Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA

JURUSAN TEKNIK MESIN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BERNOULLI THEOREM APPARATUS

I. TUJUAN PRAKTIKUM

a. Untuk mempelajari bagaimana fenomena nyata dari hukum Bernoulli.


b. Untuk mempelajari bagaimana prinsip “head” dengan menggunakan pitot tube.
c. Untuk mempelajari bagaimana prinsip kerja alat ukur fluida.

II. DASAR TEORI

II.1 Penurunan Rumus Bernoulli

II.1.1 Berdasarkan Hukum Termodinamika I

=0(1) =0(1) =0(1) =0(2)

dimana :

Dengan asumsi :

1. ,= 0
2. Steady Flow
3. Incompressible Flow
4. Uniform flow and properties at each section.
5.

maka persamaannya menjadi :

dari persamaan kontinuitas:

=0(2)

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 1


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
CV
2
Streamline
denny
1

Flow
dimana : Gbr1. Aliran melalui sebuah
streamtube
maka :

Selain itu, laju perpindahan panas dapat dituliskan sebagai berikut:

maka persamaannya menjadi:

atau

Dengan asumsi (3), yakni incompressible flow, berlaku hubungan :

sehingga

Dimana:

: perubahan energi dalam akibat gesekan, kJ/kg

: perpindahan panas per satuan massa, kJ/kg

= 0 : losses energy dari section 1-2, kJ/kg

Maka persamaan Bernoulli dari section 1-2 adalah sebagai berikut:

II.1.2 Berdasarkan Persamaan Euler

Persamaan Euler untuk aliran steady sepanjang sebuah streamline adalah:

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 2


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Apabila sebuah partikel fluida bergerak sepanjang ds, maka:

(perubahan tekanan sepanjang ds)

(perubahan ketinggian sepanjang ds)

(perubahan kecepatan sepanjang ds)

Sehingga setelah mengalikan persamaan Euler di atas dengan ds, didapat:

Atau

Dengan integrasi didapat:

Karena asumsi incompressible flow maka ρ = konstan sehingga ρ independen


terhadap p, pada akhirnya didapat persamaan Bernoulli sebagai berikut:

II.2 Tekanan Statis, Dinamis, dan Stagnasi

Sebelumnya kita telah menurunkan persamaan Bernoulli hingga didapatkan


bentuk persamaan:

Dari persamaan tersebut ada variabel tekanan (p), tekanan tersebut


merupakan tekanan termodinamika atau disebut juga dengan tekanan statis.
Tekanan statis merupakan tekanan yang diukur dengan alat ukur tekanan
yang memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan aliran fluida. Tekanan ini
semakin menurun sepanjang aliran karena adanya gesekan, dan besarnya sama
pada tiap titik di potongan penampang aliran.
Tekanan stagnasi merupakan tekanan yang diukur pada titik stagnasi,
dimana kecepatan aliran fluida diperlambat sampai berhenti tanpa proses gesekan
(frictionless).
Pada aliran incompressible, persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk
menghubungkan perubahan kecepatan dan tekanan sepanjang sebuah streamline.
Dengan mengabaikan ketinggian, maka persamaan Bernoulli menjadi:

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 3


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Jika tekanan statis didefinisikan dengan p pada satu titik dalam jalur aliran dimana
kecepatannya adalah sebesar V, sedangkan tekanan stagnasi didefinisikan dengan
po, dimana pada keadaan stagnasi kecepatan adalah Vo= 0, maka:

Bentuk disebut juga dengan tekanan dinamis. Jadi tekanan dinamis dapat
dikatakan sebagai selisih antara tekanan stagnasi dengan tekanan statis. Melalui
persamaan tersebut, dapat dihitung kecepatan lokal aliran sebagai berikut:

Gambar 1. Tekanan statis dan dinamis

II.3 EGL dan HGL

Gambar 2. Energy grade line dan Hydraulic grade line

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 4


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Energy grade line menggambarkan total energi mekanik yang dimiliki


oleh sistem. Hydraulic grade line menggambarkan energi potensial yang dimiliki
oleh sistem. Selisih dari keduanya adalah velocity head.

II.4 Macam-macam Alat Ukur Tekanan dan Fungsinya

II.4.1 Wall Pressure Tap

Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan


Flow
statis. Digunakan bersama dengan dengan
Streamlines
manometer atau dengan pressure gage.
Sering disebut juga piezometer terbuka.
Wall Pressure Tap yang baik memiliki
Pressure tap
diameter lubang yang kecil berkisar 0.5
mm, memiliki tepi lubang yang tajam, dan
Gambar 3. Wall Pressure Tap
letaknya tegak lurus dengan wall.
II.4.2 Static Pressure Probe
Small holes
Flow Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan
statis, penggunaannya bersama dengan
Stem manometer. Ujung probe yang berbentuk
elips digunakan untuk aliran dengan
bilangan Mach rendah, sedangkan ujung
To manometer yang tajam digunakan untuk bilangan Mach
or pressure gage
tinggi.
Gbr 4. Static Pressure Probe

II.3.3 Total Head Tube (Stagnation Pressure Probe; Pitot Tube)


Flow
Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan stagnasi. Digunakan bersama
Small holes manometer. Digunakan pada open channel
flow. Static head yang terukur sama dengan
kedalaman.
To manometer or
pressure gage
Gbr 5. Total Head Tube

II.4.4 Total Head Tube dengan Wall Pressure Tap


Digunakan untuk mengukur tekanan statis
Total
Flow A head dan tekanan stagnasi pada suatu titik.
tube Digunakan bersama manometer

P Po

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 5


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Gbr 6. Total Head Tube dengan Wall Pressure Tap

II.4.5 Pitot Static Tube


Flow
B
Fungsinya sama dengan total head tube
C dengan wall pressure tap. Digunakan
Stagnation bersama manometer.
Point
P

Po
Gbr 7. Pitot Static Tube

II.4 Persamaan yang Digunakan dalam Perhitungan

II.4.1 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Pitot Tube :

A. Lokasi Pitot Tube (Ls, mm)


Ls = Lp – Lo
Dimana : Ls = Lokasi pitot tube pada tabung venturi atau duct (mm)
Lp = Panjang total pitot tube = 382 mm
Lo = Panjang bagian pitot tube yang diluar venturi (mm)

B. Tekanan Dinamis Pitot Tube (Pv,N/m2)


Pv = Kl . hv
Dimana : Pv = Tekanan dinamis pitot tube (N/m2)
Kl = 10 N/m2/mmH2O
Hv = Velocity head dari pitot tube (mm)

C. Kecepatan Udara pada Leher Venturi (Vd, m/s)

Dimana : Vd = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)


ρ = Massa jenis udara pada T˚C (lihat tabel 1)
Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)

D. Kecepatan Udara pada Inlet Venturi (VD, m/s)

Dimana : VD = Kecepatan udara pada inlet venturi (m/s)


ρ = Massa jenis udara pada T˚C (lihat tabel 1)

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 6


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Pv = Tekanan dinamis yang diukur pada leher venturi (N/m2)

E. Laju Aliran didasarkan pada Vd (Qd, m3/s)

Dimana : Qd = Laju aliran didasarkan pada Vd (m3/s) (pada leher venturi)


d = Diameter leher venturi = 0,03 m

F. Laju Aliran didasarkan pada VD (QD, m3/s)

Dimana : QD = Laju aliran didasarkan pada VD (m3/s) (pada inlet venturi)


D = Diameter inlet venturi = 0,05 m

II.4.2 Perhitungan yang Didasarkan pada Hasil Pengukuran Venturi :

A. Perbedaan antara Tekanan Hulu (h1) dan Tekanan Hilir (h2) sepanjang
Venturi (ΔP, N/m2)

Dimana : = Perbedaan antara tekanan hulu (h1) dan tekanan hilir (h2) pada
venturi (N/m2)
K2 = ρ g = 10 N/m2/mmH2O
= perbedaan tekanan sepanjang venturi (mmH2O)
B. Kecepatan Udara pada Leher Venturi ( Vm, m/s)

Dimana : Vm = Kecepatan udara pada leher venturi (m/s)


= Perbedaan tekanan di sepanjang venturi (N/m2)
d = diameter penampang leher venturi = 0,03 m
D = Diameter inlet venturi = 0,05 m

C. Laju Aliran Didasarkan pada Vm (Qm, m3/s)

Dimana : = Laju aliran didasarkan pada Vm (m3/s) (pada leher venturi)


= 1,07
= 0,987
d = diameter leher venturi

D. Bilangan Reynold pada Leher Venturi (Rd)

Dimana : = Bilangan Reynold pada leher venturi


= Viskositas kinematik udara pada T˚C (m2/s) (tabel 1)

E. Bilangan Reynold pada Inlet Venturi (RD)

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 7


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Dimana : = Bilangan Reynold pada inlet venturi


= Viskositas kinematik udara pada T˚C (m2/s) (tabel 1)

II.4.3 PERHITUNGAN EGL dan HGL


A. Perhitungan Energi Grade Line (EGL)

B. Perhitungan Hydraulic Grade Line (HGL)

III. METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 SPESIFIKASI ALAT


1. No. Model BAT – 5 - 200
2. Fan
2.1 Jenis Centrifugal
2.2 Kapasitas (maksimum) 5,0 m3/menit
3. Daya Motor Penggerak 200 watt
4. Manometer U
4.1 Skala Total Head 0 – 400 mm
4.2 Skala Total Static Head 0 – 400 mm
4.3 Skala Velocity Head 0 – 400 mm
5. Pitot Static Tube Mengukur tekanan total dan tekanan statis
6. Venturi dan Duct tembus pandang
6.1 Diameter Inlet 50 mm
6.2 Diameter Outlet 50 mm
6.3 Diameter Leher 30 mm

III.2 PELAKSANAAN PRAKTIKUM


A. Persiapand
Pengendalian laju aliran dan pengoperasian motor. Buka pengatur laju aliran.
Putar saklar motor ke ON untuk menghidupkan motor.
B. Pelaksanaan percobaan dan pengukuran

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 8


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1. Atur bukaan inlet fan/blower menjadi half open, lalu ukurlah panjang pitot
static tube yang di luar venturimeter (Lo) 60 mm, lalu ukur:
 Head Total (ht), Head Statis (hs), Head Velocity (hv), untuk pengukuran
pitot static tube dengan membaca selisih ketinggian pada manometer U.
 Tekanan hulu (h1), tekanan hilir (h2), perbedaan tekanan (Δh) untuk
venturi pada manometer U.
2. Atur kembali bukaan instalasi menjadi fully open, kemudian lakukan
kembali pengukuran pada parameter-parameter yang telah ditetapkan.
3. Setelah itu tarik jarum pitot tube sepanjang 18 mm, kemudian ulangi
kembali langkah pengambilan data pada poin 1 dan 2.
4. Ulangi langkah-langkah diatas sampai 12 kali pengambilan data
5. Catat hasil pengamatan pada Tabel Pengukuran Perhitungan.

Pengaturan Hasil
A. Pencatatan Hasil
Catat harga-harga yang diukur dan dihitung pada Tabel Pengukuran dan
Perhitungan
B. Pembuatan Grafik
Harga-harga yang sudah didapatkan dari pelaksanaan percobaan dihitung
kemudian diplotkan dalam grafik-grafik, antara lain :
1. Grafik ht, hs, hv fungsi Ls untuk bukaan half open
2. Grafik ht, hs, hv fungsi Ls untuk bukaan fully open
3. Grafik h1, h2, Δh fungsi Ls untuk bukaan half open
4. Grafik h1, h2, Δh fungsi Ls untuk bukaan fully open
5. Grafik EGL dan HGL fungsi Ls untuk bukaan half open
6. Grafik EGL dan HGL fungsi Ls untuk bukaan fully open
7. Grafik EGL dan HGL fungsi Ls untuk bukaan half dan fully open

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 9


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

TABEL I
DENSITY AND KINEMATIC VISCOSITY OF DRY AIR
Temperatur, T (˚C) Density, ρ (kg/m3) Viskositas Kinematik, (m2/s)
0 1,293 0,133 x 10-4
10 1,247 0,142 x 10-4
20 1,205 0,151 x 10-4
30 1,165 0,160 x 10-4
40 1,128 0,170 x 10-4

Skema Alat

Keterangan :

1. Pitot Static Tube


2. Wall pressure
3. Gauge (ht -> Valve pitot ; h1 -> valve venturi)
4. Gauge (hv -> valve pitot ; ∆h -> valve venturi)
5. Gauge (hs -> valve pitot ; h2 -> valve venturi)
6. Valve pitot tube hs
7. Valve pitot ht
8. Valve venturi h1
9. Valve venturi h2
10. Switch
11. Fan/blower
12. Tube
13. Venturi

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 10


LABORATORIUM MEKANIKA DAN MESIN-MESIN FLUIDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

7
3
8

9
1 2

10

13 11

12

BERNOULLI THEOREM APPARATUS | 11

Anda mungkin juga menyukai