Lahirnya orde baru ditandai TRITURA atau Tri Tuntutan Rakyat yang merupakan ide
perjuangan Angkatan 66/KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). TRITURA
terdiri dari tiga tuntutan yaitu pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan
penurunan harga.
TRITURA semakin panas karena sikap Presiden Soekarno yang bertolak belakang
dengan aksi-aksi mereka. Puncaknya, terjadi peristiwa G30S/PKI yang membuat
kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Soekarno menurun.Soekarno
akhirnya mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto yang disebut Surat
Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Dalam Surat Perintah tersebut Soekarno
menunjuk Soeharto untuk melakukan segala tindakan demi keamanan, ketenangan, dan
stabilitas politik. Supersemar menjadi titik awal berkembangnya kekuasaan Orde Baru.
Sejarah hari integrasi Timor Timur ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) terjadi tanggal 17 Juli 1976. Timtim sempat menjadi provinsi termuda di RI
selama Orde Baru sebelum akhirnya lepas pada 1999 dan menjadi negara sendiri dengan
nama Timor Leste sejak 2002. Proses integrasi Timor Timur didahului dengan invasi
militer oleh rezim Orde Baru yang disebut-sebut mendapat dukungan dari pemerintah
Amerika Serikat (AS). Kala itu, wilayah Timor Timur masih berada di bawah
pendudukan Portugal.
Ada tiga faksi yang berpengaruh di Timor Timur saat itu, yaitu Partai Uniao
Democratica Timorense (UDT), Frente Revolucionaria de Timor-Leste Independente
(Fretilin), dan Associacao Popular Democratica de Timor (Apodeti). UDT
menginginkan Timor Timur tetap menjadi koloni Portugal, Fretilin menghendaki
kemerdekaan dan menjadi negara sendiri, sedangkan Apodeti ingin agar Timor Timur
bergabung dengan Indonesia.
Di antara ketiga faksi ini, Apodeti paling lemah pengaruhnya, kalah dari UDT dan
Fretilin. Praktis, terjadi persaingan sengit antara UDT yang ingin mempertahankan
status quo melawan keinginan merdeka dari Fretilin. UDT menuduh bahwa Fretilin
akan membawa Timor Timur menjadi negara komunis. Perseteruan ini berujung pada
konflik berdarah dan banyak warga Timor Timur yang mengungsi ke kawasan
perbatasan yang dekat dengan wilayah Indonesia.
Kekuatan Fretilin ternyata kalah unggul dari angkatan perang RI yang konon
mendapat bantuan dari AS. Malam tanggal 7 Desember 1975, Dili jatuh. Tiga hari
berselang, giliran kota terbesar kedua di Timor Timur, Baucau, yang direbut oleh
militer Indonesia. Hanya setengah tahun sejak itu, tepatnya 17 Juli 1976, Timor
Timur sepenuhnya dikuasai dan resmi menjadi bagian dari NKRI sebagai provinsi
ke-27. Situasi ini bertahan selama Orde Baru berkuasa di Indonesia. Setelah
Soeharto dan Orde Baru runtuh pada 1998, diadakan referendum di Timor Timur
pada 30 Agustus 1999. Hasilnya, wilayah ini lepas dari Indonesia dan berdiri
sebagai negara sendiri bernama Timor Leste sejak 2002 hingga kini.