Arus listrik dapat mengalir didalam kawat penghantar karena adanya beda potensial
antara ujung-ujung penghantar itu. Arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial
rendah. Dalam perjalanannya, arus listrik mengalami beberapa jhambatan (tahanan).
Hambatan itu bisa disebabkan oleh besar kecilnya kawat penghantar dan jenis penghantar.
Berikut ini adalah data pengukuran tegangan listrik dan kuat arus yang diperoleh
dari suatu eksperimen, dengan tujuan menyelidiki hubungan antara arus listrik dan beda
potensial listrik.
V
No Tegangan Listrik V (Volt) Kuat Arus I (ampere)
I
1 1,5 0,15 10
2 3 0,30 10
3 4,5 0,45 10
4 6 0,60 10
5 7,5 0,75 10
6 9 0,90 10
7 10,5 1,05 10
8 12 1,20 10
Dari data diatas dapat diperoleh grafik hubungan antara arus listrik dan tegangan
listrik
Dari tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kuat arus yang mengalir
didalam suatu kawat penghantar berbanding lurus dengan beda potensial antara ujung-ujung
penghantar itu, asal suhu penghantar tetap. Semakin besar tegangan listrik, semakin besar
pula arus yang mengalir dalam rangkaian. Pernyataan tersebut dikenal dengan HUKUM
OHM. Hukum Ohm ini pertama kali ditemukan oleh George Simon Ohm tahun 1826.
Perbandingan tegangan listrik (V) dengan kuat arus (I) adalah tetap. Hasil bagi ini dinamkan
hambatan listrik atau resitansi dan diberi satuan ohm (Ω).
Jika beda potensial atau tegangan dilambangkan dengan V, kuat arus dengan I, dan
hambatan listrik diberi lambang R, maka secara matematis dapat dituliskan persamaan
berikut ini
V
R= atauV =I x R
I
Keterangan :
Sehingga :
Volt
1 Ohm = 1
Ampere
Komponen listrik yang khusus dibuat untuk menghasilkan hambatan listrik pada
suatu rangkaian dinamakan penghambat atau resistor. Di dalam rangkaian listrik, pengahantar
(resistor) diberi simbol sebagai berikut :
Di dalam rangkaian yang rumit, misalnya radio, hambatan digunakan untuk menjaga
kuat dan beda potensial atau tegangan pada harga tertentu agar komponen-komponen listrik
lainnya dapat berfungsi secara baik.
1. Pengertian Hambatan Listrik
Ada dua cara pengukuran untuk menentukan nilai hambatan suatu
penghambat, yaitu sebagai berikut.
a. Mengukur nilai tegangan dan kuat arusnya dengan menggunkan voltmeter dan
amperemeter. Rangkaian yang digunakan seperti ditujukan pada gambar di
bawah ini.
Hasil pembacaan nilai tegangan V pada voltmeter dan kuat arus I pada
amperemeter digunakan untuk menghintung nilai hambata R.
2. Hambatan Jenis
Pada suatu rangkaian listrik, penghnatarnya selalu menggunakan kawat. Kawat
penghantar ini terbuat dari logam.
Berikut ini adalah data pengukuran tegangan dan kuat arus untuk Nikelin dan
konstantan yang diperoleh dari suatu eksperimen, dengan tujuan menyelidiki nilai
hambatan berbagai jenis kawat.
V
No Jenis Logam ℓ(m) A (mm2) V (Volt) I (ampere) R= ( ohm)
I
1 Nikelin 0,2 0,35 6 2,1 2,9
Nikelin 0,4 0.35 6 1,2 5,0
2 Nikelin 0,4 0,35 6 1,2 5,0
Nikelin 0,4 0,35 6 2,2 2,8
3 Nikelin 0,2 0,35 6 2,1 2,9
Konstantan 0,2 0,35 6 3,4 1,8
l
R=P
A
Dengan :
R = hambatan kawat (ohm,Ω)
ℓ = panjang kawat (m)
A = luas penampang kawat (m2)
P = hambatan jenis kawat (ohm, m)
Berikut ini adalah tabel nilai hambatan jenis berbagai bahan zat.
Makin panjang kawat, makin besar hambatannya, sesuai dengan hukum Ohm,
V=IR, namun besar hambatan kawat untuk kuat arus I yang tetap menyebabkan
tegangan yang hilang semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa turunnya tegangan
listrik antara lain disebabkan oleh penggunaan kawat penghantar yang panjang.
Secara sederhana, pendirian gardu trafo didesign berdasarkan besarnya
tegangan yang hilang. Biasanya, spesifikasi tegangan listrik yang hilang di perumahan
ditetapkan 10%. Artinya, jika penambahan beban baru menyebabkan tegangan yang
hilang lebih dari 10%, maka beban tersebut harus dilayani oleh gardu trafo yang baru.
TUGAS
FISIKA
Disusun Oleh :