Anda di halaman 1dari 12

Kacamata Driyarkara adalah program kerja Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis Badan

Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 2020 berupa kajian yang berisi pemikiran-pemikiran
atas isu-isu kontemporer baik di bidang politik, hukum, pendidikan, sosial, maupun ekonomi dari perspektif
BEM USD. Selamat membaca!

Kacamata Driyarkara:

Peringatan Dini, New Normal di Indonesia Bisa Prematur!

Kasiano Vitalio

Ronaldo C.P Turnip

Louis IX King

Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis BEM USD 2020

Sejak 31 Maret 2020 lalu, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan peraturan


mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang biasa disingkat PSBB.1 Pemerintah
mengeluarkan detail mengenai teknis pelaksanaan PSBB melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam

1
Luthfia Ayu Azanella, “ Apa itu PSBB hingga Jadi Upaya Pencegahan Covid-19?” diakses dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/13/153415265/apa-itu-psbb-hingga-jadi-upaya-pencegahan-covid-19,
pada 28 Mei 2020 pukul 17.00 WIB.

1 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020, disebutkan bahwa PSBB adalah
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang terduga terinfeksi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).2 Penetapan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia memiliki dasar
pertimbangan seperti epidemiologis, besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya, teknis
operasional, pertimbangan ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.

PSBB yang telah dikeluarkan oleh pemerintah memiliki lingkup yaitu:

1. Peliburan sekolah dan tempat kerja

2. Pembatasan kegiatan keagamaan, sosial budaya di tempat umum atau fasilitas umum

3. Moda transportasi

4. Kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan

Namun pemerintah tetap membiarkan layanan-layanan tertentu untuk tetap berjalan seperti
biasa di antaranya adalah supermarket, pasar/toko penjualan obat-obatan dan peralatan medis,
kebutuhan pangan, bahan pokok, barang penting, bahan bakar minyak, gas dan energi, pelayanan
kesehatan dan kegiatan olahraga, transportasi umum dan berpedoman pada pembatasan
kerumunan dan protokol yang berlaku. Penerapan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dilihat sebagai upaya untuk membatasi pergerakan serta atau masyarakat untuk
mengurangi risiko dari penyebaran virus corona yang semakin meluas. Dengan diterbitkannya
kebijakan PSBB oleh pemerintah Indonesia maka suatu daerah atau wilayah yang telah ditetapkan
PSBB harus mengurangi segala kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Dengan adanya cara ini
diharapkan dapat menurunkan jumlah pasien positif corona di Indonesia.3

Selanjutnya, jika suatu daerah di Indonesia ingin menerapkan PSBB maka terdapat syarat
tertentu yang harus diperhatikan oleh daerah tersebut. Syarat tersebut antara lain adalah

2
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2020
3
Ayu Isti Prabandari, “Ini Syarat Wilayah dan Aturan Penetapannya”, diakses dari
https://www.merdeka.com/sumut/psbb-mulai-diberlakukan-ini-syarat-wilayah-dan-aturan-penetapannya-kln.html,
pada 28 Mei 2020 pukul 17.08 WIB.

2 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


peningkatan jumlah kasus atau kematian secara bermakna dalam kurun waktu tertentu, penyebaran
kasus secara cepat di wilayah lain dalam kurun waktu tertentu, dan memiliki bukti transmisi lokal.
Peningkatan jumlah kasus atau kematian tersebut dapat diketahui dari pengamatan kurva
epidemiologi dan atau kurva kematian. Selanjutnya, kecepatan penyebaran penyakit di suatu area
atau wilayah dilakukan dengan melakukan pengamatan area atau wilayah penyebaran penyakit
secara harian atau mingguan, selain itu data pendukung juga harus dipersiapkan seperti
peningkatan kasus menurut waktu dan kurva epidemiologi.4

Penerapan PSBB, Efektifkah?

Apabila Indonesia menerapkan kebijakan PSBB, maka negara lain pun turut membuat
kebijakan untuk mencegah dan menekan angkat positif dari penyebaran virus Corona. Kita lihat
dari yang paling dekat yaitu pada beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura,
Malaysia dan Vietnam. Seperti yang dijelaskan oleh Presiden Joko Widodo bahwa PSBB
merupakan kebijakan yang bersifat membatasi kegiatan di tempat-tempat atau fasilitas umum
dengan cara mengatur jarak antar orang dan membatasi jumlah orang, maka lockdown adalah suatu
protokol darurat yang mencegah orang meninggalkan area tertentu. Kebijakan ini dilakukan untuk
menutup semua kegiatan yang tidak penting.5 Jika ditelisik terdapat perbedaan di antara PSBB
dengan lockdown yang diterapkan oleh beberapa negara tetangga kita, menurut sosiolog dari
Universitas Indonesia Imam B Prasodjo bahwa PSBB lebih longgar apabila dibandingkan dengan
lockdown. Menurutnya, PSBB jika dibandingkan dengan lockdown terdapat perbedaan pada
cakupan wilayahnya saja disertai tidak boleh ada orang lalu lalang termasuk aktivitas masyarakat,
PSBB yang dilakukan itu pun bukan per wilayah tapi per unit kegiatan.6 Jika dibandingkan negara
lain yang menerapkan pembatasan sosial tersebut dapat dilihat bahwa warganya sama sekali tidak

4
Ratih Waseso, “Daerah harus penuhi syarat ini untuk ajukan status PSBB”, diakses dari
https://nasional.kontan.co.id/news/daerah-harus-penuhi-syarat-ini-untuk-ajukan-status-psbb, pada 28 Mei 2020
pukul 17.20 WIB.
5
Sarah Oktaviani Alam, “Jokowi Sebut Beruntung Pilih PSBB, Ini Bedanya dengan Lockdown”, diakses dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5005637/jokowi-sebut-beruntung-pilih-psbb-ini-bedanya-dengan-
lockdown, pada 28 Mei 2020 pukul 17.45 WIB.
6
Bayu Hermawan, “Sosiolog: PSSB Sedikit Lebih Longgar dari pada Karantina”, diakses dari
https://republika.co.id/berita/q8261n354/sosiolog-pssb-sedikit-lebih-longgar-dari-pada-karantina, pada 28 Mei 2020
pukul 17.54 WIB.

3 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


dapat beraktivitas bebas di luar rumah, sedangkan di Indonesia kondisi jalan raya pun masih
ramai, banyak orang melakukan aktivitas seperti biasa seolah-olah tidak sedang terjadi pandemi.

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang telah diterapkan di beberapa wilayah atau
area di Indonesia pun ada yang mendapatkan hasil yang baik, seperti di daerah Jawa Barat. Ridwan
Kamil selaku Gubernur Jawa Barat menyatakan bahwa dengan adanya penerapan PSBB di Jawa
Barat, jumlah penyebaran COVID-19 di wilayahnya berhasil turun, bahkan hingga 50%. Hal
tersebut dapat tercapai tidak hanya berkat kerja keras pemerintah daerah tetapi juga masyarakat
yang patuh menjalankan.7 Dengan adanya penekanan penyebaran COVID-19 di Jawa Barat
melalui PSBB, hal tersebut membawa kesan optimis bahwa dengan adanya PSBB laju penyebaran
COVID-19 dapat ditekan. Seperti yang dilihat bahwa masyarakat yang patuh pun menjadi faktor
yang penting dalam pelaksanaan PSBB, namun apa yang terjadi apabila masyarakat tidak patuh
menjalankan PSBB?

Selanjutnya di daerah Jakarta di mana tingkat aktivitas dan mobilitas masyarakat sangat
tinggi karena selain ibu kota, Jakarta juga termasuk kota industri yang dihuni berbagai macam
elemen masyarakat untuk mengadu nasib serta bekerja. Melihat tingginya tingkat aktivitas dan
mobilitas di Jakarta, apakah PSBB dapat berjalan dengan baik di ibu kota? Kenyataannya kurva
pasien COVID-19 di ibu kota tidak kunjung turun meskipun pergerakan warganya telah dibatasi.
Banyak warga yang ditemukan masih tidak menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah,
selain itu juga terdapat warga yang tidak menaati PSBB dengan tidak menjaga jarak serta
berkumpul di kerumunan, contohnya adalah saat penutupan MCD Sarinah yang lalu. Melihat hal
tersebut, Gubernur Anies Baswedan memutuskan untuk memperpanjang PSBB, Anies berjanji
akan memberikan sanksi bagi warga yang melanggar selama PSBB tahap dua.8

Jika dilihat kembali dari dua perbandingan daerah di atas, maka PSBB tentunya akan
efektif apabila masyarakat mau bekerja sama dengan pemerintah untuk menaati segala peraturan
dan himbauan yang ada, namun kenyataannya masih ada warga yang tidak menaati peraturan serta

7
Rizki Ramadhani, “PSBB Jawa Barat Sukses Turunkan Corona 50 Persen”, diakses dari
https://www.katakini.com/artikel/33462/psbb-jawa-barat-sukses-turunkan-corona-50-persen/, pada 28 Mei 2020
pukul 18.14 WIB
8
Lani Diana Wijaya, “Efektivitas PSBB Jakarta dan Bansos di Tengah Pandemi Covid-19”, diakses dari
https://fokus.tempo.co/read/1342626/efektivitas-psbb-jakarta-dan-bansos-di-tengah-pandemi-covid-19, pada 28 Mei
2020 pukul 18.22 WIB.

4 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


himbauan tersebut. Oleh sebab itu kesadaran warga perlu ditingkatkan, harapannya adalah
pemerintah dapat dengan tegas menindak segala pelanggaran serta menciptakan aturan yang tegas,
sehingga warga pun sadar bahwa peraturan dan himbauan tersebut harus ditaati. Ketika masyarakat
saling bersama-sama sadar dan membantu dalam rasa solidaritas yang kuat maka bukan tidak
mungkin dalam waktu cepat Indonesia akan segera pulih dari pandemi ini.

Wacana Pelonggaran PSBB dan “The New Normal”

Tepat pada 18 Mei 2020 pemerintah melalui Menteri Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy, mengatakan pemerintah akan mengkaji pengurangan PSSB. hal
ini kedengaran sedikit aneh, karena di tengah pandemi yang tak kunjung selesai, pemerintah malah
membuat perencanaan pengurangan PSBB. Selain menuai pro dan kontra, pernyataan Menteri
tersebut membingungkan masyarakat karena di akhir pernyataannya, ia mengatakan bahwa
pelonggaran PSBB sebagai langkah percepatan penanggulangan COVID-19.9 Lantas apakah
pengurangan PSBB justru mempercepat penanganan COVID-19? Padahal data dan kurva
menunjukkan angka kematian dan korban yang positif corona relatif meningkat saat pemberlakuan
PSBB, lalu mengapa pemerintah merencanakan pelonggaran PSBB? Kehidupan yang terjadi saat
pembatasan sosial dilonggarkan dikenal dengan istilah new normal.

Istilah new normal mengacu pada perubahan perilaku manusia setelah wabah virus corona
dengan menerapkan protokol pandemi Corona Virus Disease 2019 atau COVID-19. Pemerintah
RI Joko Widodo mulai memetakan skenario pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang sudah berlangsung hampir tiga bulan sejak pandemi virus corona (COVID-19)
terdeteksi di Indonesia.
Terkait wacana pelonggaran PSBB, berikut adalah skenario yang sudah dirancang
pemerintah melalui Kajian awal Kemenko Perekonomian untuk pemulihan ekonomi:

9
Vadhia Lidyana, “Wacana Pelonggaran PSBB, Ekonom: Rakyat Dijerumuskan”, diakses dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5021970/wacana-pelonggaran-psbb-ekonom-rakyat-dijerumuskan,
pada 28 Mei 2020 pukul 18.39 WIB

5 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Fase I: 1 Juni 2020
1. Industri dan jasa Bisnis ke Bisnis beroperasi dengan social distancing dan persyaratan
kesehatan
2. Tokoh, pasar dan mall belum bisa beroperasi kecuali untuk toko penjual masker dan
fasilitas kesehatan
3. Sektor kesehatan beroperasi penuh dengan memperhatikan kapasitas sistem kesehatan
4. Berkumpul maksimal dua orang dalam suatu ruangan, olahraga luar ruang belum
diperbolehkan
Fase II: 8 Juni 2020
1. Tokoh, pasar dan mall diperbolehkan pembukaan toko-toko tanpa diskriminasi sektor
dengan menerapkan protokol ketat.
2. Usaha dengan kontak fisik belum bisa beroperasi
3. Kegiatan berkumpul dan olahraga outdoor belum diperbolehkan
Fase III: 15 Juni 2020
1. Toko, pasar dan mall tetap pada fase II, evaluasi pembukaan salon, spa dan lain-lain dengan
protokol kesehatan
2. Kegiatan kebudayaan diperbolehkan dengan tetap menjaga jarak
3. Kegiatan pendidikan di sekolah dilakukan dengan sistem shift sesuai jumlah kelas
4. Olahraga outdoor diperbolehkan dengan protokol
5. Evaluasi pembukaan tempat pernikahan, ulang tahun, kegiatan sosial hingga 10 orang.
Fase IV: 6 Juli 2020
1. Pembukaan kegiatan ekonomi seperti di fase III dengan tambahan evaluasi
2. Pembukaan bertahap restoran, cafe, bar, tempat gym dan lain-lain dengan protokol
kebersihan ketat
3. Kegiatan outdoor lebih dari 10 orang
4. Pelesir ke luar kota dengan pembatasan jumlah penerbangan
5. Kegiatan ibadah dilakukan dengan jumlah terbatas
6. Membatasi kegiatan berskala lebih dari yang ditentukan
Fase V: 20 dan 27 juli 2020
1. Evaluasi untuk fase IV dan pembukaan tempat-tempat atau kegiatan-kegiatan ekonomi lain
dalam skala besar

6 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


2. Akhir Juli atau awal Agustus seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka. Tetap mengandalkan
protokol dan standar kebersihan dan kesehatan yang ketat
3. Evaluasi secara berkala sampai vaksin bisa ditemukan dan disebarluaskan. 10

Bagaimana New Normal seperti yang disampaikan Presiden Jokowi? Pekerja usia di bawah
45 tahun mulai dikaji untuk kembali ke kantor di tengah wabah setelah dua bulan bekerja dari
rumah (work from home). Pasalnya, pemerintah menilai mereka memiliki potensi kematian dan
gejala yang lebih ringan ketimbang usia tua. Tak lama setelah kebijakan ini dipublikasikan,
sejumlah ahli berpendapat akan kebijakan ini.
Menurut ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif pelonggaran ini
belum sepatutnya dilakukan. Ia menilai karena Indonesia belum memenuhi syarat mutlak
pelonggaran PSBB, yakni tes corona masif. Jika pemerintah menargetkan pemeriksaan 10 ribu per
hari, lanjutnya, seharusnya jumlah kasus baru bisa mencapai 1.300 sampai 1.400 kasus per hari.
Namun hingga kini kasus hanya hitungan ratusan per hari. Artinya, pemerintah belum bisa
memetakan situasi wabah di lapangan jika kemampuan pemeriksaan masih terbatas.
Ada dugaan bahwa keinginan melonggarkan PSBB ini sebetulnya mengikuti tren negara
lain yang bisa dikatakan berhasil meredam corona, seperti Taiwan, Jepang, dan Swedia. Tiga
negara tersebut sudah berhasil meminimalisasi transmisi lokal di wilayah mereka. Sedangkan, hal
tersebut belum bisa dibuktikan berhasil di Indonesia.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik dari Rumah Reformasi Kebijakan, Riant
Nugroho menduga alasan pemerintah buru-buru membuka kembali aktivitas sosial karena beban
ekonomi yang ditanggung. Menurutnya, beban ekonomi yang ditanggung pemerintah selama
PSBB begitu berat. Apalagi, undang-undang menuntut pemerintah menanggung kebutuhan
masyarakat selama PSBB. Riant berpendapat kebijakan soal PSBB pada UU Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan tidak sesuai dengan kondisi pandemi yang begitu masif, pun
kemampuan ekonomi pemerintah. Dampaknya pemerintah tak bisa menetapkan PSBB

10
Fitra Moerat Ramadhan, “Syarat dan Fase menghadapi New Normal”, diakses dari
https://grafis.tempo.co/read/2073/syarat-dan-fase-menghadapi-new-normal, pada 28 Mei 2020 pukul 19.48 WIB

7 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


berkepanjangan. Pasalnya, beban ekonomi yang dipikul terlalu berat, ditambah lagi ketersendatan
aktivitas masyarakat.11
Pemerintah dalam berbagai kesempatan, mengungkapkan rencana dan persiapan menuju
normal baru. Implementasi kehidupan normal baru salah satunya diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan (KMK) Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung
Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. KMK itu dikeluarkan untuk menyiapkan dunia
usaha dan dunia Kerja menyambut transisi kehidupan normal baru.
Pelaku usaha dan industri diminta menyiapkan protokol kesehatan baru yang lebih ketat
untuk tetap beroperasi di tengah pandemi. Beberapa hal diantaranya perkantoran wajib
menyediakan ruang khusus, bahkan fasilitas karantina/isolasi mandiri untuk mengobservasi
pekerja dengan gejala COVID-19. Perkantoran atau pabrik juga harus melakukan penyemprotan
disinfektan setiap 4 jam sekali. Khusus bidang usaha yang berkaitan dengan layanan publik, perlu
ada protokol lebih ketat berupa pemasangan pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani
pelanggan.12

Melonggarkan PSBB saat ini terlalu naif!

Menjadi sangat tidak masuk akal jika PSBB sebagai kebijakan pemerintah untuk memutus
mata rantai penyebaran COVID-19 dikendorkan di saat kurva positif corona belum menunjukkan
penurunan yang signifikan. Saat ini, pemerintah telah mengajak kita semua untuk berdamai dengan
corona, dengan arti bahwa kita harus memakluma fase kehidupan ‘new normal’. Dalam kehidupan
new normal, masyarakat dituntut untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, mereka harus
menerapkan protokol pencegahan penularan virus di setiap kegiatan yang melibatkan orang

11
CNN Indonesia, “Pelonggaran PSBB, Antara Kurva Corona dan Beban Berat Ekonomi”, diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200518143247-20-504506/pelonggaran-psbb-antara-kurva-corona-dan-
beban-berat-ekonomi, pada 28 Mei 2020 pukul 19.06WIB
12
Agnes Theodora, “Protokol Operasional Berubah Drastis di Tengah Pandemi Covid-19”, diakses dari
https://bebas.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/05/26/protokol-operasional-berubah-drastis-di-tengah-pandemi-
covid-19/, pada tanggal 28 Mei 2020 pukul 19.20WIB

8 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


banyak.13 Kita harus maklum beraktifitas di tengah pandemi di saat pandemi belum terkendali
dengan baik. Naif bukan?

Wacana melonggarkan PSBB tentu menuai kontroversi. Beberapa negara lain memang
sudah melakukan pelonggaran pembatasan sosial ataupun lockdown, namun itu dibuat setelah
kasus positif corona di negara tersebut sudah menurun. Thailand melonggarkan kebijakan
lockdown dan mengizinkan pedagang kaki lima, restoran, serta toko-toko untuk kembali
beroperasi setelah kasus hariannya terus menurun.14 Begitupun dengan Singapura, Pelonggaran
dilakukan setelah menurunnya kasus infeksi komunal Covid-19 dalam seminggu terakhir. Data
terbaru menunjukan rataan kasus infeksi komunal virus corona turun setengah, dari rata-rata 25
kasus menjadi 12 kasus per minggu.15

Bagaimana dengan kasus di Indonesia? Mari kita lihat kurvanya

13
Habib Allbi Ferdian dan Jofie Yordan, “Beda Konsep New Normal versi WHO dan Pemerintah Indonesia”,
diakses dari https://kumparan.com/kumparansains/beda-konsep-new-normal-versi-who-dan-pemerintah-indonesia-
1tUP5YCbU7S pada 28 Mei 2020 pukul 20.05 WIB
14
Jiwahir Gustav Rizal, “Aktivitas Warga Mulai Pulih, 7 Negara Longgarkan Lockdown”, diakses dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/10/134300265/aktivitas-warga-mulai-pulih-7-negara-longgarkan-
lockdown pada 28 Mei 2020 pukul 21.22 WIB
15
Ericssen, “Kasus Komunal Covid-19 Menurun, Singapura akan Longgarkan Lockdown Parsial”, diakses dari
https://www.kompas.com/global/read/2020/05/02/130133070/kasus-komunal-covid-19-menurun-singapura-akan-
longgarkan-lockdown-parsial?page=all pada 28 Mei pukul 19.46 WIB

9 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


Menurut data yang diambil dari worldometers.info 16 ini, kurva kasus positif COVID-19 di
Indonesia tidak mengalami penurunan. Gerakan kurvanya masih fluktuatif, bahkan cenderung
meningkat per tanggal 25 Mei 2020. Lantas atas dasar apa pemerintah wacanakan pelonggaran
PSBB? Apa jadinya jika beban ekonomi menjadi alasan utama, tanpa peduli dampak kesehatan
yang lebih nanti.

WHO sebelumnya telah menetapkan sejumlah prasyarat sebelum sebuah negara


melakukan pelonggaran pembatasan sosial.

Pertama, penyebaran SARS-CoV-2 harus sudah dapat dikendalikan dan fasilitas kesehatan
dapat menangani jumlah kasus positif.

Kedua, sistem kesehatan negara tersebut mampu melakukan deteksi, tes, isolasi, merawat
setiap kasus, dan pelacakan setiap kontak pasien positif.

Ketiga, risiko penularan kasus di tempat rentan atau 'hotspot' seperti panti jompo sudah
bisa diminimalisasi.

Keempat, sekolah, perkantoran sudah menerapkan upaya pencegahan penyebaran COVID-


19.

Kelima, risiko klaster baru dari kasus-kasus impor sudah dapat diprediksi dan terjamin
dapat dikelola sehingga tidak menimbulkan lonjakan kasus baru di kemudian hari.

Keenam, masyarakat sudah teredukasi dan terinformasi dengan baik akan bahaya pandemi
COVID-19 dan sepenuhnya terjamin oleh jaring pengaman sosial untuk beradaptasi dengan pola
hidup 'new normal'.

Indikator-indikator inilah yang belum tampak di Indonesia.

Kapasitas fasilitas kesehatan, misalnya, masih rendah. Berdasarkan data rasio tempat tidur
terhadap 1.000 penduduk di setiap negara dari Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) per 5 April 2020, Indonesia menempati peringkat 41 dari 42 negara. Rasio

16
Lihat https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/

10 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


ketersediaan ranjang per 1.000 penduduk Indonesia sebesar 1. Peringkat ini hanya lebih baik dari
India yang menempati posisi buntut dengan rasio 0,5.

Pun dengan kemampuan uji pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan


material genetik COVID-19, disebut uji PCR (polymerase chain reaction). Hingga 4 Mei 2020,
pemerintah telah melakukan uji PCR terhadap 86.061 orang dengan 74.474 hasil negatif. Angka
tersebut meningkat sebanyak 3.144 dibandingkan hari sebelumnya. Namun, jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk saat ini, tes yang telah dilakukan masih tampak kecil meski menunjukkan
tren yang meningkat.

Worldometer mencatat Indonesia masih ketinggalan dari Vietnam hingga Malaysia.


Vietnam adalah negara ASEAN dengan jumlah tes terbanyak saat ini. Hingga 29 April, mereka
telah melakukan tes terhadap 261.004 orang. Jika dirasio, tes telah dilakukan terhadap 2.681 orang
per 1 juta penduduk. Vietnam saat ini dianggap sebagai salah satu negara yang sukses berperang
melawan COVID-19. Kondisi di Indonesia diperparah dengan tidak disiplinnya masyarakat.
Kerumunan masih banyak dijumpai di banyak tempat, termasuk pusat perbelanjaan terutama
jelang hari raya beberapa hari terakhir. Pun masih banyak yang mudik.

Ringkasnya, Indonesia setidaknya belum memenuhi beberapa prasyarat yang dianjurkan


WHO untuk melonggarkan PSBB.17

Pelonggaran yang dilakukan terburu-buru potensial menyebabkan lonjakan jumlah pasien


positif COVID-19. Masalahnya karena sejak awal penerapan PSBB tidak ketat dan tes tak
maksimal, wabah masih tak terkendali hingga saat ini.18 PSBB sendiri sejak awal dinilai paling
buruk dibanding negara-negara tetangga menurut Institute for Development of Economics and
Finance (Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan) atau INDEF. 19 PSBB sendiri dianggap
kurang efektif, apalagi jika PSBB dilonggarkan.

17
Mohammad Bernie dan Irwan Syambudi, “Relaksasi PSBB yang Menyepelekan Pandemi demi Ekonomi”,
diakses dari https://tirto.id/relaksasi-psbb-yang-menyepelekan-pandemi-demi-ekonomi-fBHQ pada tanggal 28 Mei
2020 pukul 21.23 WIB
18
Ibid.
19
Tim Detikcom, “INDEF: Hasil PSBB Indonesia Paling Buruk Dibanding Negara-negara Tetangga”, diakses dari
https://news.detik.com/berita/d-5021739/indef-hasil-psbb-indonesia-paling-buruk-dibanding-negara-negara-tetangga
pada 28 Mei 22.07 WIB

11 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi


SIKAP BEM USD

Maka dari itu, berdasarkan uraian komprehensif di atas, Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma melalui Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis 2020
menyatakan sikap untuk:

1. Menghimbau pemerintah Republik Indonesia untuk tidak terburu-buru dalam


menetapkan pengurangan atau pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar di berbagai
daerah di Indonesia

2. Mendorong pemerintah Republik Indonesia agar mengkaji kembali wacana pelonggaran


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan dampaknya dalam pengendalian
penyebaran wabah COVID-19

3. Mendorong masyarakat untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam aktivitas


sehari-hari sebagai upaya menghindari penyebaran virus corona

12 | Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kabinet Solidaritas Aksi

Anda mungkin juga menyukai