Anda di halaman 1dari 28

LISTRIK DINAMIK (1)

Hukum Ohm, Rangkaian Hambatan BAB 4


Hukum Kirchoff Fisika Dasar II

57
1. PENDAHULUAN : KUAT ARUS LISTRIK
Jika sebelumnya kita selalu membicarakan mengenai muatan yang diam
relatif, maka dalam pembahasan listrik dinamis, kita akan selalu
membicarakan muatan yang bergerak dalam suatu kawat/bahan konduktor.
Suatu bahan disebut bersifat konduktif (bahan konduktor) jika di dalamnya
Ampere
terdapat cukup banyak muatan (elektron) bebas. Elektron bebas adalah
elektron yang tidak terikat pada satu inti atom, atau meskipun terikat, ia
merupakan elektron yang letaknya jauh dari inti sehingga hanya
mendapatkan gaya tarik yang kecil saja. Elektron bebas ini kemudian, yang
akan mengalir dalam bahan (kawat) apabila ada perbedaan potensial
diantara dua titik pada kawat. Elektron-elektron dalam kawat yang memiliki
benda potensial mengalir dari potensial yang lebih rendah (-) ke potensial
yang lebih tinggi (+) (Namun dalam baterai yang terjadi justru sebaliknya).
Hal ini mirip dengan air di sungai yang hanya akan mengalir jika terdapat
beda potensial gravitasi (beda ketinggian) pada dua titik dalam sungai.

Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai : Banyaknya muatan yang mengalir
dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa dirumuskan sebagai :

Kuat Arus ( I) = muatan (Coulomb) = dQ (1)


waktu (detik) dt

Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah Ampere.

Arah dari arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya elektron,


ketentuan arah arus ini hanyalah merupakan sebuah kesepakatan yang
dilakukan sebelum diketahui bahwa penyebab utama timbulnya arus listrik
adalah partikel bermuatan negatif (elektron bebas).

E
Arah elektron

Gb 4.1 Arah arus listrik berlawanan dengan aliran elektron

Dalam sebuah bahan misalnya tembaga (yang merupakan bahan utama


kawat listrik) pada 300 K memiliki jumlah elektron bebas sebanyak n = 1029

58
buah setiap meter kubiknya yang bergerak sangat acak dan bertumbukan
satu sama lain dengan kecepatan rata-rata v = 10 6 m/s (satu juta meter tiap
detiknya). Waktu antar tumbukan satu dengan yang lainnya yang dialami
sebuah elektron berkisar atara 3x10 -14 detik. Sebuah waktu yang sangat
pendek.

6
v =10 m/s

Gb 4.2 Kecepatan Gerak Acak Elektron dalam Konduktor

Jika kita memberikan medan listrik pada kawat tembaga misalnya, maka elektron-
elektron sesuai dengan hukum elektrostatik yang pernah kita bahas, akan mengalami
gaya Coulomb sebesar :

F = qeE (4)

akibatnya elektron akan mengalami percepatan mengikuti hukum Newton :


a= F (5)
m
e

Jika waktu antar tumbukan adalah , maka kecepatan tumbukan (atau kecepatan
drfit) adalah :

vd = a (6)

Jika kita substitusikan a dari persamaan (4) dan F dari persamaan (5),
maka dihasilkan :
v d = qe E (7)
m
e
ini merupakan kecepatan arus listrik (drift velocity).
Kita akan menghitung seberapa besar kecepatan elektron pada arus listrik
ini. Misalkan kita memiliki kawat tembaga sepanjang l = 10 meter, dan pada
ujung-ujungnya kita berikan beda potensial V sebesar 10 Volt. Dengan
demikian medan listriknya dapat kita hitung melalui :
V
E= = 1 Volt / m
l

59
karena massa elektron sekitar 10-30 kg dan muatannya 1,6 x10-19 C, maka
jika hitung vd pada kawat tembaga :
(1,6x1019) (1)
v = (3x10 14 )
d
1030
3
= 5x10 m/s
sebuah kecepatan yang sangat rendah dan tidak diduga sebelumnya
bukan ? mengingat kecepatan elektron sendiri adalah 10 6 m/s. Sehingga
untuk menelusuri kawat 10 meter, elektron memerlukan waktu 10/(5x10 -3) =
2000 detik atau sekitar setegah jam !! jauh lebih lambat dari seekor kura-
kura bukan ?

Kura-kura

Elektron Vd

Gb 4.3 Kecepatan Alir (Drift Velocity) dari Elektron Lebih


Lambat Dari Gerak Seekor Kura-Kura

Sepertinya hal tersebut sangat mengherankan kita, jika kita menyalakan


saklar lampu dengan begitu cepat rasanya elekton mengalir dan membuat
lampu menyala. Namun mengapa kecepatan aliran elektron begitu rendah ?
Sesungguhnya hal ini tidaklah bertentangan.

Untuk memudahkan memahami dua hal yang sepertinya paradoks ini


bayangkanlah sebuah selang yang terhubung dengan keran air. Jika pada
awalnya selang berada dalam keadaan kosong, maka air akan
membutuhkan waktu yang lama untuk keluar dari ujung selang yang lain.
Namun jika selang telah terisi penuh dengan air, maka begitu keran sedikit
saja dibuka, maka seketika itu juga air memancar dari ujung selang yang
lain. Demikian juga halnya yang terjadi pada aliran elektron. Sejumlah besar
elektron telah berada dalam kawat konduktor, sehingga meskipun aliran
elektron ini lambat, namun ketika beda potensial dihubungkan dengan
kawat, seketika itu pula lampu menyala.

60
2. HAMBATAN/RESISTANSI R dan RESISTIVITAS
Ketika mengalir dalam suatu kawat konduktor, elektron
berhadapan/mengalami rintangan dari molekul-molekul dan ion-ion dalam
konduktor tersebut sehingga mengalami aliran arus listrik mengalami
semacam hambatan. Seberapa besar hambatan ini dinyatakan dengan
resistansi (hambatan) yang disimbolkan dengan R. Satuan dari hambatan
dalam SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan atau konduktor
dengan luas penampang A dan panjang l serta hambat-jenis (resistivitas)

adalah : l

Gb 4.4 Sebuah Kawat dengan Luas


Penampang A dan Panjang l

R= l (8)
A

dengan
R : Hambatan/resistansi (ohm)
: Hambatan jenis/Resistivitas (ohm. Meter)
l: panjang kawat (m)
A: luas penampang kawat (m2)

Resistivitas merupakan sifat dari medium. Zat dengan sifat konduktivitas


yang baik memiliki resistivitas yang sangat kecil, sedangkan zat yang
bersifat isolator sebalikya.

Tabel 4.1 Data beberapa sifat konduktifitas dan resistivitas Bahan

Sifat Konduktivitas Konduktivitas Resistivitas R


Konduktor Baik 108 10-8 10-2
Cu, Ag, Au
Isolator Baik

Kaca, Plastik 10-12-10-16 1012-1016 1020

61
Resistansi juga merupakan fungsi dari temperatur (dipengaruhi temperatur)
dengan rumusan sebagai berikut :

R = R o + R o (T To ) (9)

dengan : R = resistansi pada temperatur T


Ro= resistiansi pada temperatur To (temperatur kamar)
=koefisien temperatur resistansi

Bagaimana perubahan resistansi terhadap temperatur dapat dilihat pada


kurva berikut :

Gb 4.5 kurva perubahan resistansi terhadap temperatur untuk bahan tembaga

kurva di atas merupakan kurva perubahan resistansi terhadap temperatur


untuk bahan tembaga dengan resistansi pada temperatur kamar 1,7 x10 -8
dan koefisien temperatur pada temperatur kamar 3,9 x 10-3 C-1.

Resistansi (juga resistivitas) suatu bahan akan meningkat dengan naiknya


temperatur, dalam hal ini yang terjadi adalah kenaikan temperatur membuat
elektron bergerak lebih aktif dan lebih banyak tumbukan yang terjadi
sehingga arus listrik menjadi terhambat.

Berikut ini data resistivitas untuk beberapa bahan pada temperatur kamar
(berkisar 20oC) :

62
Tabel 4.2 Data resistivitas dan konstanta temperatr resistansi beberapa bahan

Bahan (m) (1/K)


Alumunium 2,8 x 10-8 3,9 x 10-3
Besi 10 x 10-8 5,0 x 10-3
Belerang 1 x 1015
Kaca 1010-1014
Kayu 108-1014
Karet 1013-1016
Karbon 3,5 x103 -0,5 x 10-3
Perak 1,6 x 10-8 3,8 x 10-3
Tembaga 1,7 x 10-7 3,9 x 10-3
Timah 22 x 10-8 4,3 x 10-3

Contoh :
Jika diketahui sebuah kawat logam dengan panjang 1 cm dan diamter 5 mm serta
resistivitasnya 1,76 x 10-8 ohm.meter, berapakah resistansi dari kawat tersebut ?

Jawab :
Menggunakan persamaan (8) :
l
R=
A
dengan A adalah luas penampang lingkaran r2 sehingga :
R= l = (1,76x108 ) 102 4.5x10-6
2r2 2(3,14)(2,5x103 )2

Contoh :
Nilai resistansi tembaga pada temperatur 0oC adalah 3,35 ohm. Berapakah
resistansinya jika temperatur naik menjadi 50 oC. Diketahui =4,3 x10-3 C-1
Jawab :
Dari persamaan (9) :

R = Ro + Ro (T To ) = 3,35 + (4,3x10-3 )(3,35)(50 0) = 4,57ohm

Dalam rangkaian listrik komponen yang digunakan sebagai hambatan adalah


resistor yang biasa dilambangkan dengan garis zigzag
63
Besarnya nilai resistansi dalam sebuah resistor biasanya ditunjukan oleh
cincin-cincin warna yang terdapat pada badan resistor tersebut, pada
umumnya sebuah resistor memiliki 4 cincin, meskipun kadang terdapat 5
cincin atau bahkan 6 cincin. Namun di sini kita pakai resistor 4 warna.
Warna-warna tersebut adalah kode-kode yang manunjukan besaran-besaran
tertentu seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Tabel kode warna pada resistor

Warna Cincin ke-1 Cincin ke-2 Cincin ke-3 Cincin ke -4


(digit pertama) (digit kedua) (pengali) (toleransi)

Hitam 0 0 1
Coklat 1 1 10 1%
Merah 2 2 100 2%
Jingga 3 3 1000
Kuning 4 4 10000
Hijau 5 5 100000
Biru 6 6 1000000
Ungu 7 7 -
Abu-abu 8 8 -
Putih 9 9 -
Emas - - 0,1 5%
Perak - - 0,01 10 %
kosong - - - 20 %
Dengan :

Cincin-1 : Digit pertama


Cincin-2 : Digit kedua
Cincin-3 : Faktor Pengali
Cincin-4 : Toleransi

Untuk resistor dengan 5 cincin, tiga warna pertama menunjukan digit angka
dan cincin keempat menunjukkan pengali, sedangkan digit kelima
mengindikasikan toleransi.

64
Contoh :
Sebuah resistor menunjukkan warna-warna sebagai berikut :

merah kuning
biru emas

Jawab :
Cincin-1 : merah benilai 2
Cincin-2 : biru bernilai 6
Cincin-3 : kuning bernilai 10000
Cincin-4 : emas bernilai 5 %
Sehingga nilai dari resistor tersebut adalah : 620000 5%

3. HUKUM OHM
George Simon Ohm (1789-1854) merumuskan hubungan antara kuat arus
listrik (I), hambatan (R) dan beda potensial (V) yang kemudian dikenal
dengan hukum Ohm yang penurunannya sebagai berikut :
Sekarang pandanglah sebuah kawat konduktor dengan panjang l dan
luas penampang A
Ohm
l
dV

dl

Gb 4.6 Kawat Konduktor dengan Panjang elemen volume dV

Arus didefinisikan sebagai banyaknya elektron yang melalui sebuah


konduktor tiap waktu (atau satu detik). Kita hitung kuat arus yang mengalir
pada panampang dengan volum dV seperti pada gambar. Karena berbentuk
silinder volume dari dV adalah :
dV = A dl
karena dl adalah jarak yang ditempuh elektron dengan kecepatan V d
dengan waktu 1 detik maka :

dl = vd 1 = vd
65
sehingga :

dV = A vd
sehingga banyaknya muatan yang mengalir pada dV adalah :

I = A vd n qe
jika kita substitusikan persamaan persamaan (7) untuk vd, maka diperoleh :
q2 n (10)
I= e
AE
me

yang berada dalam kurung pada persamaan (10) merupakan sifat bahan
dan sering disebut konduktivitas , sehingga :
I = AE
karena E=V/l, maka :
(11)
I = AV
l
karena konduktivitas merupakan kebalikan dari resistivitas (=1/ ),
maka persamaan 11 menjadi :

I AV
=
l
atau :

I= V
l
A

bagian di dalam kurung dari persamaan (8) kita ketahui sebagai R (resistansi), sehingga :
I V (12)
= R

ini tidak lain merupakan hukum Ohm.


Jika persamaan (12) dinyatakan dalam :
V = RI
kemudian disketsa dalam grafik, hasilnya nampak bahwa kurva berupa garis
lurua dengan gradien menunjukkan nilai dari R. Sifat material yang
menunjukkan kurva V-I berbentuk garis lurus seperti gambar 4.7 disebut
materal ohmik. Selain material Ohmik ada juga material non ohmik di mana

66
hambatan R bergantuk juga pada arus listrik I dan jika diplot dalam gravik V
terhadap I tidak lagi linier

V Non-ohmik
ohmik

R= tan

Gb 4.7Kurva Linier Hambatan Ohmik dan non-Ohmik

Contoh :
Pada gambar di bawah ditunjukkan salah satu cara untuk menentukan
hambatan sebuah resistor.

A
E

Tentukanlah besarnya hambatan dengan mengunakan hukum Ohm jika


pada voltmeter terbaca 3 Volt sedangkan pada amperemeter terbaca 2mA.
Jawab :

Pada voltmeter dianggap tidak mengalir arus listrik karena hambatan


dalamnya yang sangat besar dibanding R, sehingga dapat kita anggap aurs
yang terbaca pada amperemeter adalah juga arus yang mengalir pada
resistor sehingga menurut hukum Ohm, hambatan dapat dihitung
menggunakan persamaan :
R=V = 3 = 1,5 k
I 2x10 3

67
4. SUMBER TEGANGAN (GGL) DAN HAMBATAN DALAMNYA
Untuk membuat suatu rangkaian elektronika bekerja, kita memerlukan
sebuah sumber beda potensial (tegangan) agar menghasilkan arus yang
tetap. Alat semacam ini disebut sumber GGL (gaya gerak listrik), misalnya
baterai dan accu. Pada baterai beda tegangan yang dihasilkan biasanya 1,5
Gb 4.8 Baterai
adalah Salahsatuu V, meskipun ada juga beberapa baterai yang menghasilkan tegangan lebih
contoh Sumber
Tegangan kecil atau lebih besar. Ketika dirangkaikan pada sebuah komponen
elektronika, misalnya saja sebuah resistor. Arus akan mengalir menurut
hukum Ohm. Untuk memudahkan, katakanlah nilai hambatan dari resistor
sebesar 1 ohm, maka arus yang seharusnya mengalir dalam kawat adalah :
I = V =1,5V = 1,5A
R 1
Namun pada kenyataannya tidak demikian, baterai sesungguhnya memiliki
hambatan-dalamnya sendiri yang berasal dari material penyusunnya, dan
terutama proses kimiawi yang dihasilkannya. Nilai r ini cenderung membesar
karena residu proses kimiawi dalam baterai. Kita akan menamakan
hambatan dalam ini dengan r. Dengan adanya r, arus listrik yang mengalir
menjadi lebih kecil, atau cenderung mengecil.
Arus yang dihasilkan karena hambatan-dalam ini menjadi :

R
I= E = 1,5 = 1A
R + r 1 + 0,5
E, r
I

anggaplah r = 0,5 untuk sekedar memudahkan perhitungan.


Arus yang dihasilkan menjadi mengecil ketika r bertambah. Sebuah baterai
yang memiliki hambatan dalam r besar, kita sebut telah rusak, meskipun jika
anda ukur tegangan baterai memakai voltmeter pada kedua ujungnya,
tegangan yang dihasilkan nampak tidak berkurang.
Berikut sebuah ilustrasi yang dibuat agak ekstrim dengan membuat
hambatan dalam membesar dari 0 hingga 2 ohm, dan anda lihat bagaimana
kuat arus mengecil.

68
Gb 4.9 Penurunan Aliran Arus Listrik Akibat Bertambahnya
Hambatan Dalam Baterai

Contoh :
Sebuah baterai 6 volt dihubungkan dengan sebuah resistor dengan hambatan 9
ohm, jika diketahui hambatan-dalam dari baterai adalah 1 ohm, hitunglah :
a. Arus yang mengalir dalam rangkaian
b. Tegangan yang terukur dalam terminal baterai

a. Arus yang mengalir dalam rangkaian akan lebih kecil dari arus ideal yang
diharapkan I= E/R karena adanya hambatan dalam dari baterai yakni :
I= E = 6 = 0,6A
R + r 9+ 1
b. Tegangan yang terukur pun akan berkurang tidak lagi 6 volt seperti
mungkin tertera dalam label baterai namun akan berkurang karena
adanya sejumlah tegangan yang terambil karena hambatan dalam :
V=EIr
= 6 0,6 1 = 5,4 Volt

5. RANGKAIAN (KOMBINASI) HAMBATAN


5.1 Rangkaian Seri dan Paralel
Pada umumnya rangkaian dalam sebuah alat listrik terdiri dari banyak jenis
komponen yang terangkai secara tidak sederhana, akan tetapi untuk
mempermudah mempelajarinya biasanya jenis rangkaian itu biasa
dikelompokkan dalam RANGKAIAN SERI dan RANGKAIAN PARALEL.

69
Beberapa resistor dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi
arus (memperkecil arus) ataupu membagi tegangan.
Rangkaian seri adalah rangkaian yang tidak memiliki percabangan, seperti
pada gambar berikut :

R1 R2 R3 R4 R5

Gb 4.10 Rangkaian Hambatan yang Dipasang Seri

RTOTAL = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 (13)

Rangkaian paralel untuk tiga resistor diilustrasikan sebagai berikut :

R1
R2
R3

Gb 4.11 Rangkaian Hambatan yang Dipasang Seri

Seperhambatan totalnya adalah :


1 = 1 + 1 + 1 (14)
R R R R
TOTAL 1 2 3
atau :

R = R1 R2 R3
TOTAL
R2 R3 + R1R3 + R1R2

Anda harus berhati-hati, rumusan di atas hanya berlaku untuk tiga resistor
yang dipasang paralel dan bukan rumusan umum, untuk lebih dari tiga
resistor hambatan total tidaklah menjadi :

R = R1 R2 R3 R4 .......
TOTAL
R2 R3 + R1R3 + R1R2 + .........

yang berlaku adalah persamaan (14).


Sebuah contoh soal akan mempertajam pemahaman anda :

70
Contoh :
Suatu rangkaian hambatan dengan R1=R2=R3=R4=2 :

R1 R2 R4

R3

Jawab :

Untuk menyelesaikan sebuah rangkaian hambatan yang terdiri dari seri dan
parallel, dahulukan rangkaian parallel R2 dengan R3.

R2

R3

Hasil paralel R2 dan R3 :


R = R 2 R3 = 2 2 = 1
P
R2 + R3 2+2
Sehingga kita dapatkan rangkaian ekivalen sebagai berikut :

R1 RP R4

Ini merupakan rangkaian seri sehingga hambatan penggantinya dapat


diperoleh sebagai berikut :
RT=R1+RP+R4 = 2 + 1 +2 = 5

5.2 Pembagi Arus dan Pembagi Tegangan


Sebuah rangkaian hambatan yang dipasang paralel sesungguhnya juga
berfungsi untuk membagi arus. Dalam suatu rangkaian paralel (seperti
gambar di bawah) tegangan di A, B dan C sama besar :

VA
I
VB
V
C

Gb 4.12 Rangkaian Pembagi Arus

71
Namun arus yang mengalir dalam setiap cabang tidak sama dengan aarus
utamanya I karena arus telah terbagi dalam tiga cabang.
Hal yang sebaliknya terjadi di dalam suatu rangkaian seri, di mana kuat arus
pada setiap titik adalah sama, namun besarnya tegangan dalam setiap
resistor tidaklah sama :

IA IB IC

IA = IA = IB

Gb 4.13 Rangkaian Pembagi Tegangan

Contoh :
Perhatikan sebuah rangkaian berikut :

I R
1 2

R1 R4
I
R3
I2

Jika diketahui R1=R2=2 ohm, R3=R4 = 4 ohm, hitunglah arus yang mengalir
dalam R2 (I1) dan R3 (I3), serta E = 22 Volt.
Jawab :
Langkah pertama, kita harus menyederhanakan rangkaian hambatan di atas
menjadi sebuah hambatan ekivalen dengan menggunakan aturan seri dan
paralel, yaitu dengan memparalelkan R 2 dengan R3, kemudian men-
serikan hasilnya dengan R1 dan R4. Tujuannya adalah untuk memperoleh
arus utama I.

Hasil paralel antara R2 dengan R3 (kita sebut dengan Rp) adalah 4/3 ohm
dan jika diserikan dengan R1 dan R4 hasilnya adalah R= 22/3 ohm, sehingga
rangkaian di atas ekivalen dengan rangkaian berikut :

I E

72
Arus utama I dapat dihitung menggunakan hukum Ohm :
E 22
I= = = 3A
R 22 /3
Langkah kedua, kita hitung tegangan di antara titik a-b, b-c dan c-d juga
dengan hukum ohm
Rp
R1 R4
a b c d

I E

Arus yang mengalir pada ketiga hambatan R1, R4 dan Rp yang merupakan
hasil paralel dari R2 dan R3 adalah arus utama I, sehingga tegangan pada R 1
, R4 dan Rp Yakni Vab, Vcd, dan Vbc, adalah :

Vab = I R1 = 3 2 = 6 V
Vcd = I R4 = 3 4 = 12 V
4
Vbc = I Rp = 3 = 4 V

Jika kita jumlahkan Vab, Vcd, dan Vbc, maka hasilnya sama dengan tegangan
sumber sebesar 22 volt. Karena kita akan menghitung arus yang mengalir
pada hambatan R2 dan R3, maka kita perhatikan tegangan yang ada pada
ujung-ujung kedua hambatan tersebut yakni V bc. Tegangan di R2 dan R3
sama dengan Vbc karena keduanya paralel

Langkah ketiga, kita hitung arus yang melalui hambatan R 2 sebutlah I1 dan
arus I2 yang melalui R3 dengan hukum ohm :
Vbc 4
I1 = = =2A
R2 2

Vbc 4
I2 = = =1A
R3 4

Jika kita jumlahkan I1 dengan I2 hasilnya akan sama dengan arus utama I
yakni 3 A.

73
6. HUKUM KIRCHOFF
Menyederhanakan rangkaian dengan cara seri dan paralel seperti contoh di
atas mungkin bisa dilakukan untuk rangkaian-rangkaian yang sederhana,
namun untuk rangkaian yang lebih rumit, cara tersebut sulit dilakukan. Salah
satu contoh rangkaian yang sulit diselesaikan dengan cara tersebut
Kirchoff
adalah sebuah rangkaian yang terdapat pada gambar di bawah ini :
R2 E2
R1 R5 R3

E1 R4

Kita akan kesulitan ketika memandang hambatan R5 apakah paralel ataukah


seri ? Ia nampaknya paralel terhadap R4 atau R3, namun hal tersebut tidak
benar.
Cara lain untuk memecahkan rangkaian-rangkaian yang lebih rumit adalah
dengan menggunakan hukum-hukum Kirchoff seperti yang akan diuraikan di
bawah ini.

6.1 Hukum Kirchoff I :


Hukum pertama Kirchoff didasari oleh hukum konservasi energi yang
menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian tertutup, tegangan yang
diperoleh dan tegangan yang berkurang haruslah sama besar.

Pada rangkaian di atas, karena loop (kurva melingkar) searah dengan arus, ketika loop
melewati E maka terjadi pertambahan potensial, namun saat melewati R yang terjadi
penurunan potensial karena adanya hambatan sehingga berlaku :
EIR=0 (15)

atau : E = I R
Sesuai dengan hukum Ohm.

74
Misalnya jika terdapat dua loop pada rangkaian seperti di bawah :

I1 I3
R1 I2 R4

E
R2 R5
LOOP I LOOP II

R3 R6

Maka pada loop 1 :


E - I1R1 - I2R2 - I1R3 = 0
pada loop 2 :
- I3R4 I3R5 - I3R6 + I2R2 = 0
dengan : I1=I2+I3

6.2 Hukum Kirchoff II :


Kuat arus I yang masuk dalam suatu titik percabangan A sama dengan arus
yang keluar dari titik percabangan B :

I1
IA I2 IB

A B
I3

Ini berarti bahwa berlaku :


IA = IB = I1 + I2 + I3 (16)

yang merupakan bentuk lain dari hukum konservasi muatan.

Contoh :
Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R1, R2, R3, R4 dan R5
yang masing-masing nilainya 2 ohm, 2 ohm, 4 ohm, 2 ohm, 4 ohm pada
rangkaian berikut jika E1 = 8 V dan E2 = 10 V
R2 E2
R1 R5 R3

E1 R4

75
Jawab :
Langkah pertama, mari kita terapkan dua loop pada rangkaian tersebut :

R2 I2 I1 E2
I2 I3

R1 I R5 II R3
E1 R4

I1

Arah arus belum dapat kita ketahui dengan pasti, sebab terdapat dua baterai
pada rangkaian ini, sehingga kita asusmikan arah arus seperti gambar di
atas. Asumsi arah arus ini dapat kita buat sekehendak kita asalkan
memenuhi aturan Kirchoff II tentang konservasi muatan (arus), yaitu bahwa :
I =I +I
1 2 3 (*)
jika terdapat kesalahan asumsi arah arus, hasil perhitungan kita hanya akan
bernilai negatif yang berarti arah yang seharusnya adalah sebaliknya.

Langkah kedua, kita hitung hukum Kirchoff I pada masing-masing loop


tersebut :
Pada loop 1 :
Arah arus I2 berlawanan dengan arah loop, namun arah arus I 3 searah
dengan loop, dan loop mendapatkan potensial positif dari E1, sehingga :
E 1 + I2R1 + I2R2 I3R5 = 0
8 + 4I 2 4I 3 =0 (**)

Pada loop II :
Kedua arah arus baik I1 dan I3 berlawanan dengan arah loop, namun
kehilangan tegangan dari E2 :

E2 + I1R3 + I1R4 + I3R5 = 0


10 + 6I1 + 4I 3 =0 (***)

Langkah ketiga, selesaikan ketiga persamaan (*), (*) dan (***) dengan
substitusi atau eliminasi :
Jika kita substitusi (*) pada (***)
10 + 6I2 + 10I3 = 0 (****)

76
dengan mengalikan 3 terhadap (**) dan 2 terhadap (****) dapat diperoleh
solusi dengan mengurangkannya :
24 + 12I2 12I3 = 0

20 + 12I2 + 20I3 = 0 -
44 32I3 = 0
sehingga kita peroleh bahwa I3 = 44/32 A
I2 dapat kita peroleh dengan mensubstitusikan nilai I3 pada persamaan (***) :
44
10 + 6I1 + 4 =0
32
= 44 + 80
8 8
6
I = A
1 8
Nilai I2 kita peroleh dengan mensubstitusikan nilai I3 pada persamaan (**) :
44
8 + 4I2 4 =0
32
5
I2 = A
8
Ternyata asumsi kita untuk arah I2 adalah salah, karena bernilai
negatif, sehingga arah-arah arus seharusnya seperti di bawah :
R2 I2 I1 E2
I2 I3

R I R5 II R
1 3

E1 R4

I1

Dan persamaan (*) harus dikoreksi menjadi :

I3 = I1 + I2
Jika kita coba jumlahkan I2 dengan I1, maka hasilnya haruslah sama dengan
I3 sesuai dengan hukum Kirchoff :
5 6 11 44
I 2 + I1 = + = = A = I3
8 8 8 32
terbukti.

77
7.MENGHITUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE
Selain dapat menganalisis menggunakan cara-cara analitis di atas, anda
juga dapat menggunakan bantuan software untuk menganalisis rangkaian.
Salah satu software yang dapat diperoleh dengan gratis (freeware) adalah
Electronics Workbench atau biasanya disingkat dengan nama EWB
(kunjungi www.electronicsworkbench.com). Dengan menggunakan software
ini, anda dapat men-simulasikan rangkaian anda sebelum anda benar-benar
membeli komponen-komponen elektronika dan merangkainya. Namun, kita
menggunakan EWB ini sekedar untuk melakukan pengujian terhadap
perhitungan terhadap beberapa rangkaian sederhana kita, selain untuk
mengenal cara kerjanya. Di bawah ini contoh tampilan dari program EWB :

Gb 4. 14 Contoh tampilan EWB

Berikut sebuah contoh persoalan, di mana kita bandingkan perhitungan yang


dilakukan secara manual dengan hasil yang didapat dari EWB. Kita
pecahkan dengan cara analitik

R
I2 2
R
I1 1

R
I3 3

78
Kita sederhanakan rangkaian di atas menjadi :
24 8 4
R = = = =
P 2+4 6 3

4/3 Ohm

Kemudian :
4 10

RT=2+ =

10/3 Ohm

48/11 A
48/11 A

Sehingga I1 :

I = 12 = 36 A
10 /3 10

sehingga tegangan yang melalui hambatan R1 :


36 72
V=I R = 2 = volt
1 1 10 10

72/10 volt

(120/10) (72/10)=48/10 V

79
Tegangan di R2 dan R3 bernilai sama 48/10 volt karena dirangkai secara
paralel. Dengan demikian arus di R2 adalah :
48 48
I2 = 10 = A = 2,4A
2 20
anda bisa menghitung besar I3 juga. Kerjakanlah sendiri.
Dengan menggunakan EWB kita dapatkan :

2.399

Perbedaan antara 2,4 A dengan 2,399 A hanyalah masalah pembulatan


saja.

80
SOAL-SOAL

ARUS LISTRIK
1. Jika diketahui suatu kawat konduktor mengalirkan arus listrik sebesar 1
Ampere, berapakah muatan yang mengalir dalam kawat tersebut setiap
satu menitnya ?

2. Jika suatu lampu pijar dialiri arus listrik 0,5 Ampere, berapakah jumlah
muatan yang mengalir setiap menitnya melalui lampu tersebut ?
3. Sebuah alat listrik hambatannya 240 . Berapa besarkah arus akan
mengalirinya apabila dihubungkan dengan sumber potensial 120 V ?
4. Sebuah alat pemanas listrik memakai arus 5 Ampere jika dihubungkan
dengan sumber tegangan 110 V. Berapakah hambatannya ?
5. Sebuah kompor listrik dengan hambatan 24 memakai arus 5 A dalam
opeasinya. Berapakah beda potensial pada kedua ujungnya ?

RESISTIVITAS
6. Suatu kawat logam sepanjang 2 m berdiameter 8 mm. Jika resistivitas
(hambat jenis) logam itu 1,76 x 10 -8 m. Berapakah resistansi kawat
tersebut ?
7. Kawat A berdiameter 2,59 mm. Berapakah panjang kawat alumunium B
yang diperlukan agar mendapatkan resistansi 1 ohm jika diketahui
resistivitas alumunium 2,8 x 10-8 ohm meter ?
8. Kawat tembaga berdiameter 0,0201 m (resistivitas 1,73 x 10-9 m):
a. Hitunglah luas penampang kawat
b. Resistansi kawat sepanjang 100 m

9. Resistansi (hambatan) lilitan tembaga pada temperatur 0o ternyata 3,35


ohm. Berapakah resistansinya pada temperatur 50o ? (=4,3 x 10-3 0C-1)
10. Sebuah kawat dengan resistansi 5 direntangkan secara beraturan
sehingga panjangnya menjadi tiga kali. Apakah besarnya resistansi tetap ?

81
HUKUM OHM
11. Arus pada gambar di bawah ini adalah 0,125 A dengan arah sesuai pada
gambar. Untuk setiap pasangan titik berikut berapakah beda
potensialnya, dan titik mana yang potensialnya lebih tinggi ?
10 9V
A B C

3 5
12 V 6

E D
a. I=0,125 A
A ke B
b. B ke C
c. C ke D
d. D ke E
e. C ke E
f. E ke C

12. Arus sebesar 2 A mengalir pada sebuah rangkaian di bawah berapakah


beda potensial pada titik :
a. A dan B
b. A dan C
c. A dan D

8V 3V
2A 6 3
A B C D

RANGKAIAN RESISTOR
13. Sebagai latihan, hitunglah resistor ekivalen (total) pada rangkaian
resistor-rangkaian resistor berikut :
R1=2; R2=4; R3=2; R4=2; R5=4; R6= 2; R7=4; R8=2; R9=4;
R10=2 ;

R1
R1 R2 R3
R2

R3
(a) (b)

82
R4
R1 R2 R4 R1 R3
R3 R2 R5

R6
(c) (d)
R3
R2 R6
R4
R7
R5
R1
R8

R10
R9
(e)

HUKUM KIRCHOFF
14. Perhatikan rangkaian listrik berikut, jika R 1 = 2 ohm, R2 = 4 ohm, dan R3
= 2 ohm. Jika E = 6 Volt hitunglah I, I 1, I2, I3 secara analitik dan ujilah
hasil perhitungan anda dengan EWB.

I R
1 1

I I2 R2

R
3
I
3 E

15. Jika R1 = 1 ohm, R2 = 2 ohm R3 = 4 ohm dan R4 3 ohm serta sumber


tegangan 6 Volt hitungah I, I1, I2, dan uji pula dengan EWB.

I1 R2
R3
I2
R4
I
R1 I3
R
I4 5

83
16. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R 1, R2, R3, R4 dan R5
yang masing-masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm pada
rangkaian berikut jika E1 = 6 V dan E2 = 8 V
R2 E2
R1 R5 R3

E1 R4

17. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R 1, R2, R3, R4, R5 dan
R6 yang masing-masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, 2 ohm, 1 ohm
dan 4 ohm pada rangkaian berikut jika E1 = 6 V dan E2 = 10 V

R1 R6

E1 R2 E2
R4
R5

R3

18. Hitunglah arus yang mengalir pada tiap hambatan R 1, R2, R3 yang
masing-masing nilainya 1 ohm, 2 ohm, 3 ohm, pada rangkaian berikut
jika E1 = 6 V, E2 = 10 V dan E2 = 3 V

R1 R3
E1 E2 E3

R2

84

Anda mungkin juga menyukai