Anda di halaman 1dari 12

Tugas 4

Analisis Fisika SMA/MA Kelas XII

Nama : Nurul Hikmah Hidayah


Prodi : Pendidikan Fisika
Nim : 17033032
Dosen : Fanny Rahmatina Rahim,S.Pd.,M.Pd
Sesi : Jumat 13.20-15.50WIB

Jurusan Fisika
Universitas Negeri Padang
2020
INDUKTASI ELEKTROMAGNETIK

A. Gaya Gerak Listrik Induksi (GGL Induksi)


1. Pengertian Fluks Magnetik

Konsep tentang fluks magnetik pertama kali dikemukaan oleh ilmuwan Fisika
yang bernama Michael Faraday untuk menggambarkan medan magnet. Ia menggambarkan
medan magnet dengan menggunakan garis-garis gaya, di mana daerah yang medan
magnetnya kuat digambarkan garis gaya rapat dan yang kurang kuat digambarkan dengan
garis gaya yang kurang rapat. Sedangkan untuk daerah yang memiliki kuat medan yang
homogen digambarkan garis-garis gaya yang sejajar. Garis gaya magnet dilukiskan dari kutub
utara magnet dan berakhir di kutub selatan magnet. Untuk menyatakan kuat medan magnetik
dinyatakan dengan lambang B yang disebut dengan induksi magnet, induksi magnetik
menyatakan kerapatan garis gaya magnet.

Sedangkan fluks magnetik menyatakan banyaknya jumlah garis gaya yang menembus
permukaan bidang secara tegak lurus, yang dapat dinyatakan dalam persamaan, sebagai
berikut.

   atau   

Persamaan kedua dipakai apabila arah B tidak tegak lurus permukaan bidang.

Dimana :

Φ = fluks magnetik (Wb = weber)

B = induksi magnet (T atau WB.m-2)


A = luas permukaan bidang (m2)

θ = sudut yang dibentuk antara arah B dengan garis normal (radian atau derajat)

2. GGL Induksi pada Kawat yang Memotong Medan Magnetik


Pada loop kawat PQRS, yang sebagian berada dalam daerah medan magnetic,
sebagianlainnya berada di luar. Dengan keadaan awal loop diam dan ampere meter menunjuk
nol.Bila loop digerakkan ke kiri, jarum amperemeter menyimpang. Hal ini menunjukkan
bahwaloop PQRS mengalir arus listrik dengan arah yang dilukiskan pada gambar. Arus yang
terjadidinamakan arus induksi. Arus listrik terjadi karena ada beda potensial antara P dan Q.
beda potensial ini disebut gaya gerak listrik (ggl) induksi.

Cara mudah mengingat arah arus induksi


Kaidah telapak tangan kanan untuk arus induksi :

Buka telapak tangan kanan dengan keempat jari selain jempol dirapatkan. Arahkan
keempat jari sesuai dengan arah induksi magnetic B kemudian putar jempol sehingga
menunjuk sesuai dengan arah kecepatan v, maka arah telapak tangan mendorong
menunjukkan arah induksi dalam kawat/penghantar. (gambar)
3. Hukum Faraday

Telah kita ketahui bahwa sebuah atau GGL akan mengalirkan arus listrik melalui
suatu rangkaian tertutup. jika arus listrik mengalir didalam suatu rangkaian, disekitar arus
tersebut akan timbul fluks magnet.

dari percobaan yang dilakukan faraday, diketahui bahwa GGL hasil induksi
bergantung pada laju perubahan fluks magnet yang melalui suatu rangkaian. kesimpulan ini
disebut hukum faraday, yang berbuyi :

“Ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung suatu penghantar atau kumparan sebanding
dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar atau kumparan
tersebut”

Dari persamaan GGL Induksi yang terjadi pada penghantar yang bergerak dalam medan
magnet dinyatakan sebagai berikut :

, sehingga
jika bayaknya lilitan kumparan = N, maka indusi pada ujung ujung kumparan :

: GGL induksi antara ujung-ujung penghantar (Volt)

: Banyak lilitan kumparan

: Perubahan fluks magnet (Wb)

: Selang waktu untuk perubahan fluks magnet (s)


4. Hukum Lenz

Apabila ggl induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup dengan


hambatan tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dinamakan dengan arus induksi.
Arus induksi dan ggl induksi hanya ada selama perubahan fluks magnetik terjadi. Hukum
Lenz menjelaskan mengenai arus induksi, yang berarti bahwa hukum tersebut berlaku hanya
kepada rangkaian penghantar yang tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich Friedrich
Lenz (1804 - 1865), yang sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi. 
Hukum Lenz menyatakan bahwa: 
“ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal
perubahan fluks”.
Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam kumparan,
dan arus induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri.
Penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi
Gambar diatas menunjukkan penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi.
Pada Gambar (a) dan (d), magnet diam sehingga tidak ada perubahan fluks magnetik yang
dilingkupi oleh kumparan. Pada Gambar (b) menunjukkan fluks magnetik utama yang
menembus kumparan dengan arah ke bawah akan bertambah pada saat kutub utara magnet
didekatkan kumparan. Arah induksi pada Gambar (c), (e), dan (f ), juga dapat diketahui
dengan menerapkan Hukum Lenz.

5. Pengertian Induktansi

Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang


menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang
melewati rangkaian (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian
tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance).
Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang
kemudian menghasilkan ggl. Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan
tersebut akan timbul medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya
berubahubah terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap
waktu. Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di
dalamnya timbul ggl induksi. Ggl induksi yang diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik
sendiri dinamakan ggl induksi diri.

6. Induktasi diri

a. Induktansi Diri (Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi Pada Kumparan

Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan. 

Gambar 1. Macam-macam Kumparan. [1]


Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui kumparan
meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang berlawanan
dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ggl
induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan :

dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang dihasilkan
berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut induktansi diri atau
induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang didefinisikan sebagai satuan
untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu
volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah secara seragam dengan laju satu ampere per
detik
a. Induktansi Diri pada Solenoida dan Toroida

Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Pada kumparan
ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui kumparan, suatu
medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan sumbu.

Gambar 2. Solenoida. [2]


Sementara itu, toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya menjadi berbentuk
lingkaran. Induktor adalah sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L yang signifikan. 

Gambar 3. Toroida. [3]


Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4 pada
induksi elektromagnetik. Medan magnet di dalam solenoida adalah:

B = μ .n.I

dengan n = N/l, dari persamaan 3. pada induksi elektromagnetik dan (1) akan diperoleh:
Jadi,

karena ΦB = B.A = μ0.N.I.A / l, Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar :

Sehingga:

dengan:

L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)


μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)

7. Terapan induksi elektromagnetik pada produk teknologi


a. Transformator
Transformator (trafo) adalah alat untuk memperbesar atau memperkecil tegangan
listrik arus bolak-balik yang berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.Tranformator
penurun tegangan " trafo step down, sedangkan transsformator penaik tegangan " trafao step
up. Transformator pada dasarnya terdiri atas lilitan primer dan lilitan sekunder yang
dihubungkan dengan menggunakan inti besi. Lilitan primer yang mendapat tegangan AC
akan menginduksi inti besi hingga menjadi magnet. Perubahan arah arus AC membuat medan
magnet yang terbentuk berubah-ubah, sehingga menghasilkan tegangan AC pada ujung-ujung
kumparan sekunder.

Besar kecilnya tegangan keluaran yang dihasilkan transformator sangat dipengaruhi


oleh jumlah lilitan pada kumparan primer dan sekunder. Jika jumlah lilitan primernya lebih
banyak daripada jumlah lilitan sekunder, maka tegangan pada kumparan sekunder juga akan
lebih kecil daripada tegangan pada kumparan sekunder, dan transformator tersebut disebut
transformator step down. Namun jika jumlah lilitan primernya lebih sedikit daripada jumlah
lilitan sekunder, maka tegangan pada kumparan sekunder akan lebih besar daripada tegangan
pada kumparan primer, dan transformator tersebut disebut transformator step up.

Pada transformator ideal, energi listrik yang masuk ke dalam kumparan primer akan
dipindahkan seluruhnya ke dalam kumparan sekunder. Hal ini mengakibatkan besar efisiensi
transformator menjadi 100% atau secara matematis dituliskan sebagai berikut.

Wp = Ws
Vp Ip t = Vs Is t
Vp I s
=
V s I p
Is V p N p
Maka = =
Ip Vs Ns

Keterangan: N p = lilitan primer


W p = energi primer N s = lilitan sekunder
W s = energi sekunder V p = tegangan primer
I p = arus primer V s = tegangan sekunder
I s = arus sekunder

Pada kenyataannya, tidak pernah dapat dibuat tranformator dengan efisiensi sebesar 100%,
karena biasanya sebagian energi listrik yang masuk ke dalam kumparan primer akan diubah
menjadi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada kumparan primer selalu
lebih besar daripada energi yang keluar pada kumparan sekunder. Akibatnya, daya primer
lebih besar daripada daya sekunder. Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah trafo
ditentukan oleh besarnya efisiensi trafo. Perhitungan efisiensi trafo (η) yang tidak ideal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan :
Pout Pout = daya listrik pada kumparan sekunder.
η= x 100%
P in Pin = daya listrik pada kumparan prime
Vs.Is
η= x 100%
Vp.Ip

a. Tegangan sekunder (Vs) b. Arus sekunder (I s)


Np Vp Np Is
Vs= = I s = =
Ns Vs Ns Ip
300 220 300 I s
= = = =
30 V s 30 0,5
220 x 30 300 x 0,5
Vs= = 22 volt Is= = 5 mA
300 30

c. Efisensi transformator (η )
Pout Vs.Is 5 x 22
η= x 100%  = x 100%  =  = x 100%
P in Vp.Ip 0,5 x 220
Catatan : dalam kehidupan sehari-hari tidak ada transformator yang efisiensinya 100%
d. Karena Vp > Vs dan Np > Ns maka transformator tersebut adalah transformator step down.

2. Generator
Generator adalah alat yang digunakan untuk merubah energi gerak (kinetik) menjadi energi
listrik. Energi gerak yang dimiliki generator dapat diperoleh dari berbagai sumber energi
alternatif, misalnya dari energi angin, energi air, dan sebagainya. Generator dibedakan
menjadi generator AC (Alternating Current) dan generator DC (Direct Current). Generator
AC atau alternator dapat menghasilkan arus listrik bolak-balik dengan cara menggunakan
cincin ganda, sedangkan generator DC dapat menghasilkan arus listrik searah dengan cara
menggunakan komutator (cincin belah).

3. Dinamo AC-DC
Dinamo adalah generator yang relatif kecil seperti yang digunakan pada sepeda. Cara kerja
dinamo dan generator hampir sama, termasuk penggunaan satu cincin yang dibelah menjadi
dua (komutator) pada dinamo DC dan cincin ganda pada dinamo AC. Perbedaan dinamo
dengan generator terletak pada dua komponen utama dinamo, yaitu rotor (bagian
yang bergerak) dan stator (bagian yang diam).

Anda mungkin juga menyukai