Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan untuk
mengubah besaran tegangan arus listrik bolak-balik (AC), seperti menaikkan
atau menurunkan tegangan listrik (voltase).Seperti halnya didarat, kapal pun
juga menggunakan transformator karena pada umumnya kapal meiliki
tegangan yang lebih tinggi dari pada perlatannya. Oleh sebab itu, digunakan
transformator yang bisa menurunkan tegangan pada suatu rangkaian dengan
begitu pendistribusian daya listrik dari dapat dilakukan.
1.2. Tujuan Praktikum
Percobaan pengukuran transformator beban nol:
1.
Menentukan tegangan primer sebagai fungsi arus magnetisasi pada
sebuah transformator beban nol.
2.
Menentukan tegangan sekunder pada suatu tegangan tertentu.
3.
Menentukan perbandingan transformasi sebuah transformator.
Percobaan pengukuran transformator penghemat :.
1.
Memeriksa trafo dengan kumparan terpisah yang digunakan
sebagai trafo hemat dengan menyusun kumparan primer dan sekunder.
2.
Menghitung daya trafo hemat.
3.
Membebani trafo hemat dengan beban nominal.
1.3. Rumusan Masalah
2. Apakah fungsi dari penggunaan Transformator?
3. Bagaimanakah prinsip kerja dari Transformator?
4. Bagaimanakah pengaruh beban nol, beban naik dan beban turun terhadap
arus primer, arus sekunder, tegangan primer dan tegangan sekunder?

BAB 2
Dasar Teori
2.1.

Pengertian
Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan
untuk
mengubah
besarantegangan arus listrik bolak-balik (AC), seperti
menaikkan atau menurunkan tegangan listrik(voltase). Transformator bekerja
berdasarkan prinsip fluks listrik dan magnet dimana antara sisisumber (primer)
dan beban (sekunder) tidak terdapat hubungan secara fisik tetapi
secaraelektromagnetik (induksi-elektromagnet). Transformator tidak dapat
digunakan pada arus DC dikarenakan arus DC tidak ada perubahan fluks.
Dasar dari teori transformator adalah sebagai berikut :
Apabila ada arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi
maka inti besi itu akan berubah menjadi magnit dan apabila magnit tersebut
dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua ujung belitan tersebut akan
terjadi beda tegangan mengelilingi magnit, sehingga akan timbul gaya gerak
listrik (GGL).

Gambar 2.1Bentuk umum transformator (kiri ),Simbol Transformator (kanan)


(Sumber: http://teknikelektronika.com)
Pada transformator, energi ditransfer antara 2 sirkuit melalui induksi
elektromagnetik. Transformator di mungkinkan untuk di gunakan sebagai
perubahan tegangan dengan mengubah tegangan sebuah arus bolak balik dari
satu tingkat tegangan ke tingkat tegangan lainnya dari input ke input alat
tertentu, untuk menyediakan kebutuhan yang berbeda dari sebuah tingkatan
arus sebagai sumber arus cadangan, atau bisa juga di gunakan untuk
mencocokkan impedansi antara sirkuit elektrik yang tidak sinkron untuk
memaksimalkan pertukaran antara 2 sirkuit. Hal ini memungkinkan terjadinya
pertambahan daya arus listrik yang terjadi dari sebuah benda yang memiliki
arus tegangan listrik yang tidak stabil.
Biasanya, Transformator terdiri dari 2 kabel yang melilit di sekeliling inti yang
sama untuk menciptakan efek arus listrik yang sangat kuat dari ke 2 kabel
tersebut. Inti tersebut biasanya di lapisi dengan besi. Gulungan yang menerima
aliran arus listrik merujuk pada untaian primer, sedangkan gulungan hasil
disebut dengan untaian kedua. Sebuah arus listrik di salurkan melalui untaian
primer Transformator yang menghasilkan medan elektromagnetik di

sekelilingnya dan bemacam perubahan magnetik pada inti dari Transformator


tersebut. Dengan induksi elektromagnetik, perubahan magnetik tersebut
menghasilkan bermacam daya elektromotif pada untaian kedua, menghasilkan
arus listrik sepanjang sambungan hasil. Jika ada banyak impedansi yang
tersambung sepanjang untaian kedua, aliran yang melewati untaian tersebut
menyerap tenaga dari untaian primer dan sumber tenaganya
2.2. Bagian-Bagian Transformator
Komponen utama transformator tenaga terdiri dari bagian-bagian
diantaranya: inti besi, kumparan transformator, minyak transformator, bushing,
tangki konservator, peralatana Bantu pendinginan transformator, tap changer
dan alat pernapasan (dehydrating breather).
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh
arus listrik yang melalui kumparan. Pada transformator, inti besi dibuat dari
lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas
(sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang
membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari
kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi
maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak
dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair yang
dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada transformator. Sebagai bagian
dari bahan isolasi, minyak harus memiliki kemampuan untuk menahan tegangan
tembus, sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus mampu
meredam panas yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini
maka minyak diharapkan akan mampu melindungi transformator dari gangguan.
Bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator merupakan
alat penghubung antara kumparan transformator dengan jaringan luar. Bushing
sekaligus 4 Studi gangguan..., M. Solikhudin, FT UI, 2010. Universitas Indonesia 6
berfungsi sebagai penyekat/isolator antara konduktor tersebut dengan tangki
transformator.
Tangki Konservator berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan
uap/udara akibat pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo
dipasangkan relai bucholzt yang akan meyerap gas produksi akibat kerusakan
minyak . Untuk menjaga agar minyak tidak terkontaminasi dengan air, ujung
masuk saluran udara melalui saluran pelepasan/venting dilengkapi media
penyerap uap air pada udara, sering disebut dengan silica gel dan dia tidak
keluar mencemari udara disekitarnya.

d
e
Gambar 2.2. (a)Bushing. (b)Inti Besi. (c)Kumparan.
(d) Minyak Transformator. (e) Tangki konservasi.
(Sumber: http://teknikelektronika.com/)
2.3. Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere, hukum
Lenz dan hukum Faraday, yaitu : ketika lilitan primer dihubungkan dengan
tegangan arus bolak balik maka menimbulkan perubahan arus listrik pada
lilitan primer yang mempengaruhi medan magnet. Medan magnet yang telah
berubah ini semakin diperkuat dengan adanya inti besi dan inti besi tersebut
menghantarkannya ke lilitan sekunder. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya
ggl induksi pada masing-masing ujung lilitan sekunder. Efek dari peristiwa ini
dinamakan induktansi timbal balik (mutual inductance).
A. Hukum Faraday
Konsep gaya gerak listrik pertama kali dikemukakan oleh Michael Faraday,
yang melakukan penelitian untuk menentukan faktor yang memengaruhi
besarnya ggl yang diinduksi. Dan didapatkan rumus berikut :
= B.A cos

GGl=N

Gambar2.3. Garis medan magnetik yang menembus luas permukaan A.


(Sumber: perpustakaancyber.blogspot.com)
Bunyi Hukum Faraday :
Gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop
penghantar berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang
dilingkupi oleh loop penghantar tersebut.

B
A

= fluks magnet
= Medan magnet (weber)
= Luas penampang (m2)

cos
= sudut yang terbentuk antara arah medan magnet dan
penampang.
N
= Jumlah lilitan
GGL
= Gaya gerak listrik
Tanda minus (-) hanya menunjukan arah saja.
B. Hukum Lenz
Hukum Lenz menjelaskan mengenai arus induksi, yangberarti bahwa
hukum tersebut berlaku hanya kepada rangkaian penghantar yang
tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865),
yang sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi.
Hukum Lenz menyatakan bahwa:
GGL induksi selalu membangkitkan arus yang medan
berlawanan dengan asal perubahan fluks.

magnetnya

Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam


kumparan, dan arus induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri.

Gambar 2.4. Penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi.


(Sumber: perpustakaancyber.blogspot.com)
Gambar 2. menunjukkan penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi.
Pada Gambar 2(a) dan 2(d), magnet diam sehingga tidak ada perubahan
fluks magnetik yang dilingkupi oleh kumparan. Pada Gambar 2(b)
menunjukkan fluks magnetik utama yang menembus kumparan dengan
arah ke bawah akan bertambah pada saat kutub utara magnet didekatkan
kumparan. Arah induksi pada Gambar 2(c), 2(e), dan 2(f ), juga dapat
diketahui dengan menerapkan Hukum Lenz.
Jadi prinsip kerja transformator yaitu, transformator bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masuk bolak balik yang
membentangi kumparan primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya
semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak balik ini
menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensinya sempurna,
semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

Gambar 2.5. Medan magnet pada kumparan primer dan sekunder


(Sumber : Gizhaardhisa.blogspot.com)
Pada skema transformator diatas, ketika arus listrik dari sumber tegangan
yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya)
medan magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik
yang dihasilkan pada kumparan sekunder juga akan berubah polaritasnya.

Gambar 2.6. Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer,


tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder
(Sumber: genius.smpn1gl.sch.id/file.php/1/ANIMASI/fisika/Transformator/index.html)
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan
sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:

Dimana,
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh
kumparan sekunder adalah:
1.
Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2.
Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3.
Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer, Sehingga
dapat
dituliskan :

2.4. Jenis-Jenis Transformator


(Disertai Penjelasan dan Gambar (min. 6 jenis Trafo))
a. Step-Up
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai
penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga
listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan
tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

Gambar 2.7. Trafo Step Up


Sumber : http://kreativitas-elektronika.blogspot.co.id/
b. Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator
jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.

Gambar 2.8. Trafo Step Down


Sumber : http://teknikelektronika.com/
c. Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut
secara listrik, dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian
lilitan primer juga merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder
selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama

lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan
transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran
fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan.
Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik
antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.

Gambar 2.9. Auto Transformator


Sumber :http://www.merazet.pl/
d. Tranformator CT
Trafo CT adalah trafo yang mempunyai besar keluaran yang bejumlah
dua atau bepasangan (6 dgn 6) selain itu trafo ini punya ujung CT. CT ini
digunakan sebagai arus negatif. Selain itu trafo CT keluarannya dapat di
pararel (keluarannya dapat digabungkan tapi syaratnya harus pasangannya
yaitu 6 dengan 6 atau 12 dengan 12). Inti besi pada trafo sengaja dibuat
berkeping-keping, karena dengan bentuk kepingan terdapat rongga udara, ini
juga digunakan sebagai pendingin trafo. Panas ini terjadi karena arus pada
trafo yang besar dan menyebabkan adanya panas pada trafo.

Gambar 2.10. Tranformator CT


Sumber : https://salinsalim.wordpress.com/
e. Transformator pulsa

Gambar 2.11. Transformator Pulsa


(Sumber: silabus-sains.blogspot.com/2013/06/transformator-atautrafo.html)

Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk


memberikan keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan
material inti yang cepat jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik
tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan
sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator
hanya memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan
primer berbalik arah.
f. Transformator 3 Phase
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase
yang disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer
dan belitan sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan
primer yaitu hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada
belitan sekundernya dapat dihubungkan secara segitiga, bintang dan zig-zag
(Delta, Wye dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam bentuk khusus yaitu
hubungan open-delta (VV connection).

Gambar 2.12. Trafo 3 Phase


Sumber : http://electric-mechanic.blogspot.co.id/
g. Transformator kering
Dry Type Transformer :Trafo Kering, trafo yang satu ini termasuk jenis
yang agak baru, dan trafo jenis ini di claim sebagai trafo free maintenance
karena tidak menggunakan oli sebagai bahan pendinginnya melainkan
menggunakan fan yang berada didalam unit trafo namun karena panasnya
yang lumayan tinggi biasanya trafo kering juga membutuhkan perlakuan
khusus pada ruangnya yang mengharuskan ruangan tetap stabil sehingga
membutuhkan AC (Air conditioning) sebagai pendingin tambahan, trafo kering
menggunakan 2 material lilitan (winding) yaitu tembaga, aluminium. Pemilihan
jenis yang sesuai juga berdasarkan bayak aspek, trafo kering juga memiliki
alat untuk memonitor dan trip jika terjadi overheating atau kelebihan panas
dari trafo itu sendiri.

Gambar 2.13. Trafo Kering


Sumber : https://teknisirumahsakit.wordpress.com
h. Autotransformator Variable
Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa
yang sadapan tengahnya bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan
primer-sekunder yang berubah-ubah.

Gambar 2.14. Autotransformator


Sumber : http://www.creeaza.com/
Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis trafo.
No.
Jenis
Kelebihan
Kekurangan
Transformator
1
Step down
2
Step up
3
Autotransformat
1. ukuran fisiknya yang
1. Transformator jenis ini
or
kecil dan kerugian yang
tidak dapat memberikan
lebih rendah daripada
isolasi
secara
listrik
jenis dua lilitan.
antara
lilitan
primer
dengan lilitan sekunder.
2. Autotransformator tidak
dapat
digunakan
sebagai
penaik
tegangan
lebih
dari

beberapa
kali
(biasanya tidak
dari 1,5 kali).
4
5
6
7
8

2.5.

lipat
lebih

Tranformator CT
Transformator
pulsa
Transformator 3
Phase
Transformator
kering
Autotransformat
or Variable

Rugi-Rugi pada Transformator


1. Rugi Tembaga (Pcu)
Rugi tembaga terdiri dari rugi-rugi tahanan murni yang disebabkan oleh
arus beban yang mengalir pada belitan primer maupun sekunder pada
transformator. Semakin besar arus yang mengalir maka kerugian akan
semakin besar pula. Arus beban tidak selalu konstan, maka rugi tembaga juga
tidak konstan sehingga rugi tembaga ini tergantung pada arus bebannya. Rugi
tembaga dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
Pcu = (I2)2 . R2
Dimana,
Pcu
= Rugi tembaga (watt)
I2= Arus pada kumparan sekunder (A)
R2
= Tahanan kumparan di sisi sekunder (ohm)
2. Rugi Pada Inti (Besi)
Rugi pada inti besi ini terbagi menjadi 2 yaitu:
Rugi Arus Eddy
Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang menimbulkan arus
dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang
membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi
tolakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau
digunakan inti berlapis-lapisan.rugi ini dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
Pe = Ke (f . Bmax)2
Dimana,
Pe
= Rugi Arus eddy (watt)
f = Frekuensi (Hz)
B= Kerapatan fluks (Wb)
Ke
= Konstanta Arus Eddy

Rugi hysterisis
Merupakan rugi yang disebabkan oleh adanya gesekan-gesekan partikel
pada inti transformator akibat dari perubahan fliks magnet. Rugi ini dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Ph
Dimana, Ph = Rugi hysterisis
f
= Frekuensi (Hz)
B= Kerapatan fluks (Wb)
Kh
= Konstanta hysterisis

Kh . f . (Bmax)1,6

3. Rugi Kopling
Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna,
sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan
sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara
berlapis-lapis antara primer dan sekunder
4. Rugi Kapasitas Liar
Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada lilitanlilitan transformator. Kerugian ini sangat memengaruhi efisiensi transformator
untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan
primer dan sekunder secara tidak beraturan (bank winding).
5. Rugi Efek Kulit
Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus cenderung
untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian
kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat
dikurang dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari
beberapa kawat kecil yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan
kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa.

Gambar 2.15. Skema letak Rugi-rugi transformator

2.6. Jenis-jenis Daya


Segitiga daya

Daya adalah banyaknya energi listrik yang mengalir tipa detik pada suatu
penghantar. Segitiga daya ini menunjukkan hubungan antara 3 macam daya
yakni daya semu, daya aktif dan daya reaktif.

Gambar 2.6.1. Segitiga daya


(Sumber: http://blog-engineering.blogspot.co.id/)
1.

Daya Nyata
Merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan
mesi-mesin listrik atau peralatan lainnya.
Rumus untuk tegangan 1 fasa
P = V x I x Cos (Watt)
Rumus untuk tegangan 3 fasa
P = 3 x V x I x Cos (Watt)
2.

Daya Semu
Daya semu adalah daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi
atau distribusi dimana daya ini yang terukur atau terbaca pada alat ukur.
Rumus untuk tegangan 1 fasa
S = V x I (VA)
Rumus untuk tegangan 3 fasa
S = 3 x V x I (VA)
3.

Daya Reaktif
Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada
penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini
terpakai untuk daya mekanik dan panas.
Rumus untuk tegangan 1 fasa
Q = V x I x Sin (VAR)
Rumus untuk tegangan 3 fasa
Q = 3 x V x I x Sin (VAR)
2.7. Aplikasi Transformator di Bidang Marine dan Non Marine
(Jelaskan cara kerja pada masing-masing aplikasi)
a. Pada Non Marine

Pada umumnya, banyak sekali contoh dari penggunaan trafo dalam


kehidupan seharihari. Salah satunya adalah penggunaan trafo step down. Trafo
tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik PLN yang besarnya 220
V menjadi tegangan lebih rendah sesuai dengan kebutuhan. Sebelum masuk
rangkaian elektronik pada alat, tegangan 220 V dari PLN dihubungkan dengan
trafo step down terlebih dahulu untuk diturunkan. Misalnya kebutuhan
peralatan listrik 25 V. Jika alat itu langsung dihubungkan dengan PLN, alat itu
akan rusak atau terbakar. Namun, apabila alat itu dipasang trafo step down
yang mampu mengubah tegangan 220 V menjadi 25 V, alat itu akan terhindar
dari kerusakan. Ada beberapa alat yang menggunakan transformator antara
lain catu daya, adaptor, dan transmisi daya listrik jarak jauh.
1.
Trafo pada Adaptor Laptop

2.

Gambar Adaptor
Sumber: http://shop.qnap.com/
Trafo untuk transmisi daya listrik jarak jauh

3.

Gambar Trafo pada Gardu Listrik


Trafo pada Catu Daya

Gambar Catu Daya


Sumber :http://fjb.kaskus.co.id/
b. Pada Marine
Pada prinsipnya transformator pada kapal dengan yang didarat sama
yaitu untuk menaikan atau menurunkan tegangan listrik melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi magnet.
Penggunaan transformator salam system tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis pada setiap keperluan,
misalnya pemakaian tegangan dikapal umumnya menggunakan tegangan
380/440 volt, maka untuk memenuhi kebutuhan pemakaian dengan tegangan
220 dan 110 volt perlu menggunakan transformator penurun (step down).
1.
Trafo step down untuk generator
Penggunaan trafo pada bidang marine digunakan pada penurun tegangan
hasil dari generator. Sehingga tegangan hasil generator misal yang senilai
440 volt bisa disalurkan ke alat-alat listrik yang mempunyai tegangan 220
volt.

Gambar Generator
Sumber : http://komponenelektronika.biz/cara-kerja-transformator.html
2.
Trafo pada Mesin las
Biasanya trafo yang terpasang di mesin las sekalian dengan rectifier untuk
mengubah arus AC menjadi DC.

Gambar Mesin Las


Sumber : http://www.trafoz.com/

3.

Alat navigasi kapal

Gambar Alat-alat Navigasi di Anjungan Kapal


Sumber :defense-studies.blogspot.com
4.

Alat untuk penerangan di kapal

Gambar penerangan di kapal


Sumber: http://www.academia.edu
5.

Alat untuk memasuk papan hubung bantu (sub-switchboard)


tegangan rendah untuk kamar mesin dan ruang akomodasi

Gambar Sub-switchboard
Sumber : http://dunia-electrical.blogspot.co.id/

BAB III
DATA PRATIKUM
3.1. Peralatan dan Fungsi
No
.

Nama

1.

Trafo

Gambar

Fungsi
Untuk menaikan dan
menurunkan tegangan
Mengatur besarnya
nilai sesuai kebutuhan

2.

Regulator

3.

Clam meter

Mengukur besarnya
nilai arus

4.

Multimeter

Mengukur besarnya
nilai tegangan

Mengatur beban dan


berfungsi sebagai
beban.

5.

Menghubungkan
komponen pada
rangkaian

Kabel

3.2. Langkah-langkah Percobaan


1. Percobaan transformator beban nol :
a. Membuat rangkaian sesuai gambar (Gambar. 3.3.1)
b. Sisi primer trafo phasa dihubungkan jala jala melalui suatu variac
c. Pemasukan tegangan pada sisi primer itu dilakukan secara bertahap
dengan cara mengatur variac, mula mula mengarah naik ( 60 - 100 volt)
kemudian mengarah turun (100 - 60 volt ; V = 10 volt).
d. Mencatat arus masuk dan tegangan keluran (output) dari tiap-tiap
tegangan input.
2. Percobaan autotransformator :
a. Membuat rangkaian sesuai gambar (Gambar.3.3.2)
b. Travo diberi tegangan jala-jala melalui variac hingga tegangan mencapai
90 volt.
c. Atur Rb hingga I2 dinaikkan dari 0.07 sampai 0.11 (I2 = 0.01)
d. Ukur arus dan tegangan primer (I1 dan V1) serta arus dan tengangan
sekunder (I2 dan V2).
e. Lakukan langkah a-d dengan rangkaian seperti gambar 3.3.3
3.3. Gambar Rangakaian
3.3.1.
Percobaan transformator satu fase tanpa beban

Gambar Percobaan Trafo Tanpa Beban


(Sumber : Modul Praktikum Transformator)
3.3.2.

Rangkaian 1 Autotrafo Beban

Gambar Percobaan Trafo Berbeban pada Rangkaian 1


(Sumber : Modul Praktikum Transformator)
3.3.3.

Rangkaian 2 Autotrafo Beban

Gambar Percobaan Trafo Berbeban pada Rangkaian


(Sumber : Modul Praktikum Transformator)
3.4. Data Hasil Percobaan
1. Transformator satu fase tanpa beban
a. Tegangan Naik
Tabel 3.2 hasil percobaan 1. Transformator beban nol
No
.
1
2
3
4
5

V1
60
70
80
90
100

V2
16.9
20
23
26
29

I1
0.10
0.11
0.12
0.14
0.16

b. Tegangan Turun
Tabel 3.3 hasil percobaan 1. Transformator beban Turun
No
.

V1

V2

I1

1
2
3
4
5

100
90
80
70
60

29
26
23
20
16.9

0.16
0.14
0.12
0.11
0.10

2. Autotransformator berbeban
Rangkaian 1
a. Tegangan naik
Tabel 3.4. hasil percobaan 2. Rangkaian 1 autotransformator beban
naik
No
.
1
2
3
4
5

V1
100
100
100
100
100

V2
137
137
137
137
137

I1
0.28
0.29
0.30
0.32
0.34

I2
0.07
0.08
0.09
0.1
0.11

b.Tegangan Turun
Tabel 3.5. hasil percobaan 2. Rangkaian 1 autotransformator
beban naik
No
.
1
2
3
4
5

V1
100
100
100
100
100

V2
137
137
137
137
137

I1
0.34
0.32
0.30
0.29
0.28

I2
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07

Rangkaian 2
a. Tegangan naik
Tabel 3.6. hasil percobaan 3. Rangkaian 2 autotransformator
beban naik
No
.
V1
V2
I1
I2
1
100
74
0.27
0.07
2
100
74
0.29
0.08
3
100
74
0.28
0.09
4
100
74
0.29
0.1
5
100
74
0.29
0.11
b. Tegangan Turun

Tabel 3.7.
beban naik
No
.
1
2
3
4
5

hasil percobaan 3. Rangkaian 2 autotransformator


V1
100
100
100
100
100

V2
74
74
74
74
74

I1
0.29
0.29
0.28
0.29
0.27

I2
0.11
0.10
0.09
0.08
0.07

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan
Berdasarkan dasar teori yang kita pelajari dan data praktikum yang didapatkan
maka praktikum dapat dijabarkan sebagai berikut :
4.1.1. Transformator
Contoh perhitungan untuk beban nol tegangan naik :
- Arus Sekunder
Rumus :

i s=

V p i p
Vs

Rasio Transformasi
Rumus :

ratio=
-

Vp
Vs

Daya Input Transformator


Rumus :

P =V p x I p x cos

Daya Output Transformator


Rumus :

Pout =V s x I s x cos

Effisiensi
Rumus :

=
-

Pout
x 100
P

Hambatan Primer
Rumus :

R p=
-

Hambatan Sekunder
Rumus :

Rs =
-

Vp
Ip

Vs
Is

Rugi Tembaga
Rumus :

Rugi Tembaga=I 2p x R p + I 2s x R s

Sehingga dperoleh data sebagai berikut :


a. Beban Nol Tegangan Naik
Tabel 4.1. Hasil hitungan percobaan 1. Beban Nol
Transformator Tegangan Naik Tanpa Beban
Rasi Effisien
No. V1 V2
I1
I2
Pin Pout
Rp
Rs
o
si

Rugi Tembaga

60

16.
9

70

20

80

23

90

26

10
0

29

0.1
0
0.1
1
0.1
2
0.1
3
0.1
4

0.3
6
0.3
9
0.4
2
0.4
5
0.4
8

4.80

4.80

3.55

100.0%

6.16

6.16

3.50

100.0%

7.68

7.68

3.48

100.0%

9.36

9.36

3.46

100.0%

11.2
0

11.2
0

3.45

100.0%

600.
00
636.
36
666.
67
692.
31
714.
29

47.6
0
51.9
5
55.1
0
57.7
8
60.0
7

12.00
15.40
19.20
23.40
28.00

b. Beban Nol Tegangan Turun


c. Tabel 4.1. Hasil hitungan percobaan 1. Beban Nol
Transformator Tegangan Turun Tanpa Beban
Rasi Effisien
No. V1
V2
I1
I2
Pin Pout
Rp
Rs
Rugi Tembaga
o
si
10
0.1 0.5 12.8 12.8
625.0 52.5
1
29
3.45 100.0%
32.00
0
6
5
0
0
0
6
0.1 0.4 10.0 10.0
642.8 53.6
2
90
26
3.46 100.0%
25.20
4
8
8
8
6
5
0.1 0.4
666.6 55.1
3
80
23
7.68 7.68 3.48 100.0%
19.20
2
2
7
0
0.1 0.3
636.3 51.9
4
70
20
6.16 6.16 3.50 100.0%
15.40
1
9
6
5
16. 0.1 0.3
600.0 47.6
5
60
4.80 4.80 3.55 100.0%
12.00
9
0
6
0
0
4.1.2.
Autotransformator
- Rasio Transformasi
Rumus :

ratio=
-

Vp
Vs

Daya Input Transformator


Rumus :

P =V p x I p x cos

Daya Output Transformator


Rumus :

Pout =V s x I s x cos

Effisiensi
Rumus :

=
-

Pout
x 100
P

Hambatan Primer
Rumus :

R p=
-

Hambatan Sekunder
Rumus :

Rs =
-

Vp
Ip

Vs
Is

Rugi Tembaga
Rumus :

Rugi Tembaga=I 2p x R p + I 2s x R s
a. Rangkaian 1 Berbeban Tegangan Naik
Tabel 4.1. Hasil hitungan percobaan 2 rangkaian 1

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Naik


No
.

V1

V2

100 137

100 137

100 137

100 137

100 137

I1
0.2
8
0.2
9
0.3
0
0.3
2
0.3
4

I2

Pin

Pout

Rasio Effisiensi

0.07 22.40

7.67

0.73

34.3%

357.14

0.08 23.20

8.77

0.73

37.8%

344.83

0.09 24.00

9.86

0.73

41.1%

333.33

0.73

42.8%

312.50

0.73

44.3%

294.12

0.10 25.60
0.11 27.20

10.9
6
12.0
6

Rp

Rs
1957.1
4
1712.5
0
1522.2
2
1370.0
0
1245.4
5

Rugi Tembaga
37.59
39.96
42.33
45.70
49.07

b. Rangkaian 1 Berbeban Tegangan Turun


Tabel 4.1. Hasil hitungan percobaan 2 rangkaian 1

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Turun


No
.

V1

V2

100 137

100 137

100 137

100 137

100 137

I1
0.3
4
0.3
2
0.3
0
0.2
9
0.2
8

I2

Pin

0.11 27.20
0.10 25.60

Pout
12.0
6
10.9
6

Rasio Effisiensi

Rp

0.73

44.3%

294.12

0.73

42.8%

312.50

0.09 24.00

9.86

0.73

41.1%

333.33

0.08 23.20

8.77

0.73

37.8%

344.83

0.07 22.40

7.67

0.73

34.3%

357.14

Rs
1245.4
5
1370.0
0
1522.2
2
1712.5
0
1957.1
4

c. Rangkaian 2 Berbeban Tegangan Naik


Tabel 4.1. Hasil hitungan percobaan 3 rangkaian 2

Rugi Tembaga
49.07
45.70
42.33
39.96
37.59

No
.

V1

V2

100

74

100

74

100

74

100

74

100

74

I1
0.2
7
0.2
9
0.2
8
0.2
9
0.2
9

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Naik


Pou
I2
Pin
Rasio Effisiensi
Rp
t

Rs

Rugi Tembaga

0.07 21.60 4.14

1.35

19.2%

370.37

1057.1
4

32.18

0.08 23.20 4.74

1.35

20.4%

344.83

925.00

34.92

0.09 22.40 5.33

1.35

23.8%

357.14

822.22

34.66

0.10 23.20 5.92

1.35

25.5%

344.83

740.00

36.40

0.11 23.20 6.51

1.35

28.1%

344.83

672.73

37.14

d. Rangkaian 2 Berbeban Tegangan Turun


Tabel 4.1. Hasil hitungan percobaan 3 rangkaian 2

No
.

V1

V2

100

74

100

74

100

74

100

74

100

74

I1
0.2
9
0.2
9
0.2
8
0.2
9
0.2
7

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Turun


Pou
I2
Pin
Rasio Effisiensi
Rp
t

Rs

Rugi Tembaga

0.11 23.20 6.51

1.35

28.1%

344.83

672.73

37.14

0.10 23.20 5.92

1.35

25.5%

344.83

740.00

36.40

0.09 22.40 5.33

1.35

23.8%

357.14

822.22

34.66

0.08 23.20 4.74

1.35

20.4%

344.83

925.00

34.92

0.07 21.60 4.14

1.35

19.2%

370.37

1057.1
4

32.18

4.2. Grafik
4.2.1.
Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Beban Nol
Tegangan Naik

Transformator Tegangan Naik Beban Nol


12.00
10.00
8.00
Daya (Watt)

6.00
4.00
2.00
0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Percobaan KePin

Linear (Pin)

Pout

Linear (Pout)

Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Beban 0 Tegangan Naik


Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika tegangan dinaikan
maka daya pun akan meningkat. Hal ini sesuai dengan persamaan

V 1 X I 1=V 2 X I 2

dimana tegangan dan daya berbanding lurus.

4.2.2.
Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Beban Nol
Tegangan Turun

Transformator Tegangan Turun Beban Nol


14.00
12.00
10.00
8.00
Daya (Watt)

6.00
4.00
2.00
0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Percobaan KePout

Linear (Pout)

Pin

Linear (Pin)

Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Beban 0 Tegangan Turun

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika tegangan


dturunkan maka daya pun akan menurun. Hal ini sesuai dengan persamaan

V 1 X I 1=V 2 X I 2

dimana tegangan dan daya berbanding lurus.

4.2.3.
Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Rangkaian 1
Beban Naik

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Naik


30.00
25.00
20.00
Daya (Watt) 15.00
10.00
5.00
0.00
0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

Percobaan KePin

Linear (Pin)

Pout

Linear (Pout)

Grafik Perbandingan Pin dan Pout Pada Rangkaian 1 Beban Naik


Dari grafik pada rangkaian 1 beban naik daya input lebih besar
dibandingkan dengan daya outpunya ini menunjukkan bahwa terjadi sebuah
losess seperti kerugian eddy current, kerugian tembaga dan kerugian hyterisi.
Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui bahwa effisiensi trafo berkisar
47,1% - 58,6%.

4.2.4.
Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Rangkaian 1
Beban Turun

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Turun


30.00
25.00
20.00
Daya (Watt) 15.00
10.00
5.00
0.00
0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

Percobaan KePin

Linear (Pin)

Pout

Linear (Pout)

Grafik Perbandingan Pin dan Pout Pada Rangkaian 1 Beban Turun


Dari grafik pada rangkaian 1, jika arus diturunkan dan tegangan tetap maka
daya yang dihasilkan akan turun begitu juga sebaliknya, ini sesuai dengan
persamaan :

P=V x I

4.2.5.
Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Rangkaian 2
Beban Naik

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Naik

Daya (Watt)

0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

Percobaan KePin

Linear (Pin)

Pout

Linear (Pout)

Grafik Perbandingan Pin dan Pout Pada Rangkaian 2 Beban Naik


Dari grafik pada rangkaian 1 beban naik daya input lebih besar
dibandingkan dengan daya outpunya ini menunjukkan bahwa terjadi sebuah
losess seperti kerugian eddy current, kerugian tembaga dan kerugian hyterisi.
Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui bahwa effisienasi trafo berkisar
38,9% - 47,5%.
4.2.6.
Grafik Perbandingan Pin dan Pout pada Rangkaian 2
Beban Turun

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Turun


27.00
22.00
17.00
Daya (Watt)

12.00
7.00
2.00
0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

Percobaan KePin

Linear (Pin)

Pout

Linear (Pout)

Grafik Perbandingan Pin dan Pout Pada Rangkaian 2 Beban Turun

Dari grafik pada rangkaian 2 tegangan tetap dan jika arus diturunkan
maka daya yang dihasilkan akan turun begitu juga sebaliknya, ini sesuai
dengan persamaan :

P=V x I

4.2.7.
Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Beban Nol
Tegangan Naik

Transformator Tegangan Naik Tanpa Beban


120
100
80
Tegangan (Volt)

60
40
20
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
Arus (Ampere)
Vp.Ip

Linear (Vp.Ip)

Vs.Is

Linear (Vs.Is)

Grafik Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Beban Nol Tegangan
Naik
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa arus berbanding lurus
dengan tegangan, semakin besar arus, maka tegangan semakin besar. Hal ini
diperkuat dengan rumus V = I.R, dimana nilai V dan I adalah sebanding.
4.2.8.
Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Beban Nol
Tegangan Turun

Transformator Tegangan Turun Tanpa Beban


120
100
80
60

Tegangan (Volt)

40
20
0
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
Arus (Ampere)
Vp.Ip

Linear (Vp.Ip)

Vs.Is

Linear (Vs.Is)

Grafik Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Beban Nol Tegangan
Turun
Dapat diketahui bahwa I berbanding lurus dengan V, semakin besar
arus, maka tegangan semakin besar dengan acuan rumus V = I.R, namun
terdapat tegangan yang naik turun pada saat arus naik.
4.2.9.
Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Rangkaian 1
Beban Naik

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Naik


160
140
120
100
Tegangan (Volt)

80
60
40
20
0
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Arus (Ampere)
Vp.Ip

Linear (Vp.Ip)

Vs.Is

Linear (Vs.Is)

Dapat diketahui bahwa I berbanding lurus dengan V, semakin besar arus,


maka tegangan semakin besar dengan acuan rumus V = I.R, tetapi teori ini
tidak berlaku pada grafik ini karena hambatannya dinaikkan sehingga
tegangan relative konstan.

4.2.10.
Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Rangkaian 1
Beban Turun

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Turun


160
140
120
100
Tegangan (Volt)

80
60
40
20
0
0.05

0.15

0.25

0.35

Arus (Ampere)
Vp.Ip

Linear (Vp.Ip)

Vs.Is

Linear (Vs.Is)

Berdasarkan grafik di atas tegangan konstan pada saat arus sekunder


diturunkan padahal sesuai teori I berbanding lurus dengan V, semakin rendah
arus, maka tegangan semakin rendah, dengan acuan rumus V = I.R hal ini
dikarenakan hambatan dinaikkan
4.2.11.
Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Rangkaian 2
Beban Naik

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Naik


120
100
80
Tegangan (Volt)

60
40
20
0
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Arus (Ampere)
Vp.Ip

Linear (Vp.Ip)

Vs.Is

Linear (Vs.Is)

Dapat diketahui bahwa I berbanding lurus dengan V, semakin besar arus,


maka tegangan semakin besar dengan acuan rumus V = I.R, tetapi teori ini

tidak berlaku pada grafik ini karena hambatannya dinaikkan sehingga


tegangan relative konstan dan terdapat tegangan yang sedikit naik pada
tegangan sekunder.
4.2.12.
Grafik Perbandingan Vp.Ip dan Vs.Is pada Rangkaian 2
Beban Turun

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Turun


120
100
80
Tegangan (Volt)

60
40
20
0
0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Arus (Ampere)
Vp.Ip

Linear (Vp.Ip)

Vs.Is

Linear (Vs.Is)

Berdasarkan grafik di atas tegangan konstan pada saat arus sekunder


diturunkan padahal sesuai teori I berbanding lurus dengan V, semakin rendah
arus, maka tegangan semakin rendah, dengan acuan rumus V = I.R hal ini
dikarenakan hambatan dinaikkan.
4.2.13.
Naik

Grafik Perbandingan Rp dan Rs pada Beban Nol Tegangan

Transformator Tegangan Naik Tanpa Beban


800.00
700.00
600.00
500.00
Hambatan (ohm) 400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Percobaan KeRp

Linear (Rp)

Rs

Linear (Rs)

Pada percobaan 1 hingga 5 diketahui nilai hambatan primer relatif naik


dan hambatan sekunder relative konstan. Hal ini disebabkan karena
pembacaan arus dan tegangan yang kurang akurat. Padahal sesuai teori nilai
arus yang berbanding terbalik dengan hambatan dengan hambatan yang
ditunjukkan oleh rumus:
- Hambatan Primer
Hambatan Sekunder
Rumus :
Vs
Vp
Rumus : Rs = I s

R p=

Ip

4.2.14.
Grafik Perbandingan Rp dan Rs pada Beban Nol Tegangan
Turun

Transformator Tegangan Turun Tanpa Beban


800.00
700.00
600.00
500.00
Hambatan (ohm) 400.00
300.00
200.00
100.00
0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Percobaan KeRp

Linear (Rp)

Rs

Linear (Rs)

Pada percobaan 1 hingga 5 diketahui nilai hambatan primer


relative naik dan hambatan sekunder relative turun. Hal ini
disebabkan karena pembacaan arus dan tegangan yang kurang
akurat. Padahal sesuai teori nilai arus yang berbanding terbalik
dengan hambatan yang ditunjukkan oleh rumus:
-Hambatan Primer
- Hambatan Sekunder
Rumus :
Vs
R
=
s
Vp
Rumus :
Is

R p=

4.2.15.
Naik

Ip

Grafik Perbandingan Rp dan Rs pada Rangkaian 1 Beban

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Naik


2500.00
2000.00
1500.00
Hambatan (ohm)

1000.00
500.00
0.00

Percobaan KeRp
Linear (Rp)

Rs

Linear (Rs)

Pada percobaan 1 hingga 5 diketahui nilai hambatan primer daan


sekunder relatif turun. Hal ini disebabkan oleh nilai arus yang berbanding
terbalik dengan hambatan yang ditunjukkan oleh rumus:
Hambatan Primer
Hambatan Sekunder
Rumus :
Vs
Vp
Rumus : Rs = I s

R p=

Ip

4.2.16.
Grafik Perbandingan Rp dan Rs pada Rangkaian 1 Beban
Turun

Ototransformator Rangkaian 1 Beban Turun


2100.00
1800.00
1500.00
1200.00
Hambatan (ohm)

900.00
600.00
300.00
0.00

Percobaan KeRp
Linear (Rp)

Rs

Linear (Rs)

Pada percobaan 1 hingga 5 diketahui nilai hambatan primer daan


sekunder relatif naik. Hal ini disebabkan oleh nilai arus yang berbanding
terbalik dengan hambatan yang ditunjukkan oleh rumus:
-Hambatan Primer - Hambatan
Rumus :
Sekunder
Rumus :
Vp

R p=

4.2.17.
Naik

Ip

Rs =

Vs
Is

Grafik Perbandingan Rp dan Rs pada Rangkaian 2 Beban

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Naik


1200.00
1000.00
800.00
Hambatan (ohm)

600.00
400.00
200.00
0.00

Percobaan KeRp
Linear (Rp)

Rs

Linear (Rs)

Pada percobaan 1 hingga 5 diketahui nilai hambatan primer daan


sekunder relatif turun. Hal ini disebabkan oleh nilai arus yang berbanding
terbalik dengan hambatan yang ditunjukkan oleh rumus:
-Hambatan Primer
- Hambatan Sekunder
Rumus :

R p=

Vp
Ip

Rumus :

Rs =

Vs
Is

4.2.18.
Grafik Perbandingan Rp dan Rs pada Rangkaian 2 Beban
Turun

Ototransformator Rangkaian 2 Beban Turun


1200.00
1000.00
800.00
Hambatan (ohm)

600.00
400.00
200.00
0.00

Percobaan KeRp
Linear (Rp)

Rs

Linear (Rs)

Pada percobaan 1 hingga 5 diketahui nilai hambatan primer


daan sekunder relatif naik. Hal ini disebabkan oleh nilai arus yang
berbanding terbalik dengan hambatan yang ditunjukkan oleh rumus:
-Hambatan Primer - Hambatan Sekunder
Rumus :
Vs
Vp
Rumus : Rs = I s

R p=

Ip

4.3. Pembahasan
Transformator beban nol
Untuk transformator beban nol tegangan naik dan tegangan turun, ditentukan
variable kontrolnya adalah tegangan masuk (V1) dengan variable manipulasinya
putaran regulator dan variable responnya adalah nilai dari tegangan keluar (V2) dan
arus masuk (I1), dengan persamaan:

V 1 . I 1=V 2 . I 2

Perkalian antara tegangn primer dan arus primer akan sama dengan tegangan
sekunder dan arus sekunder. Jika tegangan primer diturunkan maka nilai arus
sekundernya akan lebih besar dari arus primer. Dari hasil percobaan tidak ada nilai
dari arus keluar (I2) dikarenakan pada outputnya memiliki rangkaiana terbuka,
sementara sebuah arus akan timbul jika berada pada rangkaian tertutup.
Autotransformator rangkaian 1
Pada autotransformator rangkaian 1 untuk beban naik maupun beban turun,
variable controlnya adalah tegangan masuk (V 1) dan nilai arus beban (I2) dengan
variable manipulasinya putaran regulator dan variable responnya adalah tegangan
keluar (V2) dan arus masuk (I1). Dalam percobaan ini arus I1 tidak akan muncul atau
bernilai kecil jika tidak ada arus beban. Kabel dari regulator beban dihubungkan
dengan port 0 V pada kumparan primer dan port 32 V kumparan sekunder, sesuai
dengan

V 1 . I 1=V 2 . I 2
Perkalian antara tegangan primer dan arus primer akan memilik hasil yang sama
dengan perkalian tegangan sekunder dan arus sekunder. Nilai I1 pada rangkaian ini
lebih besr jika dibandingkan dengan percobaan transformator tanpa beban,
dikarenakan pada percobaan ini terdapat arus yang berfungsi sebagai beban.
Autotransformator rangkaian 2
Seperti dengan rangkaian satu, variable yang digunaka pada rangkaian dua ini
sama, yaitu variable controlnya adalah teganagan masuk (V1) dan nilai arus beban
(I2) dengan variable manipulasinya putaran regulator dan vriable responnya adalah
tegangan keluar (V2) dan arus masuk (I1).

V 1 x I 1=V 2 x I 2

Perkalian antara tegangan primer dan arus primer akan sama dengan tegangan
sekunder san arus sekunder. Nilai I 1 pada rangkaian ini lebih besar jika dibandingkan
dengan rangkaian 1.

BAB V
KESIMPULAN
Pada praktikum transformator, yang kami lakukan adalah melakukan 3 percobaan
dngan rangkaian yang berbeda. Pada rangkaian yang pertama, memiliki tujuan
untuk mengetahui voltase pada sisi primer dan sekuder. Pada rangkaian kedua dan
ketiga, memiliki tujuan untuk mengetahui nilai voltase pada sisi primer dan sisi
primer-sekunder.
Perbedaan dari rangkaian kedua dan ketiga, yaitu pada rangkaian kedua sisi primer
117 dihubungkan ke 0 sisi sekunder sehingga menghasilkan voltase yang turun.
Sedangkan pada rangkaian ketiga, sisi primer 117 dihubungkan ke 32 sisi sekunder
sehingga akan menghasilkan voltase output yang naik.
- Arus Sekunder
Rumus :

I s=

V p ip
Vs

Dari pembahasan rumus, dapat dikatakan bahwa nilai dari tegangan dan arus
berbanding terbalik. Saat nilai tegangan naik, maka nilai dari arus akan turun yang
disebut dengan Step-Up. Sedangkan saat nilai tegangan turun, maka nilai dari arus
akan naik yang disebut Step-Down.

Anda mungkin juga menyukai