Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK


“Zona Proteksi dan Koordinasi Relay”

Oleh:
KELOMPOK 8
Anggota:
1. Aditya wardana 18064001
2. Faisal Rahmat 18064024
3. Fajar Muhammad Ihsan 18064025
4. Muhammad Hidayat Akbar 18064046

DIII TEKNIK LISTRIK


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pada Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Zona Proteksi
dan Koordinasi relay”.
Tugas ini merupakan salah satu metode perkuliahan yang sangat bermanfaat
untuk mengetahui salah satu materi dalam perkuliahan. Dalam pembuatan tugas ini
banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, arahan serta motivasi
sehingga artikel ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu saya berharap kritik dan saran yang membangun untuk dapat
menyempurnakan tugas ini. Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak
terimakasih.

Padang, november 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan...................................................................................................... 2
A. Zona Proteksi........................................................................................................... 2
B. Koordinasi relai........................................................................................................ 6
C. Relai utama dan rellai bantu..................................................................................... 7

Daftar Pustaka............................................................................................................... 9

II
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebuah relay dioperasikan ketika mengukur perubahan kualitas, baik dari nilai normal
maupun hubungannya dengan kuantitas lainnya. Kuatitas yang dioperasikan dalam
kebanyakan perlindungan relay adalah arus listrik yang memasuki sirkit yang
dilindungi. Relay dapat dioperasikan pada tingkat arus listrik menurut bias atau
kendala standar, atau ia dapat dibandingkan dengan kuantitas lain dari sirkit seperti
tegangan bis atau arus listrik yang meninggalkan sirkit yang dilindungi.
Relay elektromagnetis yang sederhana, dipakai sebagai detektor level, gravitas atau
pegas yang dapat menunjukkan bias tetap atau kuantitas referensi, yang melawan
kekuatan yang diproduksi oleh arus yang dioperasikan dalam sebuah elektromagnet.
Pegas ini merupakan alat kalibrasi dari relay pengmabil arus listrik. Bila terjadi
kesalahan tingkat arus listrik maka akan terjadi perubahan pada kondisi pembangkit,
maka jarang sekali ada kemungkinan untuk mendapatkan cara yang selektif
berdasarkan pada besaran arus listrik itu sendiri. Biasanya fungsi waktu ditambahkan
sehingga relay yang mendekati kesalahan, akan berjalan sebelum relay dalam sirkit
yang tidak salah.
Karakteristik pengoperasian yang paling penting dari relay input-tunggal
(detektor level) adalah hubungan diantara besar input dengan waktu operasi,
umpamanya, kurva arus waktu dari relay arus-waktu. Relay komprator-fasa dan
amplitudo modern yang berlangsung sesaat saja akan tetapi waktu lawan rasio input
adalah menarik diperhatikan walaupun skala waktunya berada dalam hitungan
milidetik, umpamanya, kurva impedansi waktu jarak jauh. Dalam setiap

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ZONA PROTEKSI
Untuk mendapatkan sistem pengaman yang cukup baik didalam sistem tenaga
Iistrik, sistem tenaga tersebut dibagi dalam beberapa daerah pengamanan yakni
dengan pemutusan sub-sistem seminimum mungkin. Adapun yang dimaksud dengan
keterangan diatas adalah :
1. Generator
2. Transformator daya
3. Bus-bar
4. Transmisi, sub-transmisi dan distribusi
5. Beban
Pembagian ke 5 daerah pengamanan diatas dilaksanakan secara saling meliputi (over
laping), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Diagram Satu Garis Suatu Sistem Tenaga Listrik Dengan
Daerah-Daerah Pengamannya

Yang dimaksud dengan saling meliputi adalah bahwa pada suatu ternpat sistem
pengamannya (daerah) berfungsi. Hal ini diperlukan untuk menghindari kemungkinan
adanya daerah yang tidak teramankan. Adapun pelaksanaan saling meliputi tersebut
dapat dilakukan dengan cara mengnubungkan relay dengan trafo arus seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 1.3.
Daerah yang dibicarakan di atas adalah daeran jangkauan dari relay pengaman utama,
yang berarti relay pengaman utama mendeteksi adanya gangguan / kerja ab-normal

2
dan meneruskan keadaan ini (berupa sinyaI) ke C. B .
Apabila karena suatu sebab relay pengaman gagal dalam menjalankan tugasnya, maka
harus ada relay pengaman kedua untuk menggantikan fungsi relay yang gagal tadi.
Relay pengaman kedua ini disebut back-up relay.

Gambar 1.3. Prinsip Saling Meliputi Dari Rangkaian Relay Pengaman


1) C.B Diapit Oleh Dua Trafo Arus
2) Kedua Trafo Arus Diletakkan Disamp[ing C.B

Relay pengaman kedua tersebut dapat diletakkan pada satu lokasi dengan relay
pengaman utama atau dapat juga dengan relay pengaman yang terletak di sisi
seIanjutnya yang berdampingan (ditempatkan) pada lokasi/stasion yang berlainan.
Sebagai contoh dari penempatan satu tempat antara relay pengaman utama dan back-
up relays adalah pada pilot relay, sedangkan yang kedua adalah pada distance relay
untuk S.U.T.T. Apabila relay pengaman utama berada pada satu lokasi dengan back-
up relays disebut local back-up, bila back-up relay berada pada sisi selanjutnya yang
berdampingan disebut remote back-up. Seperti yang dijeIaskan pada Gambar 1.4. dan
1.5. Pada Gambar 1.4. tampak bahwa dengan terjadinya gangguan pada tittk K,
semestinya ke dua C.B. yang berada disebelah kiri dan kanannya bekerja. Akan tetapi
bila karena suatu sebab C.B. yang berada disebelah kiri tidak bekerja, maka C.B. –
C.B. yang lain harus bekerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5. Demikian
puIa penjelasannya untuk Gambar 1.5.

3
Gambar 1.4. Prinsip Lokal Back-Up
X = C.B. gagal trip
→= C.B. trip

Gambar 1.5. Prinsip Remote Back-Up


X = C.B. gagal trip
→= C.B. trip

Idealnya, zona proteksi seperti yang disebutkan terdahulu harus overlap melewati
Pemutus Tenaga (PMT atau CB) seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 1-6,
dimana PMT menjadi bagian dari kedua zona.

4
Gambar 1-6: Lokasi CT pada kedua sisi PMT

Karena alasan fisis, kondisi ideal ini kerapkali sukar dicapai, sehingga dalam
beberapa kasus hanya dimungkinkan CT berada pada salah satu sisi PMT, seperti pada
Gambar 1-7. Keadaan ini mengakibatkan bagian antara CT dan PMT A menjadi tidak
terlindungi dengan baik bilamana terjadi gangguan didaerah tersebut. Dalam Gambar
1-7, gangguan pada titik F akan mengakibatkan proteksi busbar bekerja dan membuka
PMT, namun demikian gangguan tetap berlanjut karena suplai datang dari arah
penyulang.

Gambar 1-7: Lokasi CT pada satu sisi PMT

Proteksi Penyulang, bila merupakan proteksi tipe Unit tidak akan bereaksi, karena
gangguan ini tidak berada dalam zona operasinya. Masalah ini diatasi dengan
membentuk zona tambahan, yang akan bereaksi bilamana pembukaan PMT tidak
sepenuhnya dapat menghentikan aliran arus gangguan. Waktu tunda dibutuhkan
dalam mengatasi gangguan ini, meski dengan pembatasan operasi ini untuk memberi
kesempatan bagi proteksi busbar beroperasi dan waktu tundapun dapat dikurangi.
Titik penyambungan dari sistem proteksi dengan sistem tenaga elektrik umumnya
menjadi batasan bagi setiap zona operasi dan berhubungan dengan lokasi CT. Sistem
proteksi dapat saja menggunakan tipe Unit, dan dalam kasus ini batasan setiap zona
didefinisikan dengan jelas dengan loop tertutup. Gambar 1-8 memperlihatkan tipikal
pengaturan zona proteksi yang overlap. Alternatif lainnya, zona operasi tidak terlalu
ketat, titik awal terdefinisi secara jelas, tetapi zona tambahan tergantung pada
bagaimana pengukuran besaran sistem dan karenaya akan bervariasi tergantung pada
sistem tersebut dan kesalahan yang mungkin terjadi.

5
Gambar 1-8: Zona tumpang tindih dari suatu sistem proteksi

B. KOORDINASI RELAI
Selektivitas yang juga dikenal sebagai koordinasi relai adalah proses penggunaan dan
penyetelan relai proteksi yang bekerja over-reach terhadap relai lain, sehingga relai
harus beroperasi secepat mungkin pada zona utama, tapi harus menunda operasinya di
daerah cadangan operasi. Sifat ini dapat dicapai dengan metode :
a. Sistem Tingkatan Waktu
b. Sistem Unit

Hal ini diperlukan agar relai utama dapat beroperasi pada daerah cadangan atau over-
reach. Kedua adalah tidak benar dan tidak diperkenankan kecuali proteksi utama dari
daerah tersebut tidak beroperasi. Jadi selektivitas sangatlah penting untuk menjamin
kelangsungan pelayanan maksimum dengan pemutusan minimum.

Proteksi disusun dalam zona operasi tertentu, yang mencakup keseluruhan sistem
tenaga elektrik tanpa terkecuali sehingga tidak ada daerah yang tidak terlindungi. Bila
terjadi gangguan, sistem proteksi dibutuhkan untuk memilih dan memutuskan
Pemutus Tenaga yang terdekat dengan titik gangguan. Sifat pemutusan yang selektif
ini
dikenal juga dengan sebutan diskriminasi yang dapat dicapai dengan dua metoda,
yaitu:
a. Sistem Tingkatan Waktu
Sistem proteksi pada zona yang berdekatan diatur untuk beroperasi dengan
tingkatan waktu operasi yang berbeda-beda melalui pengaturan urutan kerja peralatan,
sehingga pada saat terjadi gangguan, meski sejumlah peralatan proteksi akan
beroperasi merespon adanya gangguan, namun hanya peralatan proteksi yang relevan
dengan zona gangguan yang akan menyelesaikan keseluruhan urutan proses
pemutusan, sedangkan sistem lain tidak akan menyelesaikan urutan pemutusannya
dan akan kembali keposisi awalnya.
b. Sistem Unit

6
Dimungkinakan untuk mendesain sistem proteksi yang hanya akan merespon
kondisi gangguan yang berada dalam zona yang didefinisikan. Proteksi seperti ibi atau
daerah proteksi ini dapat diterapkan dalam suatu sistem tenaga elektrik, mengingat
bahwa operasi sistem tidak dipengaruhi oleh waktu, maka operasi sistem dapat lebih
cepat. Proteksi Unit umumnya dicapai dengan membandingkan besaran-besaran
sistem dalam batasan daerah operasi tertentu. Beberapa sistem proteksi diturunkan
dari sifat ‘keterbatasan’ dari konfigurasi sistem tenaga dan mungkin saja dapat
diklasifikasikan sebagai proteksi unit.

Metoda manapun yang digunakan harus selalu diingat bahwa selektifitas bukanlah
bagian dari desain rele, hal ini merupakan suatu fungsi penerapan koordinasi yang
benar antara Transfomator Arus (CT) dan rele dengan suatu pilihan penyetelan yang
tepat dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti arus gangguan, arus beban
maksimum, impedansi sistem dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.

C. RELAI UTAMA DAN RELAI BANTU


Fungsi :
1) Relai utama : sebagai elemen utama didaIam sistem pengaman, jadi berhubungan
langsung dengan besaran-besaran Iistrik yang diukur (arus, tegangan dan lain-Iain).
2) Relai Bantu : sebagai relay pembantu, misal mernperbanyak kontak, menjalankan
sinyal dan Iain-Iain.

Keandalan sistem tenaga elektrik telah didiskusikan pada subbab sebelumnya.


Banyak kasus dapat menjadi faktor penyebab kegagalan proteksi dan selalu ada
kemungkinan kegagalan PMT. Karena alasan inilah, sangat umum untuk selalu
menambahkan pada sistem proteksi utama suatu sistem proteksi lain sebagai cadangan
bagi sistem utama dan untuk menjamin bahwa proses pengisoliran gangguan dapat
terlaksana. Proteksi cadangan mungkin diperoleh secara otomatis sebagai bagian dari
skema proteksi utama, atau terpisah sebagai sebuah peralatan tambahan. Skema
proteksi dengan perbedaan tingkatan waktu seperti pada proteksi arus lebih atau jarak
adalah contoh dari proteksi cadangan yang menjadi bagian dari proteksi utamanya.
Seksi atau bagian dari daerah yang mengalami gangguan yang akan didisolir
dibedakan berdasarkan tingkatan waktu, tetapi bilaman rele gagal atau PMT gagal
untuk membuka, maka rele berikutnya yang terletak paling dekat dengan daerah
gangguan diharapkan dapat menyelesaikan urutan operasi pemutusannya sehingga
PMT dapat terbuka, dengan cara interipsi satu seksi lebih jauh, maka cadangan
proteksi dapat diperoleh. Metoda pembukaan satu seksi kebelakang dimungkinkan,
namun hal ini tidak berguna bila gangguan justru terjadi pada PMT. Untuk sistem
interkoneksi, hal ini menjadi lebih rumit, operasi diatas akan dilakukan berulang
sehingga semua jaringan paralel dapat diisolir keseluruhan.
Jika sistem tenaga diproteksi dengan proteksi utama menggunakan skema unit,
proteksi cadangan tidak akan diperoleh secara langsung, oleh karena itu hal biasa bila
sebagai tambahan bagi proteksi utama dipasang pula proteksi arus lebih tingkatan
waktu sebagai proteksi cadangan lokal untuk mengantisipasi kemungkinan gagalnya

7
proteksi utama, yang akan memutus PMT terdekat bilamana PMT yang mengalami
gangguan. Bagaimanapun proteksi cadangan bekerja lebih lambat dari proteksi
utamanya, tergantung pada konfigurasi sistem tenaga elektrik tersebut dan mungkin
sedikit tidak selektif. Untuk beberapa sirkit penting kinerja seperti ini tidaklah cukup
baik, meski hanya sebagai proteksi cadangan atau dalam beberapa kasus tidak saja
memiliki efek dari masukkan yang beragam. Dalam kasus seperti ini, biasanya
dipasang duplikasi sistem proteksi kecepatan tinggi. Cara seperti ini akan
menghasilkan cadangan bersama yang sempurna guna menutupi kegagalan peralatan
proteksi akibat kegagalan PMT atau mengurangi waktu penundaan. Proteksi bagi
kegagalan PMT dapat diuji dengan melihat bahwa arus gangguan meningkat dalam
interval waktu yang sempit dari proteksi utama. Jika ini terjadi, maka sambungan lain
ke seksi busbar akan diisolir, keadaan ini dapat ditangani sebagai suatu kegagalan
busbar. Kondisi ini membutuhkan proteksi cadangan dengan waktu penundaan
minimum, dan membatasi operasi pemutusan hanya pada satu Gardu, bandingkan
dengan alternatif pemutusan satu seksi lebih jauh.

Anda mungkin juga menyukai