Anda di halaman 1dari 25

RESUME FISIKA DASAR

INDUKSI MAGNETIK TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC).

Disusun oleh kelompok 4:

1.Dini Aulia Putri (19033016)

2.Mita Carnesia (19033042)

3.Laili Fitria (19033035)

Dosen : Wahyuni Satria Dewi, S.Pd., M.Pd

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
A. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Induksi Elektromagnetik adalah peristiwa timbulnya arus listrik
akibat adanya perubahan fluks magnetic. Fluks magnetic adalah banyaknya
garis gaya magnet yang menembus suatu bidang. Seorang ilmuwan dari
Jerman yang bernama Michael Faraday memiliki gagasan bahwa medan
magnet dapat menghasilkan arus listrik.

1.GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI (GGL).


Gaya Gerak Listrik Induksi adalah gaya gerak listrik yang timbul pada
ujung-ujung penghantar akibat perubahan medanmagnetik
Arus Induksi adalah arus listrik yang mengalir akibat adanya GGL
induksi.
Jika sepotong kawat digerakkan dalam medan magnet homogen
dengan arah tegak lurus maka padaujung-ujung kawat terjadi GGLInduksi.
Persamaan

Gaya gerak listrik adalah suatu energy yang diberikan pada setiap
muatan listrik untuk bergerak antara dua kutub baterai atau generator. Sebuah
electron-elektron bermuatan e yang bergerak dari kutub negative ke kutub
positif melalui konduktor di luar baterai dengan gaya gerak listrik sebesar V,
akan mendapat energy sebesar e x V joule.
2.FLUKS MAGNETIK.

Fluks magnetik (sering disimbolkan Φm), adalah ukuran atau


jumlah medan magnet B yang melewati luas penampang tertentu,
misalnya kumparan kawat (hal ini sering pula disebut "kerapatan medan
magnet"). Satuan fluks magnetik dalam Satuan Internasional adalah
weber (Wb) (Weber merupakan satuan turunan dari volt-detik).

Fluks magnetik yang melalui bidang tertentu sebanding dengan jumlah


medan magnet yang melalui bidang tersebut. Jumlah ini termasuk pengurangan
atas medan magnet yang berlawanan arah. Jika medan magnet seragam melalui
bidang dengan tegak lurus, nilai fluks magnetik didapat dari perkalian antara
medan
magnet dan luas bidang yang dilaluinya. Fluks magnetik yang datang dengan
sudut tertentu diperoleh menggunakan perkalian titik antara medan magnet dan
vektor luas a.
diamana θ adalah sudut datang B menurut vektor a (vektor a adalah
vektor normal, yaitu tegak lurus dengan bidang).
Umumnya, fluks magnetik yang melalui bidang S dinyatakan sebagai
integral dari medan magnet atas luas bidang.

Fluks magnetik biasanya diukur dengan fluksmeter. Alat ini berisi


kumparan dan rangkaian yang mampu menghitung fluks magnetik berdasarkan
pada perubahan tegangan yang disebabkan oleh perubahan medan magnet yang
melalui kumparan di dalam alat ini.

a. Fluks magnetik yang melalui bidang tertutup.

Hukum Gauss untuk magnetisme, yang merupakan satu dari empat


Persamaan Maxwell, menyatakan bahwa jumlah fluks magnetik yang melalui
bidang tertutup sama dengan nol. ("bidang tertutup" adalah bidang yang
melingkupi suatu ruang tanpa celah.)

b. Fluks magnetik yang melalui bidang terbuka


Jika fluks magnetik yang melalui bidang terututp selalu berjumlah nol,
fluks magnetik yang melalui bidang terbuka tidak selalu nol dan nilai ini sangat
penting dalam teori elektromagnetisme. Contohnya, perubahan fluks magnetik
yang melalui kumparan kawat akan menimbulkan Gaya gerak listrik (GGL),
yang kemudian menyebabkan adanya arus listrik, dalam kumparan.
Perhitungannya diberikan melalui Hukum Faraday:
3.HUKUM FARADAY.

Hukum induksi Faraday adalah hukum dasar elektromagnetisme yang


memprediksi bagaimana medan magnet berinteraksi dengan rangkaian listrik
untuk menghasilkan gaya gerak listrik- fenomena yang disebut sebagai induksi
elektromagnetik.
Hukum Faraday menyatakan:

Gaya gerak listrik terinduksi pada rangkaian tertutup sama dengan


negatif rate perubahan fluks magnetik terhadap waktu di dalam rangkaian.

4.HUKUM LENZ.

Hukum Lenz menjelaskan mengenai arus induksi, yangberarti bahwa


hukum tersebut berlaku hanya kepada rangkaian penghantar yang tertutup.
Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865), yang
sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi. Hukum Lenz
menyatakan bahwa:
Rumus Hukum Lenz

ε = B. l v

GGL Induksi Diri (Hukum Henry)


Apapbila arus yang mengalir pada suatu penghantar berubah setiap waktu
maka pada penghantar tersebut kan terjai ggl induksi diri dan oleh Josep
Henry dirumuskan sebagai:

ε = -L (dI/dt)

dengan:

ε = ggl induksi diri (volt) L = induktansi diri dI/dt = besarnya


perubahan arus tiap satuan waktu (A/s)

Induksi diri (L) adalah ggl yang terjadi dalam suatu penghantar
dan terterjadi perubahan kuat arus 1 A setiap detiknya. Besarnya induksi diri pada
sebuah penghantar dirumuskan: L = NΦ/I
dengan:
L = induktansi diri
N = jumlah lilitan
kumparan Φ = fluks
magnet (Wb) I = kuat arus

Untuk lebih memahami hukum Lenz, perhatikan gambar diatas. Ketika


kedudukan magnet dan kumparan diam, tidak ada perubahan fluks magnet dalam
kumparan. Tetapi ketika kutub utara magnet digerakkan mendekati kumparan,
maka timbul perubahan fluks magnetik. Dengan demikian pada kumparan akan
timbul fluks magnetik yang menentang pertambahan fluks magnetik yang
menembus kumparan. Oleh karena itu, arah fluks induksi harus berlawanan
dengan fluks magnetik. Dengan demikian fluks total yang dilingkupi kumparan
selalu konstan. Begitu juga pada saat magnet digerakkan menjauhi kumparan,
maka akan terjadi pengurangan fluks magnetik dalam kumparan, akibatnya pada
kumparan timbul fluks induksi yang menentang pengurangan fluks magnet,
sehingga selalu fluks totalnya konstan. Arah arus induksi dapat ditentukan
dengan aturan tangan kanan yaitu jika arah ibu jari menyatakan arah induksi
magnet maka arah lipatan jari-jari yang lain menyatakan arah arus.
5.INDUKTANSI DIRI.

Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan


timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri, sedangkan
apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus
dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama.
solenoida adalah kumparan yang panjang, sedangkan toroida adalah
sebuah solenoida yang dibentuk melingkar. Seperti telah dijelaskan dalam hukum
Faraday dan hukum Lenz adanya perubahan fluks magnetik menimbulkan ggl
induksi dan adanya perubahan arus listrik yang mengalir dalam kumparan itu
akan menimbulkan perubahan fluks magnetik juga, sehingga besarnya ggl induksi
yang timbul pada kumparan dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
(5.4 ) dan (5.9), yaitu :

Berdasarkan kedua persamaan itu akan didapatkan


Di mana

φ= B A dan telah dijelaskan pada bab yang lalu bahwainduksi magnetik pada
solenoida atau toroida yaitu

dengan l adalah panjang solenoida atau keliling toroida,


sehingga persamaan (5.12) dapat dituliskan :

Apabila kumparan itu berintikan bahan dielektrikum tertentu, maka


induktansi diri dinyatakan : dengan :

L = induktansi diri (Henry)

N = jumlah lilitan pada kumparan


Indukstansi silang.

Yaitu dua buah kumparan yang berdekatan,maka akan saling


menginduksi kumparan lainnya.
6.PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK.

Penerapan Induksi Elektromagnetik ( Penerapan GGL Induksi dalam


kehidupan sehari-hari )

Pada induksi elektromagnetik terjadi perubahan bentuk energi gerak menjadi


energi listrik. Induksi elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi listrik.
Pembangkit energi listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah
generator dan dinamo.

Di dalam generator dan dinamo terdapat kumparan dan magnet. Kumparan atau
magnet yang berputar menyebabkan terjadinya perubahan jumlah garis-garis
gaya magnet dalam kumparan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya
GGL induksi pada kumparan.

Energi mekanik yang diberikan generator dan dinamo diubah ke dalam


bentuk energi gerak rotasi. Hal itu menyebabkan GGL induksi dihasilkan
secara terus-menerus dengan pola yang berulang secara periodic.

Generator listrik

Generator adalah alat untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Generator ada dua jenis yaitu generator arus searah (DC) atau dynamo dan
generator arus bolak-balik (AC) atau alternator. Generator bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik yaitu dengan memutar suatu kumparan dalam
medan magnet sehingga timbul GGL induksi.
Gambar 9. Generator AC

Jika kumparan dengan N buah lilitan diputar dengan kecepatan sudut w, maka
GGL induksi yang dihasilkan oleh generator adalah :

ε = B.A.ω.N.sinθ

GGL induksi akan maksimum jika θ = 90o atau sin θ = 1 , sehingga : ε max =
B.A.ω.N , sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
ε = ε max sin θ

ε = GGL induksi (Volt); εmax= GGL induksi maksimum (volt)

N = jumlah lilitan kumparan; B = induksi magnet (T); A=luas bidang kumparan


(m2)

ω = kecepatan sudut kumparan (rad/s); t = waktu (s); θ = ω.t = sudut (o)

Transformator
Transformator atau trafo merupakan alat untuk mengubah (memperbesar atau
memperkecil) tegangan AC berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yaitu
memindahkan energi listrik secara induksi melalui kumparan primer ke kumparan
skunder. Trafo menimbulkan GGL pada kumparan skunder karena medan magnet
yang berubah-ubah akibat aliran arus listrik bolak-balik pada kumparan primer
yang diinduksikan oleh besi lunak ke dalam kumparan skunder.

Gambar 10. Transformator step down

Trafo ada dua jenis, yaitu trafo step-up dan step-down. Trafo step-up berfungsi
untuk menaikkan tegangan AC sumber, jumlah lilitan kumparan skunder lebih
banyak dibandingkan jumlah lilitan primer. Trafo step-down berfungsi untuk
menurunkan tegangan AC sumber, jumlah lilitan skundernya lebih sedikit.
Np = tegangan primer; Ns = tegangan skunder

Pp = daya primer (Watt); Ps = daya skunder (Watt)

Ip = kuat arus primer (A); Is = kuat arus skunder (A)

Macam-Macam Transformator
Apabila tegangan terminal output lebih besar daripada tegangan yang diubah,
trafo yang digunakan berfungsi sebagai penaik tegangan. Sebaliknya apabila
tegangan terminal output lebih kecil daripada tegangan yang diubah, trafo yang
digunakan berfungsi sebagai penurun tegangan. Dengan demikian, transformator
(trafo) dibedakan menjadi dua, yaitu trafo step up dan trafo step down.

Trafo step up adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan


AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:

1. jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder,


2. tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder, 3. kuat arus
primer lebih besar daripada kuat arus sekunder.

Trafo step down adalah transformator yang berfungsi untuk menurunkan


tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:

1. jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,


2. tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder, 3. kuat arus
primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.

1. Transformator Ideal
Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan. Besar
tegangan sebanding dengan jumlah lilitan. Makin banyak jumlah lilitan tegangan
yang dihasilkan makin besar. Hal ini berlaku untuk lilitan primer dan sekunder.
Hubungan antara jumlah lilitan primer dan sekunder dengan tegangan primer dan
tegangan sekunder dirumuskan rms12. Trafo dikatakan ideal jika tidak ada energi
yang hilang menjadi kalor, yaitu ketika jumlah energi yang masuk pada
kumparan primer sama dengan jumlah energi yang keluar pada kumparan
sekunder. Hubungan antara tegangan dengan kuat arus pada kumparan primer
dan sekunder dirumuskan rms2Jika kedua ruas dibagi dengan t, diperoleh rumus
rms3Dalam hal ini faktor (V × I) adalah daya (P) transformator.

Berdasarkan rumus-rumus di atas, hubungan antara jumlah lilitan primer dan


sekunder dengan kuat arus primer dan sekunder dapat dirumuskan sebagai rms4
Dengan demikian untuk transformator ideal akan berlaku persamaan berikut.
rms5 Dengan:

Vp = tegangan primer (tegangan input = Vi ) dengan satuan volt (V)

Vs = tegangan sekunder (tegangan output = Vo) dengan satuan volt (V)

Np = jumlah lilitan primer

Ns = jumlah lilitan sekunder

Ip = kuat arus primer (kuat arus input = Ii) dengan satuan ampere (A)

Is = kuat arus sekunder (kuat arus output = Io) dengan satuan ampere (A)
2. Efisiensi Transformator
Di bagian sebelumnya kamu sudah mempelajari transformator atau trafo yang
ideal. Namun, pada kenyataannya trafo tidak pernah ideal. Jika trafo digunakan,
selalu timbul energi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada
kumparan primer selalu lebih besar daripada energi yang keluar pada kumparan
sekunder. Akibatnya, daya primer lebih besar daripada daya sekunder.
Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah trafo ditentukan oleh besarnya
efisiensi trafo. Perbandingan antara daya sekunder dengan daya primer atau hasil
bagi antara energi sekunder dengan energi primer yang dinyatakan dengan persen
disebut efisiensi trafo. Efisiensi trafo dinyatakan dengan η. Besar efesiensi trafo
dirumuskan sebagai berikut:

Ws
ɳ= x 100 %=

Ps
ɳ= x 100 %
Pp

ɳ=Vs x Is / Vp x x 100%

ɳ= Ns x Is / Np x Ip x100%

Dengan :

ɳ = efesiensi trafo

Ws = energi skunder (keluar )

Wp = energi primer ( masuk)

Vs= tegangan skunder

Vp = tegangan primer
Is = arus skunder

Ip = arus primer

Ns= lilitan skunder

Np = lilitan primer

Sebuah trafo arus primer dan skundernya masing- masing 0,8 A dan 0,5 A. Jika
jumlah lilitan primer dan skundernya 100 dan 800, berapakah efesiensi trafo?

Jawab :

Diket : Ip = 0,8 A

Np= 1.000

Is= 0,5A

Ns = 800

Ditanya : ɳ= …..?

penyelesaian :

ɳ= ( Is x Ns / Ip x Np ) x 100%

ɳ =( 0,5 A x 800 / 0,8 A X 1000 ) X 100%

ɳ = ( 400/ 800 ) X 100%

ɳ= 0,5 X 100%

ɳ= 50% Jadi efesiensi trafo sebesar 50%.


B. ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC )

Arus bolak-balik adalah arus yang besar dan arahnya selalu berubah - ubah secara
bolak-balik ( period ). Rangkaian listrik bolak- balik terdiri atas elemen – elemen
rangkaian dan tegangan AC. Elemen – elemen rangkaian dapat berupa hambatan,
kumparan dan kapasitor.

1. BESARAN ARUS DAN TEGANGAN BOLAK – BALIK.


Tegangan bolak – balik adalah suatu tegangan yang nilainya berubah
terhadap waktu.
I= I mask sin ωt DanV =Vmaks ωt

Contoh pada arus dan tegangan bolak – balik dalam kehidupan sehari- hari adalah
dinamo sepeda dan generator. Jadi arus dan tegangan bolak- balik merupakan
arus dan tegangan listrik yang besarnya berubah terhadap waktu dan dapat
mengalir dalam dua arah. Tegangan listrik dan arus listrik yang dihasilkan
generator berbentuk tegangan dan arus listrik sinus soidal, yang artinya besarnya
nilai tegangan dan kuat arus listriknya sebagai fungsi sinus yang sering
dinyatakan dalam diagram fasor ( fase vector). Pada arus dan tegangan listrik
dibagi menjadi 3 yaitu:

A. Arus dan Tegangan Efektif


B. Arus dan Tegangan Rata-rata
C. Diagram fasor

2. Rangkaian Arus Bolak - Balik (AC)


Rangkaian arus bolak – balik adalah suatu rangkaian listrik yang terdiri
atas satu atau beberapa beban yang dihubungkan dengan sumber arus
bolak – balik.
A. Resistor ( Hambatan Murni )

Apabila sebuah resistor R dihubungan dengan sumber tegangan bolak- balik.


Maka beda tegangan listrik pada resistor sama dengan tegangan sumber.

VR= Vm sin ωt

Hukum ohm menyatakan bahwa besarnya tegangan sesuai dengan kuat arus
dikalikan dengan hambatan. Sehingga dapat dirumuskan sbb:

V= I X R atau I= VR / R

Dengan demikian berlaku hubungan:

Im = Vm/ R atau Vm = Im R

Ief = Vef / R atau Vef = Ief R

B. Induktif

Rangkaian induktif adalah suatu rangkaian yang terdiri atas sebuah


induktor L yang dihubungkan dengan tegangan sumber AC.Rumus
reaktansi induktif:
π
(
XL = ωL=2 πFfL atau π V =Vm sin ωt +
2 )
Vm=XL ℑ VL=XL I

Dengan: V= Tegangan sesaat pada induktor ( volt )

Vm=Tegangan maksimum pada induktor( volt)

XL = Reaktansi induktif ( Ω )

VL = Tegangan pada ujung –ujung induktor ( V0lt ).


C. Kapasitor

Rangkaian kapasitif adalah rangkaian yang terdiri atas sebuah kapasitor C yang
dihubungkan dengan tegangan sumber AC. Rumus kapasitor adalah:

Xc = 1 / 2πf V= Vm sin¿ – π /2 ¿Vm=Xc= Xc I

Ket:

V= Tegangan sesaat pada kapasitor ( Volt )

Vm = Tegangan maksimum pada kapasitor ( Ohm )

Xc = Reaktansi kapasitif ( Ohm)

Vc = Tegangan antara ujung- ujung kapasitor ( Volt )

D. Rangkaian Seri Antara R dan L


Apabila R dan L dirangkai seri kemudianan dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik maka berlaku :
VR = I.R atau VL = I XL
V = ImZ dan V= ImZ sin ¿ + φ ¿
Ket : Z = impedansi atau hambatan total rangkaian ( Ω ¿
V = tegangan sesaat ( V )
ImZ = Vm = tegangan maksimum
φ=beda fasetegangan arus
E. Rangkaian Seri R dan C
Apabila R dan C dirangkai seri laludihubungkan dengan sumber tegangan
bolak – balik maka:
VR= I.R Vc = I Xc
Dengan : V = tegangan sesaat ( V)
Vm = ImZ (V)
φ=¿beda sudut fase tegangan arus
Z=¿impedansi ( ohm )

F. Rangkaian Seri Antara L dan C


Apabila suatu rangkaian yang terdiri atas L dan C , maka rangkaian ada yang
bersifat induktif dan kapasitif.
Jika V= VL – Vc, VL > Vc bersifat induktif sedangkan
V= Vc – VL jika VL < Vc bersifat kapasitif
V = 0 jika VL = Vc terjadi resonansi
π
V = ImZ sin¿t + ¿
2
Keterangan :
V = tegangan sesaat ( V )
Vm= ImZ(V)
Z = impedansi rangkaian (Ω)
G. RESONANSI

Resonansi ini terjadi apabila Z = R. Oleh karena itu reaktansi induktif dan
reaksi kapasitifnyasama atau X= Xc.Dengan demikian rumus akan menjadi Z
dan terjadi resonansi. Maka besar frekuensi resonansi dapat dirumuskan sbb:

fr = 1 / 2π
√1
LC

ωr=√ 1 / L C

Keterangan :

Fr = frekuensi resonansi ( Hz)

L= induktansi induktor ( H )

ωr = kecepatan atau frekuensi sudut resonansi 2πf


C= kapasitas yang dipakai saat ini ( F)

H. Daya Pada Arus Bolak - Balik

Daya sesaat mengalir pada rangkaian arus bolak – balik dirumuskan :


P=VI
Sementara daya sesungguhnya atau dayaaktif dirumuskan sbb:
P = Vef I ef COS φ
P = Ief^2 Z COS φ
P = Ief ^2R
COS φ = R /Z
Ket: Cos disebut faktor daya.

Anda mungkin juga menyukai