Anda di halaman 1dari 7

Analisis Jurnal (M.

Iqbal Sholeh)

Judul, tahun Penulis : Scientific Literacy, 2018. Victor Oluwatosin Ajayi


a. Latar Belakang : Sains saat ini berorientasi pada aspek fungsional sains / teknologi, kesejahteraan manusia, perkembangan ekonomi,
kemajuan sosial, dan kualitas hidup. Untuk memahami konsepnya, warga negara harus melek secara ilmiah. Warga
negara harus memulai pendidikan sains mereka sedini mungkin mungkin dan melanjutkan pendidikan mereka
sepanjang kehidupan dewasa mereka. Masyarakat harus memiliki tingkat ilmiah tertentu. Fokus jurnal ini adalah
membahas literasi ilmiah di masyarakat kita.
b. Masalah : Apa yang Karakteristik Orang yang ber Literasi sains ?
Bagaiman Pentingnya liteasi sains ?
Apa yang bisa diterapkan untuk mepopulerkan Literasi Ilmiah ?
Apa strategi untuk meningkatkan literasi ilmiah?
c. Metodologi : Kajian Pustaka
d. Hasil dan Pembahasan :
a. Jurnal ini menjelaskan atribut atau karakteristik orang yang berliterasi sains ada 7 sebagai berikut; Orang yang melek sains memahami
hakikat pengetahuan ilmiah. Menerapkan konsep sains, prinsip, hukum, dan teori dalam berinteraksi dengan alam semesta. Menggunakan
proses sains dalam memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memajukan pemahamannya sendiri tentang alam semesta.
Berinteraksi dengan berbagai aspek dari jagat raya di acara itu konsisten dengan nilai-nilai yang mendasari ilmu pengetahuan. memahami
dan menghargai sains dan teknologi dan keterkaitan ini dengan satu sama lain aspek masyarakat. Mengembangkan yang lebih kaya, lebih
memuaskan, dan lebih banyak pandangan yang menarik tentang alam semesta sebagai hasil dari pendidikan sainsnya dan terus
berkembang pendidikan ini sepanjang hidupnya. Mengembangkan banyak keterampilan manipulatif yang terkait dengan sains dan
teknologi.
b. Pentingnya tingkat literasi ilmiah yang tinggi menurut jurnal ini ialah membuat warga negara menjadi kompetitif dan dipekerjakan,
khususnya di tempat kerja di mana seorang karyawan diharapkan menjadi inovatif dan peran literasi ilmiah tidak dapat terlalu ditekankan
dalam pertimbangan pemahaman dan memecahkan masalah sosial dan kesehatan.
c. Dimana Tempat untuk mempopulerkan iterasi sains? Sains dan literasi ilmiah dapat dipopulerkan atau dipromosikan melalui layanan
internet. Internet saat ini merupakan media tercepat yang digunakan untuk penyebaran semua jenis informasi. Konten ilmiah juga dapat
dibuat tersedia online dalam bentuk artikel jurnal, artikel surat kabar, makalah konferensi, buku, teks dalam ensiklopedia, dalam bentuk
teks halaman web pribadi, di portal, wiki, di blog, tweet di jejaring sosial, dll.
d. Strategi bagi pendidik untuk meningkatkan literasi ilmiah menurut jurnal ini ada 4 :
- Guru sains mengidentifikasi topik sains yang menarik dan integrasikan ke dalam pengajaran. kemudian undang siswa untuk
menambahkan topik yang mereka berpikir bisa enjoy/menikmati belajar.
- Libatkan siswa dalam membaca penelitian. Pendidik sains harus selalu menghasilkan koneksi antara konsep sains, masalah sosial.
Para siswa lebih tertarik pada sains saat mereka menemukan proses sains sendiri atau dengan bantuan guru mereka.
- Ajari siswa untuk membaca seperti ilmuwan. Siswa harus diajari cara membaca dan berpikir ilmuwan. Ini berarti mengembangkan
strategi untuk membaca tulisan ilmiah dan membangun pemahaman mendalam tentang kosakata terkait
- Bimbing peserta didik untuk mengevaluasi data.Siswa perlu tahu di mana mengumpulkan data, caranya untuk mengumpulkan data,
apa yang diwakili data, dan juga berbagai sumber data.
e. Komentar
1. Kelebihan :
- Jurnal telah memaparkan hasil pembahasan dengan gaya Bahasa yang mudah dipahami
- Jurnal telah memuat tabel yang memudahkan pembaca memahami isi jurnal
2. Kekurangan :
- Jurnal saya rasa belum ada keterbaruan mengenasi isu literasi sains masa depan
- Jurnal belum memaparkan objek penelitian dan metode penelitiannya
Analisis Jurnal (M. Iqbal Sholeh)

Judul,Tahun,Penulis : (EFEKTIVITAS MASALAH SOSIAL-ILMU PENGETAHUAN DALAM KELAS KIMIA UNTUK


MENINGKATKAN LITERASI SAINS DI SMA: REAKSI REDOX DAN ISU LINGKUNGAN) 2017. Anita
Fibonacci, Sri Haryani and Sudarmin Sudarmin
a. Latar Belakang : Permasalahan utama dalam pembelajaran kimia ialah guru masih belum memberikan kesempatan bagi muridnnya untuk
menerapkan atau mengaplikasikan konsep kimia dikehidupan sehari-hari.
- tidak ada hubungan antara konsep di sekolah dengan kehidupan sosial mereka yang sebenarnya.
- Brist (2012: 1) menyatakan bahwa siswa yang belajar kimia cenderung dibombardir dengan fakta dan rumus kimia
saja, sehingga mereka cenderung menghafal, lalu dengan mudah melupakannya tanpa bekas.
- adanya pemisah antara konsep kimia dengan situasi kehidupan nyata merupakan salah satu penyebab rendahnya
tingkat literasi sains siswa Indonesia.
b. Masalah : Bagaimana efektivitas SOCIO-SCIENCES ISSUES dalam kelas kimia untuk meningkatkan literasi sains siswa di
SMA?
c. Metodologi : - Penelitian ini menggunakan one group pre-test post-test design.
- Sekolah Kejuruan Nahdatul Ulama. Peneliti juga mengevaluasi peningkatan kompetensi literasi sains menggunakan
skor N-gain.
d. Hasil dan Pembahasan :
e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikansi untuk pre test adalah 0,084 dengan skor rata-rata adalah 31 dan skor minimum dan
maksimum adalah 10 dan 57. Signifikansi post test adalah 0,097 dengan skor maksimum adalah 90 dan skor minimum adalah 78. Peserta
telah mencetak tes post literasi sains jauh lebih tinggi daripada pada tes pra. Uji-T yang berarti bahwa implementasi SOCIO-SCIENCES
ISSUES efektif dalam meningkatkan kompetensi literasi sains. Penggunaan masalah sosial dalam pembelajaran tampaknya efektif dalam
meningkatkan aspek literasi sains kompetensi. Temuan serupa juga diperoleh dari hasil penelitian Barab, Sadler, Heiselt, Hickey & Zuiker
(2010), yaitu penggunaan masalah sosio-ilmiah dapat membantu siswa menyusun argumen dengan menghubungkan bukti dengan klaim.
Sosiosains masalah juga telah terbukti meningkatkan pemahaman dalam pemahaman keterkaitan ilmu.
e. Komentar
3. Kelebihan :
- Jurnal telah memaparkan hasil pembahasan dengan gaya Bahasa yang mudah dipahami
- Jurnal telah memaparkan desain penelitian dengan sangat jelas
- Jurnal disertai penyampaian data dengan tabel dan grafik sehinngga mudah dipahami pembaca
4. Kekurangan :
- Jurnal belum memaparkan masalah sosial-sains yang diangkat dalam penelitian
Analisis Jurnal (M. Iqbal Sholeh)

Judul, Tahun, Penulis: PENGARUH MULTIPLE REPRESENTATION-BASED LEARNING (MRL) UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP IKATAN KIMIA SISWA, 2018, S. Sunyono dan A. Meristin
a. Latar Belakang : Keterampilan pemecahan masalah untuk mengembangkan pengetahuan kimia yang bermakna dapat dicapai dengan
kemampuan untuk melakukan interpretasi dan transformasi di antara tiga tingkat fenomena kimia (makro, sub-mikro
dan simbolik) melalui representasi visual, verbal, simbolik, atau tindakan. Pada kenyataannya, pembelajaran kimia
saat ini masih terbatas pada dua level representasi termasuk tingkat makroskopik dan simbolik (Jaber & BouJaoude,
2012; Yuanita & Ibrahim, 2015).
Beberapa penelitian berbasiskan representasi ganda pembelajaran menunjukkan bahwa MRL telah mampu untuk
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa (Davidowizth et al., 2010; Jaber & BouJaoude,2012; Yuanita
& Ibrahim, 2015). Namun, keefektifan model MRL perlu diselidiki lebih lanjut dalam pembelajaran kimia oleh
membandingkan dengan model PBL dan DL yang ada sudah banyak dikenal oleh para guru. Karena itu, Studi ini
bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Model MRL dibandingkan dengan model DL dan PBL. Baik model
pembelajaran DL dan PBL miliki karakteristik koperasi dan kolaboratif, sedangkan model MRL memiliki koperasi,
kolaboratif dan karakteristik imajinatif.
b. Masalah : Seberapa efektif model MRL dibandingkan ke model PBL dan DL dalam hal siswa 'kemampuan awal? " untuk
meningkatkan pemahaman konsep ikatan kimia siswa?
c. Metodologi : - Dalam penelitian ini, desain faktorial digunakan untuk membandingkan peningkatan pemahaman konseptual siswa
melalui tiga pembelajaran yang berbeda; model MRL, DL, dan PBL. Kelas pertama menggunakan MRL, kelas kedua
menggunakan model DL, dan kelas terakhir mengadopsi model PBL. Dan ada 117 responden/sampel.
d. Hasil dan Pembahasan :
f. Berdasarkan analisis dan interpretasi hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa model MRL mampu meningkatkan kualitas siswa
konsep penguasaan ikatan kimia belum tidak memiliki perbedaan dari model DL. MRL model lebih efektif daripada model PBL untuk
meningkatkan penguasaan konsep ikatan kimia, dan model MRL sangat cocok untuk pembelajaran kimia untuk siswa dengan medium
dan kemampuan awal yang rendah dibandingkan dengan PBL dan DL model.
e. Komentar
5. Kelebihan :
- Jurnal telah memaparkan hasil pembahasan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami
- Jurnal telah memaparkan desain penelitian dengan sangat jelas
- Jurnal disertai penyampaian data dengan tabel dan grafik sehinngga mudah dipahami pembaca
6. Kekurangan :
- Jurnal belum memaparkan komponen atau konsep ikatan kimia mana yang meningkat dengan pemberlakuan penelitian ini

Anda mungkin juga menyukai