Anda di halaman 1dari 20

Resistansi dan Hukum Ohm

Resistansi
Resistansi atau disebut juga tahanan dapat didefinisikan sebagai sifat suatu zat yang melawan
(membatasi) aliran listrik (elektron) yang melaluinya. Bahan logam, larutan asam dan garam memiliki
daya hantar listrik yang tinggi sehingga disebut konduktor. Di antara logam murni, perak, tembaga,
dan aluminium merupakan urutan konduktor yang sangat baik. Seperti telah dibahas sebelumnya, hal
ini disebabkan pada bahan tersebut terdapat sejumlah besar elektron bebas atau memiliki ikatan yang
tidak terlalu kuat pada atomnya. Elektron ini dapat dengan mudah berpindah ke atom lainnya karena
adanya energi dari luar seperti penerapan beda potensial listrik. Saat mengalir melewati molekul atau
atom konduktor, elektron-elektron ini saling bergesekan dan bahkan bertabrakan dengan elektron
lainnya, sehingga menghasilkan panas. Sehingga penghantar memiliki sifat menghambat yang terjadi
pada setiap bahan.

Satuan umum dari tahanan adalah ohm setelah George Simon Ohm (1787-1854),
seorang ahli matematika Jerman yang pada sekitar tahun 1827 merumuskan
hukum yang dikenal dengan namanya sebagai Hukum Ohm. Tahanan 1 ohm
didefinisikan sebagai tahanan satu kolom air raksa yang panjangnya 1063 mm
dengan penampang 1 mm² pada temperatur 0 C. Sebuah konduktor dikatakan
mempunyai tahanan 1 ohm jika pada konduktor tersebut arus mengalir 1
Ampere melaluinya ketika 1 Volt tegangan dibebankan pada terminalnya.

Untuk isolator yang memiliki tahanan sangat tinggi, digunakan satuan yang jauh lebih besar, yaitu
mega-ohm = 106 ohm (awalan 'mega' atau mego berarti satu juta) atau kilo-ohm = 103 ohm (kilo berarti
seribu). Dalam kasus tahanan yang sangat kecil, digunakan satuan yang lebih kecil seperti mili-ohm =
10−3 ohm atau mikro-ohm = 10−6 ohm. Simbol untuk ohm adalah Ω.

Tahanan Pada Kawat Penghantar


Tahanan disimbolkan dengan R. Sebelumnya telah dibahas bahwa setiap penghantar memiliki sifat
menghambat dimana besarnya bergantung pada faktor-faktor berikut:

1. Berbanding lurus dengan panjang, 𝑙.


2. Berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar, 𝐴.
3. Bergantung pada sifat material.
4. Bergantung pada suhu penghantar.

Gambar 1. Pengaruh Dimensi Terhadapt Tahanan Konduktor

Jika faktor terakhir untuk saat ini kita abaikan, dapat dikatakan
𝑙 𝑙
𝑅∝ atau 𝑅 = 𝜌
𝐴 𝐴
Dimana 𝜌 adalah suatu konstanta yang bergantung pada sifat bahan penghantar dan dikenal sebagai
tahanan jenis.

Jika bentuk penghantar seperti pada Gambar 1, dimana:

𝑙 = 1 meter dan 𝐴 = 1 meter2, maka 𝑅 = 𝜌

Oleh karena itu, tahanan jenis atau disebut juga resistivitas suatu kawat penghantar dapat
didefinisikan sebagai tahanan antara permukaan berlawanan dari 1 meter kubik bahan tersebut.
Satuan tahanan jenis kawat penghantar adalah Ω-m. Jika panjang kawat penghantar dalam cm dan
luas penampang dalam cm2, maka tahanan jenis dalam Ω-cm.

Resistivitas sebuah bahan berubah dengan suhu. Nilai resistivitas dan koefisien suhu untuk berbagai
bahan diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Resistivitas dan Koefisien Suhu
Jenis Bahan Resistivitas dalam ohm-m pada 20C (x 10-8) Koefisien Suhu pada 20C (x 10-4)
Aluminium 2,8 40,3
Kuningan 6–8 20
Karbon 3000 – 7000 −5
Constantan atau Eureka 49 +0,1 hingga −0,4
Tembaga 1,72 39,3
(annealed/diperkuat)
Perak Jerman 20,2 2,7
(84% Cu; 12% Ni; 4% Zn)
Emas 2,44 36,5
Iron 9.8 65 Iron 9.8 65 Iron 9.8 65
Manganin 44 – 48 0,15
(84% Cu ; 12% Mn ; 4% Ni)
Air Raksa 95,8 8,9
Nichrome 108,5 1,5
(60% Cu ; 25% Fe ; 15% Cr)
Nikel 7,8 54
Platinum 9 – 15,5 36,7
Perak 1,64 38
Tungsten 5,5 47
Amber 5 × 1014
Bakelite 1010
Kaca 1010 – 1012
Mika 1015
Karet 1016
Sirlak 1014
Belerang 1015
Sumber: Theraja, B.L., Theraja, A.K. (2005). A Textbook of Electrical Technology Vol. I: Basic Electrical
Engineering. S. Chand Publishing
Contoh 1.
Sebuah kumparan terdiri dari 2000 lilitan kawat tembaga yang memiliki luas
penampang 0,8 mm2. Panjang rata-rata tiap lilitan adalah 80 cm dan
resistivitas tembaga adalah 0,02 μΩ–m. Tentukan resistansi kumparan saat
dihubungkan dengan tegangan 110 V DC.

Penyelesaian:
Panjang kumparan, 𝑙 = 0,8 × 2000 = 1600 m;
𝐴 = 0.8 mm = 0.8 × 10 m .
𝑅 = 𝜌 = 0,02 × 10 . ×
= 40 Ω.

Contoh 2.
Suatu blok karbon persegi panjang memiliki dimensi 1 cm × 1 cm × 50 cm.
a) Berapakah tahanan yang terukur antara kedua ujung persegi panjang karbon?
b) Berapakah tahanan antara dua permukaan persegi panjang yang berlawanan?

Tahanan karbon pada 20°C adalah 3,5 × 10−5 Ω-m.

Penyelesaian:
a) 𝑙 = 0,5 m;
𝐴 = 1 × 1 = 1 cm = 10 m .
,
𝑅 = 𝜌 = 3,5 × 10 = 0,175 Ω.
b) 𝑙 = 1 cm;
𝐴 = 1 × 50 = 50 cm = 5 × 10 m .
𝑅 = 𝜌 = 3,5 × 10 ×
= 7 × 10 Ω.

Contoh 3.
Arus 5 A mengalir pada suatu tahanan 10 Ω selama 4 menit.
a) Berapa coulomb elektron yang melewati tahanan?
b) Berapa banyak elektron yang melewati tahanan?
Muatan elektron = 1,6 × 10−19 C

Penyelesaian:
a) 𝑄 = 𝐼 × 𝑡 = 5 × (4 × 60) = 1200 C.
b) 𝑛 = = , ×
= 75 × 10 .

Contoh 4.
Resistivitas paduan besi-kromium-aluminium adalah 51 × 10−8 Ω-m. Suatu bahan lembaran berukuran
panjang 15 cm, lebar 6 cm dan tebal 0,014 cm. Tentukan resistansi:
a) Ujung berlawanan
b) Sisi berlawanan
Tahanan karbon pada 20°C adalah 3,5 × 10−5 Ω-m.

Penyelesaian:
a) Seperti terlihat pada Gambar (a)
𝑙 = 15 cm = 0,15 m;
𝐴 = 6.0,014 = 0,084 cm = 0,084. 10 m .
,
𝑅 = 𝜌 = 51. 10 , .
=
9,1. 10 Ω.
b) Seperti terlihat pada Gambar (b)
𝑙 = 0,014 cm = 14. 10 m;
𝐴 = 15.6 = 90 cm = 9. 10 m .
.
𝑅 = 𝜌 = 51. 10 .
=
79,3. 10 Ω.

Pengaruh Suhu
Perubahan suhu mempengaruhi nilai tahanan suatu material pada kondisi berikut:

a. Meningkatkan tahanan logam murni. Untuk jangkauan suhu yang tidak terlalu besar
perubahan ini secara rata-rata adalah sebuah hubungan linear seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.

Gambar 2. Perubahan suhu terhadap tahanan tembaga

b. Meningkatkan tahanan paduan bahan (alloy). Dalam beberapa kasus, peningkatannya relatif
kecil dan tidak teratur, namun beberapa paduan dengan tahanan tinggi seperti Eureka (60%
Cu dan 40% Ni) dan manganin, peningkatan tahanan dapat diabaikan pada kisaran suhu yang
cukup besar.
c. Mengurangi tahanan elektrolit, isolator seperti kertas, karet, kaca, mika, dan beberapa
konduktor seperti karbon. Oleh karena itu, isolator dikatakan memiliki koefisien suhu tahanan
negatif. Koefisien suhu suatu bahan dapat didefinisikan sebagai peningkatan tahanan per ohm
tahanan awal per ° C kenaikan suhu.

Misalkan tahanan konduktor 𝑅 pada 0°C dipanaskan hingga t °C. Tahanan 𝑅 setelah pemanasan
diberikan oleh:

𝑅 = 𝑅 (1 + 𝛼𝑡)
Dimana α adalah konstanta sebagai koefisien suhu tahanan konduktor.

Hukum Ohm
Rangkaian listrik terbentuk ketika terdapat jalur yang memungkinkan elektron bebas terus bergerak.
Pergerakan elektron bebas yang terus menerus melalui konduktor rangkaian disebut arus. Gaya yang
menggerakkan elektron dalam suatu rangkaian disebut tegangan. Tegangan adalah ukuran spesifik
energi potensial yang selalu relatif antara dua titik. Ketika kita berbicara tentang sejumlah tegangan
yang ada di suatu rangkaian, kita mengacu pada pengukuran berapa banyak energi potensial yang ada
untuk memindahkan elektron dari satu titik tertentu di rangkaian itu ke titik tertentu lainnya.

Elektron bebas cenderung bergerak melalui konduktor dengan terjadi gesekan yang berlawanan
dengan gerakan. Perlawanan terhadap gerakan ini disebut tahanan atau resistansi. Besarnya arus
dalam suatu rangkaian tergantung pada besar tegangan yang tersedia untuk menggerakkan elektron,
dan juga nilai tahanan dalam rangkaian untuk melawan arus elektron. Sama seperti tegangan, tahanan
adalah besaran relatif antara dua titik. Oleh karena itu, besar tegangan dan tahanan sering dinyatakan
sebagai ‘antara’ atau ‘melintasi’ dua titik dalam suatu rangkaian.

Untuk dapat membuat pernyataan yang berarti tentang besaran-besaran ini dalam rangkaian, kita
harus menjelaskan besarannya dengan menggunakan satuan. Untuk suhu kita bisa menggunakan
derajat Fahrenheit atau derajat Celcius. Tabel 2 memberikan satuan standar untuk arus listrik,
tegangan, dan tahanan.
Tabel 2. Besaran Listrik
Besaran Simbol Satuan Singkatan
Arus I Ampere A
Tegangan E atau V Volt V
Tahanan R Ohm Ω

Setiap unit pengukuran dinamai berdasarkan eksperimen terkenal di bidang kelistrikan: Ampere
diambil dari nama ilmuwan Prancis Andre M. Ampere, volt setelah Alessandro Volta dari Italia, dan
ohm setelah Georg Simon Ohm dari Jerman.

Simbol matematika untuk setiap besaran memiliki arti, R untuk resistansi dan V untuk voltage
(tegangan), sedangkan I untuk arus dianggap mewakili Intensitas. Simbol lain untuk tegangan E adalah
singkatan dari Electromotive force yang berarti Gaya gerak listrik. Umumnya simbol E mewakili
tegangan pada suatu sumber (seperti baterai atau generator) dan V mewakili tegangan pada beban.

Semua simbol ini dinyatakan dengan huruf kapital, kecuali dalam kasus di mana besaran (terutama
tegangan atau arus) menjelaskan nilai dalam suatu jangka waktu dan disebut sebagai nilai sesaat
(instaneous). Misalnya, tegangan baterai, yang stabil dalam jangka waktu yang lama, akan
dilambangkan dengan huruf kapital "E", sedangkan puncak tegangan dari sambaran petir pada saat
mengenai saluran listrik disimbolkan dengan huruf kecil "e" (atau huruf kecil "v") untuk menunjukkan
nilai tersebut pada satu waktu. Ketentuan huruf kecil yang sama ini juga berlaku untuk arus, huruf
kecil "i" mewakili arus pada suatu waktu. Kebanyakan pengukuran arus searah (DC) adalah stabil
sepanjang waktu, akan dilambangkan dengan huruf kapital.

Satuan dan simbol besaran listrik ini sangat penting untuk diketahui saat mulai mengeksplorasi
hubungan antar keduanya dalam rangkaian. Hubungan pertama, dan mungkin yang paling penting,
antara arus, tegangan, dan tahanan disebut Hukum Ohm, dipublikasikan oleh Georg Simon Ohm
dalam makalahnya tahun 1827, The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Penemuan utama
Ohm adalah perbedaan potensial (V) antara dua titik pada konduktor dengan arus (I) yang mengalir di
antara keduanya, adalah konstan, asalkan suhu konduktor tidak berubah. Ohm mengungkapkan
penemuannya dalam bentuk persamaan sederhana, yang menjelaskan bagaimana tegangan, arus, dan
hambatan saling berhubungan:
𝑉 𝑉
= konstan, atau = 𝑅
𝐼 𝐼
dimana R adalah tahanan konduktor antara dua titik yang dipertimbangkan.
Dalam persamaam aljabar ini, tegangan (V) sama dengan arus (I) dikalikan dengan resistansi (R).
Dengan menggunakan teknik aljabar, persamaan ini dapat dimanipulasi menjadi dua variasi, untuk
menyelesaikan I dan R, menjadi:
𝑉
𝐼= dan V = 𝐼𝑅
𝑅
Persamaan-persamaan ini berfungsi untuk membantu menganalisis rangkaian sederhana berikut:

Aliran elektron

+
Baterai Lampu (bercahaya)
-

Aliran elektron
Pada rangkaian di atas, hanya terdapat satu sumber tegangan (baterai, di sebelah kiri) dan satu
resistansi (lampu, di sebelah kanan). Jika diketahui nilai dari dua dari tiga besaran (tegangan, arus, dan
resistansi) di rangkaian ini, variabel ketiga dapat ditentukan menggunakan Hukum Ohm.

Dalam contoh pertama berikut, akan dihitung besar arus (I) dalam suatu rangkaian, ketika diberi nilai
tegangan (E) dan resistansi (R):

I=4A

+
Baterai Lampu
E = 12 V R = ???
-

I=4A

𝐸 12
𝑅= = =3Ω
𝐼 4
Pada contoh terakhir, akan dihitung besar tegangan yang dipasok oleh baterai, ketika diberi nilai
arus (I) dan resistansi (R):

I=2A

+
Baterai Lampu
E = ??? - R=7Ω

I=2A
E = 𝐼𝑅 = 2.7 = 14 V
Resistor
Karena hubungan antara tegangan, arus, dan resistansi pada rangkaian sangat teratur, suatu besaran
dalam rangkaian dapat dikendalikan dengan hanya mengatur nilai dua besaran lainnya. Besaran
rangkaian yang paling mudah dikendalikan adalah resistansi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengubah bahan, ukuran, dan bentuk komponen konduktifnya.

Komponen khusus yang disebut resistor dibuat dengan tujuan menciptakan jumlah resistansi yang
tepat untuk ditempatkan ke dalam rangkaian. Resistor biasanya terbuat dari kawat logam atau karbon,
dan direkayasa untuk mempertahankan nilai resistansi yang stabil pada berbagai kondisi lingkungan.

Tidak seperti lampu, resistor tidak menghasilkan cahaya, tetapi menghasilkan panas karena tenaga
listrik dihamburkan olehnya dalam rangkaian. Tujuan resistor bukan untuk menghasilkan panas yang
dapat digunakan, tetapi hanya untuk memberikan hambatan listrik dalam jumlah yang tepat.

Simbol skema yang paling umum untuk resistor adalah garis zig-zag seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Simbol Resistor

Nilai resistor dalam ohm biasanya ditampilkan sebagai angka pendekatan. Jika terdapat beberapa
resistor dalam suatu rangkaian, akan diberi label dengan nomor pengenal unik seperti 𝑅 , 𝑅 , 𝑅 dan
seterusnya. Seperti terlihat pada Gambar 4, simbol resistor dapat ditampilkan secara horizontal atau
vertikal.

R1
R2 25 Ω
100 Ω
Gambar 4. Resistor 100 Ω dan 25 Ω

Resistor sebenarnya tidak terlihat seperti simbol zig-zag, namun berbentuk seperti tabung atau
silinder kecil dengan dua kabel yang menonjol untuk disambungkan ke rangkaian. Gambar 5
memberikan contoh berbagai jenis dan ukuran resistor. Jenis-jenis bahan pembentuk resistor akan
dibahas pada bagian berikutnya.

Gambar 5. Bentuk dan ukuran resistor

Untuk lebih memperlihatkan tampilan fisiknya, simbol skema alternatif resistor berbentuk kotak
persegi panjang kecil seperti diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Simbol alternatif Resistor


Terdapat juga resistor yang memiliki resistansi yang dapat diubah-ubah disebut Variabel Resistor
bertujuan memberikan resistansi yang dapat disesuaikan, atau mungkin juga untuk mengatasi
beberapa komponen yang kebetulan memiliki resistansi yang tidak stabil. Simbol Variabel Resistor
diperlihatkan pada Gambar 7.

atau
Gambar 7. Variabel Resistor

Sebenarnya, setiap kali simbol komponen digambar dengan panah diagonal memotongnya,
komponen itu memiliki nilai variabel. Simbol ‘pengubah’ ini (panah diagonal) merupakan standar
konvensi simbol elektronik.

Hubungan Seri Tahanan


Ketika beberapa konduktor yang memiliki resistansi 𝑅 , 𝑅 dan 𝑅 dan seterusnya, kemudian
disambung dari ujung ke ujung seperti pada Gambar 8, dikatakan dihubungkan secara seri. Dapat
dibuktikan bahwa resistansi ekuivalen atau resistansi total antara titik A dan D sama dengan jumlah
dari ketiga resistansi individual. Pada rangkaian seri, perhatikan bahwa:

1. Arus melalui ketiga konduktor adalah sama


2. Jatuh tegangan pada masing-masing konduktor berbeda karena resistansi yang berbeda dan
dapat ditentukan menggunakan Hukum Ohm
3. Jumlah dari tiga jatuh tegangan sama dengan tegangan yang diberikan pada ketiga konduktor.

Gambar 8. Hubungan Seri Tahanan

Terdapat jatuh tegangan secara progresif dari titik A ke D seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9

Gambar 9. Jatuh tegangan pada rangkaian seri

Sehingga,

𝑉 = 𝑉 + 𝑉 + 𝑉 = 𝐼𝑅 + 𝐼𝑅 + 𝐼𝑅
Berdasarkan Hukum Ohm

V = 𝐼𝑅
Dimana R adalah resistansi ekuivalen dari rangkaian seri, maka:

𝐼𝑅 = 𝐼𝑅 + 𝐼𝑅 + 𝐼𝑅 atau 𝑅 = 𝑅 + 𝑅 + 𝑅
Berdasarkan uraian di atas, karakteristik utama rangkaian seri adalah:
 Arus yang sama mengalir melalui semua bagian rangkaian.
 Tahanan yang berbeda memiliki jatuh tegangan masing-masing.
 Jatuh tegangan bersifat aditif (saling menambahkan).
 Tegangan yang diberikan sama dengan total jatuh tegangan tiap tahanan.
 Resistansi bersifat aditif.
 Daya bersifat aditif.

Aturan Pembagi Tegangan


Pada rangkaian seri, arus yang sama mengalir melalui masing-masing tahanan, maka besar jatuh
tegangan ditentukan oleh resistansinya. Pada Gambar 10 ditunjukkan baterai 24 V yang dihubungkan
dengan tiga resistor seri.

A
V1
R1 2Ω
B
V2
R2 4Ω
24 V
C
R3 6 Ω V3

D
Gambar 10. Rangkaian seri

Resistansi total

𝑅 = 𝑅 + 𝑅 + 𝑅 = 12 Ω
Menurut Aturan Pembagi Tegangan, jatuh tegangan tiap tahanan adalah:
𝑅 2
𝑉 =𝑉∙ = 24 × =4V
𝑅 12
𝑅 4
𝑉 =𝑉∙ = 24 × =8V
𝑅 12
𝑅 6
𝑉 =𝑉∙ = 24 × = 12 V
𝑅 12

Hubungan Paralel Tahanan


Tiga tahanan yang dihubungkan seperti pada Gambar 11 dikatakan terhubung secara paralel. Pada
kondisi ini:
1. Jatuh tegangan di semua tahanan adalah sama
2. Arus di setiap tahanan berbeda dan ditentukan menggunakan Hukum Ohm
3. Arus total adalah jumlah dari ketiga arus tiap tahanan.
Gambar 11. Hubungan Paralel Tahanan

Sehingga,
𝑉 𝑉 𝑉
𝐼 = 𝐼 +𝐼 +𝐼 = + +
𝑅 𝑅 𝑅
Karena
𝑉
𝐼=
𝑅
Dimana V adalah tegangan yang diberikan ke rangkaian dan R adalah resistansi ekuivalen dari
rangkaian paralel, maka:
𝑉 𝑉 𝑉 𝑉 1 1 1 1
= + + atau = + +
𝑅 𝑅 𝑅 𝑅 𝑅 𝑅 𝑅 𝑅
Karakteristik utama rangkaian paralel adalah:
1. Tegangan sama pada semua bagian rangkaian
2. Tiap tahanan memiliki arus masing-masing.
3. Arus cabang bersifat aditif.
4. Konduktansi bersifat aditif.
5. Daya bersifat aditif.

Contoh 5.
Tentukanlah besar arus dan tegangan yang terdapat di tiap tahanan pada rangkaian di bawah ini.

9V R1 10 kΩ R2 2 kΩ R3 1 kΩ

Penyelesaian:
Dengan menerapkan Hukum Ohm untuk menentukan arus setiap tahanan karena diketahui
tegangan pada masing-masing tahanan (9 volt) dan besar tiap tahanan.
𝑉 9V
𝐼 = = = 0,9 mA
𝑅 10 kΩ
𝑉 9V
𝐼 = = = 4,5 mA
𝑅 2 kΩ
𝑉 9V
𝐼 = = = 9 mA
𝑅 1 kΩ
Arus total rangkaian sama dengan jumlah arus tiap cabang.
𝐼 = 𝐼 + 𝐼 + 𝐼 = 14,4 mA
Dengan menerapkan Hukum Ohm, dapat dihitung tahanan total rangkaian:
𝑉 9V
𝑅= = = 625 Ω
𝐼 14,4 mA
Nilai tersebut dapat ditentukan menggunakan hubungan antara resistansi total dengan
resistansi individu dalam rangkaian paralel seperti berikut:
1 1 1 1
= + +
𝑅 𝑅 𝑅 𝑅
Maka,
1 1
𝑅= = = 0,625 kΩ = 625 Ω
1 1 1 0,1 + 0,5 + 1
𝑅 + 𝑅 + 𝑅

Kombinasi Hubungan Seri-Paralel Tahanan


Dengan rangkaian seri sederhana seperti terlihat pada Gambar 12, semua komponen dihubungkan
ujung ke ujung untuk membentuk hanya satu jalur agar elektron mengalir melalui rangkaian. Arah
panah menunjukkan aliran eletron, arah arus listrik adalah sebaliknya seperti telah dibahas
sebelumnya.

Gambar 12. Rangkaian Seri

Dengan rangkaian paralel sederhana, semua komponen dihubungkan antara dua set titik bersama
(common) secara elektrik, menciptakan banyak jalur bagi elektron untuk mengalir dari satu ujung
baterai ke ujung lainnya. Seperti terlihat pada Gambar 13, titik 1-2-3-4 adalah titik common dan titik
5-6-7-8 adalah 1 set titik common lainnya.

Gambar 13. Rangkaian Paralel

Namun, jika komponen rangkaian dihubungkan secara seri di beberapa bagian dan paralel di bagian
lain, tidak dapat diterapkan satu set aturan untuk setiap bagian dari rangkaian itu. Untuk itu harus
diidentifikasi bagian mana dari rangkaian itu yang seri dan bagian mana yang paralel, kemudian secara
selektif menerapkan aturan seri dan paralel yang diperlukan untuk menentukan analisis berikutnya.
Sebagai contoh, perhatikan rangkaian Gambar 14 berikut.
Gambar 14. Rangkaian Kombinasi Seri-Paralel

Menggunakan tabel untuk meletakkan semua nilai tegangan, arus, dan tahanan dalam rangkaian akan
memudahkan dalam melihat besaran mana yang dapat dihubungkan dengan persamaan Hukum Ohm
secara tepat. Tabel 3 akan membantu mengelola berbagai nilai besaran pada rangkaian kombinasi
seri-paralel dengan menerapkan aturan masing-masing pada tiap komponen untuk rangkaian seri dan
paralel. Hukum Ohm berfungsi untuk menentukan nilai dalam kolom vertikal di tabel.

Tabel 3. Analisa rangkaian tahanan menggunakan tabel


R1 R2 R3 R4 Total
V 24 V
I A
R 100 250 350 200 Ω

Tujuan dari analisis rangkaian seri-paralel tahanan adalah untuk menentukan semua jatuh tegangan,
arus, dan disipasi daya dalam suatu rangkaian. Strategi umum untuk mencapai tujuan ini adalah
sebagai berikut:

Langkah 1: Tentukan tahanan-tahanan yang tergabung secara seri sederhana atau paralel sederhana.

Langkah 2: Gambar kembali rangkaian, ganti masing-masing kombinasi tahanan seri atau paralel yang
diidentifikasi pada langkah 1 dengan nilai ekivalennya. Jika menggunakan tabel untuk mengelola
variabel, buat kolom baru untuk setiap tahanan yang setara.

Langkah 3: Ulangi langkah 1 dan 2 hingga seluruh rangkaian direduksi menjadi satu tahanan ekivalen.

Langkah 4: Hitung arus total dari tegangan total dan resistansi total (𝐼 = ).

Langkah 5: Ambil nilai tegangan total dan arus total, kembali ke langkah terakhir dalam proses reduksi
rangkaian dan masukkan nilai-nilai tersebut jika memungkinkan.

Langkah 6: Dari nilai resistansi dan tegangan/arus total yang diketahui dari langkah 5, gunakan Hukum
Ohm untuk menghitung nilai yang tidak diketahui (tegangan atau arus) (𝑉 = 𝐼𝑅 atau 𝐼 = ).

Langkah 7: Ulangi langkah 5 dan 6 sampai semua nilai tegangan dan arus diketahui dalam konfigurasi
rangkaian aslinya. Intinya, proses dilanjutkan langkah demi langkah dari bentuk rangkaian yang
disederhanakan kembali ke bentuk aslinya yang kompleks, memasukkan nilai tegangan dan arus yang
sesuai hingga semua nilai tegangan dan arus dapat ditentukan.

Pada contoh rangkaian di atas, 𝑅 dan 𝑅 dihubungkan dalam rangkaian paralel sederhana, demikian
juga R3 dan R4. Setelah diidentifikasi, kedua bagian ini perlu diubah menjadi tahanan tunggal ekivalen,
sehingga rangkaian menjadi:
Simbol garis ganda (||) menyatakan paralel untuk menunjukkan bahwa nilai tahanan ekivalen dihitung
menggunakan persamaan:
1 𝑅 𝑅
𝑅 =𝑅 ∥𝑅 = =
1 1 𝑅 +𝑅
𝑅 +𝑅
Tahanan 71,429 Ω di bagian atas rangkaian ekivalen dengan 𝑅 dan 𝑅 secara paralel. Tahanan 127,27
Ω di bagian bawah ekivalen dengan 𝑅 dan 𝑅 secara paralel. Tabel analisa dapat diperluas untuk
memasukkan nilai tahanan ekivalen ini pada kolomnya sendiri:

R1 R2 R3 R4 𝑹𝟏 ∥ 𝑹𝟐 𝑹𝟑 ∥ 𝑹𝟒 Total
V 24 V
I A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 Ω

Rangkaian telah direduksi menjadi rangkaian seri dengan hanya dua resistansi ekivalen. Langkah
terakhir adalah menjumlahkan dua resistansi ini untuk mendapatkan resistansi total, yaitu sebesar
198,70 Ω. Rangkaian menjadi satu resistansi ekivalen dan nilai resistansi total dapat diletakkan pada
kolom paling kanan dari tabel. Perhatikan bahwa kolom Total telah diberi label tambahan (𝑅 ∥ 𝑅 −
−𝑅 ∥ 𝑅 ) untuk menunjukkan hubungan secara elektrik dengan angka pada kolom lainnya.

Simbol ‘——' digunakan di sini untuk menyatakan hubungan seri, seperti halnya simbol ‘||’ digunakan
untuk menyatakan "paralel".

𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟑𝟒 𝑹𝟏 ∥ 𝑹𝟐 − −𝑹𝟑 ∥ 𝑹𝟒


R1 R2 R3 R4 𝑅 ∥𝑅 𝑅 ∥𝑅 Total
V 24 V
I A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 198,70 Ω

Arus rangkaian dapat ditentukan dengan menerapkan Hukum Ohm untuk diletakkan pada kolom Total
𝑉 24 V
𝐼= = = 120,78 mA
𝑅 198,70 Ω
𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟑𝟒 𝑹𝟏𝟐 − −𝑹𝟑𝟒
R1 R2 R3 R4 𝑅 ∥𝑅 𝑅 ∥𝑅 Total
V 24 V
I 120,78 m A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 198,70 Ω
Arus total sebesar 120,78 miliamper ditampilkan sebagai satu-satunya arus pada rangkaian ekivalen
berikut:

Karena 𝑅 dan 𝑅 terhubung seri, arus yang melalui dua set resistansi ekivalen itu harus sama.
Selanjutnya, arus tersebut harus sama dengan arus total, sehingga tabel dapat diisi dengan nilai arus
yang sesuai, cukup dengan menyalin angka arus dari kolom Total ke kolom 𝑅 ∥ 𝑅 dan 𝑅 ∥ 𝑅 .

𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟏𝟐 − −𝑹𝟑𝟒


𝑹𝟑𝟒
R1 R2 R3 R4 𝑅 ∥𝑅 Total
𝑅 ∥𝑅
V 24 V
I 120,78 m 120,78 m 120,78 m A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 198,70 Ω

Setelah diketahui arus yang melalui tahanan ekivalen 𝑅 dan 𝑅 , dengan menerapkan Hukum Ohm
didapat jatuh tegangan yang terdapat pada keduanya, untuk mengisi dua kolom vertikal bagian kanan:

𝑉 = 𝐼𝑅 = (120,78 mA) × (71,429 Ω) = 8,6275 V

Dan
𝑉 = 𝐼𝑅 = (120,78 mA) × (127,27 Ω) = 15,373 V

𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟑𝟒 𝑹𝟏𝟐 − −𝑹𝟑𝟒


R1 R2 R3 R4 𝑅 ∥𝑅 𝑅 ∥𝑅 Total
V 8,6275 15,373 24 V
I 120,78 m 120,78 m 120,78 m A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 198,70 Ω
Karena 𝑅 paralel terhadap 𝑅 dan 𝑅 paralel terhadap 𝑅 , dimana jatuh tegangan pada rangkaian
paralel adalah sama, besar jatuh tegangan ditransfer ke masing-masing ke kolom yang sesuai di tabel
untuk masing-masing tahanan tersebut. Dengan kata lain, rangkaian digambar selangkah menuju ke
gambar awal.

𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟑𝟒 𝑹𝟏𝟐 − −𝑹𝟑𝟒


R1 R2 R3 R4 𝑅 ∥𝑅 𝑅 ∥𝑅 Total
V 8,6275 8,6275 15,373 15,373 8,6275 15,373 24 V
I 120,78 m 120,78 m 120,78 m A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 198,70 Ω

Akhirnya, bagian dari tabel (kolom R1 sampai R4) yang dibutuhkan telah selesai dengan nilai yang
cukup untuk diselesaikan. Menerapkan Hukum Ohm ke kolom vertikal yang tersisa (𝐼 = ), dapat
ditentukan masing-masing arus melalui 𝑅 , 𝑅 , 𝑅 , dan 𝑅 .
𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟑𝟒 𝑹𝟏𝟐 − −𝑹𝟑𝟒
R1 R2 R3 R4 𝑅 ∥𝑅 𝑅 ∥𝑅 Total
V 8,6275 8,6275 15,373 15,373 8,6275 15,373 24 V
I 86,275 m 34,510 m 3,922 m 76,863 m 120,78 m 120,78 m 120,78 m A
R 100 250 350 200 71,429 127,27 198,70 Ω

Setelah mendapatkan semua nilai tegangan dan arus untuk rangkaian ini, dapat ditunjukkan nilai-nilai
tersebut dalam skema rangkaian berikut:

Contoh 6.
Berapakah nilai resistor R yang tidak diketahui pada Gambar jika jatuh tegangan pada resistor 500 Ω
adalah 2,5 volt? Semua resistansi dalam ohm.
Penyelesaian:
Dengan metode pembagi tegangan, jatuh tegangan pada tahanan 50 Ω adalah
50
𝑉 = 2,5 = 0,25 V
500
Jatuh tegangan pada CD, sama dengan jatuh tegangan pada CMD, yaitu:
𝑉 = 2,5 + 0,25 = 2,75 V
Jatuh tegangan resistor 550 Ω adalah
𝑉 = 12 − 2,75 = 9,25 V
Arus total rangkaian sama dengan arus yang mengalir pada resistor 550 Ω
𝑉 9,25 V
𝐼= = = 0,0168 A
550 Ω 550 Ω
Demikian juga,
𝑉 2,5 V
𝐼 = = = 0,005 A
500 Ω 500 Ω
Maka, arus yang mengalir pada tahanan 𝑅 adalah
𝐼 = 𝐼 − 𝐼 = 0,0168 A − 0,005 A = 0,0118 A
Dengan menerapkan Hukum Ohm, dapat dihitung tahanan 𝑅:
𝑉 2,75 V
𝑅= = = 233 Ω
𝐼 0,0118 A

Contoh 7.
Hitung resistansi total dari rangkaian tahanan berikut dan jatuh tegangan di setiap tahanan jika diberi
tegangan 60 V diantara titik A dan B.

Penyelesaian:
Resistansi antara A dan C
3.6
𝑅 =3∥6= =2Ω
3+6
Resistansi cabang ACD
𝑅 =𝑅 + 18 = 20 Ω
Resistansi antara A dan D
20.5
𝑅 =𝑅 ∥5= =4Ω
20 + 5
Resistansi total adalah resistansi antara A dan B
𝑅 = 𝑅 = 𝑅 + 8 = 12 Ω
Arus total rangkaian
𝑉 60
𝐼= = =5A
𝑅 12
Karena terdapat 2 jalur paralel antara titik A dan D yaitu melalui tahanan 𝑅 dan tahanan 5
Ω, maka berlaku persamaan:
𝐼=𝐼 +𝐼
Jatuh tegangan pada cabang paralel adalah sama, sehingga berlaku perbandingan arus
𝐼 𝑅 𝐼 𝑅 +5Ω
= dan =
𝐼 5Ω 𝐼 5Ω
Maka, arus yang mengalir pada tahanan 5 Ω adalah
𝑅 20
𝐼 =𝐼× =5× =4A
𝑅 +5Ω 25
Arus pada cabang ACD
𝐼 =𝐼−𝐼 =1A
Jatuh tegangan pada tahanan 3 Ω dan 6 Ω = 𝐼 . 𝑅 = 1.2 = 2 V
Jatuh tegangan pada tahanan 18 Ω = 𝐼 . 18 = 18 V
Jatuh tegangan pada tahanan 5 Ω = 4.5 = 20 V
Jatuh tegangan pada tahanan 8 Ω = 𝐼. 8 = 5.8 = 40 V

Contoh 8.
Tentukan resistansi 𝑅 dari rangkaian berikut

Penyelesaian:
Beri tanda simpul tambahan pada diagram sehingga menjadi C, D, F, G. Sederhanakan
rangkaian hingga seperti yang ditunjukkan pada Gambar.

Sehingga,
1 50
𝑅 = 50 ∥ 25 ∥ 50 = = = 12,5 Ω
1 1 1 4
+ +
50 25 50
Maka,
𝑅 = 2 + 12,5 + 8 = 22,5 Ω

Contoh 9.
Hitung arus yang mengalir pada tahanan 4 Ω.

Penyelesaian:
Langkah-langkah penyederhanaan menghasilkan tahanan ekivalen berikut
Tahanan cabang C
4.6
𝑅 =4∥6= = 2,4 Ω
4+6
Tahanan 1,6 Ω terhubung seri dengan tahanan 𝑅
𝑅 = 1,6 + 2,4 = 4 Ω
Tahanan 6 Ω terhubung paralel dengan tahanan 𝑅
6.4
𝑅 =4∥𝑅 = = 2,4 Ω
6+4
Maka tahanan total,
𝑅 = 1,6 + 𝑅 = 1,6 + 2,4 = 4 Ω
Arus total
40
𝐼= = 10 A
4
Tegangan terhadap 0 (titik O): 𝑉 = 40 V, maka
𝑉 = 𝑉 − 𝐼. 1,6 = 40 − 10.1,6 = 24 V
Sehingga rangkaian dapat disederhanakan menjadi

Maka: 𝐼 = = 4 A, sehingga 𝐼 = 𝐼 − 𝐼 = 10 − 4 = 6 A
Tegangan cabang C
𝑉 = 𝑉 − 𝐼 . 1,6 = 24 − 9.6 = 14,4 V
Arus yang mengalir pada tahanan 4 Ω
14,4
𝐼 = = 3,6 A
4
Sebagai tambahan, 𝐼 = 𝐼 − 𝐼 = 6 − 3,6 = 2,4 A
Jenis-jenis Resistor
Komposisi Karbon
Merupakan kombinasi partikel karbon dan resin pengikat dengan proporsi berbeda untuk
memberikan ketahanan yang diinginkan. Pada ujung elemen resistif terdapat tutup logam dari timah
terhubung ke kawat tembaga untuk menyolder resistor ke dalam rangkaian. Resistor dibungkus dalam
wadah plastik untuk mencegah masuknya uap air dan elemen berbahaya lainnya dari luar. Miliaran
resistor komposisi karbon digunakan dalam industri elektronik setiap tahun, tersedia dalam tingkat
daya ¼, ½ , 1 dan 2 W pada tingkat tegangan 250, 350 dan 500 V. Jenis ini memiliki tingkat kegagalan
yang rendah bila digunakan dengan benar.

Resistor semacam itu memiliki kecenderungan untuk menghasilkan derau listrik karena arus yang
mengalir dari satu partikel karbon ke partikel karbon lainnya. Kebisingan ini muncul dalam bentuk
derau di pengeras suara yang terhubung ke sistem hi-fi dan dapat menghilangkan sinyal yang sangat
lemah. Itulah mengapa digunakan resistor komposisi karbon di mana tidak menuntut persyaratan
kinerja dan biaya rendah menjadi pertimbangan utama. Oleh karena itu, jenis ini banyak digunakan
dalam aplikasi elektronik hiburan meskipun disarankan menggunakan resistor yang lebih baik pada
rangkaian kritis.

Karbon Tersimpan
Resistor karbon tersimpan terdiri dari batang keramik yang memiliki lapisan film karbon yang
mengendap di atasnya. Jenis ini dibuat dengan menempatkan batang keramik dalam labu berisi
metana dan memanaskannya dengan proses pemecahan gas hingga film karbon mengendap di
atasnya. Proses penggilingan heliks membentuk jalur resistif. Dibandingkan dengan resistor komposisi
karbon, resistor ini menawarkan peningkatan besar dalam kebisingan arus yang lebih rendah dan
dalam toleransi yang lebih sempit. Namun resistor masih di bawah kualitas resistor film logam dan
glasir logam.

Film Tinta Tegangan Tinggi


Resistor ini berbahan dasar keramik sebagai tempat tinta resistif khusus yang diletakkan pada pita
heliks. Resistor ini mampu menahan tegangan tinggi dan digunakan secara luas pada rangkaian sinar
katoda, radar, dan elektronik medis. Resistansinya berkisar dari 1 kΩ hingga 100.000 MΩ dengan
rentang tegangan hingga 1000 kV.

Film Logam
Resistor film logam dibuat dengan mendepositkan logam yang diuapkan dalam ruang hampa pada
batang inti keramik. Jalur resistif adalah helix-ground seperti pada resistor karbon tersimpan. Resistor
film logam memiliki toleransi dan koefisien suhu yang sangat baik dan sangat andal. Karenanya, sangat
cocok untuk berbagai aplikasi tingkat tinggi seperti pada tahap tingkat rendah dari instrumen tertentu
meskipun harganya jauh lebih mahal.

Pelapisan Logam
Resistor pelapisan logam terdiri dari campuran kaca logam yang diaplikasikan sebagai film tebal ke
substrat keramik dan kemudian ditembakkan untuk membentuk film. Nilai resistansi bergantung pada
jumlah logam dalam campuran. Dengan helix-grinding, resistansi dapat dibuat bervariasi dari 1 Ω
hingga sejumlah megaohm. Kategori lain dari resistor pelapisan logam terdiri dari film oksida yang
dilapisi pada substrat kaca.
Lilitan kawat
Resistor lilitan kawat berbeda dari semua jenis lainnya dalam arti tidak ada film atau lapisan resistif
yang digunakan dalam konstruksinya. Jenis ini terdiri dari inti keramik dengan lilitan kawat yang ditarik
sehingga memiliki karakteristik yang dikontrol secara akurat. Paduan kawat yang berbeda digunakan
untuk memberikan rentang resistansi yang berbeda. Resistor ini memiliki stabilitas dan tingkat daya
tertinggi.

Karena ukurannya yang besar, tingkat daya dan biaya tinggi, resistor jenis ini tidak cocok untuk aplikasi
berbiaya rendah atau kerapatan tinggi dan ruang yang terbatas. Resistor lilitan kawat yang lengkap
dilapisi dengan bahan isolasi seperti enamel panggang.

Cermet (Logam Keramik)


Resistor cermet dibuat dengan menembakkan logam tertentu yang dicampur dengan keramik pada
substrat keramik. Nilai resistansi tergantung pada jenis campuran dan ketebalannya. Resistor ini
memiliki nilai resistansi yang sangat akurat dan menunjukkan stabilitas tinggi bahkan di bawah suhu
ekstrim. Biasanya, resistor jenis ini dibuat dalam bentuk persegi panjang kecil yang memiliki timah
untuk dipasang pada papan sirkuit tercetak (PCB).

Anda mungkin juga menyukai