Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transformator atau trafo adalah alat listrik melalui gandengan magnet memindahkan daya
listrik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainya dengan frekuensi yang sama. Tegangan dapat
di naikan atau diturunkan sesuai dengan besar kecilnya arus yang mengalir dalam rangkaian.
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik
dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam
bidang tenaga listrik maupun elektronika.Sebuah transformator tiga fasa secara prinsip sama
dengan sebuah transformator satu fasa, perbedaan yang paling mendasar adalah pada sistem
kelistrikannya yaitu sistem satu fasa dan tiga fasa. Sehingga sebuah transformator tiga fasa bisa
dihubung bintang, segitiga, atau zig-zag.
Transformator 3 Fase, sistem ini banyak terdapat di kapal karena sistem ini menyediakan titik
netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik netral di kapal dan menaikkan juga
menurunkan tegangan listrik yang ini akan didistribusikan di generator di kapal.
1.2. Tujuan
Praktikum Three Phase Transformator bertujuan untuk mengetahui performa Transformator
beban seimbang dan beban tidak seimbang pada berbagai hubungan belitan.
1. Percobaan Transformator 3 Fasa Tanpa Beban
• Memahami prinsip isolasi dan menurunkan tegangan
• Memperoleh tegangan pada sisi primer dan sekunder
• Memahami hubungan antara tegangan fasa dan tegangan line
2. Percobaan Transformator 3 Fasa Beban Seimbang:
• Memperoleh tegangan pada sisi primer dan sekunder
• Memperoleh arus pada sisi primer dan sekunder, dan pada sisi beban resistance
• Memperoleh daya pada sisi primer dan sekunder
3. Percobaan Transformator 3 Fasa Beban Tidak Seimbang:
• Memperoleh tegangan pada sisi primer dan sekunder
• Memperoleh arus pada sisi primer dan sekunder, dan pada sisi beban resistance
• Memperoleh daya pada sisi primer dan sekunder
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari praktikum Transformator 3 Fasa adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah prinsip isolasi dan penurunan tegangan?
2. Berapakah tegangan pada sisi primer dan sekunder transformator 3 fasa?
3. Bagaimana hubungan tegangan fasa dan tegangan line?
4. Bagaimana cara memperoleh arus pada sisi primer, sisi sekunder dan sisi beban?
5. Bagaimana cara memperoleh daya pada sisi primer dan sekunder?
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Transformator 3 Fasa
Transformator atau biasa disebut trafo adalah suatu peralatan listrik yang digunakan
untuk mengubah nilai tegangan atau arus dari nilai yang satu ke nilai lainnya sesuai dengan
kebutuhan.Trafo bekerja berdasarkan Hukum Faraday. Jenis trafo sangat beragam
tergantung pada tegangan kerja dan fasa yang dipakai. Sesuai dengan namanya
transformator tiga phasa bekerja pada tegangan yang memiliki tiga phasa. Transformator
tiga phasa pada prinsipnya sama dengan transformator satu phasa, perbedaannya adalah
pada transformator tiga phasa mengenal adanya hubungan bintang, segitiga dan hubungan
zig-zag, dan juga system bilangan jam yang sangat menentukan kerja pararel tiga phasa.
Untuk menganalisa transformator tiga phasa dilakukan dengan cara menganggap bahwa
transformator tiga phasa sebagai transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun
sama, hanya untuk nilai akhir biasanya parameter tertentu (arus, tegangan, dan daya)
transformator tiga phasa dikalikan dengan nilai .

Gambar 2.1 Transformator 3 fasa


(Sumber : https://www.zvaracka.eu/trafa-a-tlmivky)

Secara umum, jenis-jenis trafo yang paling sering digunakan pada rangkaian elektronika terbagi
dua, yaitu :
a. Transformator Step-Up
Transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga
listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang
digunakan dalam transmisi jarak jauh.
Gambar 2.2 Trafo step-up
( Sumber : https://skemaku.com)
b. Transformator Step-Down
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer,
sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui,
terutama dalam adaptor AC-DC.

Gambar 2.3 Trafo step-down


( Sumber : https://skemaku.com)

2.2 Konstruksi Transformator 3 Fasa

Secara umum sebuah transformator tiga fasa memiliki konstruksi hampir sama, yang
membedakannya adalah alat bantu dan sistem pengamannya, tergantung pada letak
pemasangan, sistem pendinginan, pengoprasian, fungsi dan pemakaiannya. Bagian utama, alat
bantu dan sistem pengamannya yang ada pada sebuah transformator daya.
2.2.1 Inti Trafo
Suatu fasa inti besi berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluks dan kumparan primer
ke kumparan sekunder sehingga akan didapatkan induksi medan magnet yang lebih kuat. Sama
seperti transformator satu phasa, berdasarkan cara melilit atau lilitan ada dua jenis tipe inti
yaitu :
a. tipe Cangkang
b. tipe Inti
Gambar 2.2.1 Jenis Inti Trafo
(Sumber : http://kreativitas-elektronika.blogspot.co.id)

2.2.2 Kumparan Trafo

Kumparan trafo terdiri dari lilitan kawat berisolasi dan membentuk kumparan. Kawat
yang dipakai adalah kawat tembaga berisoloasi berbentuk bulat atau plat.

Gambar 2.2.2 Kumparan Trafo


(Sumber : https://www.zvaracka.eu/trafa-a-tlmivky)

2.2.3 Minyak Trafo


Sebagian besar trafo tenaga kumparan – kumparan dan intinya direndam dalam minyak
trafo, terutama trafo tenaga yang berkapasitas trafo, karena minyak trafo mempunyai sifat
sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan besifat pula sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai pendingin dan isolasi
Gambar 2.2.3. Minyak Trafo
Sumber : https://lumbanrajateddy.wordpress.com
2.2.4 Sistem Pendinginan Transformator
Sistem pendinginan pada transformator dibutuhkan supaya panas yang timbul pada inti
besi dan kumparan dapat disalurkan keluar sehingga tidak merusak isolasi didalam
transformator. Media yang di-gunakan pada sistem pendinginan dapat berupa: udara/gas,
minyak dan air. Sirkulasi- nya dilakukan secara: alamiah (natural) dan atau paksaan (forced).

Gambar 2.2.4 Cooling System of Trafo


(Sumber : id.ergtransformer.net)

2.2.5 Bushing Transformator


Bushing transformator adalah sebuah konduktor yang berfungsi untuk
menghubungkan kumparan transformator dengan rangkaian luar yang diberi selubung isolator.
Isolator juga berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki transformator.Bahan
bushing adalah terbuat dari porselin yang tengahnya berlubang.

Gambar 2.2.5 Bushing Trafo


(Sumber : http://transformeraccessories.net)
2.2.6 Sirip – Sirip Pendinging atau Radiator
Berfungsi untuk memperluas daerah pen- dinginan, yaitu daerah yang berhubungan
langsung dengan udara luar dan sebagai tempat terjadinya sirkulasi panas.

Gambar 2.2.6 Sirip – sirip pendingin trafo


(Sumber : http://www.bloganton.info)

2.3 Prinsip Kerja Transformator 3 Fasa


Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang bersifat
induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan secara magnetis
melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di
dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka
mengalirlah arus primer. Fluks magnetic adalah (sering disimbolkan Φm), adalah ukuran atau jumlah
medan magnet (B) yang melewati luas penampang tertentu, misalnya kumparan kawat (hal ini sering
pula disebut "kerapatan medan magnet").Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di
kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan
sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama
( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka
mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat
ditransfer keseluruhan ( secara magnetisasi ).

( Sumber : http://rumushitung.com/ )
Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]

N = jumlah lilitan

dt/dφ = perubahan fluks magnet

Hukum Faraday memperkenalkan suatu besaran yang dinamakan fluks magnetik. Fluks magnetik ini
menyatakan jumlah garis-garis gaya magnetik. Berkaitan dengan besaran ini, kuat medan magnet
didefinisikan sebagai kerapatan garis-garis gaya magnet. Dari kedua definisi ini dapat dirumuskan
hubungan sebagai berikut.

φ = B A cos θ

dengan :

φ = fluks magnetik (weber atau Wb)

B = induksi magnetik (Wb/m2)

A = luas penampang (m2)

θ = sudut antara iduksi magnet dengan normal bidang

2.4 Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa


Dalam listrik 3 fasa dikenal hubungan wye / star (bintang) dan hubungan delta. Kedua
jenis hubungan terkait dengan hubungan antar lilitan seperti pada generator, motor, atau trafo.
Karakteristiknya 3 tegangan dan arus masing-masing fasa berbeda 120o (kondisi ideal).
2.4.1 Hubungan Wye (Y)
Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fase dihubungkan menjadi satu dan
menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a – b – c
mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap terminal
terhadap titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fase” atau Vf.

Gambar 2.4.1 Hubungan Bintang (Y, wye)


(Sumber http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap
saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang seimbang
Vline = √3 Vfase = 1,73 Vfase

2.4.2 Hubungan Delta (Δ)

Pada hubungan segitiga ( delta, D ) ketiga fase saling dihubungkan sehingga


membentuk hubungan segitiga 3 fase. Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya
tegangan saluran dihitung antar fase, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai
besar magnitude yang sama maka :
Vline = Vfase

Gambar 2.4.1 Hubungan Delta (D,Δ )


(Sumber : http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)

Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut
dapat diperoleh dengan menggunakan hokum kirchoff sehingga :
Iline = √3 Ifase = 1,73Ifase

2.5 Jenis – Jenis Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa

2.5.1 Hubungan Delta – Delta (∆-∆)


Pada jenis ini ujung fasa dihubungkan dengan ujung netral kumparan lain yang
secara keseluruhan akan terbentuk hubungan delta/segitiga. Hubungan ini umumnya
digunakan pada sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah dan yang
paling utama saat keberlangsungan dari pelayanan harus dipelihara meskipun salah satu
dari fasa mengalami kegagalan

Sisi Perimer
𝑉 LI = Vph1Volt
IL1 = √3 Iph1
Sisi Sekunder
VL2 = Vph2 Volt
K = Vph2 /Vph1
IL2 = √3 Iph2
Gambar 2.5.1 Hubungan Delta – Delta
(Sumber :http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)

2.5.2 Hubungan Wye – Wye (Y-Y)


Pada jenis ini ujung – ujung pada masing masing terminal dihubungkan secara
bintang.Titik netral dijadikan menjadi satu.Hubungan dari tipe ini lebih ekonomis
untuk arus nominal yang kecil pada transformator tegangan tinggi.

Sisi Primer
𝑉𝐿1
Vph1 = Volt
√3
IL1 = I ph1

Sisi Sekunder
𝑉𝐿2
Vph2 = Volt
√3
K =Vph2/Vph1
IL2 = I ph2

Gambar 2.5.2 Hubungan Bintang – Bintang


(Sumber :http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)
2.5.3 Hubungan Wye-Delta (Y-∆)
Pada hubungan ini, kuparan pada sisi primer di rangkai secara bintang (wye)
dan sisi sekunder di rangkai delta. Umumnya digunakan pada trafo untuk jaringan
transmisi dimana tegangan nantinya akan diturunkan (Step – Down).

Sisi Primer
Vph1 = VL1 /√3 volt
IL1 = Iph1

Sekunder
Vph2 = VL2 volt
K = Vph2 / Vph1
I = IL2/√3

Gambar 2.5.3 Hubungan Bintang – Segitiga


(Sumber :http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)

2.5.4 Hubungan Delta-Wye (∆-Y)


Pada hubungan ini, sisi primer trafo dirangkai secara delta sedangkan sisi sekundernya
merupakan rangkaian bintang (wye) sehingga panda sisi sekundernya terdapat titik netral.
Biasanya digunakan untuk menaikan tegangan (Step – Up) pada awal sistem transmisi
tegangan tinggi.Dalam hubungan ini perbandingan tegangan 3 kali perbandingan lilitan
trasnformator dan tegangan sekunder mendahului sebesar 30 derajat dari tengangan
primernya.

Sisi Perimer
𝑉 LI = Vph1Volt
Iph1 = IL1/√3 Iph1
Sekunder
Vph2 = VL2 . √3 volt
K = Vph2/Vph1
Daya total pada trafo 3 fasa
S =√3 VL IL VA atau S = 3.Vph.Iph.VA
P = √3 VL IL Cos∅ Watt
Q = √3VL IL Sin∅ Var

Gambar 2.5.4 Hubungan Delta - Wye


(Sumber :http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)

2.5.5 Hubungan Wye - ZigZag


Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer
memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk
beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih
besar atau lebih kecil. Hubungan Y dengan zigzag dimana di kumparan primer dirangkai
secara zigzag dan sekundernya di rangkai secara Y.

Gambar 2.5.5 Hubungan Zig - Zag


(Sumber :http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)
2.5.6 Hubungan Delta - ZigZag
Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer
memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk
beban yang tidak seimbang (asimetris) - artinya beban antar fasa tidak sama, ada yang lebih
besar atau lebih kecil. Hubungan delta dengan zigzag dimana di kumparan primer dirangkai
secara delta dan sekundernya di rangkai secara zigzag

Gambar 2.5.5 Hubungan Zig - Zag


(Sumber :http://www.electronicshub.org/three-phase-transformer)

2.6 Rugi – Rugi pada Transformator


Rugi pada trafo timbul dari 2 sisi yaitu sisi primer dan sisi skunder. Berikut merupakan looses yang
terjadi pada trafo.
2.6.1 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral
Rugi ini terjadi karena ada arus yang lumayan cukup besar mengalir penghantar netral sebagai
akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder trafo (fasa R, fasa
S, fasa T).Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi).
Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

( Sumber : http://www.ee.ui.ac.id/ )

2.6.2 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Grounding


Ketidakseimbangan beban juga mengakibatkan adanya arus yang mengalir pada penghantar
grounding (pentanahan), Besarnya daya yang hilang akibat arus grounding ini adalah sebagai
berikut:

( Sumber : http://www.ee.ui.ac.id/ )
2.6.3 Kerugian tembaga
Kerugian dalam lilitan tembaga yang disebabkan oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang
mengalirinya.Rugi tembaga adalah rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat
tembaga. Hal ini menimbulkan rugi tembaga (Pcu) sebesar :
Pcu = I2 R
( Sumber : http://www.ee.ui.ac.id/ )
Dimana ;
Pcu = Rugi tembaga (Watt)
I = Arus (A)
R = Tahanan (Ohm)

2.6.4 Kerugian kopling


Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna, sehingga tidak semua
fluks magnet yang diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini dapat
dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis-lapis antara primer dan sekunder.

2.6.5 Kerugian kapasitas liar


Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada lilitan-lilitan
transformator.Kerugian ini sangat mempengaruhi efisiensi transformator untuk frekuensi
tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara
semi-acak (bank winding)

2.6.6 Rugi Besi (Pi)


Rugi besi adalah rugi yang timbul pada inti transformator sebelum
dibebani.

2.6.7 Kerugian efek kulit


Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus cenderung untuk mengalir pada
permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi
relatif lilitan

2.7 Jenis – Jenis Beban

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga tegangan adalah
sama dengan nol, begitu pula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga fase juga sama dengan nol.
Jika impedansi beban dari ketiga fase tidak sama, maka jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak
sama dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi
karena hubung singkat atau hubung terbuka pada beban.
Gambar 2.7 Beban pada trafo 3 phase
(Sumber :http://dunia-listrik.co.id/2009/01/sistem-3-fasa.html)

Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu:


1. Ketidakseimbangan pada beban.
2. Ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya).

2.8 Pengertian Arus Netral

Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang mengalir pada kawat netral
di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat kawat. Arus netral ini akan muncul jika :

• Kondisi beban tidak seimbang


• Karena adanya Arus harmonisa akibat dari beban non-linear yang semakin berkembang digunakan
saat ini.

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat
kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam komponen simetris.

𝐼 = √𝐼𝑅 2 + 𝐼𝑆 2 + 𝐼𝑇 2 − 𝐼𝑅 𝐼𝑆 − 𝐼𝑆 𝐼𝑇 − 𝐼𝑅 𝐼𝑇

2.9 Effisiensi dan Regulasi Tegangan

2.9.1 Effisiensi
Perbandingan antara daya sekunder dengan daya primer atau hasil bagi antara energi sekunder
dengan energi primer yang dinyatakan dengan persen.
( Sumber : https://www.academia.edu/ )
Dimana ;
η = efisiensi transformator (%)
P1 = daya primer (watt)
P2 = daya sekunder (watt)

2.9.2 Regulasi Tegangan


Regulasi tegangan adalah bagaimana pengaturan tegangan baik dari Gardu Induk, saluran
transmisi ataupun pada pembangkit. Regulasi tegangan Merupakan perubahan tegangan
sekunder antara beban nol dan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan
tegangan primer konstan.

𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛−𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛


x 100%
𝑉 𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛

( Sumber : https://www.academia.edu/ )
2.9.3 Ketidakseimbangan Beban

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah


suatu keadaan di mana :
-Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
-Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di mana salah
satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak
seimbang ada 3 yaitu:
– Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
– Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain.
– Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
I Rata- rata :
𝐼𝑅 + 𝐼𝑠 + 𝐼𝑇
𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
Mencari nilai a:
𝐼𝑅
𝑎=
𝐼
Mencari nilai b :
𝐼𝑆
𝑏=
𝐼

Mencari nilai c :
𝐼𝑇
𝑐=
𝐼
Rata –rata ketidak seimbangan beban :

[𝑎 − 1] + [𝑏 − 1] + [𝑐 − 1]
= × 100%
3

2.10 Jam Trafo dan Bilangan Vektor Trafo


Jam trafo adalah gambaran perbedaan atau pergeseran sudut antara primer dan sekunder suatu
trafo ( R-r, S-s, T-t). Perbedaan sudut tersebut digambarkan dengan vektor dan akan
membentuk seperti jam. kalau dalam bahasa inggris, namanya vector group of
transformer.Trafo terdiri dari lilitan primer dan sekunder. Pada trafo 3 fase, jumlah lilitannya
3, untuk memenuhi 1 fase 1 lilitan. Hubungan lilitan pada trafo itu dapat dibagi menjadi 2 tipe,
yaitu wye/star dan delta.

Gambar 2.3.1 Jam Trafo


(Sumber : https://dokumen.tips/documents/jam-trafo-55c1e7a6b5908.html)

sisi kiri menggambarkan contoh lilitan berbentuk wye/star, dengan a), b), c) sama namun
dengan penggambaran yang berbeda. sisi kanan menggambarkan konfigurasi lilitan delta,
dengan a), b), c) sama namun dengan penggambaran yang berbeda. Cara pemasangan dan tipe
hubungan lilitan tersebut dapat bermacam-macam, sehingga membuat berbagai jam trafo.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, jam trafo tersusun dari vektor-vektor tegangan pada
lilitan-lilitan trafo, sehingga dapat dibentuk kode-kode tertentu seperti jam. Pada jam trafo,
setiap perbedaan 1 jam, artinya fasenya berbeda 30 derajat.
Konfigurasi Lainnya:
Berikut ini adalah beberapa contoh konfigurasi lilitan pada trafo.

Gambar 2.3.2 Jam Trafo


(Sumber : https://dokumen.tips/documents/jam-trafo-55c1e7a6b5908.html)

Angka 11, berarti ada beda phasa sebesar 330o, ini berarti LV-HV lagging 330o atau LV-HV
leading 30o. 30o didapat dari 360o - 330o.
Angka 6, berarti ada beda phasa sebesar 180o, ini berarti LV-HV lagging 180o.
Angka 5, berarti ada beda phasa sebesar 150o, ini berarti LV-HV lagging 150o.
Angka 1, berarti ada beda phasa sebesar 30o, ini berarti LV-HV lagging 30o.
Angka 0, berarti tidak ada beda phasa antara sisi LV-HV.
Keterangan :
Lagging : Tertinggal
Leading : Mendahului

2.11 Aplikasi Transformator 3 Phase


• Aplikasi pada Bidang Marine
Nama Gambar Keterangan
Lampu sorot kapal digunakan sebagai
penerangan di atas kapal untuk nelayan (
fishing vessel) untuk mencari ikan maupun
kapal – kapal cargo sebagai penerangan di
Lampu laut agar kapal – kapal lain dapat melihat
Sorot kapal tersebut, peran trasnformator 3 fase
disini adalah sebagai trafo step down
karena kebutuhan voltase yang kecil
lamputembak.com sedangkan voltase yang tersedia di
generator sangatlah besar
HVAC di kapal berfungsi sebagai
pengatur sirkulasi udara di kapal sehingga
distribusi udara di kapal dapat berlangsung
dengan baik. Peran trafo 3 fase disini
adalah dimana kita memiliki low voltage
HVAC
HVAC system pada umumnya voltasenya
sangatlah kecil padahal voltase yang
didistribusikan oleh trafo distribusi lebih
besar oleh karena itu dibutuhkan trafo step
artikel-teknologi.com
down

Dalam pengaplikasian pada generator


transformator jenis ini digunakan untuk
menerima energi dari tingkat tegangan yang
Generator lebih tinggi ( generator kapal ) dan mengubah
mdan mendistribusikan energi untuk tiap
peralatan yang membutuhkan daya listrik lebih
kecil.

lokerpelaut.com

Anda mungkin juga menyukai