Anda di halaman 1dari 60

PRODI TEKNIK ELEKTRO

TRANSFORMATOR
Ujang Wiharja, MT
PRODI TEKNIK ELEKTRO

9/18/2009
Diktat Matakuliah transformator 1

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdullilah pembuatan bahan ajar Trnasformator,


Program Studi Teknik Elektro ini telah selesai di buat.

Semoga buku ajar ini akan lebih berguna khusus bagi mahasiswa yang mengikuti
matakuliah Transformator, buku ini berisi teori – teori dan contoh soal serta latihan
soal, sehingga akan mempermudah pemahaman dan prinsip serta aplikasi
transformator.

Bukan tidak mungkin buku ini masih banyak kekurangan, karenanya mohon masukan
atau kritik yang berguna melengkapi bahan ajar ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih


Jakarta, September 2009
Penulis

Ujang Wiharja
Diktat Matakuliah transformator 2

BAB I

TEORI MEDAN MAGNET

1. PENGANTAR MEDAN MAGNET

Suatu rangkaian magnetik terdiri dari kerangka yang sebagian besar tersusun
dari bahan magnetik berpermeabilitas tinggi. Adanya bahan berpeabilitas tinggi ini
menyebabkan fluks magnetik terkurung pada jalan yang dibatsi oleh kerangka
tersebut, sebagaimana dengan terkurungnya arus listrik dalam konduktor pada
rangkaian listrik.
Sebagai contoh yang sederhana adalah sebuah transformator, pada kumparan
ini menimbulkan medan magnetik dalam inti. Medan magnetik dapat divisualisasikan
dengan garis-garis fluks yang membentuk lingkaran tertutup yang terangkum oleh
kumparan. Hubungan dasar antara arus (i) dan intensitas medan magnet (H)
menyatakan bahwa, integral garis H mengelilingi jalan yang tertutup sama dengan
arus total yang terkurung oleh jalan tersebut.
Dalam penerapannya sumber medan magnetik dalam inti adalah hasl kali
amper lilitan (NI) atau sering dikenal arus gerak magnet (agm). Hubungan agm
dengan intensitas medan magnet (H) dalam rangkaian magnet dapat ditulis.
f  Ni  HL .................................................................................... 2.1
Dimana :
L = Panjang inti
Arah H sesuai aturan tangan kanan.
Hubungan antara intensitas medan magnet dan rapat fluks magnetik B adalah :
Wb .............................................................................................
BH 2.2
m2
Dimana :
µ = Perbeabilitas (Wb/ Amp. Lilitan. Meter atau Hendry/ meter)
µ = µr . µo (nilai µr antara 2000 - 80.000)
Diktat Matakuliah transformator 3

Garis-garis fluks
magnetik

Luas penampang
inti
Gambar 2.1 Rangkaian magnetik sederhana.
Kumparan N Inti magnetik
lilitan Permebilitas U

Besar fluks magnetik dalam inti Ф = B.A


Dimana A = Luas penampang inti
Adapun besarnya induktansi (L).

NΦ μo  N2 A
L  ........................................................................ 2.3
i l/μ
Dimana l = panjang inti

2. SIFAT BAHAN MAGNETIK


Pemilihan bahan magnetik (ferromagnetik) menjadi penting, hal ini
untuk :
a. Untuk memperoleh rapat fluks yang besar dan gaya magnetisasi yang
relative rendah.
b. Mengurung dan mengarahkan medan magnetik dalam jalur yang telah
ditentukan.
c. Untuk menurunkan arus eksitasi (rugi-rugi inti).

Hampir semua transformator dan bagian tertentu mesin listrik


menggunakan bahan berbentuk lempeng baja yang mempunyai arah
magnetisasi yang sangat baik sepanjang mana kerugian dalam inti rendah dan
permeabilitasnya tinggi. Bahan tersebut disebut grainorientied steel. Alasan
mengenai sifat ini terletak pada struktur atomic kristal sederhana dari senyawa
silikon-besi yang berupa kubus berpusat badan (body centere-cube).
Diktat Matakuliah transformator 4

Dengan teknik pembuatan sebagian rusuk kubus disearahkan dalam


arah gulungan (rollingdirection) untuk menjadikannya arah magnetisasi yang
menguntungkan.

3. ARAH EKSITASI
Untuk menghasilkan medan magnet dalam inti, diperlukan adanya arus listrik
dikumparan. Arus ini dikenal sebagai arus eksitasi, sifat magnetik teras yang tidak
linier menandakan bahwa bentuk gelombang arus eksitasi tidak berbentuk sinusoidal.
Kita asumsikan suatu variasi fluks inti Ф (t) yang berbentu k sinus,
Ф(t) = Ф maka sin ωt ...................................................................... 2.4
= A.B maka sin ωt
Dari hukum Faraday
e = N dФ/dt maka
e = ω N Ф maka cos ωt
Emaks = ω N Фmaks
= 2 π f N A B maks .......................................................................... 2.5
Tegangan rata-rata yang terindukksi ;
Erms = = 2 π f N A B maks / √2 = 4,44 NAB maks ........................................... 2.6

Kurva arus eksitasi sebagai fungsi dari waktu dapat diperoleh secara grafis
dari karakteristik magnetis yang terlukis pada gambar 2.99 dibawah ini. Karena B dan
H dihubungkan dengan φ dan iφ oleh konstanta (tetapan) geometri yang diketahui
maka lingkar histerisasi arus bolak-balik pada gambar 2.33 di gambarkan dalam φ =
B A sedangkan iφ = H l / N. gelombang sinus dari teganganinduksi e dan fluks φ,
diperlihatkan pada gambar 2.44.
Diktat Matakuliah transformator 5

Gambar 2.2 Gejala eksitasi (a) tegangan, fluks, arus eksitasi (b) lingkar histerisasi

Pada setiap saat, nilai Iφ yang berhubungan dengan nillai fluks yang telah
ditentukan dapat diperoleh secara langsung dari lingkar histerisis. Misalnya pada saat
t’ fluksnya adalah φ’ dan arusnya i’’ φ. Pada saat t’’ nilai fluksnya φ’’ dan arusnya
i’’φ. Perhatikan, karena lingkar histerisis mempunyai lingkar ganda, agar nilai fluks
yang bertambah (φ’) diambil dari bagian fluks yang bertambah pula pada lingkaran
histerisis.
Karakterisik dari eksitasi arus bolak-balik bahan teras pada umumnya
dinyatakan dalam voltamper, rata-rata dari pada dinyatakan dalam bentuk kurva
magnetisasi yang berhubungan dengan B dan H.
Voltamper eksitasi pada suatu frekuensi f tertentu hanya tergantung dari Bmaks
karena Hrms adalah fungsi dari Bmaks dan tidak tergantung dari jumlah lilitan. Sebagai
contoh uji laboratorium terhadap bahan uji teras terturup, diperlihatkan dalam gambar
berikut ini.
Diktat Matakuliah transformator 6

Gambar 2.3 Voltamperrms per kilogram pada 60 Hz


untuk baja garis oriented M-5, tebal 0,012 in.

Arus pusar kerangka magnetik biasanya terdiri dari bahan magnetik yang
berbentuk lempengan (lembaran) tipis laminasi. Laminasi tersebut yang diarahkan
dalam arah garis medan, diisolasikan lempengan satu dengan lainnya. Lapisan
isolator ini mengurangi (menghalangi) jalan arus pusar, semakin tipis isolasi semakin
rendah kerugian.

4. KERUGIAN HISTERISIS
Suatu eksitasi yang berubah terhadap waktu akan menyebabkan bahan
magnetik mengalami variasi siklis semacam lingkar histerisis. Energi yang
masuk ke inti magnetik untuk satu siklus

W  Al  H dB ........................................................................................... 2.7
Dimana Al = volume inti
∫ (integer) = sebagai luas lingkaran histerisis.

Energi ini diperlukan untuk memutar dipole magnetik dalam bahan dan hilang dalm
bentuk kalor. Jadi kerugian karena histerisis berbanding lurus dengan luar lingkar
hiterisis untuk tingkat fluks tertentu dan berbanding lurus pula dengan volume total
bahan.
Diktat Matakuliah transformator 7

BAB II
PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

2.1. KONSTRUKSI TRANSFORMATOR


Konstruksi transformator secara umum terdiri atas :
- Inti yang terbuat dari lembaran plat besi lunak atau baja silikon yang diklem
menjadi satu.
- Belitan dibuat dari tembaga yang membelitkan pada inti dapat konsentris
maupun spiral.
- System pendinginan transformator yang berkapasitas kecil dan system satu
phasa menggunakan udara terbuka, untuk transformator yang berkapasitas
besar system pendinginan dengan menggunkan minyak trafo.

2.2. JENIS TRANSFORMATOR BERDASARKAN LETAK KUMPARAN


Konstruksi berdasarkan letak kumparan terhadap inti :
- Core type (jenis inti) yakni kumparan mengelilingi inti
- Shell type (jenis cangkang), yaitu inti mengelilingi belitan.
2.2.1. Shell Type (inti melingkari belitan), digunakan pada daya dan
tegangan rendah (0-240 V)

2.2.2. Core Type (lilitan melingkari inti), digunakan pada daya dan
tegangan tinggi
Diktat Matakuliah transformator 8

Konstruksi berdasarkan bentuk inti trafo bentuk inti trafo ini ada tiga macam yaitu
bentuk L, E ,dan F

2.3. PENDINGINAN TRAFO


PENYEBAB PANAS PADA TRAFO
Rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga pada inti besi
PENANGANAN
Trafo dilengkapi dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar
trafo.
MEDIA PENDINGIN
1. Udara / gas.
2. Minyak.
3. Minyak dan air
ONAN : Oil Natural Air Natural
ONAF : Oil Natural Air Fan
Pengaliran pendingin trafo dapat dilakukan dengan cara
• Alamiah (natural)
• Tekanan (forced)
• MINYAK TRAFO
Dalam penggunaannya minyak trafo dipakai untuk merendam trafo
baik kumparan maupun intinya, karena minyak trafo ini berfungsi sebagai
Diktat Matakuliah transformator 9

media pemindah panas dan (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya
tegangan tembus tinggi). Minyak trafo ini biasanya terbuat dari minyak nabati.
Syarat minyak trafo yang baik
• Kekuatan isolasi tinggi
• Penyalur panas yang baik dan berat jenis kecil, sehingga partikel-
partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat.
• Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan punya
kemampuan pendinginan lebih baik
• Titik nyala tinggi, tidak mudah menguap
• Tidak merusak bahan isolasi padat
• Sifat kimia stabil

2.4. PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR


Transformator adalah suatu alat untuk memindahkan daya listrik dari suatu
rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik. Berikut ini
ditampilkan bagian terpenting dari transformator.

Gambar 2.4 Bagian Terpenting Transformator.

Prinsip kerja transformator terdapat dua macam keadaan, yaitu :

2.3.1. KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN


Apabila kumparan primer dihubungkan dengan tegangan sumber
(yang sinusoid) maka akan mengalir arus bolak-balik (Io) pada kumparan
Diktat Matakuliah transformator 10

tersebut. Oleh karena kumparan punya inti, arus (Io) menimbulkan fluks
magnit yang juga berubah-ubah pada intinya.

t   m sin t ........................................................................................ 2.8

Akibat adanya fluks magnet yang berubah-ubah, pada kumparan akan timbul
gaya gerak listrikm (ggl) induksi. Besarnya ggl induksi yang dibangkitkan
sesuai dengan hukum Faraday, adalah :
d
e1  N1
dt
e1  N1 dm sin t
dt
e1  N1m cost ......................................................................... 2.9
e1  N1m sin st  90

Dimana :
e1 = ggl induksi pada kumparan primer
N1 = jumlah lilitan kumparan primer
dΦ = perubahan garis-garis gaya magnit dalam satuan weber (1
8
weber =10 maxwell).
dt = perubahan waktu dalam satuan detik.
Dari persamaan diatas dapat dibuktikan bahwa, fluks magnet fungsi
sinus akan menimbulkan ggl induksi fungsi sinus pula. Gaya gerak listrik
induksi akan ketinggalan 90o terhadap fluks magnit.

Tegangan maksimum pada kumparan primer adalah emaks = N1 wФm dan


tegangan efektifnya adalah :


emax N1m 2fN1m
E1rms     4,44 fN 
1 m .............................. 2.10
2 2 2

Fluks magnetik yang menginduksikan ggl induksi e1 juga dialami oleh


kumparan sekunder karena merupakan fluks bersama (mutual fluks). Dengan
demikian fluks tersebut menginduksikanggl induksi e2 pada kumparan
sekunder.
Diktat Matakuliah transformator 11

Besarnya ggl induksi pada kumparan sekunder adalah :


d
e2  N2
dt
Cara yang sama di dapat E2 = 4,44 f N2 Фm ..................................... 2.11
Diman N2 = Jumlah lilitan kumparan sekunder.

Dari persamaan diatas didapat perbandingan lilitan berdasarkan


perbandingan ggl induksi, yaitu :
E
a  1  N1 ..................................................................................... 2.12
E2 N2
a = nilai perbandingan transformasi
Apabila a < 1, atau E1 < E2 maka transformator berfungsi menaikkan
tegangan.
Apabila a > 1, atau E1 > E2 maka transformator berfungsi menurunkan
tegangan.

Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai besaran yang sama


tetapi berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

Impedansi Eksitasi

Arus primer Io yang mengalir pada saat kumparan tidak dibebani,


disebut arus penguat (eksitasi). Untuk tujuan praktis Io sebanding dengan Фm
dan dengan E1 sehingga dapat ditulis.
 E1
I  E Y ............................................................................... 2.13
O 1 O
ZO
Dimana Zo = impedansi eksitasi dalam Ohm (Ω)
Yo = admitansi eksitasi dalam Mho.
Dalam notasi komplek dapat ditulis
ZO  Rc  jX m dan Yo  Gc  jBm
E E1
I  1   dan I  E Y  E G  jB 
O O 1 O 1 c m
Z O Rc  jX m
Bila
Diktat Matakuliah transformator 12

1  1
ZO  Rc  jX m dan 
Yo Gc  jBm
Maka akan didapat
G  c Mho
R
dan Bm c GMho 2.14
2

Rc  X m Rc  X m
c 2 2 2 2

Besarnya Io = Ic + j Im

Io
R1 X1
Io Im
Rc I o R1
V1 E1 Xm IoX1 -E1 E1

V1

Gambar 2.5 Rangkaian transformator tanpa beban

2.3.2. KEADAAN TRANSFORMATOR BERBEBAN


Bila sisi sekunder dihubungkan dengan suatu beban dengan impedansi
Z= R+jX, maka pada kumparan sekunder akan mengalir arus sebesar I2.
Rumus

E2
I2   .............................................................. 2.15
R2  R jX 2  X 
Arus I2 ini akan berbeda fasa dengan sudut φ2 yang besarnya :
X  X ..................................................................................
Tg  2 2.16
2
R2  R
Lihat gambar 2.6 dibawah ini ;
Diktat Matakuliah transformator 13

R1 X1 R1 X1
Beban

I1 I2
R
V1 Rc Xm
X

Gambar 2.6 Transformator berbeban.

Pengaruh induksi I2 ialah demagnetisasi dari fluks yang dibangkitkan oleh


arus primer I1. tetapi yang dibangkitkan oleh ggm (lilitan amper) untuk
membangkitkan emf E1 maupun E2 praktis tetap. Dengan demikian dengan adanya
arus sekunder secara otomatis aus primer akan naik, sedemikian hingga resultante
ggm (lilitan amper) sisi ekunder I2N2 dengan ggm eksitasi IoN1 yang dibangkitkan
adalah merupakan ggm sisi primer N1I1.
Tegangan masukan pada sisi primer V1 adalah hasil kali penjumlahan
komponen :
1. Ggl –E1, sama dan berlawanan dengan ggl E1 yang diinduksikan oleh
lilitan primer oleh :
a. Jatuh tegangan pada I1R1, karena adanya tahanan pada lilitan primer.
b. Jatuh tegangan pada I1X1, karena adanya magnetisasi bocor pada
lilitan primer.
Sedangkan tegangan keluaran pada sisi sekunder V2adalah selisih dari
2. Ggl E2 yaitu tegangan yang dibangkitkan pada lilitan sekunder dikurangi
dengan :
a. Jatuh tegangan pada I2R2, karena kawat pada belitan sekunder.
b. Jatuh tegangan pada I2X2, karena adanya magnetisasi bocor pada
lilitan sekunder.
Diktat Matakuliah transformator 14

Om

I1 Io

I1R1 -I2 Im
E1E1 E2
I1X1
-E 1

V1 I1 I2X2
I2R2
I2(R) I2X

Gambar 2.7 Vektor Transformator Berbeban.

3. RANGKAIAN EKIVALEN
Karena tidak seluruh fluks (Ф) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im
merupakan fluks bersama, sebagian darinya hanya mencakup kumparan primer (Ф1)
atau kumparan sekunder (Ф2). Addanya fluks bocor Ф1 dan Ф2 ditunjukkan sebagai
reaktansi X1 dan X2. sedangkan rugi-rugi tahanan (kawat) ditunjukkan dengan R1 dan
R2 .
Pada gambar diatas dalam penggambaran tidak memperlihatkan besaran-
besaran sesungguhnya, karena pada umumnya perbandingan transformasi (a) adalah
besar, sehingga ggl E1 dan E2 sangat berbeda hal ini berakibat sukar menggambarkan
dalam satu diagram dengan satu skala, demikian pula dengan I1 dan I2.
N1Io pada umumnya sangat kecil dibandingkan dengan I1N1 dan I2N2 dengan
demikian secara pendekatan.
N
N I  I N atau I  2 I  atau I   1 I .............................. 2.17
 2

1 1 22 1
N 2 1

1  a 
Dari persamaan sebelumnya E1 dan E2 dengan demikian E1I1 = a E2 (a/1) =
E2I2. Dari persamaan diatas dapat dinyatakan volt ampere (VA) yang diberikan pada
sisi primer sama dengan voltamper yang dibangkitkan pada sisi sekunder.

Persamaan pada sisi sekunder dengan beban Z = R+jX


E2  I 2 R2  jX 2  R  jX  .............................................. 2.18
Persamaan pada sisi primer
Diktat Matakuliah transformator 15

V1  E1  I1 R1  jX 1  ...................................................... 2.19


Bila E1 = a E2
aI 2 R2  jX 2  R  jX 

Karena I2 = a I1 maka persamaan diatas menjadi


E  a2 I R  R jX  X 
1 2 2 2

Bila harga E1 disubstitusikan kepersamaan primer akan didapat


V1  E1  I1 R1  jX 1 
a2 I R  R j X  X  I R  jX 
1 2 2 1 1 1

 a R  a R  j a X  a X   R  jX .................................... 2.20
V1 2 2 2 2

2 2 1 1
I1

Persamaan diatas mengandung pengertian bahwa parameter rangkaian


sekunder dinyatakan dalam harga primer, harganya perlu dikalikan a2.
V1
 Impedansi ekuivalen
I1
a2R2 = R2’ merupakan tahanan sekunder dinyatakan pada sisi primer
a2X2 = X2’ merupakan reaktansi sekunder dinyatakan pada sisi primer
a2R = R’ merupakan tahanan beban sisi sekunder dinyatakan pada sisi primer
a2X = X’ merupakan reaktansi beban sisi sekunder dinyatakan pada sisi primer

R1 X1 a2R2 a2X2

I1 Io I2/a
B
E
V1 E1= aE 2 Rc a2Z B aV2
Xm
A
N

Gambar 2.8 Rangkaian Ekuivalen Transformator

V  a2 I R  R  j X  X  I R  jX 
1 1 2 2 1 1 1

V  a I R  jX  a I R  jX  I R  jX 
2 2

1 1 1 2 2 1 1 1
Diktat Matakuliah transformator 16

V  V  a2 I R  ja2 I X  I R  jI X
1 2 1 2 1 2 1 1 1 1

atau dapat disederhanakan menjadi


V  V  I a 2 R  R   jI a 2 X  X 
'

1 2 1 2 1 1 2 1

a2 I R  jX   V ' merupakan jatuh tegangan pada beban atau tegangan


1 2

ekuivalen sisi sekunder transformator.

4. DIAGRAM VECTOR TRANSFORMATOR BERBEBAN


a. Beban tahanan murni
Didalam kumparan sekunder terdapat R2 dan X2, bila dihubungkan
dengan tahanan murni R, maka akan mengalir arus sekunder I2. arus ini akan
berbeda fasa sebesar φ2 terhadap E2, akibat adanya reaktansi pada kumparan
sekunder (X2).
R2 X2

I1 I2

E1 V2
V1 R

Gambar 2.9 Transformator Berbeban Tahanan Murni.

Persamaan yang didapat 


V2  E1  I 2 R2  jX 2  R atau V2  E1  I 2 R2  R  jX 2  ........ 2.21
X
Tan2  R 2R ............................................................................... 2.22
2

Untuk melukiskan diagram vektor diambil E2 sebagai dasarnya, atau


menggunakan nilai E1 = a E2.
Diktat Matakuliah transformator 17

Om

I1 Io

I1R1 -I2 Im
I1X1 E1 E2
-E1

V1 I2 I2X2
I2(R2+R)

Gambar 2.10 Diagram Vector Transformator Berbeban Tahanan Murni.

b. Beban induktif
Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sekunder
transformator terdapat parameter R2 + jX2 dan R + jX (beban). Dengan
adanya harga-harga tersebut akan menyebabkan pergeseran fasa antara I2 dan
E2 sebesar Ф2.

Tan  X 2  X .............................................................................. 2.23


2
R2  R
Dan dengan adanya harga-harga tersebut juga menyebabkan
pergeseran fasa antara I2 dan V2 sebesar Ф2.

X
Tan2  .................................................................................... 2.24
R

Oleh karena beban induktif, maka ketinggalan terhadap E2 dengan


mengambil E2 sebagai dasar melukiskan diagram vektornya.
Diktat Matakuliah transformator 18

Om

I1 Io

I1R1 -I2 Im
I1X1 E1 E2
-E1
V2
V1 I1 I2X2
I2R2
I2X
I2(R)

Gambar 2. 11 Diagram Vektor Transformator Berbeban Induktif.

c. Beban kapasitif
Dengan adanya beban kapasitif (R-jX) tersebut menyebabkan
pergeseran fasa antara I2 dan V2 sebesar Ф2.

Tan  X 2  X .............................................................................. 2.25


2
R2  R

Dan juga menyebabkan pergeseran fasa antara I2 dan V2 sebesar Ф2


X
Tan2  .................................................................................... 2.26
R

Adapun untuk lebih jelas dengan memperhatikan gambar & vektor


berikut ini.

I2 R
I2 X
I2
E1 E1 E2
I1R1

I1 I2X2
I1X1
V2
V1 I2R2

Gambar 2.12 Diagram Vektor Berbeban Kapasitif.


Diktat Matakuliah transformator 19

Contoh soal
Suatu trafo 2300 / 230 volt. 50 Hz mempunyai parameter sebagai berikut:
R1 = 0,286 ohm ; X1 = 0,73 ohm
R2’ = 0,319 ohm ; X2’= 0,73 ohm
Ro = 250 ohm ; Xo = 1250 ohm
Impedans beban sekunder ZL = 0,387 + j 0,29
Dengan mempergunakan rangkaian ekivalen yang sebenarnya, hitung:
a. Arus primer b. Arus sekunder
c. Arus beban nol d. Faktor daya input (masukan)
e. Daya input dan daya output
f. Rugi tambaga primer, sekunder, dan efisiensi
Penyelesaian
R2’ = a2 . R2 dan X2’ = a2 . X2 dan I2’ = I2 / a
E ’ = a . E dan V ’ = a . V dan Z ’ = a2 . Z dan Ztotal = Z +
𝑍0(𝑍2′ +𝑍𝐿′ )
2 2 2 2 L 1
𝑍0+𝑍2′ +𝑍𝐿′
a = 2300 / 230 = 10 ; ZL = 0,387 + j 0,29
ZL’ = a2 . ZL = 100 (0,387 + j 0,29) = 38,7 + j 29 = 48,4 ˪ 36,8°
Z2’ = 0,319 + j 0,73
Z2’+ ZL’ = 0,319 + j 0,73 + 38,7 + j29 = 39,02 + j 29,73 = 49,0 ˪37,3°
Z0 lihat gbr anatara R0 dan X0 pararel maka Misal Zo1 = R0 da Z02 = X0
𝑍01 .𝑍02 250∟0 .1250 ∟90 312500 ∟90
Hingga Z0 = = = = 245∟11,31 Ω
𝑍01+𝑍02 250+𝑗 1250 √1625000 ∟78,69
Zo = 240 + j 48 = 245 ˪11,3° Z1 = 0,286 + j 0,73 = 0,78 ∟68,60
Ztotal = Z + 𝑍0(𝑍2′ +𝑍𝐿′ ) = Z + 245 ∟11,3 (49,0 ∟37,3) = Z + 12005 ∟48,6
1 1 1
𝑍0+𝑍2′ +𝑍𝐿′ 240+39,02 + 𝑗 (48+29,73) 289,64 ∟15,57
Ztotal = Z1 + 41,44 ∟33,03 = (0,286 + j 0,73) + (34,74 + j 22,59)
Ztotal = 35,026 + j 23,32 = 42,1 ∟33,660 Ω
2300 ∟0
a. I1 = V1 / Ztotal ) = = 54,8 ∟-33,7° A
42,1 ∟ 33,66
b. I2 = I1 x [Zo / (Zo + Z2’ + ZL)] = 54,8 ˪-33,7° x (245 ˪11,3°/ 290 ˪15,6°)
I2= 46,2 ˪-38° Amper
c. Io = I1 x {(Z2’ + ZL’) / Zo + Z2’ + ZL’}
= 54,8 ˪-33,7° x (49 ˪37,3° / 290 ˪15,6°) = 9,26 ˪-12° Amper
d. Faktor daya input = cos 33,7° = 0,832
e. Daya input = V1 . I1 cos ø1 = 2300 x 54,8 x 0,832 = 105 kw
f. Daya output = (46,2)2 x 38,7 = 82,7 kw
g. Rugi tembaga primer = (54,8)2 x 0,286 = 860 watt
rugi tembaga seknder = (46,2)2 x 0,319 = 680 watt
rugi inti = (9,26)2 x 250 = 20,6 kw
efisiensi = (82,7 / 105) x 100% = 78,8%
Penyelesaian soal trafo sebenarnya lebih mudah menggunakan rangkaian ekivalen pendekatan lihat hal
14 dan 15.
Diktat Matakuliah transformator 20

BAB III
PENGUJIAN TRANSFORMATOR

Pengujian Rutin
pengujian tahanan isolasi
pengujian tahanan kumparan
pengujian perbandingan belitan
Pengujian vector group
pengujian rugi besi dan arus beban kosong
pengujian rugi tembaga dan impedansi
pengujian tegangan terapan (Withstand Test) dan
pengujian tegangan induksi (Induce Test).

- Pengukuran tahanan isolasi


Dilakukan pada awal pengujian untuk mengetahui secara dini kondisi isolasi
trafo. Pengukuran dilakukan antara:
– sisi HV - LV
– sisi HV - Ground
– sisi LV- Ground
– X1/X2-X3/X4 (trafo 1 fasa)
– X1-X2 dan X3-X4 )trafo 1 fasa yang dilengkapi dengan circuit
breaker.
– Pengukuran tahanan kumparan
untuk mengetahui berapa nilai tahanan listrik pada kumparan yang akan
menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus.
Diktat Matakuliah transformator 21

Pengukuran perbandingan belitan


Untuk mengetahui perbandingan jumlah kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi
tegangan rendah pada setiap tapping, sehingga tegangan output yang dihasilkan
sesuai dengan toleransi yang diijinkan, yaitu:
a. 0,5 % dari rasio tegangan atau
b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping nominal.

Pengukuran perbandingan belitan dilakukan pada saat semi assembling yaitu


setelah coil trafo di assembling dengan inti besi dan setelah tap changer terpasang.

Pemeriksaan Vector Group.


Pemeriksaan vector group bertujuan untuk mengetahui apakah polaritas
terminal-terminal trafo positif atau negatif. Standar dari notasi yang dipakai
adalah ADDITIVE dan SUBTRACTIVE.

Pengukuran rugi dan arus beban kosong.


Untuk mengetahui berapa daya yang hilang yang disebabkan oleh rugi
histerisis dan eddy current dari inti besi (core) dan besarnya arus yang
ditimbulkan oleh kerugian tersebut. Pengukuran dilakukan dengan memberikan
tegangan nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka.
Diktat Matakuliah transformator 22

Pengukuran rugi tembaga dan impedansi.


- Untuk mengetahui besarnya daya yang hilang pada saat trafo beroperasi akibat
dari tembaga (Wcu) dan strey loss (Ws) trafo yang digunakan.
- Pengukuran dilakukan dengan memberi arus nominal pada salah satu sisi dan
pada sisi yang lain dihubung-singkat, dengan demikian akan terbangkit juga arus
nominal pada sisi tersebut, sehingga trafo seolah-olah dibebani penuh.

Pengujian tegangan terapan (Withstand Test).


- Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji kekuatan isolasi antara
kumparan dan body tangki.
- Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan uji sesuai dengan
standar uji dan dilakukan pada:
sisi tegangan tinggi terhadap sisi tegangan rendah dan body
yang di ke tanahkan
sisi tegangan rendah terhadap sisi tegangan tinggi dan body
yang diground
waktu pengujian 60 detik
Pengujian tegangan induksi.
Bertujuan untuk mengetahui kekuatan isolasi antara layer dari tiap-tiap
belitan dan kekuatan isolasi antara belitan trafo.
Pengujian dilakukan dengan memberi tegangan supply dua kali tegangan
nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka.
Untuk mengatasi kejenuhan pada inti besi (core) maka frekuensi yang
digunakan harus dinaikkan sesuai dengan kebutuhan.
waktu pengujian maksimum adalah 60 detik.

Pengujian kebocoran tangki.


 Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kondisi paking
dan las trafo.
 Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan nitrogen (N2)
sebesar kurang lebih 5 psi dan dilakukan pengamatan pada bagian-
Diktat Matakuliah transformator 23

bagian las dan paking dengan memberikan cairan sabun pada bagian
tersebut.
Pengujian dilakukan sekitar 3 jam apakah terjadi penurunan tekanan.

Pengujian kenaikan suhu


 untuk mengetahui berapa kenaikan suhu oli dan kumparan trafo yang
disebabkan oleh rugi-rugi trafo apabila trafo dibebani
 bertujuan untuk melihat apakah penyebab panas trafo sudah cukup
effisien atau belum.
 Pengujian kenaikan suhu sama dengan pengujian beban penuh,
pengujian dilakukan dengan memberikan arus trafo sedemikian hingga
membangkitkan rugi-rugi trafo, yaitu rugi beban penuh dan rugi beban
kosong.
Pengujian tegangan impulse
 Untuk mengetahui kemampuan dielektrik dari sistem isolasi trafo
terhadap tegangan surja petir.
 Digunakan memberi tegangan lebih sesaat dengan bentuk gelombang
tertentu. Bila trafo mengalami tegangan lebih, maka tegangan tersebut
hampir didistribusikan melalui effek kapasitansi yang terdapat pada :
- antar lilitan trafo
- antar layer trafo
- antara coil dengan ground

Pengujian tegangan tembus oli


 untuk mengetahui kemampuan dielektrik oli. Hal ini dilakukan karena
selain berfungsi sebagai pendingin dari trafo, oli juga berfungsi
sebagai isolasi.
 Persyaratan yang ditentukan adalah sesuai denga standart SPLN 49 - 1
: 1982, IEC 158 dan IEC 296 yaitu:
- > = 30 KV/2,5 mm sebelum purifying
- > = 50 KV/2,5 mm setelah purifying
Diktat Matakuliah transformator 24

Pengukuran konstanta atau parameter transformator yang terdapat pada


rangkaian ekivalen Rc, Xm, Rek, Xek, dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengukuran (test) yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubung singkat.

3.1. PENGUKURAN BEBAN NOL


Pengukuran beban nol dipakai untuk mencari rugi-rugi besi pada
transformator. Rangkaian ekivalen pada keadaan transformator tanpa beban seperti
gambar 3.1 dibawah ini, bila tegangan V diberikan pada sisi tegangan rendah (lebih
rendah), maka akan mengalir Io pada impedansi bocor Z2 = R2 + jX2 (sisi tegangan
yang lebih rendah) yang diseri dengan impedansi eksitansi Zo = Rc + jXm. karena
pada Z2 << Zo maka Z2 dapat diabaikan tanpa mengurangi ketelitian.

A W TR TT

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan

A W Io

V
Xm

Gambar 3.2 Rangkaian Ekivalen

Bila hasil pengukuran ini didapat


1. Tegangan masuk (Vin) yang diukur dengan voltmeter, merupakan tegangan Vn
sisi tegangan rendah (lebih rendah).
2. Arus beban nol (Io) yang diukur dengan ampermeter.
Diktat Matakuliah transformator 25

3. Daya, karena adanya rugi besi (histerisis dan arus putar) Pb = Pc yang diukur
dengan wattmeter, dan rugi tembaga pada kumparan primer yang dalam hal
ini dapat diabaikan.

Dari percobaan ini dapat dihitung :


Cara 1
P
Pc  Ic Vin atau Ic  c .................................................................. 3.1
Vin

Rc  in dan Z o  in atau X m  Zo  Rc 


V V 2 2

Ic Io
atau P  I V cos  I 2  R  cos  P I V 
c o in o o c o c o in

atau I o sin o danIc  I o coso................................................................................................... 3.2


Vin Vin
Rc  dan X c
Ic Im
Bila Pc = Ic.Vin dan Ic = Vin/Rc maka akan didapat Pc = Vin/Rc.
Cara 2
P = V . I . Cos φ atau Cos φ = P / (V.I)
Im = Io Sin φ0
Ic = Io Cos φ0
Maka didapat
Xm = V / Im
Rc = V1 / Ic
Dalam hal ini tegangan Vin merupakan tegangan pada keadaan tegangan
pengenal pada sisi tegangan rendah transformator.

Io

Gambar 3.3 Kurva Magnetisasi.


Diktat Matakuliah transformator 26

Pada gambar 3.3 grafik Io = Io(V) tampak untuk harga tegangan yang rendah,
arus magnetisasi (Io) mempunyai nilai yang kecil. Akan tetapi untuk harga tegangan
yang besar mendekati atau melebihi tegangan pengenal, arus menjadi sangat besar.

3.3.1. KERUGIAN BESI


Kerugian besi terdiri dari rugi histerisasi (Ph) dan rugi arus pusar (Pe),
besarnya kerugian histerisasi adalah :
Ph  Kh  f  B2 ..................................................................... 3.3

Dan besarnya rugi arus pusar :


Pe  Ke  f 2  B2 ................................................................... 3.4
Dimana :
Kh = konstanta histerisis
Kh = konstanta arus pusar
f = frekuensi
B = kuat medan magnetik
Dengan demikian kerugian besi (Pb) dapat dituliskan :
Pb  Ph  Pe  Kh  f  B 2  Ke  f 2  B2
Atau
P K  f  B2 K  f 2  B2   2    2
b h  e 
Kh B Ke f B
f f f
Atau
Pb Pb
 ( f ) merupakan suatu garis lurus
f f

Suatu garis lurus itu akan memotong sumbu vertical, yaitu untuk f=0, pada
Ph
harga  K h  B2 , seperti yang tampak pada gambar 3.4 dibawah ini.
f

Pb/f KhfB2

KhB2
Ph
50
f
20Hz 40Hz 50Hz 80Hz
Diktat Matakuliah transformator 27

Pb
Gambar 3.4 Kurva   f 
f

Dengan melaksanakan sejumlah pengukuran untuk beberapa frekuensi


misalnya 20 Hz, 40 Hz, 50 Hz dan 60 Hz kemudiandihubungkan dengan garis lurus
maka akan didapat Ph dan Pe.

3.2. PENGUKURAN HUBUNG SINGKAT


Percobaan hubung singkat ini dapat dipakai untuk mencari rugi-rugi tembaga.
Arus hubung singkat pada tegangan nominal akan sangat besar, hingga dapat merusak
lilitan primer skunder karena panas yang timbul (karena rugi-rugi tembaga pada
lilitan). Pada percobaan ini arus yang mengalir pada ampermeter diatur sedemikian
hingga tidak menimbulkan panas yang berlebihan. Pada umumnya tegangan Vi
sekitar 5 – 10 % dari tegangan nominal.

A W TT TR

Gambar 3.5 Rangkaian Percobaan

Rek Xek
W

V Ihs A

Gambar 3.6 Rangkaian Ekivalen

Dalam keadaan hubung singkat, impedansi beban diperkecil hingga nol


akibatnya I2 jauh lebih besar dibandingkan dengan Io. oleh karena V2 kecil dan
Diktat Matakuliah transformator 28

akibatnya V1 juga kecil yang berartifluks magnetik dan kerapatan fluks (B) juga kecil,
dan dapat diabaikan. Impedansi yang ada Zekl = Rekl + jXekl yang membatasi arus.
Dimana ; Rekl = R1 + a2R2 dan Xekl = X1 + a2X2.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat dihitung, dimana Pcu = rugi tembaga.

Pcu  I Rekl dan Zekl 


2 Vhs
atau X ekl  Z 2
ekl  Rekl
2

I1
Pada umumnya R1 ≈≡a R2 dan X1 ≈≡ a2X2, selain itu rugi-rugi tembaga
2

sebanding dengan kuadrat arusnya. Tegangan hubung singkat (Vhs) sering dinyatakan
dalam prosen yaitu ;
Vhs
Vhs %  100%................................................................................ 3.5
V1
Dimana V1 = tegangan nominal pada sisi primer
Besarnya arus hubung singkat pada tegangan V1 :
V1
Ihs   I1
Vhs
1 100
Ihs   I1  I................................................................... 3.6
Vhs
V1  %Vhs
1

Cara lain untuk mencari impedansi ekivalen adalah


Zek1 = Vhs / I1 dan Zek1 = a2 Zek2
Rek1 = Phs / I12
Xe1 = (𝑍𝑒𝑘12 − 𝑅𝑒𝑘12)

3.2.1. PERSEN IMPEDANSI


Untuk menyatakan besar impedansi, reaktansi maupun resistansi suatu
transformator dengan besaran sesungguhnya tidak dapat memberi gambaran yang
jelas tentang besarnya rugi impedans, reaktans ataupun resistans transformator
tersebut. Tetapi dengan menyatakan besaran tersebut dalam satuan per unit (p.u) atau
persen (%) terhadap nilai sesungguhnya akan didapat nilai yang sesungguhnya, akan
didapat gambaran yang lebih jelas.
Disamping itu pada persoalan system kerja yang kompleks, dimana banyak
digunakan transformator dengan tingkat nilai tegangan yang berbeda, sistem per unit
atau persen dirasakan sekali manfaatnya.
Diktat Matakuliah transformator 29

Nilai sesungguhnya
Nilai per unit 
Nilai dasar

Nilai dalam persen  nilai per unit x 100 %

Dengan demikian impedansi transformator selalu dinyatakan dalam pelat


nama bukan dalam nilai sesungguhnya tetapi umumnya dalam persen impedansi
(%z). adapun persen impedans adalah perbandingan impedansi sesungguhnya dengan
impedans dasar dalam persen atau dapat ditulis :
Z
%Z  a 100% ................................................................................... 3.7
Zb
Dimana ; Za = Impedansi sesungguhnya
Zb = Impedansi dasar
Besar impedansi dasar adalah ;
V VV V 2 1000KV 2 KV 2
Z b  b  b b  b b b
................................... 3.8
Ib Ib Ib VAb KVAb MVAb
Dimana Vb = tegangan dasar (umumnya diambil tegangan pengenal V atau KV)
Ib = arus dasar (umumnya diambil arus pengenal amper)
VAb = Daya pengenal (VA atau KVA atau MVA).
Sementara pabrikan menyatakan impedansi transformator ialah dalam persen
tegangan hubung singkat (% Vhs), yaitu perbandingan tegangan hubung singkat pada
arus pengenal dengan tegangan pengenal (nominal) dalam persen atau dapat ditulis :
Vhs
%Vhs  100% .............................................................................. 3.9
Vn
Bila persamaan pembilang dan penyebut dibagi dengan arus pengenal maka
didapat
Vhs I n Z
%Vhs  100%  sesungguhn
Z
ya
100%
Vn I n dasar

Atau dapat ditulis %Vhs = %Z........................................................... 3.10


Diktat Matakuliah transformator 30

Maka seperti dijelaskan diatas bahwa pabrikan menyatakan impedans


transformator pada papan nama selalu dalam %Z atau %Vhs karena pada hakekatnya
keduanya sama. Berdasarkan rumus 3.7 bila keduanya dibagi a2 akan menjadi;
Z a(ek1) Z a2
%Zekl  100%  a(ek1) 2 100%
Zb(ek1) Z b(ek1) a
Za(ek 2)
%Zek1  100%  Z ek 2
Zb(ek 2)
Atau dapat ditulis
%Zek1 = %Zek2 = %Z ......................................................................... 3.11

Dengan demikian pada transformator bila impedansi dinyatakan dalam %Z


tidak perlu dinyatakan apakah ekivalen primer atau disekunder. Bila dikehendaki
menghitung impedans sesngguhnya dari %Z yaitu;
%Z  Zb
Zek 
100
Impedansi sesungguhnya (Zek) merupakan ekivalen sisi primer jika impedans
dasarnya dinyatakan pada sisi primer dan merupakan sisi sekunder jika impedansi
dasarnya dinyatakan dalam sekunder atau dapat ditulis ;

%Z  Zb1 %Z  Zb2
Zek1  dan Zek 2 
100 100
Berdasarkan rumus 3.6 rumus 3.10 dan rumus 3.11, maka besarnya arus
hubung singkat pada tegangan pengenal adalah.

100
Ihs  In
%Z
Bila ingin arus hubung singkat dinyatakan pada sisi primer In merupakan
I1ddan jika ingin menghitung arus hubung singkat pada sisi sekunder In merupakan I2.

Jika impedansi sumber diperhitungkan, maka besarnya arus hubung singkat


100
Ihs  I n ........................................................................ 3.12
%ZT  %ZS
Diktat Matakuliah transformator 31

Dimana, %ZT = impedansi transformator dan %ZS = impedansi sumber.


Kalau transformator didalam sistem maka besarnya impedansi sumber adalah
KVAT MVAT
ZS %  100%  100%
KVAhs MVAhs

Dimana :
KVAT atau MVAT = Kapasitas transformator
KVAhs atau MVAhs= Kapasitas transformator pada kondisi hubung singkat

Bila rumus 3.12 dikalikan dengan tegangan pengenal (nominal) Vn maka didapat

I V  100 IV atau
%ZT  %ZS n n
hs n

KVA (MVA )  100 KVA (MVA ) .................................... 3.13


%ZT  %ZS 
hs hs n n

3.3. PENGATURAN TEGANGAN DAN EFISIENSI TRANSFORMATOR


3.3.1. PENGATURAN TEGANGAN (REGULASI)
Pengaturan tegangan suatu transformator adalah perubahan tegangan
sekunder pada beban nol dan berbeban pada suatu faktor kerja tertentu, pada
tegangan primer tetap, pengaturan tegangan ini pada umumnya dinyatakan
dalam %.
V2 (tanpa beban)  V2 (beban penuh)
Pengaturan tegangan %  100%
V2 (beban penuh)

Pada keadaan tanpa beban dan semua sisi primer dinyatakan pada sisi-sisi
sekunder maka V2 (beban penuh)= V1(l/a) jadi dapat ditulis V2 (beban penuh)= V2

V1 a  V2
Pengaturan tegangan %  %V  100% .................... 3.14
V2
Bila tegangan sekunder pada saat berbeban diketahui berdasarkan sirkit
ekivalen,
Diktat Matakuliah transformator 32

V1 a  V2  I 2 Zek 2
Dimana :
Zek 2  Rek 2  jX ek 2
Rek 2  R1 a2  R 2
X ek 2  X1 a2  X 2

V2  V2 cos2  jV2 sin2 Untuk beban kapasitif


V2  V2 cos2  jV2 sin2 Untuk beban induktif

Bila persamaan kapasitif maka


V1 a  V2 cos  2  j sin  2   I 2 Rek 2  jX ek 2  
V1 a  V2 cos  2  I 2 Rek 2   j V2 sin  2  I 2 X ek 2  ....................... 3.15

V cos 
 I2Rek 2   V 2 sin2  I2 X ek 2 
2
V1 a 
2
2 2

Setelah nilai persamaan dihitung kemudian ditentukan %AV yaitu ;

%V  V1 a V2 100%


V2
Untuk beban induktif V1/a berdasarkan rumus 3.15 maka ;
V1 a  V2  I 2 cos  2  j sin  2 Rek  jX ek  
V1 a  V2 cos  2  I 2 Rek 2   j V2 sin  2  I 2 X ek 2  ..................... 3.16

V cos 2  I2Rek 2   V 2 sin 2  I2X ek 2  


2
V1 a 
2
2

Dari hasil perhitungan diatas dapat ditentukan %∆V, yaitu

%V  V1 a V2 100%


V2
Untuk lebih jelas dengan memperhatikan diagram vector berikut ini
a. Diagram vektor beban induktif

V cos  I2Rek 2   V 2 sin2  I2Xek 2 


2
V1 a 
2
2 2
Diktat Matakuliah transformator 33

0
V1/a

02 I2X1/a2
V2
I2

I2R2 I2X2 I2R1/a2

Gambar 3.7 Diagram vektor dari rangkaian pengganti primer


dibawah ke sekunder pada beban induktif

b. Diagram vektor beban kapasitif

V cos  I2Rek 2   V 2 sin2  I2 Xek 2  


2
V1 a 
2
2 2

0 V1/a

02 I2X1/a2
V2
I2

I2 R 2 I2X2 I2R1/a2
Gambar 3.8 Diagram vektor dari rangkaian pengganti primer
dibawah ke sekunder pada beban kapasitif

3.3.2. EFISIENSI TRANSFORMATOR


Sesuai dengan uraian di atas bahwa pada transformator terdapat rugi besi dan
rugi tembaga, hal ini akan berpengaruh pada besarnya efisiensi transformator. Nilai
efisiensi (η) secara umum adalah :
(η) = (Pout / Pin) x 100 %
Dimana
Pout = Daya keluaran
Pin = Daya masukan
Diktat Matakuliah transformator 34

Karena efisiensi transformator sangat tinggi, maka untuk mengukur efisiensi


tidak pernah dilakukan secara langsung dengan pengukuran daya keluaran dan daya
masukan. Walaupun pengukurannya telah menggunakan wattmeter dengan ketelitian
1 % akan didapat kemungkinan efisiensi yang lebih dari 100 %, bila efisiensi
transformator tersebut ialah 99 %. Dengan demikian pengukuran efisiensi
transformator tidak pernah dilakukan dilapangan, tetapi selalu dilakukan
dilaboratorium atau dipabrik dengan mengukur rugi-rugi transformator, dimana daya
masuk merupakan daya keluaran ditambah rugi-rugi.
Adapun rugi-rugi transformator terdiri dari beban nol yang merupakan rugi
besi (Pb) dan rugi tembaga (Pc) pada Pout. Dengan demikian efisiensi transformator
dapat ditulis :
Pout
   100%
Pout  Pb  Pcu

a. Efisiensi sebagai fungsi beban


Seperti yang telah disebutkan diatas rugi-rugi transformator terdiri dari rugi
besi dan rugi tembaga, rugi besi tidak tergantung dari pembebanan, tetapi
tergantung dari tegangan masukan, sedangkan rugi tembaga berbanding kuadratis
dengan arus pembebanan.

Pcu =In2 x R ek
Pada beban tertentu rugi tembaga adalah
2
P 
Pcu  Pc  out 
 Pn 
Dimana :
Pc = Rugi tembaga pada beban nominal
Pn = Daya nominal trafo
Dengan demikian efisiensi trafo sebagaia fungsi beban adalah

Pout
 ........................................................................... 3.17
P 2
Pout  Pb   out 
 Pn 
Diktat Matakuliah transformator 35

Efisiensi akan maksimum apabila :


2
Pout   P 
Pout  Pb  Pc     P 1 2P  out   0
out c
 Pn   Pn2 
2
P 
Pb  Pc  out 
 Pn 
Dari hasil penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa efisiensi akan mencapai
maksimum pada Pout tertentu dimana rugi besi sama dengan rugi tembaga.
Adapun Pout dimana efisiensi maksimum adalah ;

Pb
Pout  Pn
Pc
Bila persamaan diatas pembilang dan penyebut dibagi dengan daya
pengenalnya (Pn) maka akan didapat :

 Pout Pn
   .......................................... 3.18
Pout Pn  Pb Pn  Pc Pn  Pout Pn 2

 
Akan didapat PoutPpu 2

  ................................................... 3.19
Poutpu  Poutpu  Pcpu  Poutpu


b. Efisiensi sebagai fungsi factor daya
Daya keluar suatu transformator adalah
Pout   3 V V
L L cos   S out cos  ..................................................... 3.20
Dimana cosφ merupakan faktor daya dan Sout adalah daya semu keluaran
(KVA)
Bila persamaan 3.20 diatas disubtitusikan ke 3.17 maka akan didapat

100 Soutcos
η 2
S 
Soutcos  Pb  Pc   out

 n 
S

Bila pada persamaan diatas pembilang dan penyebut dibagi dengan
daya semu pengenal Sn maka akan didapat
Diktat Matakuliah transformator 36

100 Sout Sn cos


η
Sout Sn cos  Pb Sn   Pc Sn   Sout S n 
2

100 S cos
η  S cos  Ppu  P S2 pu 

pu b pu c pu

Adapun Spu adalah daya semu dalam per unit, Pb pu adalah rugi besi
dalam per unit dan Pc pu adalah rugi tembaga dalam per unit, maka efisiensi
sebagai fungsi faktor daya pada KVA pengenal atau S pu = 1 adalah

100 cos ....................................................................


η 3.21
cos  Pb pu  Pc pu

Dari persamaan ditas terlihat bahwa rugi besi tembaga tidak tergantung pada
faktor daya, sehingga bila faktor dayanya makin baik maka efisiensi akan naik dan
sebaliknya bila faktor dayanya buruk maka efisiensi akan turun.
Sehingga pada jaringan apabila factor daya beban rendah (umumnya induktif)
perlu diadakan kompensasi dengan kapasitor untuk menaikkan efisiensi
transformator.

Contoh soal 1
Suatu tranformator 200 V/400 V, 6,25 KVA mempunyai data pengujian sebagai
berikut ini :
+ Pengujian beban nol : 200 V, 0,7 A 70 W (sisi TR)
+ Pengujian hubung singkat : 15 V, 10 A, 85 Watt (sisi TT)

Hitunglah :
a. Nilai Rc dan Xm
b. Rek1 dan Xe1
c. Tegangan sekumder V2 bila melayani beban 5 kW dengan factor daya 0,8 lag
pada tegangan primer 200 V???
Penyelesaian
Pada pengujian beban nol
Diktat Matakuliah transformator 37

Dari persamaan P = V . I . Cos φ atau Cos φ = P / (V.I)


Cos φ = 70 / (200 x 0,7) = 0,5 maka Sin φ0 = 0,866
Im = Io Sin φ0
Im = 0,7 x 0,866 = 0,606 Amper
Ic = Io Cos φ0
Ic = 0,7 x 0,5 = 0,35 Amper
Pada saat tegangan primer V1 = 200 V, Rc = V1 /Ic dan Xm = V1 / Im
Rc = 200 / 0,35 = 571,4 Ω
Xm = 200 / 0,606 = 330 Ω
Pada pengujian hubung singkat
Zek2 = Vhs / I2 = 15 /10 = 1,5 Ω dan a = E1 / E2 maka a = 200 / 400 = 0,5
Zek1 = a2 Zek2 = (0,5)2 . 1,5 = 0,375 Ω
Phs = I22 Rek2 hingga Rek2 = Phs / I22 = 85 W / 102 = 0,85 Ω
Rek1 = a2 Rek2 = (0,5)2 . 0,85 = 0,21 Ω
Xek1 = (𝑍𝑒𝑘12 − 𝑅𝑒𝑘12) maka Xek1 = (0,3752 − 0,212)
Maka dari perhitungan sebelumnya
Zek2 = 1,5 Ω dan Rek2 = 0,85 Ω maka Xek2 = (𝑍𝑒𝑘22 − 𝑅𝑒𝑘22)
Xek2 = (1,52 − 0,852) = 1,24 Ω

Berdasarkan V1 a  V 2 cos  2  2I Rek 2


2

 V 2 I 2 X ek 2  2
sin  2

Besarnya I2 = P / ( V . cos φ) maka I2 = 5 kW / (400. (0,8) = 15,6 Amper


V2 = 400 V dan Cos φ2 = 0,8 maka sin φ2 = 0,6

Contoh soal 2
Sebuah transformator 40 KVA, 20 KV / 220 V, mempunyai tahanan per unit 1 %
dan reaktansi 7%. Berapakah impedansi fasa dilihat dari sisi tegangan tinggi dan
rendah???

Penyelesaian
Diket : KVA dasar = 40 KVA, VHdasar = 20 KV , VXdasar = 220 V maka :
Diktat Matakuliah transformator 38

IHdasar = KVAdasar / KVHdasar atau 40 KVA / 20 KV = 2 Amper


IXdasar = VAdasar / VXdasar atau 40 000 VA / 220 V = 181,81 Amper
ZHdasar = VHdasar / IHdasar atau 20 000 / 2 = 10 000 Ω
ZXdasar = VXdasar / IXdasar atau 220 V / 181,81 Ω

Penyelesaian cara lain


2
ZHdasar = 1000 (KVHdasar) 1000 (20)2  10 000 

KVAdasar 40

1000 (KVXdasar)2 1000 (0,22)2  1,21


ZXdasar = 
KVAdasar 40

Karena Zek = 0,01 + j 0,07 (pu) atau Zek = 0,071 ∟81,80 (pu) maka
- Sisi TT (indek H), Zek1 = (0,01 + j 0,07) . 10 000 = 100 + j 700 Ω
- Sisi TR (indek X), Zek2 = (0,01 + j 0,07) . 1,21 = 0,0121 + j 0,0847 Ω
Diktat Matakuliah transformator 39

BAB IV
TRANSFORMATOR 3 FHASA

Arus ini menginduksi pada sisi primer transformator 1 sebesar I ( 2 /√3 ) sedangkan
pada sisi primer transformator 2 selain mengalir arus (I) yang menginduksikan oleh
beban I, mengalir pula arus I (2 / √3 ) dari transformator 1, yang membagi 2 ke kiri
dan ke kanan. Hubungan scott ini banyak digunakan beban dari satu fasa ke tiga fasa.

5.1.2. Sistem Tiga fasa ( 3Φ ) ke dua fasa ( 2Φ )


Perhatikan gambar berikut ini.

I2 Arus yang melalui kawat w


IW = W1 / 2.
W T2 I2 Arus yang melalui kawat V
IV = W1 /2
Arus yang melalui kawat U
V I1 = W 2 Iu = W1 0,866
T1 I1

U W1 0, 866

Gambar 22. Transformator Hubungan T Scott ( 3Φ ) ke ( 2Φ )


Walaupun cara menggambar agak berlainan, namun pada asasnya hubungan secara
listrik adalah sama satu fasa diatas, perbedaannya terletak pada sisi sekunder yang
dibebankan pada dua fasa.

5.2. Hubungan Transformator Tiga Fasa


Transformator tiga fasa dipergunakan karena pertimbangan ekonomi. Pemakaian inti
besi pada transformator tiga fasa jauh lebih sedikit dibanding dengan pemaikaan tiga
buah trafo fasa tunggal. Fluks yang mengalir pada trafo 3 fasa sama dengan ½ ΦA.

Golongan hubungan transformator 3 fasa


1. Hubungan Bintang (Y)
2. Hubungan Delta (Δ )
3. Hubungan Zig - zak (Z)
Diktat Matakuliah transformator 40

5.2.1. Hubungan Bintang (Y)


Hubungan bintang adalah hubungan transformator 3 fasa, dimana ujung awal atau
akhir disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung lilitan akan merupakan
titik netral.
A
B C A

iA
N=0
iB

C iC
N B

EA -EB
EB EC EA
EC +120
Wt
- 120 EA

EB

Definisi
Tegangan fasa = tegangan antar terminal dengan netral
Tegangan antar fasa = tegangan antar 2 terminal

Gambar 23. Hubungan Bintang transformator 3 fasa


Tegangan fasa :
EAN = EA yang nilainya EM Cos ( ωt + 0 )
EBN = EB yang nilainya EM Cos ( ωt - 120 )
ECN = EC yang nilainya EM Cos ( ωt - 240 ) atau EM Cos ( ωt + 120 )

Tegangan antara fasa


EAB = EA – EB yang nilainya E √3 ∟300
EBC = EB – EC yang nilainya E √3 ∟-900
ECA = EC – EA yang nilainya E √3 ∟1500

Dan Arus fasa


IN = IA + IB + IC untuk IA = EA / ZA
Diktat Matakuliah transformator 41

5.2.2. Hubungan Delta (Δ )


Perhatikan gambar berikut ini.
A B C iA
A

ECA
EAB
iC
EBC B
C
iB

Gambar 24. Hubungan Delta transformator 3 fasa

Untuk beban seimbang sebagai berikut ini


iA = iAB - iCA iAB = EAB / ZAB
iB = iBC - iAB iA = iAB. √3 iBC = EBC / ZBC
iC = iCA - iBC iCA = ECA / ZCA

Dari ke dua hubungan bintang dan delta didapat hubungan fasa dan antar fasa sebagai
berikut ini :
Tegangan fasa Tegangan antar fasa
EA = E ∟00 EAB = E √3 ∟300
EB = E ∟-1200 EBC = E √3 ∟-900
EC = E ∟+1200 ECA = E √3 ∟+1500

5.2.3. Hubungan Y-y


Pada hubungan ini, tegangan tiap fasa akan saling berbeda 1200. Namun komponen
harmonisa berkedudukan sefasa satu sama lainya, harmonisa selalu ada karena inti
bersifat tidak linier.
Diktat Matakuliah transformator 42

Kerugian hubungan Y-y adalah jika beban pada rangkaian transformator tidak
seimbang, maka tegangan fasa-fasa trafo makin tidak seimbang serta rugi komponen
harmonisa yang besar.
Untuk mengatasi hal ini, dengan pentanahan netral transformator khususnya sisi
primer. Keadaan ini membuat arus komponen harmonisa mengalir lewat kawat netral.
Kawat netral ini juga menjadi jalan balik arus tidak seimbang pada beban. Karenanya
hubungan Y-y ini jarang digunakan.

5.2.4. Hubungan Y-Δ


transformator hubungan ini tidak mempunyai masalah serius, hanya berbeda fasa
antara sisi primer dan sekunder sebesar 300atau kelipatannya. Hubungan ini
umumnya digunakan sebagai step down.

5.2.5. Hubungan Δ-Y


hubungan ini sama dengan Y-Δ diatas, umumnya digunakan untuk step up

5.3. Hubungan Jarum Jam


Kumparan trafo tiga fasa dapat dihubungkan Y atau Δ dan karena arus ketiga fasa
berbeda 1200 maka macam penghubungan pengatan dapat menggeser sudut fasa sisi
sekunder terhadap sisi primer.

Cara penulisan bagian primer berhuruf capital dan sekunder trafo bertuliskan huruf
kecil dan di ikuti angka jam. Sudah menjadi ketetapan bagian primer selalu
menunjukan jam 0 pada fasa R, tinggal bagian sekunder yang berpariasi tetapi bagian
r yang menentukan angka jamnya. Setiap jamnya bergeser 300. Perhatikan gambar
berikut ini.
Diktat Matakuliah transformator 43

0
s 11 1
R

10 2

text 3
9
t
T S
4
8
r
7 5

Gambar 25. Diagram vector jam 7 (Yd7)


Pada gambar tersebut diatas pergeseran fasa hubungan tersebut 7 x 30 = 2100
Untuk lebih jelas dengan memperhatikan table berikut ini.
Vector group pengawatan Diagram Pergeseran
vektor fasa
Yy0 R
R 00
S s
r

s
t

Yy6 R R 1800
r s
t
S s
T
t

Vektor Pengawatan Diagram vektor Pergeseran


group fasa
Yd1 R r
R
r 300

S s
S
T t s
Diktat Matakuliah transformator 44

Yd5 R
R
r 1500
r
t
S s
s S
T
t

Catatan :
Apabila suatu transformator terhubung Yd5 di lihat pada sisi A, maka bila dilihat di
sisi B akan menjadi dY7. Perhatikan gambar berikut ini.

A B

Ytext text
D
Yd5 dY7

Gambar 26. Hubungan Y- Δ dilihat pada satu sisi.


begitu pula untuk hubungan yang lain Yd7 = dY5, Yd1 = dY11, Yd11 = dY1.

5.4. Jenis Ototransformator


Ototransformator adalah transformator dimana kumparan primer dan sekunder
menjadi satu. Adapun keuntungan pemakaian ototransformer dibandingka dengan
trafo biasa adalah :
- Ukuran lebih kecil untuk daya yang sama
- Efisiensi lebih tinggi
- Arus tanpa beban kecil
- Mempunyai penurunan tegangan yang kecil
- Harga relative lebih murah

Adapun kerugian pemakaian ototransformator :


- Mempunyai arus hubung singkat yang besar
- Adanya tap / sikat hingga cepat rusak atau aus
- Antara kumparan primer dan sekunder mempunyai hubung listrik secara
langsung.
Perhatikan gambar berikut ini.
Diktat Matakuliah transformator 45

N1
i2 i1

N1
i2
i1 V2
V1 N2
V2 i3

Sisi TR N2 i3 Sisi TT
V1
Ekivalen ototransformer penaik
tegangan

Gambar 26. Rangkaian ekivalen ototransformer


Dimana i3 = i2 – i1
1 V1
----- = ---------
a V2

I1 N2 N2
------ = ------------- = 1 + ------
I2 N1 + N2 N1

V2 N1 + N2 N2
------ = ------------- = 1 + ------
V1 N1 N1

V2 I1 1
------ = ------------- = ------
V1 I2 a
Untuk ototransformator penurun tegangan seperti berikut ini
Diktat Matakuliah transformator 46

i1 i1

N1 N1
i2
i2 V2
V1 N2
Sisi TT i3

V1
N2 i3 Sisi TR
V2
Ekivalen ototransformer penurun tegangan

Gambar 27. Ototransformator penurun tegangan

V1 N1 + N2 N2 I2
a = -------- = ------------- = 1 + ---------- = ----
V2 N1 N1 I1

Penghematan kawat pada ototransformer


Volume dan berat kawat sebanding dengan panjang dan penampang kawat.
Panjang kawat adalah sebanding dengan jumlah lilitan dan penampang kawat
serta tergantung dari arusnya. Sehingga berat kawat adalah sebanding dengan
hasil kali arus dan jumlah lilitan.

Cu OTr = Berat kawat tembaga ototrafo =


( N1 – N2 ) I1 + N2 ( I2 – I1 )
Cu Tr = Berat kawat tembaga trafo biasa =
N1I1 + N2I2
Sehingga,
Cu OTr ( N1 – N2 ) I1 + N2 ( I2 – I1 ) 1
---------- = ----------------------------------- = 1 - ----
Cu Tr N1I1 + N2I2 a

Sehingga penghematan kawat tembaga ototransformator adalah


( 1 – 1/a ). 100%
Diktat Matakuliah transformator 47

BAB VI
PARAREL TRANSFORMATOR

Untuk mengatasi drop tegangan yang diakibatkan meningkatnya jumlah beban


maka salah satu cara dengan mempararel transformator tersebut dengan yang lain.
Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan beban yang ada.

Untuk mempeararel transformator ada ketentuan atau syarat sebagai berikut ini:
1. Tegangan kerja (rating) baik primer maupun sekunder harus sama (harus sama
perbandingan a harus sama)
2. Penyambungan harus sama ( RST sama )
3. Kelompok sambungan harus sama ( Yy → Yy, Yd → Yd )

Dalam keadaan ideal


IA ZekB RekA RekB
------ = ----------- = ----------- = ---------------
IB ZekA XekA XekB

Jika I = IA + IB maka,

I. ZekB I.ZekA
IA = ----------------- dan IB = ----------------
(ZekA + ZekB ) ( ZekA + ZekB )

Perhatikan gambar berikut ini


ZekA IA
I = IA + IB

ZekB IB KVAL
V2

V = VA = VB

Gambar 2.8. Rangkaian ekivalen transformator pararel


Diktat Matakuliah transformator 48

KVA masing – masing transformator (Q)


ZekA
QA = QL. -----------------------
ZekA + ZekB

ZekB
QB = QL. -----------------------
ZekA + ZekB

Dengan QL = banyaknya KVA beban

Jika persyaratan mempararel tersebut diatas tidak ada atau perbandingan tegangan
transformator tidak sama maka, pada saat rangkaian tanpa beban akan mengalir
arus sirkulasi (Ic) dan besarnya di tentukan dengan rumus :

EA – EB (aA – aB) VL
Ic = ---------------- = -----------------------------
(ZekA + ZekB ) ( aA. ZekA + aB. ZekB )
Dimana.
aA = Perbandingan transformator A
aB = Perbandingan transformator B
ZekA = Impedansi ekivalen transformator A ( Sisi Sekunder )
ZekB = Impedansi ekivalen transformator B ( Sisi Sekunder )
VL = Tegangan dibeban
ZL = impedansi beban

VL = I ZL = ( IA + IB ) ZL

EA ZB EA – EB
IA = ------------------- + -----------------
ZL ( ZA + ZB ) ( ZA + ZB )

( aB - aA ) VL + ( aB ZekB. I )
IA = -----------------------------------------
( aA ZekA ) + ( aB ZekB )
Diktat Matakuliah transformator 49

EB ZA EA – EB
IB = ------------------- -- -----------------
ZL ( ZA + ZB ) ( ZA + ZB )

( aA - aB ) VL + ( aA ZekA. I )
IB = -----------------------------------------
( aA ZekA ) + ( aB ZekB )

Contoh soal 1
TRAFO A TRAFO B
Rating 150 KVA Rating 250 KVA
6900 / 230 Volt 6900 / 230 Volt
ZekA = 9,4 sisi primer ZekB = 5,8 sisi primer

Jika trafo tersebut diatas dipararel untuk melayani beban 300 KVA
Hitung
a. Arus beban IA dan IB
b. KVA masing – masing trafo

Penyelesaian

Trafo A ZekA 9,4 IA


IT = IA + IB

Trafo B
KVAL

ZekB IB 300
V2

KVA
V1 5,8

300 KVA
I = --------------- = 43,5 Amper ( Sisi primer )
6900
IA ZekB
----- = ------------ maka
IB ZekA
Diktat Matakuliah transformator 50

IA 5,8 5,8
----- = ---------- atau IA = IB -------
IB 9,4 9,4

Karena I = IA + IB maka
I = ( 5,8 / 9,4 ) IB + IB atau IB = 26,9 Amper
Untuk IA = I – IB = 43,5 – 26,9 = 16,6 Amper

Daya KVA terpakai pada masing – masing trafo


KVAA = 6900 V. (16,6 A) = 114,5 KVA
KVAB = 6900 V. ( 26,9 A) = 185,6 KVA

Contoh soal 2
TRAFO A TRAFO B
Rating 25 KVA Rating 35 KVA
2360 / 230 Volt 2300 / 230 Volt
ZekA = 0,08 sisi sekunder ZekB = 0,06 sisi sekunder

Hitung. Ic dan I1, I2 Serta beban yang dipikul 46 KVA


Penyelesaian
Trafo A ZekA 0,08 IA
I = IA + IB

Trafo B
KVAL

ZekB IB
V2

46 KVA
V1 0,06

perbandingan tegangan (a) 2360


aA = --------------- = 10,26
230
Diktat Matakuliah transformator 51

2300
aB = -------------- = 10
230
Dengan nilai VL = 230 Volt
(aA – aB) VL ( 10,26 – 10 ) 230
Ic = ---------------------------- = ------------------------------- = 42,1 Amper
( aA. ZekA + aB. ZekB ) 10,26 (0,08) + 10 (0,06)

Besarnya arus yang melalui beban I = 46 000 / 230 = 200 Amper


Arus yang melalui masing – masing trafo

( aB - aA ) VL + ( aB ZekB. I ) (10 – 10,26) 230 + 10 . (0,06).200


IA = ----------------------------------------- = -------------------------------------------
( aA ZekA ) + ( aB ZekB ) 10,26 (0,08) + 10 (0,06)
IA = 42,4 Amper

( aA - aB ) VL + ( aA ZekA. I ) (10,26 -10) 230 + 10,26 (0,08) 200


IB = ---------------------------------------- = ------------------------------------------
( aA ZekA ) + ( aB ZekB ) 10,26 (0,08) + 10 (0,06)
IB = 157,6 Amper

Besarnya daya KVA terpakai masing – masing trafo


KVAA = 42,4 Amp . 0,23 KV = 9,75 KVA
KVAB = 157,6 A . 0,23 KV = 36,3 KVA

Dari contoh di atas jelaslah jika persyaratan mempararel tidak lengkap maka akan
terjadi arus sirkulasi dan menyebabkan salah satu transformator tersebut overlood.
Pada contoh 2 trafo B yang berkapasitas 35 KVA harus memikul beban 36,3 KVA.
Diktat Matakuliah transformator 52

Contoh soal UTS 1


Suatu transformator 100 KVA, 20 KV / 220 V mempunyai data sbb:
a. Data hubung singkat (sisi TR)
50 Volt, 5 Amper, 150 Watt
b. Data beban nol (sisi TT)
20 000 V, 0,2 Amper, 75 Watt

Tentukanlah
1. Rc/a2, Xm/a2, Rek2 , Xek2 serta gambarkan rangkakaian ekivalennya.
2. %Z1, %Z2
3. Rugi tembaga (Pcu)
4. tentukan regulasi tegangan bila cos Φ beban 0,6 lag.
5. efisiensi (η)

Penyelesaian
1. a. data beban nol
Cos Φ0 = 75 / (20 000. 02) = 0,18 dan Φ0 = 88,90
Im = Io. Sin Φ0 = 0,2. 0,99 = 0,198 Amper
Ic = Io. Cos Φ0 = 0,2. 0,019 = 0,0038 Amper
V1 20 000 20 000
Xm = ----- = ------------ = 101010 Ω dan Rc = -------------- = 5263157 Ω
Im 0,198 0,0038
b. data hubung singkat
Zek1 = V2 / I2 = 50 / 5 = 10 Ω
Rek1 = P / I22 = 150 / 52 = 6 Ω
Xek1 = √ Zek12 -- Rek12 = 8 Ω
Untuk menggambarkan pada sisi sekunder maka di kali /a2
a = 20 000 / 220 = 90,9
Rc / a2 = 636,,97 Ω Xm / a2 = 12,22 Ω
Zek2 = Zek1 / a2 = 0,0012 Ω Rek2 = Rek1 / a2 = 0,000726 Ω
Dan Xek2 = Xek1 / a2 = 0,000968 Ω
Rangkaian ekivalen seperti gambar berikut
Diktat Matakuliah transformator 53

Rek2 Xek2

V1 /a
V2
Beban
Rc Xm

2. % Z1 dan % Z2
KVAB = 100 KVA KVBH = 20 KV dan KVBX = 0,24 KV
1000. (KVBH )2 1000. 202
ZBH = ------------------- = ---------------- = 4 000 Ω
KVAB 100

1000. (KVBH )2 1000. 0,222


ZBX = ------------------- = ---------------- = 0,484 Ω
KVAB 100

Maka Zek1 10
% Zek1 = ------------- x 100 % = ----------------------- x 100% = 0,25 %
ZBH 4 000
Maka Zek2 0,0012
% Zek2 = ------------- x 100 % = ----------------------- x 100% = 0,25 %
ZBX 0,484
Membuktikan kalau % Zek1 = % Zek2 dipandang dari sisi primer atau
sekunder

3. Rugi tembaga (Pcu)


Pcu = I22 . Rek2 dengan I2 = KVAB / V2
hingga di cari dulu I2 = 100 KVA / 220 V = 454,5 Amp
Pcu = 454,52 . 0,000726 = 149,97 Watt.

4. Regulasi tegangan cos Φ beban 0,6 lag maka Φ = 53,130


( V1/a ) = V2 + I2 ( Rek2 + j Xek2)
= 220 + 454,5∟53,130 ( 0,0012 + j 0,000968 )
Diktat Matakuliah transformator 54

regulasi tegangan
(V1/a) – V2
%V = ---------------------- x 100% dengan V2 = 220 Volt
V2

Contoh soal UTS 2 (electric machinery fundamental hal 104)


Suatu transformator distribusi 3 fasa, 50 KVA, 13800/208 V hubung Δ-Y mempunyai
1% resistansi dan 7% reaktansi, hitung
a. impedansi transformer pada sisi tegangan tinggi
b. hitung regulasi tegangan pada beban penuh dan factor daya 0,8 lagg
c. hitung regulasi tegangan pada system per unit.
Penyelesaian.
a. impedansi transformer sisi TT
3(VΦ,base)2 3.(13800)2
Zbase = ----------------- = ------------------ = 11,426 Ω
Sbase 50.000

Impedansi dalam per unit Zeq = 0,01 + j 0,07 pu


Jadi Zeq = Zeq pu . Zbase
Zeq = (0,01 + j 0,07). (11,426) = 114,2 + j 800 Ω

b. Regulasi teg 0,8 lagg


rumus regulasi tegangan VΦΡ - a VΦS
VR = ------------------- x 100%
a VΦS
dan IΦ = S / (3.VΦ ) hingga
IΦ = 50.000 / (3. 13800) = 1,208 Amper
Tegangan nominal sekunder 208 V/ √3 = 120 V
Dan VΦS = a VΦS = 13800 V

VΦΡ = a VΦS + Req IΦ + j Xeq IΦ


= 13800∟00 + { (114,2) 1,208∟-36,870 } + j 800 ( 1,208∟-36,870 )
= 13800 + 138∟-36,87 + 966,4∟53,130
Diktat Matakuliah transformator 55

= 14490 + j 690,3 = 14506 ∟2,730 Volt


maka regulasi tegangan VΦΡ - a VΦS
VR = ------------------- x 100%
a VΦS
maka regulasi tegangan 14506 - 13800
VR = ------------------- x 100% = 5,1%
13800
c. Regulasi system per unit
Dalam system per unit tegangan keluaran adalah 1∟00 dan arus 1∟-36,870
Vp = 1∟00 + 0,01 (1∟-36,870) + j 0,07 (1∟-36,870 )
= 1 + 0,008 – j 0,006 + ( 0,0042 + j 0,0056)
= 1,05 + j 0,005 = 1,051 ∟2,730
reg teg
VR = { (1,051 - 1) / 1 } x 100% = 5,1% hasilnya sama dengan bag b di
atas.

Contoh soal UAS 1 (electric machinery fundamental hal 72)


Suatu system tenaga listrik seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.
20 + j 60 Ohm Iload
IG

1: 10 20 : 1

Iline
Z
AC load

Rangkaian system tenaga


Sebuah generator 10 KVA, 480 V, terhubung transformator step up 1: 10 dengan
saluran transmisi dengan impedansi 20 + j 60 Ω di ujung saluran digunakan
transformator step down dengan perbandingan 20 : 1 untuk melayani beban dengan
impedansi 10∟ 300 Ω. Hitung
a. nilai dasar ( V, I, Z )
b. nilai dalam system pu
Diktat Matakuliah transformator 56

c. daya beban ( dalam Watt dan pu )


d. rugi saluran ( dalam Watt dan pu )

penyelesaian
a. Nilai dasar
1. system di generator
nilai dasar : Vb = 480 V, Sb = 10 KVA dan
Sb 10 000 VA
Ib = --------- = ------------- = 20,83 Amper
Vb 480 V
Vb 480 V
Z b = ---------- = -------------- = 23,04 Ω
Ib 20,83 A

2. system di saluran
System terhubung transformator dengan perbandingan 1/10 = 0,1 maka nilai dasar
tegangan pada system penyalauran transmisi
Vb 480 V
Vb2 = ---------- = ------------ = 4800 V
a 0,1

Sb2 = 10 KVA maka


10 000 VA
Ib2 = --------------------- = 2,083 Amper
4800 V
4800 V
Zb2 = ----------------- = 2304 Ω
2,083 A

3. system di beban
Sistem sebelum ke beban menggunakan transformator dengan perbandingan 20/1
= 20 maka tegangan dasar di beban adalah
Vb2 4800 V
Vb3 = ---------- =------------------- = 240 V
a 20
Diktat Matakuliah transformator 57

Sb3 = 10 KVA maka


10 000 VA
Ib3 = -------------------- = 41,67 Amper
240 V
240 V
Zb3 = -------------- = 5,76 Ω
41,67 A

b. Nilai dalam pu
1. system generator
Vg 480∟00 V
Vg = -------- = ---------------- = 1 ∟00 pu
Vb 480 V
2. system saluran transmisi
Zline 20 + j 60 Ω
Zline = ------------------ = ---------------- = 0,0087 + j 0,0260 pu
Zb2 2304 Ω
3. system beban
Zload 10∟300 Ω
Zload = --------------- = ----------------- = 1,736∟300 pu
Zb3 5,76 Ω
c. Daya beban dalam watt dan pu
Vpu
Ipu = -----------
Ztot pu
1 ∟00 pu
Ipu = -------------------------------------------------------
(0,0087 + j 0,0260 pu) + (1,736∟300 pu)
1 ∟00 pu
Ipu = -------------------------------------------------------
(0,0087 + j 0,0260 pu) + (1,503 + j 0,868 pu)
1 ∟00 pu 1∟00
Ipu = ------------------------- = ---------------------------- = 0,569 ∟-30,60 pu
1,512 + j 0,894 pu 1,757∟30,60
Diktat Matakuliah transformator 58

maka daya beban dalam system pu


Pload = (Ipu)2. Rload pu
Pload = ( 0,569 )2 (1,503) = 0,487 pu
Daya sebenarnya (sesungguhnya) pada beban
Pload = Pload pu . Sb
Pload = 0,487 . 10 000 VA = 4870 Watt

d. Rugi – rugi pada saluran transmisi


untuk system pu
Pline pu = (Ipu)2. Rline pu
Pline pu = (0,569)2 (0,0087) = 0,00282 pu
Rugi sesungguhnya
Pline = Pline pu . Sb
Pline = (0,00282) (10 000 VA) = 28,2 Watt

PR / bahan UAS
20 + j 50 Ohm Iload
IG

1: 20 20 : 1

Iline
Z
AC load

Sebuah generator 10 KVA, 480 V, terhubung transformator step up 1: 10 dengan


saluran transmisi dengan impedansi 20 + j 60 Ω di ujung saluran digunakan
transformator step down dengan perbandingan 20 : 1 untuk melayani beban dengan
impedansi 10∟ 300 Ω. Hitung
a. nilai dasar ( V, I, Z )
b. nilai dalam system pu
c. daya beban ( dalam Watt dan pu )
d. rugi saluran ( dalam Watt dan pu )
Diktat Matakuliah transformator 59

DAFTAR PUSTAKA

1. B.L. Teraja, a text-book of technology in s.i System of unit, publication

division of NIRJA CONSTRUCTRION & DEVELOPMENT CO.(P) ltd, new

delhi 1994.

2. Stephen j.c ELECTRIC MACHINERY FUNDAMENTALS, McGraw-Hill

Book Company 1985.

3. Mochtar wijaya, ST, DASAR – DASAR MESIN LISTRIK, penerbit

djambatan 2001.

4. A. E. Fitzgerald, alih bahasa oleh Joko Achyanto, MSC. EE, MESIN-MESIN

LISTRIK, edisi empat erlangga, 1997.

5. Zuhal, prof, DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK DN ELEKTRONIKA

DAYA, penerbit PT Gramedia Jakarta, 1992.

Anda mungkin juga menyukai