Supersemar, diberi mandat
oleh MPRS untuk membentuk kabinet, yang diberi nama
Kabinet Ampera.
C. INTEGRASI TIMOR TIMUR
1. Latar Belakang
Terjadi akibat perang dingin dan kekhawatiran Indonesia
karena kemenangan komunis di Vietnam pada tahun 1975 .