Anda di halaman 1dari 108

TUGAS AKHIR (6134234A)

RANCANG BANGUN PEMANTAU KUALITAS


PENCEMARAN UDARA MENGGUNAKAN SENSOR DI
INDUSTRI GULA BERBASIS ANDROID

Moga Jiwa Satria Mulia


NRP. 1015040030

DOSEN PEMBIMBING:
AHMAD ERLAN AFIUDDIN, S.T., M.T.
RYAN YUDHA ADHITYA, S.ST., M.T.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
i
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

ii
TUGAS AKHIR (6134234A)

RANCANG BANGUN PEMANTAU KUALITAS


PENCEMARAN UDARA MENGGUNAKAN SENSOR DI
INDUSTRI GULA BERBASIS ANDROID

Moga Jiwa Satria Mulia


NRP. 1015040030

DOSEN PEMBIMBING:
AHMAD ERLAN AFIUDDIN, S.T., M.T.
RYAN YUDHA ADHITYA, S.ST., M.T.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

iii
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

iv
v
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

vi
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

vii
No. : F.WD 1. 021
Date : 3 Nopeniber 2015
Rev. : 01
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Page : 1 dari 1

Yang bertandatangan dibawah ini


Nama : Moga Jiwa Satria Mulia
NRP. 1015040030
Jurusan/Prodi : Teknik Permesinan Kapal / Teknik Pengolahan Limbah

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

Tugas Akhir yang akan saya keijakan dengan judul :

Rancang Bangun Pemantau Kualitas Pencemaran Udara Menggunakan Sensor Di Industri


Gula Berbasis Android.

Adalah bener karya says sendiri dan bukan plaglat dari karya orang leln.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut, maka snya
bersodia
menerima sanksi seauai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

S+aba l3Agmsms20l9

NRP.l0l5tH30
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala
berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Kualitas Pencemaran Udara
Menggunakan Sensor Di Industri Gula Berbasis Android” yang disusun sebagai
syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma IV Teknik Pengolahan
Limbah pada Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Dalam penysunan tugas
akhir ini berbagai pihak banyak membantu, memberi semangat, bimbingan,
membina serta dukungan dari berbagai hal hingga laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan. Pihak-pihak yang telah ikut berkontribusi khususnya:

1. Allah SWT yang selalu memberikan hidayah dan kemudahan dalam


menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Kedua orang tua yakni Bapak Widayat Mulyono dan Ibu Beti Utami serta
seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang,
memberikan dukungan, nasehat, pengertian dan bantuan pengerjaan Tugas
Akhir ini dari awal hingga akhir.
3. Bapak Ir. Eko Julianto. M.Sc., F.RINA., selaku direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak George Endri K., ST, MSc., selaku ketua jurusan Teknik Permesinan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Denny Dermawan, ST., MT., selaku Koordinator Program Studi D4
Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
6. Bapak Ahmad Erlan Afiuddin, ST., MT., selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, bantuan serta
doanya hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Ryan Yudha Adhitya, S.ST., MT., selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, bantuan, masukan
serta doa, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
x
8. Bapak M. Khoirul Hasin, S.Kom., M.Kom., selaku dosen penguji I yang
selalu meluangkan waktu dan pikiran dalam menguji dan memberikan
masukan penyusunan Tugas Akhir ini dengan penuh perhatian dan
kesabaran.
9. Bapak Alma Vita Sophia, S.T., M.T., selaku dosen penguji II yang selalu
meluangkan waktu dan pikiran dalam menguji dan memberikan masukan
penyusunan Tugas Akhir ini dengan penuh perhatian dan kesabaran.
10. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si., M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir Program
Studi Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
11. Seluruh Dosen dan Karyawan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, selama penulis
menyelesaikan pendidikan di Teknik Pengolahan Limbah Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
12. Bapak Gaung selaku Asisten Manager Pengolahan, Bapak Puji, dan seluruh
karyawan Sub Pengolahan PTPN X PG. Gempolkrep yang telah banyak
memberikan pengalaman, ilmu serta bimbingannya selama proses On The
Job Training.
13. Rizal Hardiansyah yang telah membantu, mendoakan dan memberikan
dukungan pengerjaan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.
14. Istina Nisa’ Adzini & Nadya Ayu Arianingtyas yang selalu ada, selalu
memberikan bantuan, dukungan, motivasi, doa, dan penyemangat dalam
pengerjaan Tugas Akhir ini dari awal hingga akhir.
15. Mas Fadly Kahf, Mia, Kurniawan, Adit, Randi, Bagas, Egata yang telah
memberikan bantuan dan dukungan berupa motivasi dan waktu yang telah
diluangkan untuk berbagi cerita tentang Tugas Akhir
16. Teman seperjuangan Teknik Pengolahan Limbah angkatan 2015 yang telah
saling mendoakan dan memberikan semangat selama pengerjaan Tugas
Akhir dari awal hingga akhir.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan
dukungannya.

xi
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih belum
sempurna, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Surabaya, 29 Juli 2019

Moga Jiwa Satria M.

xii
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

xiii
RANCANG BANGUN PEMANTAU KUALITAS
PENCEMARAN UDARA MENGGUNAKAN SENSOR
DI INDUSTRI GULA BERBASIS ANDROID
Moga Jiwa Satria
Mulia ABSTRAK

Pemantauan pencemaran kualitas udara di sekitar industri gula hanya


dilakukan tiap 3 bulan sekali, sehingga perlu adanya alat pemantau kualitas udara
secara kontinyu. Penelitian ini membahas tentang alat pemantau kualitas udara di
sekitar industri gula dengan menggunakan sensor untuk pembuatan hardware dan
pemrograman software menggunakan Arduino dan Android. Metode yang
digunakan adalah metode waterfall yang mencakup desain sistem, pembuatan alat,
kalibrasi sensor, validasi alat dan pemrograman sistem informasi. Sensor yang
digunakan adalah sensor MQ-7 untuk gas CO, MQ-135 untuk gas NOx dan sensor
GP2Y1010AU0F untuk PM10. Masing-masing sensor dirakit menjadi satu
dengan microcontroller wemos dan dilakukan kalibrasi sesuai standar datasheet
pada sensor. Hasil validasi yang dilakukan yaitu untuk gas CO 11.03% yang
divalidasi dengan Direct Reading, gas NOx 21.8% dengan impinger, dan PM10
sebesar 20.6% dengan High Volume Sampler. Pemrograman sistem informasi
yang dibangun menggunakan software Arduino IDE dan aplikasi Android yaitu
Blynk Apps. Pengukuran kualitas udara yang terhubung dengan Android yaitu
Blynk Apps menggunakan sambungan wireless yang terhubung ke prototype
melalui wifi shield yang sudah tertanam pada microcontroller wemosboard.
Aplikasi Android ini memiliki fitur notification, value display, gauge settings,
timer, dan superchart untuk melihat dan mengakses kualitas pencemaran udara
secara real-time. Prototipe ini berpotensi dapat digunakan secara mandiri oleh
industri untuk memudahkan pemantauan kualitas udara yang terjadi di sekitar
industri gula dan bersifat portable.

Kata Kunci : Pemantauan Kualitas Udara, Android, Sensor, Wemos, Arduino


IDE, dan Blynk Apps.

xiv
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

xv
DESIGN OF ANDROID BASED AIR POLLUTION
MONITORING USING SENSORS IN SUGAR
INDUSTRIES

Moga Jiwa Satria Mulia

ABSTRACT
Monitoring of air quality pollution around the sugar industry is only
carried out every 3 months, so that there is a need for continuous air quality
monitoring. This study discusses air quality monitoring around the sugar industry
by using sensors for manufacturing hardware and software programming using
Arduino and Android. The method used is the waterfall method which includes
system design, tool making, sensor calibration, tool validation and information
system programming. The sensors used are MQ-7 sensor for gas CO, MQ-135 for
NOx gas and GP2Y1010AU0F sensor for PM10. Each sensor is assembled into a
wemos microcontroller and calibrated according to the sensor datasheet
standard. The validation results were carried out for CO 11.03% gas validated
with Direct Reading, 21.8% NOx gas with impinger, and 20.6% PM10 with High
Volume Sampler. Information system programming built using Arduino IDE and
Android applications, namely Blynk Apps. The air quality measurement connected
with Android, namely Blynk Apps uses a wireless connection that is connected to
a prototype via a WiFi shield that has been embedded in the wemosboard
microcontroller. This Android application has notification features, value
displays, gauge settings, timers, and supercharts to see and access air pollution
quality in real-time. This prototype can potentially be used independently by the
industry to facilitate monitoring of air quality that occurs around the sugar
industry and is portable.

Keywords: Air Quality Monitoring, Android, Sensors, Wemos, Arduino IDE, and
BlynkApps.

xvi
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

xvii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v

LEMBAR PLAGIARISM...................................................................................vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

ABSTRAK...........................................................................................................xiii

ABSTRACT...........................................................................................................xv

DAFTAR ISI......................................................................................................xvii

DAFTAR TABEL................................................................................................xxi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................3
1.5 Batasan Masalah.................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1 Pencemaran Udara..............................................................................................5


2.2 Kualitas Udara....................................................................................................5
2.3 Karakteristik Emisi.............................................................................................7
2.3.1 Karbon Monoksida (CO)............................................................................7
2.3.2 Nitrogen Oksida (NOx)..............................................................................7
2.3.3 Particulate Matter (PM10).........................................................................8
2.4 PPU Industri Gula..............................................................................................9
2.5 Sistem Validasi Alat.........................................................................................10
2.5.1 Impinger...................................................................................................10
xviii
2.5.2 High Volume Sampler (HVS)....................................................................12
2.6 Metode Pemrogaman........................................................................................12
2.6.1 Metode Waterfall......................................................................................12
2.7 Sensor MQ-7....................................................................................................14
2.7.1 Prinsip Kerja Sensor MQ-7.......................................................................15
2.8 Sensor MQ-135................................................................................................16
2.9 Sensor GP2Y1010AU0F..................................................................................17
2.10 Microcontroller Wemos D1.........................................................................18
2.10.1 Microcontroller Chipset pada Microcontroller Wemos........................18
2.10.2 Intergrated Development Environment.................................................19
2.11 Analog To Digital Converter...........................................................................20
2.12 LCD (Liquid Crystal Display).........................................................................21
2.13 Blynk Apps.......................................................................................................22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................23

3.1 Identifikasi Awal..............................................................................................23


3.1.1 Identifikasi Masalah.................................................................................23
3.1.2 Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Penelitian.............................23
3.1.3 Studi Literatur...........................................................................................24
3.1.4 Studi Lapangan.........................................................................................25
3.2 Variabel Penelitian...........................................................................................25
3.3 Pengumpulan Data............................................................................................25
3.3.1 Data Primer...............................................................................................25
3.3.2 Data Sekunder..........................................................................................25
3.4 Pengolahan Data...............................................................................................25
3.4.1 Perancangan Alat......................................................................................26
3.4.2 Persiapan Alat...........................................................................................28
3.4.3 Perancangan Prototype.............................................................................28
3.4.4 Pengujian pada alat...................................................................................28
3.4.5 Kesimpulan dan Saran..............................................................................30
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN............................................................31

4.1 Karakteristik Sumber Udara Ambien................................................................31


4.2 Desain Sistem Alat...........................................................................................33
4.3 Deteksi PPU Menggunakan Sensor..................................................................34
xix
4.3.1 SOP Sensor MQ-7....................................................................................35
4.3.2 SOP Sensor MQ-135................................................................................35
4.3.3 SOP Sensor Sharp GP2Y1010AUF..........................................................36
4.3.4 Display Running Sensor...........................................................................36
4.4 Validasi Prototype............................................................................................37
4.4.1 Pengujian Parameter NOx........................................................................38
4.4.2 Pengujian Parameter PM10......................................................................38
4.4.3 Pengujian Parameter CO...........................................................................41
4.5 Sistem Kerja Android.......................................................................................45
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................49

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................49
5.2 Saran.................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

xx
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

xxi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Udara Bersih....................................................................................6


Tabel 2.2 Tabel Udara Tercemar........................................................................................6
Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien CO...........................................................................7
Tabel 4.1 Wajib Pantau Udara Industri Gula....................................................................32
Tabel 4.2 Baku Mutu Udara Ambien...............................................................................32
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kadar NOx di Lapangan Depan SDN Gempolkrep................38
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kadar PM10 di Lapangan Depan SDN Gempolkrep..............38
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kadar CO di Lapangan Depan SDN Gempolkrep..................41
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kadar CO di Parkiran PPNS...................................................44

xxii
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

xxiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cerobong Industri Gula..................................................................................9

Gambar 2.2 Dust Collector................................................................................................9

Gambar 2.3 Pengukuran Pencemaran Udara....................................................................10

Gambar 2.4 Impinger.......................................................................................................11

Gambar 2.5 High Volume Sampler...................................................................................12

Gambar 2.6 Tahapan Waterfall.........................................................................................13

Gambar 2.7 Sensor MQ-7.................................................................................................14

Gambar 2.8 Konfigurasi & Struktur MQ-7.......................................................................15

Gambar 2.9 Sensor Gas MQ-135......................................................................................16

Gambar 2.10 Sensor GP2Y1010AU0F.............................................................................17

Gambar 2.11 Wemos D1 Board........................................................................................18

Gambar 2.12 Layar LCD..................................................................................................21

Gambar 2.13 Window dari Blynk Apps.............................................................................22

Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................................26

Gambar 3.2 Diagram Alir.................................................................................................27

Gambar 4.1 Wiring Diagram Sistem Kontrol...................................................................34

Gambar 4.2 Hasil Pembacaan Sensor pada Serial Monitor..............................................37

Gambar 4.3 Pengukuran Gas NOx, CO, dan PM10..........................................................38

Gambar 4.4 Pengukuran Gas CO di Parkiran PPNS.........................................................43

Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Statistik Deskriptif......................................................45

Gambar 4.6 Hasil Pembacaan Sensor pada Serial Monitor Arduino IDE.........................46

Gambar 4.7 Fitur Blynk Apps pada Widget Box................................................................47

Gambar 4.8 Display Pengukuran Udara pada Blynk Apps................................................48

xxiv
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

xxv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas udara merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
kesehatan, Kebutuhan manusia dengan udara bersih adalah sebuah prioritas yang
tidak bisa dianggap hal yang sederhana. Udara merupakan materi yang tidak bisa
dilihat dengan kasat mata, namun efek dari pencemaran udara tidak bisa
langsung dirasakan. Udara ini dibedakan menjadi udara emisi dan udara ambien.
Udara emisi yaitu udara yang dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot
kendaraan bermotor dan cerobong gas buang industri. Udara ambien adalah
udara bebas di permukaan bumi yang sehari-hari dihirup oleh makhluk hidup
(PP No 41, 1999).
Kualitas udara ambien yang baik perlu dilakukan pengendalian
pencemaran udara. Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan salah
satunya dengan memantau atau mengukur kualitas udara, baik udara ambien
ataupun udara emisi. Pengukuran kualitas udara ambien dapat dilakukan di
kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan padat lalu lintas dimana di
kawasan tersebut banyak terjadi kegiatan manusia. Pengukuran kualitas udara
ambien juga dilakukan terhadap zat-zat yang dapat menjadi polutan seperti SO2,
NO2, CO, dan HC (Gaussian, 2015). Hasil pengukuran kualitas udara ambien
tersebut dapat diketahui kualitas udara ambien jenis kawasan dan jenis polutan.
Hasil tersebut kemudian dikelompokkan agar dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mencari solusi untuk mengatasi kualitas udara ambien yang
mulai menurun.
Kota Mojokerto memiliki pabrik industri gula yang sudah berdiri sejak
zaman Belanda. Sebagian besar peralatan yang ada sudah digunakan sejak tahun
1912 membuktikan bahwa maintenance yang dikelola perusahaan berjalan dengan
baik namun, masih dapat dikatakan belum maksimal karena perawatan di sisi
bagian luar peralatan minim dengan pembersihan. Otomatis membuat lingkungan

1
kerja area dalam pabrik seringkali terdapat polusi udara di sekitaran area dalam
pabrik maupun diluar pabrik.
Industri gula ini memang luas dan besar sehingga sulit untuk dilakukan
pembersihan secara menyeluruh, maka dari itu diperlukan adanya system
pemantau polusi udara di dalam pabrik agar perusahaan dapat memberikan solusi
dan pencegahan dini terhadap masalah yang ditimbulkan dari polusi tersebut.
Peneliti mengambil judul “Rancang Bangun Pemantau Kualitas
Pencemaran Udara Menggunakan Sensor di Industri Gula Berbasis Android”
dengan tujuan dapat membantu perusahaan dalam penyajian data. Prototype ini
diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah pencemaran udara
karena biaya yang diperlukan terjangkau dibanding dengan alat dari badan
lingkungan hidup.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana desain dari rancang bangun Pemantau Kualitas
Pencemaran Udara Menggunakan Sensor?
2. Bagaimana cara mendeteksi pencemaran udara menggunakan sensor
agar diketahui tingkat pencemaran udaranya di dalam area pabrik, dan
pembuatan display yang digunakan untuk mempermudah pemantauan
tersebut?
3. Bagaimana sistem kerja dari rancang bangun tersebut bila
diaplikasikan kedalam sistem Android?
4. Bagaimana akurasi alat dari prototype yang telah dibuat?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat desain rancang bangun Pemantau Kualitas Pencemaran
Udara Menggunakan Sensor.

2
2. Mendeteksi pencemaran udara menggunakan sensor agar diketahui
tingkat pencemaran udaranya di dalam area pabrik, dan pembuatan
display yang digunakan.
3. Mengetahui sistem kerja dari rancang bangun tersebut dalam
pengaplikasiannya kedalam sistem Android.
4. Mengetahui akurasi alat dari prototype yang dibuat.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan skill mengenai sistem pemantau kualitas
udara berbasis Android.
2. Pencemaran udara dapat dipantau darimana saja dengan syarat alat ini
masih berfungsi atau dalam keadaan hidup.
3. Rancang bangun sistem peralatan ini dapat memberikan referensi pada
industri gula lainnya yang tidak memiliki gas detector sendiri.
4. Penerapan sistem peralatan ini dapat memberikan kemudahan bagi
industri untuk melakukan kontrol terhadap kualitas udara di dalam area
pabrik.

1.5 Batasan Masalah


Ruang lingkup dan batasan masalah yang akan diangkat dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan sensor MQ-7 & MQ-135 untuk kualitas


udara Nitrogen Oxide (NOx ) dan Carbon Monoxide (CO), serta sensor
GP2Y1010AU0F untuk Particulate Matter 10 (PM10) di area
lingkungan kerja Industri Gula.
2. Penelitian ini menggunakan Wemos D1 yang berperan sebagai processor
microcontroller.

3
3. Fitur include wireless yang ada dalam Wemos D1 akan digunakan sebagai
jalur penghubung antara prototype dengan aplikasi Android yang akan
saya gunakan yaitu Blynk Apps.
4. Penelitian ini simulasi yang dilakukan dalam pemvalidasian adalah
menyesuaikan tempat dari alat yang diperbolehkan untuk pemvalidasian.
5. Penelitian ini tidak mempertimbangkan indikator pencemaran udara selain
Nitrogen Oxide (NOx), dan Carbon Monoxide (CO), serta Particulate
Matter 10 (PM10).

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12
mengenai Pencemaran Lingkungan, pencemaran udara adalah pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian dan peristiwa alam
seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan
awan panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi dan komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Komponen
Pencemaran Udara terdiri dari Sulfur Dioksida (SO 2), Nitrogen Dioksida (NO2),
Karbon Monoksida (CO), Klorin (Cl2), Hidrogen Sulfida (H2S), Hidrogen (H2).

2.2 Kualitas Udara


Saat ini Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di
Indonesia adalah Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997
Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Keputusan tersebut dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan diantaranya untuk memberikan kemudahan dari
keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan
waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya
pengendalian pencemaran udara.
Kualitas udara ambien dari suatu daerah ditentukan oleh daya dukung
alam daerah tersebut serta jumlah sumber pencemaran atau beban pencemaran
dari sumber yang ada di daerah tersebut. Zat-zat yang dikeluarkan oleh
sumber
pencemar ke udara dan dapat mempengaruhi kualitas udara antara lain gas
5
Nitrogen Oksida (NOx), Sulfur Dioksida (SO2), debu serta kandungan Timah
Hitam (Pb) dalam debu.
Berikut beberapa Tabel untuk Komposisi udara bersih :
Tabel 2.1 Komposisi Udara Bersih.

Jenis gas Formula Konsentrasi Ppm

(% volume)

1. Nitrogen N2 78,08 780,800

2. Oksigen O2 20,95 209,500

3. Argon Ar 0,934 9,340

4. Carbon dioksida CO2 0,0314 314

5. Neon Ne 0,00812 18

6. Helium He 0,000524 5

7. Methana CH4 0,0002 2

8. Krypton Kr 0,000114 1

Sumber : Environmental Chemistry, Air and Water Pollution.

Tabel 2.2 Tabel Udara Tercemar.

Parameter Udara Bersih Udara Tercemar

Bahan Partikel 0,01 – 0,02 mg/m3 0,07 – 0,7 mg/m3

SO2 0,003–0,02ppm 0,02 – 2 ppm

CO < 1 ppm 5– 200 ppm

NO2 0,003 – 0,02 ppm 0,02 – 0,1 ppm

CO2 310 – 330 ppm 350 – 0,1 ppm

Hidrokarbon < 1 ppm 1– 20 ppm

Sumber : World Health Orgaization (WHO).

6
2.3 Karakteristik Emisi

2.3.1 Karbon Monoksida (CO)


Menurut (Damara, dkk, 2017) konsentrasi ambien CO yang paling
tinggi berasal dari kota-kota besar, dimana hampir semua konsentrasi CO
berasal dari kendaraan bermotor. Pengendalian yang paling efektif dari CO
adalah dengan cara mengurangi emisi dari kendaraan bermotor. CO juga
dihasilkan dalam jumlah yang sedikit berasal dari proses pembakaran,
contohnya adalah dari kebakaran hutan dan proses perindustrian. Kota
besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO
sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan.
Gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah
gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti
gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya. Menurut
(Hadihardaja, 1997) sumber pencemar gas CO yang terbesar, berdasarkan
hasil penelitian di negara-negara industri, adalah berasal dari pemakaian
bahan bakar fosil (minyak, batubara) pada mesin-mesin penggerak
transportasi.

Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien CO.


Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu
CO(Karbon 1 jam 30.000
Monoksida) μg/Nm3
24 Jam 10.000 μg/Nm3
Sumber :Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999.

2.3.2 Nitrogen Oksida (NOx)


Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di
atmosfer yang terdiri dari gas nitrik (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2).
Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang
paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrik oksida merupakan gas

7
yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya nitrogen dioksida
mempunyai warna coklat kemerahan dan mempunyai bau yang tajam.

Oksida yang lebih rendah, yaitu NO, terdapat di atmosfer dalam


jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentuken NO dan NO2 mencakup
reaksi enters nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO,
kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2. (Darmayasa, 2013). Gas NO2 pada manusia bersifat
berbahaya, kadar 5 ppm jika terjadi kontak selama 10 menit terhadap
manusia akan mengakibatkan kesulitan dalam bernapas (Mannaf, dkk,
2017).

2.3.3 Particulate Matter (PM10)


Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh
kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran,
pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda,
baik organik maupun anorganik (Asmadi, 2013). Pengertian debu adalah
partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun
mekanik.
Partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan ke dalam partikel halus
(fine particles) dan partikel kasar (coarse particles). Perbedaan antara
partikel halus dan partikel kasar terletak pada sumber, asal pembentukan,
mekanisme penyisihan, sifat optik, dan komposisi kimianya. Partikel halus
(fine particles) adalah partikel dalam bentuk padat atau cair yang ditemukan
melayanglayang di udara bebas dengan ukuran lebih kecil dari 2,5 μm.
Partikel halus memiliki waktu tinggal di udara lebih lama dan jarak
tempuh yang lebih jauh sehingga kemungkinan terpapar juga jauh lebih
besar. Partikel kasar (coarse particles) merupakan partikel yang memiliki
ukuran >2,5 μm. Partikel kasar memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga
waktu tinggal di udara lebih singkat dan kemudian mengendap pada
permukaan bangunan, tanaman, sungai atau permukaan lain.(Ruslinda, dkk,
2012).

8
2.4 PPU Industri Gula
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009
tentang Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak, indutri
atau jenis kegiatan usaha lainnya yang wajib dipantau salah satunya yaitu Industri
Gula. Industri Gula bertanggung jawab dalam mengontrol kondisi udara yang
dihasilkan dari proses pembuatan produk dari olahan tebu tersebut. Beberapa
ketentuan yang wajib dipenuhi yaitu :

1. Membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung


meliputi lubang pengambilan contoh uji tangga lantai kerja, aliran
listrik dan alat pengaman.

Gambar 2.1 Cerobong Industri Gula.


(Penulis, 2018)

2. Memasang unit pengendalian pencemaran udara

Gambar 2.2 Dust Collector .


(Penulis, 2018)

9
3. Melakukan pengukuran secara manual dan pengujian emisi setelah
kondisi proses stabil

Gambar 2.3 Pengukuran Pencemaran Udara.


(Penulis, 2018)

2.5 Sistem Validasi Alat


Secara umum definisi validasi adalah sejauh mana elemen-elemen
instrument asesmen relevan dan mewakili konstruk alat ukur yang ditergetkan
untuk tujuan tertentu (Ihsan, 1995). Sistem validasi seniri digunakan untuk
mencocokkan alat yang dirancang dengan penyesuaiann alat yang sudah ada
sebelumnya. Berbagai macam cara validasi yang digunakan dalam pemvalidasian
alat dengan alat ukur pencemaran udara yaitu :

2.5.1 Impinger
Impinger adalah alat yang terdiri dari beberapa tabung gelembung
kaca yang dirancang untuk koleksi bahaya udara menjadi medium cair.
Bila menggunakan sampler udara pribadi, volume yang diketahui
gelembung udara dipompa melalui tabung gelas yang berisi cairan
ditentukan dalam metode. Cairan tersebut kemudian dianalisis untuk
menentukan konsentrasi udara. Sebuah impinger dapat dipasang pada sisi
pompa sampel udara atau dimasukkan ke sarungnya dan diletakkan di
dekat zona bernapas pekerja.

10
Gambar 2.4 Impinger.
(Penulis, 2018)
Beberapa metoda yang digunakan dalam pengukuran
menggunakan impinger :

1. Penetapan Kadar Nitrogen dioksida (NO2) metoda Griess


Saltzman secara Spektrofotometri
Prinsipnya yaitu Gas nitrogen dioksida diserap dalam
larutan Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa
azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit.
Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 550 nm dengan kisaran konsentrasi 0,005
ppm sampai 5 ppm udara atau 0,01 μg/L sampai dengan 10
μg/L.
2. Penetapan Kadar Karbon monoksida secara Iodometri
Prinsipnya yaitu karbon monoksida dari udara ambien
mereduksi I2O5 membentuk I2 yang larut dalam KI, yang dapat

11
dititar dengan larutan tio dengan indikator kanji hingga TA tak
berwarna.

2.5.2 High Volume Sampler (HVS)


High Volume Sampler (HVS) adalah alat portable yang digunakan
untuk mengukur konsentrasi Particulate Matter (PM) segala ukuran.
Ukuran PM yang dapat diukur tergantung pada ukuran filter yang
digunakan, namun yang sering digunakan sebagai indikator adalah PM2.5
dan PM10. Angka 2.5 dan 10 menunjukkan ukuran partikel dalam
mikrometer. HVS digunakan dalam kurun waktu tertentu, biasanya 10
menit atau 30 menit dengan flowrate ~ 1 L/menit.

Gambar 2.5 High Volume Sampler.


(Penulis, 2018)

2.6 Metode Pemrogaman

2.6.1 Metode Waterfall


Metode air terjun atau yang sering disebut metode waterfall sering
dinamakan siklus hidup klasik (classic life cycle), dimana hal ini
menggambarkan pendekatan yang sistematis dan juga berurutan pada
pengembangan perangkat lunak, dimulai dengan spesifikasi kebutuhan
pengguna lalu berlanjut melalui tahapan-tahapan kebutuhan perencanaan
(requirement), Desain sistem (system design), implementasi
(implementation), serta penyerahan dan pengujian sistem ke para
pelanggan/pengguna (testing), yang diakhiri dengan dukungan pada

12
perangkat lunak lengkap yang dihasilkan (maintenance) (Pressman, 2012).
Tahapan metode waterfall dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.6 Tahapan Waterfall.


(Penulis, 2019)

1. Requirement Analisis
Tahap ini pengembang sistem diperlukan
komunikasi yang bertujuan untuk memahami perangkat
lunak yang diharapkan oleh pengguna dan batasan
perangkat lunak tersebut. Informasi ini biasanya dapat
diperoleh melalui wawancara, diskusi atau survei langsung.
Informasi dianalisis untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan oleh pengguna.
2. System Design
Spesifikasi kebutuhan dari tahap sebelumnya akan
dipelajari dalam fase ini dan desain sistem disiapkan.
Desain Sistem membantu dalam menentukan hardware.
3. Implementation
Pada tahap ini, sistem pertama kali dikembangkan di
program kecil yang disebut unit, yang terintegrasi dalam
tahap selanjutnya. Setiap unit dikembangkan dan diuji
untuk fungsionalitas yang disebut sebagai unit testing.
4. Integration & Testing
Seluruh unit yang dikembangkan dalam tahap
implementasi diintegrasikan ke dalam sistem setelah
pengujian yang dilakukan masing-masing unit. Setelah
integrasi seluruh sistem diuji untuk mengecek setiap
kegagalan maupun kesalahan.
13
5. Operation & Maintenance
Tahap akhir dalam model waterfall. Perangkat lunak
yang sudah jadi, dijalankan serta dilakukan pemeliharaan.
Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan
yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan
implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem
sebagai kebutuhan baru.

2.7 Sensor MQ-7


Sensor MQ-7 merupakan sensor yang memiliki kepekaan tinggi terhadap
gas Karbon Monoksida (CO) dan hasil kalibrasinya stabil serta tahan lama. Sensor
MQ-7 tersusun oleh tabung keramik mikro Al2O3, lapisan sensitif timah dioksida
(SnO2), elektroda pengukur dan pemanas sebagai lapisan kulit yang terbuat dari
plastik dan permukaan jaring stainless steel. (Baehaqi, 2017)

Gambar 2.7 Sensor MQ-7.


(Baehaqi, 2017)

Struktur dan konfigurasi MQ-7 sensor gas ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Sensor disusun oleh mikro Al2O3 tabung keramik, Tin Dioksida (SnO2) lapisan
sensitif, elektroda pengukuran dan pemanas adalah tetap menjadi kerak yang
dibuat oleh plastik dan stainless steel bersih. Pemanas menyediakan kondisi kerja
yang diperlukan untuk pekerjaan komponen sensitif. MQ- 7 dibuat dengan 6 pin,
4 dari mereka yang digunakan untuk mengambil sinyal, dan 2 lainnya digunakan
untuk menyediakan arus pemanasan

14
Gamb
ar 2.8 Konfigurasi & Struktur MQ-7.
(Datasheet MQ-7)

2.7.1 Prinsip Kerja Sensor MQ-7


Hambatan permukaan sensor Rs diperoleh melalui dipengaruhi
signal output tegangan dari resistansi beban RL yang seri. Hubungan antara itu
dijelaskan: Rs\RL = (Vc-VRL) / VRL sinyal ketika sensor digeser dari udara
bersih untuk karbon monoksida (CO), pengukuran sinyal dilakukan dalam
waktu satu atau dua periode pemanasan lengkap (2,5 menit dari tegangan tinggi
ke tegangan rendah). Penyesuaian Sensitivitas Nilai resistansi MQ-7 adalah
perbedaan untuk berbagai jenis dan berbagai gas konsentrasi. Penyesuaian
sensitivitas komponen ini sangat diperlukan mengkalibrasi detektor untuk CO
200 ppm di udara dan menggunakan nilai resistansi beban (RL) sekitar 10 KΩ
(5KΩ sampai 47 KΩ).
Sensitivitas Program menyesuaikan:
a. Hubungkan sensor ke rangkaian aplikasi.
b. Menghidupkan daya, terus pemanasan melalui listrik
lebih dari 48 jam.
c. Sesuaikan beban perlawanan RL sampai Anda
mendapatkan nilai sinyal yang menanggapi konsentrasi
karbon monoksida tertentu pada titik akhir dari 90 detik.
d. Sesuaikan lain beban resistansi RL sampai Anda
mendapatkan nilai sinyal yang

15
menanggapi konsentrasi CO di titik akhir dari 60 detik
(Asmadi, 2013).

2.8 Sensor MQ-135


MQ-135 Air Quality Sensor adalah sensor yang memonitor kualitas udara
untuk mendeteksi gas amonia (NH3), nitrogen oksida (NOx), alkohol / ethanol
(C2H5OH), benzena (C6H6), karbondioksida (CO2) dan asap / gas-gas lainnya di
udara. Sensor ini melaporkan hasil deteksi kualitas udara berupa perubahan nilai
resistensi analog di pin keluarannya. Pin keluaran ini bisa disambungkan dengan
pin ADC (analog to digital converter) di microcontroller / pin analog input
Arduino dengan menambahkan satu buah resistor saja (berfungsi sebagai pembagi
tegangan / voltage divider).

Gambar 2.9 Sensor Gas MQ-135.


(Waworundeng J, 2018)

Spesifikasi Sensor MQ-135 :

1. Sumber catu daya menggunakan tegangan 5 Volt.


2. Menggunakan ADC dengan resolusi 10 bit.
3. Tersedia 1 jalur output kendali ON/OFF.

4. Pin Input/Output kompatibel dengan level tegangan TTL


dan CMOS.
5. Dilengkapi dengan antarmuka UART TTL dan I2C.
6. Signal instruksi indikator output;
7. Output Ganda sinyal (output analog, dan output tingkat TTL);

16
8. TTL output signal yang valid rendah; (output signal
cahaya rendah, yang dapat diakses microcontroller IO
port)
9. Analog Output dengan meningkatnya konsentrasi, semakin
tinggi konsentrasi, semakin tinggi tegangan;
10. Memiliki umur panjang dan stabilitas handal;
11. Karakteristik pemulihan respon cepat.

2.9 Sensor GP2Y1010AU0F


Sensor GP2Y1010AU0F merupakan alat pengubah sinyal analog menjadi
sinyal digital untuk mendeteksi kandungan partikulat debu, baik PM10 maupun
PM2,5. Particulate Matter 10 (PM10) merupakan partikulat yang memiliki
diameter kurang dari 10 μm. Particulate Matter 10 (PM10) terdiri dari
aluminosilikat dan oksida lain dari unsur kerak dengan sumber utama termasuk
debu yang berasal dari jalan, industri, pertanian, konstruksi, pembongkaran
gedung, dan debu terbang dari pembakaran bahan bakar fosil.
Particulate Matter 10 (PM10) menyebar pada jarak bervariasi mulai
kurang dari 1 km sampai 10 km. Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron
memiliki tingkat kelolosan yang tinggi dari saringan pernafasan manusia dan
bertahan di udara dalam waktu cukup bahaya, semakin meningkat pada pagi dan
malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh
bulu hidung sehingga masuk ke paru paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke
paru-paru akan menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan
penglihatan dan iritasi kulit (Baehaqi, 2017).

Gambar 2.10 Sensor GP2Y1010AU0F.


(Baehaqi, 2017)

17
2.10 Microcontroller Wemos D1
Microcontroller Wemos adalah sebuah microcontroller pengembangan
berbasis modul microcontroller ESP 8266. Microcontroller Wemos dibuat sebagai
solusi dari mahalnya sebuah system wireless berbasis microcontroller lainnya.
Dengan menggunakan Microcontroller Wemos biaya yang dikeluarkan untuk
membangun sistem WiFi berbasis microcontroller sangat murah, hanya
sepersepuluhnya dari biaya yang dikeluarkan apabila membangun sistem WiFi
dengan menggunakan Microcontroller Arduino Uno dan WiFi Shield.
Microcontroller Wemos yang berbeda pada microcontroller ini yaitu
kemampuannya untuk menyedikan fasilitas konektifitas WiFi dengan mudah serta
memory yang digunakan sangat besar yaitu 4 MB.

Gambar 2.11 Wemos D1 board.


(Waworundeng J, 2018)

2.10.1 Microcontroller Chipset pada Microcontroller Wemos


Pada Microcontroller Wemos memiliki 2 buah chipset yang
digunakan sebagai otak kerja platform tersebut. Beberapa chipset pada
microcontroller ini adalah :
a. Chipset ESP8266
ESP8266 adalah sebuah chip microcontroller yang
memiliki fitur Wi-Fi yang mendukung stack TCP / IP. Diproduksi
oleh produsen Cina yang berbasis di Shanghai, Espressif. Pada
Agustus 2014 AI-Thinker membuat modul ESP-01 dengan
menggunakan lisensi oleh Espressif. Modul kecil ini
memungkinkan microcontroller untuk terhubung dengan jaringan
Wi-Fi dan membuat koneksi TCP / IP hanya dengan menggunakan

18
command yang sederhana seperti Hayes-gaya. Harga yang sangat
rendah dan sangat sedikit komponen eksternal pada modul ini
mengakibatkan sangat murahnya harga sebuah chip ini. Dengan
clock 80 MHz chip ini dibekali dengan 4MB Eksternal RAM,
mendukung format IEEE 802.11 b/g/n sehingga tidak
menyebabkan interference bagi yang lain. Mendukung enkripsi
WEP, WPA sehingga menjadikan chipset ini sangat aman
digunakan. Chipset ini memiliki 16 GPIO pin yang berkerja pada
3.3 Volt,1 pin ADC dengan resolusi 10 bit.
b. Chipset CH340
CH340 adalah sebuah Chipset yang mengubah USB
menjadi serial interface. Sebagai contohnya adalah aplikasi USB
converter to IrDA atau aplikasi USB converter to Printer. Dalam
mode serial interface, CH340 mengirimkan sinyal penghubung
yang umum digunakan pada MODEM.CH340 digunakan untuk
memperbesar asynchronous serial interface komputer atau
mengubah perangkat serial interface umum untuk berhubungan
dengan bus USB secara langsung.Modul Microcontroller ini dapat
dibangun sendiri atau dibeli jadi. Perangkat lunaknya dapat di
download secara gratis.

2.10.2 Intergrated Development Environment


IDE (integrated development environment) adalah sebuah
perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi
microcontroller mulai dari menuliskan source program, kompilasi, upload
hasil kompilasi dan uji coba secara terminal serial (Baehaqi, 2017) Pada
perangkat lunak IDE Arduino ini memiliki beberapa icon dengan masing-
masing fungsi seperti berikut.
1. Icon menu Verify yang bergambar ceklis berfungsi untuk
mengecek program yang ditulis apakah ada yang salah atau
error.
19
2. Icon menu Upload yang bergambar panah ke arah kanan
berfungsi untuk memuat/transfer program yang dibuat di
software Arduino ke hardware Arduino.
3. Icon menu New yang bergambar sehelai kertas berfungsi
untuk membuat halaman baru dalam pemrograman.
4. Icon menu Open yang bergambar panah ke arah atas berfungsi
untuk membuka program yang disimpan atau membuka
program yang sudah dibuat dari pabrikan software Arduino.
5. Icon menu Save yang bergambar panah ke arah bawah
berfungsi untuk menyimpan program yang telah dibuat atau
dimodifikasi.
6. Icon menu Serial Monitor yang bergambar kaca pembesar
berfungsi untuk mengirim atau menampilkan serial
komunikasi data saat dikirim dari hardware Arduino.

2.11 Analog To Digital Converter

Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang


untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat
dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu
eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan dan waktu konversinya. Fitur dari sistem
ADC untuk 10-bit yaitu 210 = 1024 menyatakan output (Putra, 2017). Data hasil
konversi ADC 10-bit (1024) diperoleh melalui persamaan berikut :
ADC = ((Vin x 1024))/Vref
Dimana :
ADC = nilai yang dibaca oleh microcontroller.
Vin = tegangan masuk pada pin ADC.
Vref = tegangan referensi
microcontroller.

20
2.12 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampil yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan
diberbagai bidang misalnya alal–alat elektronik seperti televisi, kalkulator,
ataupun layar komputer. Pada bab ini aplikasi LCD yang digunakan ialah LCD
dot matrik dengan jumlah karakter 2 x 16. LCD sangat berfungsi sebagai
penampil yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan status kerja alat.
Adapun fitur yang disajikan dalam LCD ini adalah :

1. Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris


2. Mempunyai 192 karakter tersimpan
3. Terdapat karakter generator terprogram
4. Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit
5. Dilengkapi dengan back light.
6. Tersedia VR untuk mengatur kontras.
7. Pilihan konfigurasi untuk operasi write only atau read/write.
8. Catu daya +5 Volt DC.
9. Kompatibel dengan DT-51 dan DT-AVR Low Cost Series serta sistem
microcontroller/mikroprosesor lain

Gambar 2.12 Layar LCD.


(Ustad & Kibile, 2014)

21
2.13 Blynk Apps
Blynk Apps adalah Platform aplikasi dengan IoS dan Android yang dapat
mengontrol Arduino, Raspberry Pi dan sejenisnya melalui internet. Blynk didesain
untuk IoT dan dapat mengontrol hardware secara remote, dapat menampilkan
sensor data, menyimpan data, memvisualiasikan data. Blynk perlu di install dan di
setting agar dapat memberikan notifikasi kepada user. Blynk terintegrasi dengan
kode program pada mikrokontoler lewat Blynk id yang didapatkan ketika
membuat akun di Blynk. Penggunaan aplikasi Blynk dalam peneltian ini adalah
untuk menampilkan notifikasi melalui smartphone Android.

Gambar 2.13 Window dari Blynk Apps.


( Waworundeng J, 2018)

22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan penelitian ini diperlukan suatu kerangka penelitian atau


metode penelitian. Kerangka penelitian berisi proses penelitian yang terstruktur
sehingga diperlukan langkah-langkah yang sistematis dan terarah untuk
menghasilkan penelitian yang tepat sasaran sesuai rumusan masalah dan tujuan.
Metodologi penelitian merupakan suatu proses yang terdiri dari tahap-tahap yang
saling terkait satu sama lain. Hal ini dimaksudkan agar proses penelitian ini dapat
dipahami, diikuti oleh pihak lain secara sistematik dan mendapatkan hasil yang
komprehensif. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
sebagai berikut :

3.1 Identifikasi Awal


Identifikasi awal merupakan langkah awal dalam penelitian ini yang
dilakukan untuk identifikasi latar belakang permasalahan yang akan diteliti,
merumuskan masalah, menetapkan tujuan dan manfaat penelitian, serta
memberikan batasan-batasan dalam penelitian ini.

3.1.1 Identifikasi Masalah


Pada bagian ini dilakukan peninjauan awal mengenai permasalahan
yang terjadi di area industri gula di Mojokerto khususnya di dalam area
pabrik terhadap polusi udara yang ditimbulkan dari proses produksi.
Identifikasi masalah ini akan digunakan untuk menentukan rumusan
permasalahan yang jelas dan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

3.1.2 Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Penelitian


Pada tahap ini merupakan pengembangan dari langkah indentifikasi
masalah. Dimana pada tahap ini penulis menentukan rumusan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai yang bisa didapat dari
penelitian ini. Pada bagian ini, masalah yang didapat dari hasil

23
pengamatan kondisi pada industri gula yaitu masih ada potensi
pencemaran udara yang terjadi di dalam area pabrik yang dimana kondisi
ini jelas tidak dapat dihilangkan mengingat keadaan pabrik yang begitu
besar dan luas, sehingga sulit untuk melakukan pembersihan beberapa
besi maupun alumunium dari mesin yang bekerja. Setidaknya minimal
harus ada alat semacam gas detector untuk mendeteksi kandungan udara
yang ada di dalam pabrik Hal ini diajukan agar kondisi udara yang ada di
dalam pabrik dapat terpantau dengan jelas. Tujuan dari pembuatan alat
pemantau kualitas udara ini diharapkan dapat meringankan tugas dari
HSE officer dimana agar dapat memberikan masukan atau APD yang
jelas untuk para pekerja yang ada di dalam pabrik. Sehingga dalam salah
satu hal pelaporan dan pemantauan keadaan safety condition khususnya
untuk para pekerja akan menjadi lebih mudah.

3.1.3 Studi Literatur


Studi literatur dilakukan untuk menjadi acuan dasar atau pedoman
dalam pelaksanaan penelitian kedepannya. Studi literatur ini didapatkan
berasal dari sumber text book, jurnal penelitian, artikel, internet, peraturan
dan laporan tugas akhir.
Setelah identifikasi awal dilakukan dan rumusan permasalahan
didapatkan, maka perlu dilakukan studi literatur dari beberapa sumber
yang terkait dengan penelitian untuk memudahkan dalam menyelesaikan
permasalahan dan tujuan penelitian ini. Adapun literatur yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi International Journal: Zigbee Based
Wireless Air Pollution Monitoring System Using Low Cost and Energy
Efficient Sensors, On-line Monitoring of Green House gases Storage and
Leakage Using Wireless Sensor Network, dan Jurnal: Indoor Air Quality
Monitoring and Notification System with IoT Platform.

24
3.1.4 Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan tahap untuk mengetahui kondisi nyata
dari suatu objek atau system yang akan diteliti. Studi lapangan akan
memberikan gambaran mengenai pencemaran polusi udara, baik pada
stasiun produksi maupun setelah jadi hasil barang.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar yang terkandung di udara
dalam satuan ppm sedangkan variabel terikatnya adalah CO, NOx dan PM10.

3.3 Pengumpulan Data


Tahap pengumpulan data merupakan tahap dimana akan dilakukan
pengumpulan data sesuai permasalahan yang didapat. Pengumpulan data
disesuaikan dengan jenis data yang hendak didapatkan. Data-data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder:

3.3.1 Data Primer


Data primer didapatkan melalui survey lapangan dan pengamatan.
Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting
pencemaran udara dalam area pabrik.

3.3.2 Data Sekunder


Data sekunder yang dikumpulkan meliputi Dokumen Lingkungan
khususnya pada Industri Gula yang sesuai dalam Peraturan Gubernur Jawa
Timur No 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi
Sumber Tidak Bergerak. Dan juga data sekunder yang dibutuhkan yaitu
berupa PFD, dan P&ID dari prototype penelitian ini.

3.4 Pengolahan Data


Pada tahap ini fokus dari penelitian untuk mendapatkan hasil dari analisa
yang dilakukan melalui beberapa tahapan seperti dibawah ini :

25
3.4.1 Perancangan Alat
Tahap ini merupakan perancangan alat pemantau kualitas pencemaran
udara, meliputi jenis sensor yang digunakan, penentuan peralatan yang
digunakan dalam alat air quality system, perhitungan kapasitas media yang
dibutuhkan untuk air quality system, desain air quality prototype dan rancang
bangun alat air quality system. Perancangan alat ini sesuai dengan kerangka
konsep dan diagram alir kerja alat seperti pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.


(Sumber : Penulis,2019)

26
Gambar 3.2 Diagram Alir.
(Sumber : Penulis,2019)

27
3.4.2 Persiapan Alat
Peralatan dan bahan yang perlu disiapkan meliputi peralatan dan
bahan yang diperlukan dalam pembuatan prototype. Persiapan alat dan bahan
yang dibutuhkan terdapat pada data berikut :
a. Hardware
Sensor MQ-135, Sensor MQ-7, Sensor GP2Y1010AU0F,
Microcontroller Wemos D1, Liquid Crystal Display (LCD), Kabel
Pelangi, Breadboard, Laptop, Smarthphone Android, Buzzer, dan
LED
b. Software
Internet, Arduino IDE, dan Blynk App.

3.4.3 Perancangan Prototype


Tahapan ini dilakukan proses pengerjaan pembuatan prototype yang
mengacu pada gambar desain wiring diagram yang telah dibuat. Peralatan atau
komponen terutama sensor yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu
agar mendapatkan nilai yang sesuai. Berikut tahapan kalibrasi pada sensor
yang digunakan :
a. Hubungkan sensor ke Microcontroller Wemos D1.
b. Nyalakan daya, lalu lakukan preheating melalui daya selama 48 jam.
c. Sesuaikan tahanan resistansi nilai resistansi beban (RL) sekitar 10
KΩ (5KΩ hingga 47 KΩ) hingga mendapatkan nilai sinyal yang
merespons tertentu konsentrasi sensor pada titik akhir 90 detik.
d. Sesuaikan tahanan beban RL lain hingga mendapatkan nilai sinyal
yang merespons konsentrasi sensor pada titik akhir 60 detik.
e. Sensor siap digunakan.

3.4.4 Pengujian pada alat


a. Validation

Tahapan ini dilakukan uji coba terhadap prototype yang


telah dibuat beserta komponen pendukung lainnya dengan
membandingkan hasilnya dengan alat yang digunakan sebelumnya

28
dalam uji sampel yaitu Impinger dan HVS. Uji coba ini dilakukan
dengan menggunakan udara sekitar yang berpotensi memiliki
kandungan gas NOx, CO, dan debu sebagai parameter PM10.
Untuk udara ambien dilakukan di pedesaan/lingkungan warga di
sekitar area industri gula, yaitu Lapangan depan SDN Gempolkrep
Kab Mojokerto. Apabila masih belum sesuai dengan fungsinya
maka akan dilakukan pembenahan. Namun apabila sudah sesuai
maka akan dilanjut memasukkan database dari data yang ada
kedalam internet agar dapat dioperasikan kedalam Android. Bila
sudah berhasil dilakukan proses pengujian dengan pengujian
langsung mendatangi langsung ke industri gula yang dituju oleh
penulis.

b. Pengujian langsung
Pada tahapan ini dilakukan percobaan langsung pada prototype
yang telah dilakukan validation. Langkah-langkah pengujian
langsung dalam tahapan ini yaitu :
1. Menyalakan prototype agar siap digunakan.
2. Pengujian prototype untuk udara ambien dilakukan di
pemukiman warga di Lapangan depan SDN Gempolkrep
Kab Mojokerto.
3. Hasil data analisis dapat dilihat dalam LCD prototype dan
data disimpan dalam Laptop.
4. Hasil data analisis juga disimpan dalam Laptop, lalu di-
input kedalam database internet.
5. Dari database internet dioperasikan kedalam Blynk Apps
sebagai software pada smartphone Android agar dapat
dilihat oleh user.

Dalam hasil pengukuran data analisa ini juga melihat acuan


dari datasheet pada masing-masing sensor dan analisa data

29
yang didapat dari alat validation, dimana data yang dihasilkan
memiliki % deviasi = hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
yang diperoleh :

3.4.5 Kesimpulan dan Saran


Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah kesimpulan dan saran.
Tahap ini akan ditarik suatu kesimpulan setelah dilakukan pengujian terkait
data yang telah diolah, setelah itu dilakukan pemberian saran yang ditujukan
untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pertama adalah
proses pembuatan prototype hardware. Tahap kedua dilanjut dengan validasi
menggunakan alat sebenarnya yaitu Impinger, HVS, dan Direct Reading. Tahap
ketiga yaitu proses secara software menggunakan Blynk Apps pada skala aplikasi
Android. Proses secara hardware bertujuan sebagai alat yang digunakan untuk
melihat kualitas udara pada tempat dan selanjutnya dilakukan pemantauan
menggunakan software guna memudahkan pengguna melihat kualitas udara
secara real-time.
Percobaan dilakukan dengan pengukuran udara ambien di area industri
gula dan sekitarnya. Jenis sensor yang digunakan adalah MQ-135, MQ-7, dan
Sharp GP2Y1010AU0F dengan variasi jenis pengukuran yaitu NOx, CO dan
PM10. Proses secara software menggunakan aplikasi Android yaitu Blynk Apps
yang sudah dapat di download pada Apps Google Playstore yang nanti pengguna
tinggal melakukan modifikasi ke dalam bentuk prototype sendiri skala rancang
bangun dan di konfigurasikan dengan hardware yang telah dibuat sebelumnya.

4.1 Karakteristik Sumber Udara Ambien


Limbah gas dan partikulat pada industri gula dalam rinciannya dibagi
menjadi 2 macam jenis, yaitu butiran kasar (partikulat) dan gas. Sebagian besar
limbah gas dan partikulat ini bersumber dari stasiun ketel/uap. Stasiun ketel/uap
ini memiliki beberapa boiler yang bekerja terus-menerus sebagai penyedia sumber
listrik di industri gula sehingga menghasilkan abu ketel (fly ash) sebagai limbah
partikulat.
Industri gula yang dituju peneliti memiliki 3 boiler yaitu Bolier Yoshimine,
Boiler Yoshimine 2, dan Boiler Cheng Chen dengan total kapasitas 80.000 TCD
dan berbahan bakar ampas tebu kering. Industri gula ini pun wajib memantau
pengendalian pencemaran udara yang dihasilkan dari boiler tersebut. Parameter
yang diukur oleh peneliti yaitu sama seperti pengukuran wajib pantau

31
pengendalian pencemaran udara industri, namun peneliti hanya mengambil
beberapa parameter saja dan tempat pengukuran udara ambien di sekitar area
industri gula yang dituju.
Berikut tabel pengukuran wajib pantau udara ambien yang diukur dan Baku
Mutu Udara Ambien menurut Peraturan Gubernur Jatim No 10 Tahun 2009 :

Tabel 4.1 Tabel Wajib Pantau Udara Ambien Industri Gula


Kadar Terukur
No Parameter Satuan Rata-rata
1 2 3
1 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 345 1495 1150 996.6666667
2 Oksida Nitrogen (NOx) mg/Nm3 38 27.5 23 29.5
3 Nitrogen Dioksida (NO2) mg/Nm3 12 13.2 11.9 12.36666667
4 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 <6.8 <6.8 7.1 7.1
5 Hidrogen Sulfida (H2S) mg/Nm3 0.97 0.28 0.28 0.51
6 Amoniak (NH3) mg/Nm3 167 41.1 31.1 79.73333333
7 Oksidan (Ox) mg/Nm3 26.1 29.3 29.3 28.23333333
8 Debu (PM10) mg/Nm3 0.2331 0.1297 0.2071 0.189966667
9 Timah Hitam mg/Nm3 0.00002 0.000046 0.00002 2.86667E-05
10 Total Hidrokarbon mg/Nm3 <9.1 <9.1 <9.1 9.1
11 Intesitas Kebisingan mg/Nm3 46.4 48.1 49.1 47.86666667
Sumber : Self-Assesment Pengendalian Pencemaran Udara Industri Gula, 2019 Tabel 4.2 Tabel Baku

Mutu Udara Ambien

No Parameter Satuan Baku Mutu

1 Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 22600


2 Oksida Nitrogen (NOx) mg/Nm3 92.5
3 Nitrogen Dioksida (NO2) mg/Nm3 800
4 Sulfur Dioksida (SO2) mg/Nm3 262
5 Hidrogen Sulfida (H2S) mg/Nm3 42
6 Amoniak (NH3) mg/Nm3 1360
7 Oksidan (Ox) mg/Nm3 200
8 Debu (PM10) mg/Nm3 0.26
9 Timah Hitam mg/Nm3 0.06
10 Total Hidrokarbon mg/Nm3 160
11 Intesitas Kebisingan mg/Nm3 -
Sumber : Baku Mutu Udara Ambien Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2009
Peneliti mengambil parameter Debu (PM10), Oksida Nitrogen (NOx), dan
Karbon Monoksida (CO) karena hasil pengukuran wajib pantau udara ambien

32
industri gula dalam tabel menunjukkan bahwa ketiga parameter tersebut memiliki
nilai rata-rata lebih besar dari parameter yang lain. Penelitian ini diawali dengan
pembuatan desain sistem untuk dapat mengetahui gambaran atau rancangan dari
prototype jadi sebelum dilakukan penelitian selanjutnya.

4.2 Desain Sistem Alat


Rancang bangun pemantau kualitas pencemaran udara ini memanfaatkan
sensor Air Quality ,yaitu MQ-7, MQ-135, dan Sharp GP2y1010au0f. Sensor
tersebut digunakan untuk mendeteksi kadar CO, NOx, dan PM10 yang ada di
sekitar industri gula. Sensor tersebut dihubungkan kepada microcontroller
Wemos D1 R2. Pembacaan yang dilakukan oleh Wemos D1 R2 tersambung
dengan aplikasi Windows yaitu Arduino IDE. Lampu LED dan active buzzer akan
menyala jika sensor mendeteksi sesuai dengan set point.

Proses kerja sistem ini diawali dengan sensor MQ-7 mendeteksi kadar
gas CO dengan nilai berupa perubahan ADC. Selanjutnya peran Wemos D1 R2
sebagai microcontroller akan memproses perintah konversi dari nilai perubahan
ADC ke kadar CO dalam % ppm. Wemos D1 R2 juga memberi perintah pada
LED untuk menampilkan kadar CO yang terdeteksi oleh sensor MQ-7 dan buzzer
bila terdeteksi tingginya kadar CO. Waktu heater yang dibutuhkan sebelum
sensor dapat digunakan yaitu 60 detik sesuai dengan DataSheet MQ-7.

Proses kerja sistem dilanjut dengan sensor MQ-135 mendeteksi kadar gas
NOx dengan nilai berupa perubahan ADC. Selanjutnya seperti pada sensor MQ7,
peran Wemos D1 R2 sebagai microcontroller akan memproses perintah konversi
dari nilai perubahan ADC ke kadar NOx dalam % ppm. Wemos D1 R2 juga
memberi perintah pada LED untuk menampilkan kadar NOx yang terdeteksi oleh
sensor MQ-7 dan buzzer bila terdeteksi tingginya kadar NOx. Waktu heater yang
dibutuhkan sebelum sensor dapat digunakan yaitu 60 detik sesuai dengan
DataSheet MQ-135.

33
Terakhir yaitu proses kerja sensor Sharp GP2y1010au0f yang
mendeteksi kadar PM10 pada area sekitar dengan nilai berupa perubahan ADC.
Selanjutnya seperti pada sebelumnya, peran Wemos D1 R2 sebagai
microcontroller akan memproses perintah konversi dari nilai perubahan ADC ke
kadar PM10 dalam bentuk volume mg/m3 dan dikali 0.001 agar satuan berubah
menjadi ppm. Wemos D1 R2 juga memberikan perintah kepada LED untuk
menampilkan kadar PM10 yang terdeteksi oleh sensor dan buzzer bila terdeteksi
tingginya volume debu. Waktu heater yang dibutuhkan sebelum sensor dapat
digunakan yaitu 60 detik sesuai dengan DataSheet Dust Sensor Sharp.

Sistem alat ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Wiring Diagram Sistem Kontrol.

4.3 Deteksi PPU Menggunakan Sensor


Pengendalian pencemaran udara merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh industry, salah satu nya industry gula. Berikut sensor
penelitian dari peneliti untuk mendeteksi pencemara udara :

1. Sensor MQ-135
2. Sensor MQ-7
3. Sensor GP2Y1010AU0F

34
4.3.1 SOP Sensor MQ-7
Sensor MQ-7 memiliki 4 pin, yaitu pin A0 sebagai pin analog
input, D0 sebagai digital input, VCC sebagai sumber masukan listrik
sensor dan GND sebagai ground. Agar sensor aktif, keempat pin tersebut
harus disambungkan dengan microcontroller Wemos D1. Langkah-
langkah dalam sambungannya yakni sebagai berikut :

1. Siapkan 4 kabel pelangi male-to-female untuk sambungan


sensor dan microcontroller Wemos D1.
2. Masukkan sisi kabel female ke dalam 4 pin sensor (A0, D0,
VCC, GND), dan usahakan kabel pelangi tetap utuh/tidak
terpisah satu sama lain.
3. Siapkan Breadboard dan Microcontroller Wemos D1.
4. Siapkan 2 kabel pelangi male-to-male untuk sambungan
microcontroller Wemos D1 dan Breadboard.
5. Sambungkan sisi male ke pin 5V pada microcontroller Wemos
D1 dan masukkan sisi satu kabel male ke lubang “+” pada
Breadboard.
6. Sambungkan sisi male ke pin GND pada microcontroller
Wemos D1 dan masukkan sisi satunya ke lubang “-” pada
Breadboard .
7. Lalu pindah lagi ke sensor, sambungkan sisi kabel male ke
dalam microcontroller Wemos D1 dengan ketentuan : pin A0
sensor pada pin A0 Wemos, pin D0 (sementara diabaikan), pin
GND sensor pada lubang “-” Breadboard, dan pin VCC sensor
pada lubang “+” Breadboard.
8. Sensor siap diaktifkan.

35
4.3.2 SOP Sensor MQ—135
Sensor MQ-135 memiliki 4 pin, yaitu pin A0 sebagai pin analog
input, D0 sebagai digital input, VCC sebagai sumber masukan listrik
sensor dan GND sebagai ground. Agar sensor aktif, keempat pin tersebut
harus disambungkan dengan microcontroller Wemos D1. Langkah
langkah dalam sambungannya yakni sebagai berikut :

1. Siapkan 4 kabel pelangi male-to-female untuk sambungan sensor


dan microcontroller Wemos D1.
2. Masukkan sisi kabel female ke dalam 4 pin sensor (A0, D0, VCC,
GND), dan usahakan kabel pelangi tetap utuh/tidak terpisah satu
sama lain.
3. Sambungkan sisi kabel male ke dalam microcontroller Wemos D1
dengan ketentuan : pin A0 sensor pada pin A0 Wemos, pin D0
(sementara diabaikan), pin GND sensor pada lubang “-”
Breadboard, dan pin VCC sensor pada lubang “+” Breadboard.
4. Sensor siap diaktifkan.

4.3.3 SOP Sensor Sharp GP2Y010AUF


Sensor Sharp GP2Y010AUF memiliki 6 pin, yaitu kabel V0
sebagai pin analog input, kabel V-LED sebagai pin Arduino 5V dengan
resistor 150ohm, kabel LED sebagai pin digital, kabel VCC sebagai
sumber masukan listrik sensor 5V, kabel LED-GND dan S-GND sebagai
Arduino ground (GND). Agar sensor aktif, keenam kabel tersebut harus
disambungkan dengan Wemos D1 dan breadboard sesuai dengan pin yang
tertera pada microcontroller.

4.3.4 Display Running Sensor


Setelah semua telah dirangkai dengan baik, sensor dapat diaktifkan
dengan menyambungkan kabel dari USB port 2.0 microcontroller
kelaptop. Langkah-langkah berikutnya yaitu :

36
1. Nyalakan Arduino IDE pada laptop dan konfigurasikan library
sesuai dengan sensor.
2. Bila sudah terisi dengan benar tekan “Upload” dan tunggu sketch
berjalan sampai upload selesai.
3. Setelah itu tekan tombol “Tools” dan pilih Serial Monitor.

4. Akan tampak display angka hasil dari pembacaan sensor yang telah
aktif.

Gambar 4.2 Hasil Pembacaan Sensor pada Serial Monitor


5. Jangan lupa untuk selalu memberikan maintenance yang baik pada
sensor.

4.4 Validasi Alat Penelitian


Validasi alat untuk pengujian deteksi pencemaran udara ambien oleh
peneliti dilakukan pada:
hari/tanggal : Kamis, 27 Juni 2019
waktu : 09.30 WIB – 12.00 WIB
tempat : Lapangan Depan SDN Gempolkrep, Kab.
Mojokerto.
Berikut ini merupakan posisi prototype pada saat pengujian :

37
Gambar 4.3 Pengukuran gas CO

4.4.1 Pengujian Parameter NOx


Pengujian yang dilakukan ini adalah untuk membandingkan hasil
pengukuran gas NOx yang dihasilkan oleh alat ukur operasional yang
sudah bersertifikat dengan alat hasil rancangan. Tujuannya adalah untuk
menentukan kelayakan data yang diperoleh dan kelayakan alat yang telah
dirancang.
Metode pengujian yang digunakan yaitu dengan mengamati dan
membandingkan konsentrasi gas NOx yang ditunjukkan oleh alat
operasional dan alat yang telah dirancang dengan menggunakan sensor gas
NOx MQ-135 yang diletakkan berdekatan.
Hasil dari validasi alat untuk parameter gas NOx dikemas dalam
tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kadar NOx di Lapangan Depan SDN Gempolkrep
NOx (ppm)
No Jam
RANCANGAN
1 13:00 0.01023
2 13:05 0.01025
3 13:10 0.01025
4 13:15 0.01026
5 13:20 0.01028
6 13:25 0.01028
7 13:30 0.01028
8 13:35 0.0103
9 13:40 0.0103
10 13:45 0.01031
38
11 13:50 0.01031
12 13:55 0.01033
13 14:00 0.01035
14 14:05 0.01035
15 14:10 0.01037
16 14:15 0.01038
17 14:20 0.01039
18 14:25 0.0104
Rata - rata 0.010312222

38
Impinger 27.5
mg/Nm3
23
29.5
Rata-rata
0.008449 ppm

Koreksi 21.822891 %

Data hasil komparasi dari nilai kadar gas NOx prototype dengan alat
operasional menunjukkan prototype sudah dapat membaca nilai konsentrasi gas
NOx dengan nilai satuan ppm dengan baik. Nilai kadar gas NOx yang terbaca
oleh prototype juga sudah mendekati kadar nilai yang ditunjukkan oleh alat
operasional Impinger yang sudah terkalibrasi dengan rata-rata koreksi pada saat
pengujian hanya 0.008 ppm, sedangkan rata-rata untuk prototype adalah 0.01
ppm. Koreksi atau presentase error yang dihasilkan yaitu :

4.4.2 Pengujian Parameter PM10

Pengujian yang dilakukan ini adalah untuk membandingkan hasil


pengukuran gas PM10 yang dihasilkan oleh alat ukur operasional yang sudah
bersertifikat dengan alat hasil rancangan. Tujuannya adalah untuk menentukan
kelayakan data yang diperoleh dan kelayakan alat yang telah dirancang.
39
Metode pengujian yang digunakan yaitu dengan mengamati dan
membandingkan konsentrasi gas PM10 yang ditunjukkan oleh alat operasionaldan
alat yang telah dirancang dengan menggunakan sensor gas PM10 Sharp
GP2Y1010AU0F yang diletakkan berdekatan.
Hasil dari validasi alat untuk parameter PM10 dikemas dalam table
berikut :
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kadar PM10 di Lapangan Depan SDN Gempolkrep
PM10(ppm)
No Jam
RANCANGAN
1 13:00 0
2 13:05 0
3 13:10 0
4 13:15 5
5 13:20 5
6 13:25 5
7 13:30 3
8 13:35 2
9 13:40 3
10 13:45 2
11 13:50 3
12 13:55 2
13 14:00 3
14 14:05 5
15 14:10 2
16 14:15 3
17 14:20 5
18 14:25 2
Rata - rata 2.777777778

0.2331
HVS 0.1297
mg/Nm3
0.2071
0.1899667
Rata-rata
2.3026263 ppm

Koreksi 20.635199 %

Data hasil komparasi dari nilai kadar gas PM10 prototype dengan alat
operasional menunjukkan prototype sudah dapat membaca nilai konsentrasi gas
PM10 dengan nilai satuan ppm dengan baik. Nilai kadar gas PM10 yang terbaca

40
oleh prototype juga sudah mendekati kadar nilai yang ditunjukkan oleh alat
operasional High Volume Sampler (HVS) yang sudah terkalibrasi dengan rata-rata
koreksi pada saat pengujian hanya 2.30 ppm, sedangkan rata-rata untuk prototype
adalah 2.78 ppm. Koreksi atau presentase error yang dihasilkan yaitu :

4.4.3 Pengujian Parameter CO


Metode pengujian yang digunakan yaitu dengan mengamati dan
membandingkan konsentrasi gas CO yang ditunjukkan oleh alat operasional dan
alat yang telah dirancang dengan menggunakan sensor gas CO MQ-7 yang
diletakkan berdekatan. Pengujian yang dilakukan ini adalah untuk
membandingkan hasil pengukuran gas CO yang dihasilkan oleh alat ukur
operasional yang sudah bersertifikat dengan alat hasil rancangan. Tujuannya
adalah untuk menentukan kelayakan data yang diperoleh dan kelayakan alat
yang telah dirancang. Dalam pengujian Ini menggunakan alat ukur Impinger Mitra
Lab Surabaya sebagai alat pengujian
Hasil dari validasi alat untuk parameter gas CO (Karbonmonoksida) dikemas
dalam table berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kadar CO di Lapangan Depan SDN Gempolkrep
CO (ppm)
No Jam
RANCANGAN
1 13:00 0.448
2 13:05 0.437
3 13:10 0.427
4 13:15 0.421
5 13:20 0.418
6 13:25 0.412
7 13:30 0.405
8 13:35 0.4
9 13:40 0.399
10 13:45 0.388
41
11 13:50 0.378
12 13:55 0.378
13 14:00 0.374
14 14:05 0.374
15 14:10 0.37
16 14:15 0.367
17 14:20 0.369
18 14:25 0.369

Rata - rata 0.396333333

345
Impinger 1495
mg/Nm3
1150
996.6666667
Rata-rata
0.28599124 ppm

Koreksi 38.58233318 %

Data hasil komparasi dari nilai kadar gas CO prototype dengan alat
operasional menunjukkan prototype sudah dapat membaca nilai konsentrasi gas
CO dengan nilai satuan ppm dengan baik. Nilai kadar gas CO yang terbaca
olehprototype juga sudah mendekati kadar nilai yang ditunjukkan oleh alat
operasional Impinger yang sudah terkalibrasi dengan rata-rata pada saat pengujian
hanya 0.285 ppm, sedangkan rata-rata untuk prototype adalah 0.396 ppm. Koreksi
atau presentase error yang dihasilkan yaitu :

Parameter CO ini dilakukan pengujian kedua oleh peneliti dikarenakan


peneliti pihak kampusnya memiliki alat pendeteksi pencemaran udara Direct
Reading yang hanya dapat mendeteksi pencemaran udara untuk penelitan ini
hanya parameter CO (karbonmonoksida). Penelitian yang dilakukan ini adalah
untuk membandingkan hasil pengukuran gas CO yang dihasilkan Impinger
dengan alat yang berbeda yaitu Direct Reading. Tujuannya adalah untuk
42
menentukan kelayakan data yang diperoleh dan kelayakan alat yang telah
dirancang. Dalam pengujian ini menggunakan alat ukur Direct Reading PPNS
sebagai alat pengujian dilakukan pada:
hari/tanggal : Selasa, 09 Juli 2019
waktu : 16.30 WIB – 17.00 WIB
tempat : Tempat Parkir Motor Mahasiswa PPNS
Metode pengujian yang digunakan yaitu dengan mengamati dan
membandingkan konsentrasi gas CO yang ditunjukkan oleh alat operasional dan
alat yang telah dirancang dengan menggunakan sensor gas CO yaitu MQ-7 yang
diletakkan berdekatan.
Berikut ini merupakan posisi prototype pada saat pengujian :

Gambar 4.4 Pengukuran gas CO di Parkiran PPNS

Hasil dari validasi alat untuk parameter PM10 dikemas dalam table
berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kadar CO di Parkiran PPNS
CO (ppm)
No Jam
RANCANGAN Direct Reading
1 16:52 39.4 37
2 16:52 39.2 38
3 16:52 39.2 39
4 16:52 39.3 30
5 16:52 39.3 39
6 16:52 39.4 38
43
7 16:52 39.4 36
8 16:52 39.4 36
9 16:52 39.4 37
10 16:52 39.3 23
11 16:52 39.4 24
12 16:52 39.3 34
13 16:52 39.4 46
14 16:52 39.1 45
15 16:53 39.1 29
Rata - rata 39.30666667 35.4
Koreksi 11.03578154
Data hasil komparasi dari nilai kadar gas CO prototype dengan alat
operasional menunjukkan prototype sudah dapat membaca nilai konsentrasi gas
CO dengan nilai satuan ppm dengan baik. Nilai kadar gas CO yang terbaca oleh
prototype juga sudah mendekati kadar nilai yang ditunjukkan oleh alat operasional
Direct Reading yang sudah terkalibrasi dengan rata-rata koreksi pada saat
pengujian hanya 35.4 ppm, sedangkan rata-rata untuk prototype adalah 39.3 ppm.
Koreksi atau presentase error yang dihasilkan yaitu :

Perbedaan kedua nilai koreksi ini disebabkan dari kemampuan alat yang
berbeda, dimana alat operasional yang dimiliki oleh PPNS memiliki resolusi alat
yang sangat baik yaitu menggunakan Direct Reading Altair MSA 5x. Melihat dari
2 pengukuran parameter gas CO yang menggunakan alat yang berbeda yaitu
Impinger dan Direct Reading Altair MSA 5x, telah diketahui bahwa nilai koreksi
yang dihasilkan berbeda.
Peneliti melakukan perhitungan deviasi pada alat prototype dengan Direct
Reading Altair MSA 5x. Analisa statistika yang dilakukan menggunakan software
Minitab 19 untuk mengetahui standar deviasi pada alat. Standar deviasi pada alat
ditunjukkan pada Gambar 4.5.

44
Gambar 4.5 Hasil Perbandingan Uji Normalitas Statistik Deskriptif
Gambar 4.5 menunjukkan hasil dari uji normalitas terhadap pengukuran
kualitas udara menggunakan prototype dengan Direct Reading Altair MSA 5x.
Gambar 4.5 menunjukkan masing-masing alat pengukur terdapat 15 nilai hasil
pengukuran dengan rata-rata 36.27 (direct reading) 39.31 (prototype) , standar
deviasi 6.364 untuk (direct reading) 0.11 (prototype), nilai statistika dari

45
kolmogrov-Smirnov (KS) sebesar 0.274 (direct reading) 0.111 (prototype), dan
probability value masing masing alat sebesar <0.01.
Pengukuran menggunakan Direct Reading Altair MSA 5x dan prototype
peneliti adalah kedua alat yang menggunakan sensor digital berteknologi tinggi
dan proses mengolah data yang cepat dan singkat, sehingga data yang keluar pun
bisa langsung terbaca dan diolah. Pengukuran udara ambien menggunakan
Impinger adalah pengukuran dengan penambahan bahan kimia berupa cairan,
sehingga hasil keluaran dari impinger harus dianalisi terlebih dahulu di dalam
laboratorium. Pengukuran mengunakan HVS pun juga pengukuran secara manual
dikarenakan kertas saring yang digunakan harus ditimbang terlebih dahulu berat
awal kertas dan berat akhir di dalam laboratorium.
Kesimpulan dari hasil pengukuran secara digital menghasilkan keakuratan
lebih tinggi daripada pengukuran manual yang membutuhkan analisa lanjut pada
laboratorium. Parameter lainnya bila juga divalidasi menggunakan alat
pengukuran digital gas yang sudah dikalibrasi dan besertifikat, maka hasil
koreksinya pun bisa jadi lebih rendah dari pengukuran secara manual.

4.5 Sistem Kerja pada Android


Sistem kerja prototype peneliti kedalam Android memiliki 2 (dua) tahapan,
yaitu konstruksi prototype peneliti dengan pemrograman Arduino IDE dan
perakitan interface Blynk Apps. Perakitan interface Blynk Apps dapat dikerjakan
dengan mudah menggunakan fitur menu yang sudah tersedia di dalam aplikasi.
Berikut tahapan-tahapan dalam pembuatan prototype yang terkoneksi
kedalam Blynk Apps:

1. Prototype harus dalam kondisi aktif untuk mendeteksi gas yang


diteliti yaitu gas CO, gas NOX, dan PM10.

2. Hasil deteksi sensor akan dikirimkan ke Wemos dan diproses sesuai


dengan Arduino IDE.

46
Gambar 4.6 Hasil Pembacaan Sensor pada Serial Monitor Arduino IDE

3. Mikrokontoller Wemos sudah memiliki board modul wireless,


sehingga saat hotspot dari smartphone yang digunakan untuk running
Blynk Apps akan langsung tersambung dengan catatan mengisi kolom
auth yang dikirim ke user melalui email, dan mengisi ssid & pass
sebagai id_ dan kata sandi untuk login.
4. Sambungan antara prototype dengan Blynk Apps sudah online,
koneksikan angka yang terdapat dalam Wemos ke Blynk Apps melalui
fitur value yang ada di Blynk Apps.

47
Gambar 4.7 Fitur Blynk Apps pada Widget Box

5. Hasil deteksi sensor nanti akan bisa langsung tersambung secara


real-time level kualitas udara yang terdeteksi oleh sensor dapat
dilihat.
6. Informasi dari Blynk Apps berisi push notification kepada user jika
kualitas udara mengalami peningkatan ke level yang berbahaya dengan
menambah fitur eventor settings.

48
Value Display
Notifications

Gauge

SuperChart

E-mail

LED Indicator

Timer

Gambar 4.8 Display Pengukuran Udara pada Blynk Apps

Value Display : Fitur ini sebagai tampilan dari hasil pengukuran berupa angka
Notifications : Fitur ini untuk memberikan semcam notifikasi kepada user pada
homescreen handphone android
Gauge : data pengukuran dalam bentuk
gauge
Super Chart : Grafik data pengukuran dalam bentuk garis
E-mail : Fitur untuk meneruskan hasil pengukuran kedalam e-mail
LED Indicator : Fitur pemberitahuan kondisi LED pada prototype
Timer : Fitur untuk melihat waktu pengukuran yang sedang berlangsung

49
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

50
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil analisis dan pengolahan data, penelitian yang
telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Desain dari rancang bangun yaitu menggunakan sensor MQ-7 untuk


pengukuran gas CO, sensor MQ-135 untuk pengukuran gas NOx, dan
sensor GP2y1010au0f untuk pengukuran PM10. Pembacaan dari sensor
menggunakan microcontroller Wemos D1 R2 dan koding dari Arduino
IDE.
2. Cara mendeteksi udara menggunakan sensor oleh peneliti ini bisa
mendeteksi konsentrasi pencemar secara kontinyu dan bisa di displaykan
dengan laptop (Arduino IDE) dan Android (Blynk Apps)
3. Hasil validasi perbandingan antara prototype peneliti dengan pembanding
yaitu untuk Gas CO sebesar 11.03%, Gas NOx sebesar 21.82%, dan Gas
PM10 sebesar 20.63%.
4. Sistem kerja pada Android yang dipakai menggunakan aplikasi Blynk
Apps dengan pembuatan coding untuk LCD, LED, buzzer, serta sensor
yang disambungkan ke smartphone melalui wireless. Penggunaan fitur
value sebagai real-time data telah dapat memonitoring dan memberikan
notifikasi kualitas udara via smartphone maupun email.

5.1 Saran
Saran untuk mengembangkan penelitian ini adalah:

1. Tugas akhir ini dapat dikembangkan dengan penambahan variable gas


yang lebih beragam, pengecekan secara berkala, serta titik lokasi sampling
limbah udara yang berbeda – beda.
2. Penggunaan pada aplikasi lebih divariasikan kembali karena peneliti
belum menggunakan semua fitur yang ada di Blynk Apps.

51
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2013). Universitas Sumatra Utara. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Baehaqi, M. N. (2017). Rancang Bangun Sistem Pemantau Kualitas Udara


Menggunakan Sensor GP2Y1010AU0F dan MQ-7 Berbasis Web di Tanjung
Priok.Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

Damara, D. Y., dkk. (2017). Analisis Dampak Kualitas Udara Karbon Monoksida
(Co) di Sekitar Jl Pemuda Akibat Kegiatan Car Free Day Menggunakan
Program Caline4 dan Surfer (Studi Kasus: Kota Semarang). Jurnal Teknik
Lingkungan, 6(1), 1–14. Semarang.

Darmayasa, I. G. O. (2013). Dampak Nox Terhadap Lingkungan, (X), 98–107.

Gaussin, J. (2015). Pengelompokan Kualitas Udara Ambien Menurut Kabupaten


Kota di Jawa Tengah Menggunakan Analisis Klaster, 4(2), 393–402.

Hadihardaja, J. (1997). Pengantar Rekayasa Lingkungan. Gunadarma. Jakarta.

Ihsan, H. (1995). Validitas Isi Alat Ukur Penelitian Konsep Dan Panduan
Penilaiannya. Universitas Indonesia, Jawa Barat.

Mannaf, A. S., dkk. (2017). Land Assemblage Redevelopment Authority (LARA).


City of Houston, 04(3), 2–9. Retrieved from http://www.houstontx.gov/lara/

Peraturan Pemerintah. (1999). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Indonesia

Pressman, Roger S. (2012). Rekayasa Perangkat Lunak –Buku Satu, Pendekatan


Praktisi (Edisi 7). Yogyakarta: Andi.

52
Ruslinda , Yenni and Hafidawati, H. (2012). Prosiding SNTK TO PI. Jakarta

Ustad, V. K., & Kibile, S. S. (2014). Zigbee Based Wireless Air Pollution
Monitoring System Using Low Cost. International Journal of
Engineering Trends and Technology (IJETT), 10(9), 456–460.

Waworundeng, J., & Lengkong, O. (2018). Sistem Monitoring dan Notifikasi


Kualitas Udara dalam Ruangan dengan Platform IoT Indoor Air Quality
Monitoring and Notification System with IoT Platform. Cogito Smart
Journal, Vol 4, No 1. Jakarta

53
LAMPIRAN A

DOKUMENTASI PENELITIAN

54
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

55
ALAT & BAHAN PERANCANGAN HARDWARE

56
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

57
ALAT & BAHAN PERANCANGAN SOFTWARE

58
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

59
LAMPIRAN B

DOKUMENTASI VALIDASI

60
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

61
VALIDASI UDARA AMBIEN DENGAN ALAT KALIBRASI

62
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

63
LAMPIRAN C
CODING ARDUINO IDE

64
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

65
CODING MQ-7 & MQ-135
float mq135,mq7;
void speedBuzzer(int waktu);
const int pinBuzzer = 0;
int ulang = 0;

void setup(){ // setting awal


Serial.begin(9600); // kirim data serial dengan kecepatan 9600
bps pinMode(D0,OUTPUT);
digitalWrite(D0,HIGH);
}

void loop(){ // program utama


//mq135 = analogRead(2); // baca data analog A2
//mq135 = mq135/10;
mq7 = analogRead(0);
mq7 = (mq7/10);

if (mq135,mq7 >= 100)


{
digitalWrite(D0,LOW);
}
else
{
digitalWrite(D0,HIGH);

66
}

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

67
Serial.println(mq135, DEC);
Serial.println(mq135);
Serial.println(" ppm ");

Serial.println(mq7, DEC);
Serial.println(mq7);
Serial.println(" ppm ");

delay(3000);

for ( ulang = 0; ulang < 20; ulang++){


speedBuzzer(250);
}
for ( ulang = 0; ulang < 20; ulang++){
speedBuzzer(500);
}
}
void speedBuzzer(int waktu){
digitalWrite(D0,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(D0,LOW);
delay(500);
}
int measurePin = A0;
int ledPower = D3;

68
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

69
CODING DUST SENSOR
float voMeasured = 0;
float calcVoltage = 0;
float dustDensity = 0;

void setup()
{ Serial.begin(9600);
pinMode(D0,OUTPUT);
digitalWrite(D0,HIGH);
pinMode(D3,OUTPUT);
}

void loop(){
digitalWrite(D3,LOW);
delayMicroseconds(samplingTime);

voMeasured = analogRead(0);

delayMicroseconds(deltaTime);
digitalWrite(D3,HIGH);
delayMicroseconds(sleepTime);

calcVoltage = voMeasured*(5.0/1024);
dustDensity = 0.17*calcVoltage-0.1;

70
if ( dustDensity < 0)

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

71
{
dustDensity = 0.00;
}
if (dustDensity >= 250)
{
digitalWrite(D0,LOW);
}
else
{
digitalWrite(D0,HIGH);
}

Serial.println("Raw Signal Value (0-1023):");


Serial.println(voMeasured);

Serial.println("Voltage:");
Serial.println(calcVoltage);

Serial.println("Dust Density:");
Serial.println(dustDensity);
Serial.println(" ppm ");

delay(5000);
}

72
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

73
CODING PENGOPERASIAN PADA BLYNK APPS
float mq135,mq7,dust,calc,hasildust;
int tunda = 100;
#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 2, 1, 0, 4, 5, 6, 7, 3, POSITIVE);
#include <ESP8266WiFi.h>
#define BLYNK_PRINT Serial
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>

//cek email dan copy paste kan disini


char auth[] = "y7C08JB0ac9mtw9KYSpzxVByVhvQSz2_";
//isikan nama wifi dan passwordnya
char ssid[] = "mogajiwa";
char pass[] = "migajiwa";

void setup()
{ Serial.begin(9600);
Blynk.begin(auth, ssid, pass);

pinMode(D0,OUTPUT)
;
digitalWrite(D0,HIGH);
pinMode(D5,OUTPUT)
;
lcd.begin(16,2);//Defining 16 columns and 2 rows of lcd display

74
}

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

75
void readanalog()
{

mq7 = analogRead(2);
dust = analogRead(3);
calc =
dust*(5.0/1023);
hasildust =
(0.17*calc)*100; mq135 =
analogRead(0);

lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("mq7 ");
lcd.setCursor(4,0);
lcd.print(mq7);

lcd.setCursor(6,0);
lcd.print("mq135 ");
lcd.setCursor(12,0);
lcd.print(mq135);

lcd.setCursor(0,1);
lcd.print("dust ");
lcd.setCursor(5,1);
lcd.print(hasildust);

delay(100);

76
Blynk.virtualWrite(V7, mq7);

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

77
delay(100);
Blynk.virtualWrite(V8, mq7);
delay(100);
Blynk.virtualWrite(V9, mq7);
delay(100);

if (mq7 >= 0)
{
digitalWrite(D0,HIGH);
digitalWrite(D5,HIGH);
delay(tunda);
digitalWrite(D0,LOW);
digitalWrite(D5,LOW);
delay(tunda);
}

void loop(){
Blynk.run();
readanalog()
;

78
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

79
//mq7 = analogRead(0);
//mq7 = mq7;
//
//mq135 = analogRead(2);
//mq135 = mq135;
//
//voMeasured = analogRead(3);
//calcVoltage = voMeasured*(5.0/1024);
//dustDensity = 0.17*calcVoltage;
//
// Serial.print(mq7, DEC);
// Serial.println(" ppm");
// Serial.print(mq135, DEC);
// Serial.println(" ppm");
// Serial.print(dustDensity, DEC);
// Serial.println(" mg/nm^3");
//
// delay(3000)

//if (mq7 >= 10000)


//{
//digitalWrite(D0,HIGH);
//digitalWrite(D5,LOW);
//delay(tunda);
//digitalWrite(D0,LOW);

80
//digitalWrite(D5,HIGH);

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

81
//delay(tunda);
//}
//
//else
//{
//digitalWrite(D0,HIGH);
//digitalWrite(D5,LOW);
//
//
//}

82

Anda mungkin juga menyukai