Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan yang mencakup
sejumlah fluks garis gaya medan magnetik, bilamana banyaknya fluks garis gaya itu divariasi. Dengan
kata lain, akan timbul gaya gerak listrik di dalam kumparan apabila kumparan itu berada di dalam medan
magnetik yang kuat medannya berubah-ubah terhadap waktu.
1. Hukum Faraday
Konsep gaya gerak listrik pertama kali dikemukakan oleh Michael Faraday, yang melakukan
penelitian untuk menentukan faktor yang memengaruhi besarnya ggl yang diinduksi. Dia
menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada waktu, yaitu semakin cepat terjadinya
perubahan medan magnetik, ggl yang diinduksi semakin besar. Di sisi lain, ggl tidak sebanding
dengan laju perubahan medan magnetik B, tetapi sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik,
ΦB , yang bergerak melintasi loop seluas A, yang secara matematis fluks magnetik tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
Φ = B.A cos θ
Dengan B sama dengan rapat fluks magnetik, yaitu banyaknya fluks garis gaya magnetik per satuan
luas penampang yang ditembus garis gaya fluks magnetik tegak lurus, dan θ adalah sudut antara B
dengan garis yang tegak lurus permukaan kumparan. Jika permukaan kumparan tegak lurus B, θ =
90o dan ΦB = 0, tetapi jika B sejajar terhadap kumparan, θ = 0o , sehingga:
ΦB = B.A
Hal ini terlihat pada Gambar berikut:
Dari definisi fluks tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika fluks yang melalui loop kawat penghantar
dengan N lilitan berubah sebesar ΔΦB dalam waktu Δt , maka besarnya ggl induksi adalah:
“gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar berbanding
lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar tersebut”.
Tanda negatif pada persamaan diatas menunjukkan arah ggl induksi. Apabila perubahan fluks ( ΔΦ )
terjadi dalam waktu singkat ( Δt → 0 ), maka ggl induksi menjadi:
dengan:
ε = ggl induksi (volt)
N = banyaknya lilitan kumparan
ΔΦB = perubahan fluks magnetik (weber)
Δ t = selang waktu (s)
2. Hukum Lenz
Apabila ggl induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup dengan hambatan tertentu,
maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dinamakan dengan arus induksi. Arus induksi dan ggl induksi
hanya ada selama perubahan fluks magnetik terjadi. Hukum Lenz menjelaskan mengenai arus
induksi, yang berarti bahwa hukum tersebut berlaku hanya kepada rangkaian penghantar yang
tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865), yang sebenarnya
merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi.
Hukum Lenz menyatakan bahwa:
“ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal
perubahan fluks”.
Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam kumparan, dan arus
induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri.
Gambar diatas menunjukkan penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi. Pada Gambar (a) dan
(d), magnet diam sehingga tidak ada perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh kumparan.
Pada Gambar (b) menunjukkan fluks magnetik utama yang menembus kumparan dengan arah ke
bawah akan bertambah pada saat kutub utara magnet didekatkan kumparan. Arah induksi pada
Gambar (c), (e), dan (f ), juga dapat diketahui dengan menerapkan Hukum Lenz.
3. Prinsip Kerja Generator Listrik
Prinsip kerja sebuah generator atau pembangkit tenaga listrik adalah penggunaan hukum
faraday. Menurut hukum faraday ggl induksi dalam loop kawat atau konduktor akan timbul bila
ada gerakan relative antara loop kawat dengan medan magnet. Untuk mendapatkan ggl induksi
yang lebih besar dan kkontinue maka dibuatlah suatu alat yang dinamakan generator listrik.
Konstruksi sebuah generator listrik sederhana dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Buat bisa mengubah energi kinetik menjadi energi listrik, maka kamu pelu bagian-bagian dari
generator yang terdiri dari:
Rangka Stator
Rangka stator yaitu badan atau body utama daru sebuah generator, biasanya terbuat dari baja.
Stator
Stator yaitu bagian yang menempel ke rangka generator dan ada lilitan stator yang nantinya
berfungsi sebagai induksi gaya gerak listrik (GGL).
Stator sendiri terbuat dari bahan Ferromagnetik yang disusun berlapis dan ada alur buat lilitan
pada stator tersebut.
Rotor
Rotor yaitu bagian generator yang berputar dan ada kutub magnet dengan lilitanya yang terbuat
dari tembaga.
Slip Ring
Slip ring ini bentuknya seperti cincin dan terdiri dari 2 buah ikat yang berputar bersamaan
dengan rotor dan poros generator, biasanya terbuat dari bahan tembaga atau kuningan.
Bagian itulah yang berfungsi buat mentransfer listrik dari sebuah rotor.
Ukuran dari AC Generator listrik juga bervariasi, disesuaikan dengan kapasitasnya misal aja pada
PLTA Generatornya bisa membangkitkan sampai ribuan KiloWatt, jadi ukuranya juga bisa sangat
besar.
Prinsip Kerja pada Generator
Seperti yang bisa kamu lihat di gambar generator listrik tersebut. Pada dasarnya, gaya gerak
listrik (GGL) diperoleh dari memanfaatkan perubahan medan magnet.
Sumber buat mendapatkan energi kinetik atau gerak tersebut bermacam-macam, misalkan aja
dari kincir angin, generator pembangkit di waduk sampai mesin-mesin yang berbahan bakar
diesel.
Jadi, elektron didapatkan dengan adanya perubahan medan magnet dan yang berperan buat
bisa mengubah langsung jadi energi listrik adalah Slip Ring yang ada pada generator listrik yang
bentuknya berupa cincin bulat dan ada 2 buah pada generator listrik.
Cincin tersebut terhubung ke brush (sikat) dan bisa langsung menghasilkan arus listrik saat ada
gerakan medan magnetnya.
Disemua jenis generator seperti ini, arus yang dihasilkan yaitu alternating current atau arus
bolak-balik (AC), seperti contoh gambar cara kerja generator listrik.
Tetntunya, arus listrik yang dihasilkan yaitu arus AC dengan bentuk gelombang listrik sinus,
gelombang sinus atau sinusoidal yaitu gelombang tegangan dalam bentuk arus bolak-balik (AC).
PLN sendiri sebagai penyedia jasa listrik memakai tegangan sinusoidal buat mendistribusikan
listrik kerumah-rumah.
Saat generator listrik berputar dan memotong medan magnet sehingga terjadi induksi/gaya
gerak listrik (GGL) yang dikonversikan kedalam bentuk pergerakan elektron.
Setiap pergerakan suut coil atau kumparan akan membentuk muatan listrik positif dan muatan
listrik negatif seperti gambar dibawah ini.
4. Transformator
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut
diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan
Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip
Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik
(AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam pendistribusian
tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga
ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya menurunkan
tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun
perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.
Bentuk dan Simbol Transformator (Trafo)
Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol Transformator :
Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer menentukan rasio tegangan
pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan
pada kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada
kumparan primer. Jenis Transformator ini biasanya disebut dengan Transformator Step Up.
Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada kumparan sekunder,
maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan Sekunder adalah 1/10 dari tegangan input pada
Kumparan Primer. Transformator jenis ini disebut dengan Transformator Step Down.
5. Efesiensi Transformator
Efisiensi Trafo dapat didefinisikan sebagai Perbandingan antara daya listrik keluaran (Pout) dengan
daya listrik masukan (Pin). Efisiensi Trafo dapat dirumuskan dengan Rumus berikut ini :
ɳ = (Pout / Pin) x 100%
Dimana :
ɳ = Efisiensi Trafo
Pout : Daya listrik Keluaran (Output) atau Daya pada Kumparan Sekunder
Pin : Daya listrik Masukan (Input) atau Daya pada Kumparan Primer
Rumus-rumus turunan untuk Efisiensi Trafo lainnya :
ɳ = (Vs x Is / Vp x Ip) x 100%
atau
ɳ = (Pout / (Pout + Copper loss + Core loss) x 100%
atau
ɳ = (Pin – Losses) / (Pin) x 100%
atau
ɳ = (Ns x Is / Np x Ip) x 100%
Dimana :
ɳ : Efisiensi Trafo
Vs : Tegangan Sekunder
Vp : Tegangan Primer
Is : Arus Sekunder
Ip : Arus Primer
Ns : Lilitan sekunder
Np : Lilitan primer
Contoh Soal Perhitungan Efisiensi Trafo (1)
Sebuah Trafo memiliki daya listrik 20W di bagian Primer (Daya Input), sedangkan dibagian
sekundernya hanya 18W (Daya Output). Berapakah Efisiensi Trafo tersebut ?
ɳ = (Pout / Pin) x 100%
ɳ = (18W / 20W) x 100%
ɳ = 90%
Efisiensi Trafo tersebut adalah 90%
Contoh Soal Perhitungan Efisiensi Trafo (2)
Sebuah Transformator dengan tegangan Input (tegangan primer) adalah 220V dan tegangan Output
(tegangan sekunder) adalah 110V sedangkan arus inputnya adalah 1A dan arus outpunya adalah
1,5A. Berapakah efisiensi Trafo tersebut?
Diketahui :
Vp = 220V
Ip = 1A
Vs = 110V
Is = 1,5A
ɳ=?
Jawaban :
ɳ = (Vs x Is / Vp x Ip) x 100%
ɳ = (110V x 1,5A / 220V x 1A) x 100%
ɳ = 165 / 220 x 100%
ɳ = 75%
Efisiensi Trafo tersebut adalah 75%