Anda di halaman 1dari 74

TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN PROTOTIPE SISTEM MONITORING


KADAR PENCEMARAN UDARA BERBASIS IoT

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
pada Jurusan Teknik Elektro

Oleh:
AHMAD
1147070010

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Rancang Bangun Prototipe Sistem Monitoring Kadar Pencemaran Udara


Berbasis IoT

Oleh
Ahmad
1147070010

Telah Disetujui dan disahkan sebagai Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro

di Bandung, 13 Desember 2021

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Adam Faroqi, M.T. Edi Mulyana, M.T.


NIP. 197405162009121001 NIP. 197001062008011025

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Teknik Elektro
UIN SGD Bandung

Dr.Hj. Hasniah Aliah, M.Si. Nanang Ismail, M.T.


NIP. 197806132005012014 NIP. 197505262011011002

i
KEMENTRIAN AGAMA No. Dok : FST-TU-AKM-FR-F.29
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI Tgl. Terbit : 1 September 2014
SUNAN GUNUNG DJATI FORM (FR) No. Revisi: : 00
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI Hal : ii/lxxvi
Jl. AH Nasution No. 105 Bandung
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Bismillahirraahmanirrahim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ahmad
Tempat/Tgl.Lahir : Ciamis, 17 Desember 1995
NIM : 1147070010
Jurusan / Prodi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Rancang Bangun Prototipe Sistem Monitoring
Kadar Pencemaran Udara Berbasis IoT

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di UIN Sunan Gunung Djati Bandung maupiun di Perguruan
Tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penelaah.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
dalam daftar pustaka sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama
pengarangnya.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Bandung, 13 Desember 2021
Yang membuat pernyataan

Materai 10.000

Ahmad
NIM.1147070010

ii
ABSTRAK
Pencemaran udara merupakan permasalahan penting yang dapat
mengancam kehidupan manusia. Faktor penyebab pencemaran udara berasal dari
hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna yang dihasilkan
melalui mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Salah
satu gas yang menyebabkan pencemaran udara adalah gas karbon monoksida
(CO). Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar CO pada beberapa
lokasi di kota bandung. Dalam pelaksanaannya digunakan wemos D1 mini
sebagai mikrokontroler sekaligus modul wifi dan sensor MQ7 berfungsi sebagai
sensor yang dapat mengukur kadar gas CO. Berdasarkan pengukuran didapatkan
nilai rata-rata sebesar 70,148 ppm di daerah Batu Kuda Manglayang, 110,856
ppm di area Bundaran Cibiru, 71,75 ppm area kampus 1 UIN Bandung, dan
sebesar 145,853 ppm di daerah Alun-alun Kota Bandung. Selanjutnya data
dikirim ke Ubidots sebagai cloud penampil dan sebagai pengirim notifikasi
peringatan bahwa kadar gas CO telah melebihi batas normal.
Kata Kunci : Karbon Monoksida, Sensor, Cloud, IoT, Ubidots

iii
ABSTRACT

Air pollution is a serious issue that poses a threat to human life. The
incomplete combustion of fuel produced by industry machinery, power plants, and
motorized vehicles is one of the major causes of air pollution. Carbon monoxide
is one of the gases that contribute to air pollution (CO). CO levels were measured
at many locations throughout the city of Bandung for this investigation. The
Wemos D1 Mini is utilized as a microcontroller as well as a wifi module, while
the MQ7 sensor is used as a CO gas sensor. The average value was 70.148 ppm
in the Batu Kuda Manglayang area, 110.856 ppm in Cibiru, 71.75 ppm around
campus 1 UIN Bandung, and 145.853 ppm in the Bandung City square area,
according to the measurements. Furthermore, the data is supplied to ubidots as a
display cloud and as a transmitter of CO gas levels above the normal limit
warnings.
Keywords: Carbon Monoxide, Sensor, Cloud, IoT, Ubidots.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “RANCANG BANGUN PROTOTIPE SISTEM
MONITORING KADAR PENCEMARAN UDARA BERBASIS IoT”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari sepenuhnya masih


terdapat banyak kekurangan serta kelemahan, baik dalam isi dan tata bahasa.
Namun berkat bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. Hasniah Aliah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Bapak Nanang Ismail, MT. selaku ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Bapak Adam Faroqi, MT. selaku Dosen Pembimbing Pertama yang selalu
sabar membimbing dan memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam
penyelesaian Proposal Penelitian.
4. Bapak Edi Mulyana, MT., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang selalu
sabar membimbing dan memberikan waktu, ilmu, tenaga dan pikiran
selama melakukan penelitian.
5. Bapak Udin dan Ibu Entin Kartini selaku kedua orang tua, serta saudara
Asep Lisajidin, S.Kom dan Sugiyanto, S.Kom selaku kakak yang selalu
memberikan semangat, do’a, serta bantuan moral dan material selama
proses menjalani kuliah hingga menyelesaikan tugas akhir ini.

v
6. Saudara Aan Eko Setiawan, S.T., M.T., Adhipratama, S.T., selaku alumni
yang telah memberikan banyak arahan, wawasan dan berbagai bantuan
dalam menyusun tugas akhir ini, serta Farhan Wildani dan Inggil Budiman
selaku sahabat yang telah memberikan motivasi serta berbagai bantuan
dalam menyusun tugas akhir ini.
7. Sahabat till jannah Ade Saputra, S.T., Ahmad Basuni, S.T., Firman
Febrianto Asmoro, S.T., M.T., Adam Rahman, S.T., yang selalu
memberikan semangat, dukungan moral dan material, serta bantuan teknis
selama menyusun tugas akhir ini.
8. Alvyannisa Putri Gunawan, S.T., Arif Hilmi, S.T., Ade Apipudin, S.T.,
dan Abdillah Rifqi Fauzi, S.T., teman seperjuangan ‘diujung tanduk’ yang
selalu memberikan semangat mental dan bantuan teknis selama
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Barudak Bangshithood Deris, Upeh, dan Ulfa Mojang yang selalu
memberikan semangat, dukungan, dan bantuan teknis selama menyusun
tugas akhir ini.
10. Untuk seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa
mengecilkan arti bantuan dan kontribusinya yang positif, penulis
mengucapkan banyak terima kasih.

Saya menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaanya.

Bandung, 13 Desember 2021


Penulis,

Ahmad
NIM.1147070010

vi
vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI........................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR PERSAMAAN......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 State of The Art................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.4 Tujuan..............................................................................................5
1.5 Manfaat............................................................................................5
1.5.1 Manfaat Akademis................................................................5
1.5.2 Manfaat Praktis.....................................................................6
1.6 Batasan Masalah..............................................................................6
1.7 Kerangka Pemikiran........................................................................7
1.8 Sistematika Penulisan......................................................................7
BAB II TEORI DASAR......................................................................................9
2.1 Pencemaran Udara...........................................................................9
2.2 Gas Karbon Monoksida.................................................................11
2.3 Mikrokontroler..............................................................................12
2.4 Mikrokontroler Wemos.................................................................12
2.5 Internet of Things (IoT).................................................................13
2.6 Cloud Computing..........................................................................15
2.7 Ubidots..........................................................................................16
2.8 Sensor MQ7...................................................................................16

viii
2.9 Arduino IDE..................................................................................21
2.10 Buzzer..........................................................................................22
2.11 Light Emitting Diode ( LED).......................................................22
BAB III METODOLOGI DAN RENCANA PENELITIAN.............................24
3.1 Studi Literatur................................................................................25
3.2 Rumusan Masalah.........................................................................25
3.3 Analisis Kebutuhan.......................................................................25
3.4 Perancangan Sistem.......................................................................26
3.5 Implementasi Sistem.....................................................................27
3.6 Pengujian.......................................................................................27
3.7 Analisis Data.................................................................................28
BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI.......................................29
4.1 Prosedur Perancangan...................................................................29
4.2 Perancangan Hardware.................................................................29
4.3 Perancangan Software...................................................................33
4.3.1 Pengaturan Program Sistem Monitoring.............................33
4.3.2 Pengaturan Cloud................................................................37
4.4 Implementasi.................................................................................39
4.4.1 Implementasi Hardware......................................................39
4.4.2 Implementasi Software........................................................42
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS..........................................................50
5.1 Pengujian.......................................................................................50
5.1.1 Pengujian Sensor MQ7........................................................50
5.1.2 Pengujian Sistem Monitoring..............................................53
BAB VI PENUTUP...........................................................................................57
6.1 Kesimpulan....................................................................................57
6.2 Saran..............................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerangka pemikiran............................................................................7


Gambar 2. 1 Mikrokontroler Wemos.....................................................................13
Gambar 2. 2 Konsep Internet of Things.................................................................14
Gambar 2. 3 Ilustrasi Jaringan Cloud Server.........................................................16
Gambar 2. 4 Sensor Gas MQ7...............................................................................17
Gambar 2. 5 Struktur dan konfigurasi sensor gas MQ7.........................................18
Gambar 2. 6 Rangkaian pengukuran standar MQ7................................................18
Gambar 2. 7 Datasheet grafik karakterisasi Sensor MQ7.....................................19
Gambar 2. 8 Grafik hubungan Rs/Ro dengan PPM...............................................19
Gambar 2. 9 Rangkaian uji dasar sensor................................................................20
Gambar 2. 10 Buzzer.............................................................................................22
Gambar 2. 11 Light Emiting Diode (LED)............................................................23
Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian......................................................................24
Gambar 3. 2 Blok diagram perancangan sistem monitoring..................................27
Gambar 4. 1 Blok diagram hardware....................................................................29
Gambar 4. 2 Pengkabelan Sensor MQ7 dengan wemos........................................30
Gambar 4. 3 Pengkabelan buzzer...........................................................................31
Gambar 4. 4 Pengkabelan LED..............................................................................31
Gambar 4. 5 Wemos D1 Mini................................................................................32
Gambar 4. 6 Perancangan sistem monitoring........................................................32
Gambar 4. 7 Flowchart program sistem monitoring..............................................34
Gambar 4. 8 Icon shortcut Arduino IDE................................................................34
Gambar 4. 9 Jendela Preparasi Arduino IDE.........................................................35
Gambar 4. 10 Jendela Tampilan Arduino IDE......................................................35
Gambar 4. 11 Pengaturan Board............................................................................37
Gambar 4. 12 Tampilan Ubidots............................................................................38
Gambar 4. 13 Tampilan login dan sign up.............................................................38
Gambar 4. 14 Tampilan awal setelah login............................................................39
Gambar 4. 15 Sensor Gas MQ7.............................................................................40

x
Gambar 4. 16 Wemos D1 mini..............................................................................40
Gambar 4. 17 Buzzer.............................................................................................41
Gambar 4. 18 Rangkaian Sistem Monitoring.........................................................42
Gambar 4. 19 Box rangkaian sistem monitoring...................................................42
Gambar 4. 20 Library, konstanta, dan inisiasi.......................................................43
Gambar 4. 21 Token Ubidots.................................................................................43
Gambar 4. 22 Program void setup..........................................................................44
Gambar 4. 23 Program void loop...........................................................................45
Gambar 4. 24 Void Flipflop...................................................................................45
Gambar 4. 25 Program fungsi if.............................................................................46
Gambar 4. 26 Program ubidots.add.......................................................................46
Gambar 4. 27 Program fungsi pengirim data.........................................................47
Gambar 4. 28 Device dan variabel.........................................................................47
Gambar 4. 29 Pengaturan Triggers........................................................................48
Gambar 4. 30 Pengaturan pemberitahuan email....................................................49
Gambar 5. 1 Tampilan Dashboard........................................................................54
Gambar 5. 2 Tampilan devices...............................................................................55
Gambar 5. 3 Notifikasi email pada smartphone....................................................56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel referensi........................................................................................3


Tabel 2. 1 Pengaruh indeks standar pencemar.......................................................10
Tabel 5. 1 Data VRL dan Rs..................................................................................51
Tabel 5. 2 Nilai PPM di Batu Kuda Manglayang..................................................51
Tabel 5. 3 Nilai PPM di Bundaran Cibiru..............................................................52
Tabel 5. 4 Nilai PPM di Kampus 1 UIN Bandung.................................................52
Tabel 5. 5 Nilai PPM di Alun-alun Bandung.........................................................53
Tabel 5. 6 Pengujian delay pada beberapa device..................................................54

xii
DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan
(2. 1) 19
Persamaan (2. 2).....................................................................................................20
Persamaan (2. 3).....................................................................................................20
Persamaan (2. 4).....................................................................................................21

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di kota-kota besar, pencemaran udara merupakan permasalahan penting
yang dapat mengancam kehidupan manusia. Faktor penyebab pencemaran udara
kurang lebih 70% berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna yang dihasilkan melalui mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan
kendaraan bermotor. Zat-zat yang dihasilkan, antara lain: CO2 (karbon dioksida),
SOx (belerang oksida), NOx (nitrogen oksida), dan Karbon Monoksida (CO) [1].

Udara yang tercemar akan menimbulkan berbagai macam penyakit,


sehingga perlu dilakukan pengamatan tingkat pencemaran udara pada lingkungan
masyarakat. Dampak perubahan kualitas udara akan menyebabkan timbulnya
beberapa dampak lanjutan, baik terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya, aspek estetika udara, keutuhan bangunan, dan lainnya. Dampak terhadap
kesehatan manusia yang banyak terjadi adalah iritasi mata dan gangguan infeksi
saluran pernafasan atas (ISPA), seperti hidung berair, radang batang tenggorokan,
dan bronkitis. Partikel berukuran kecil dapat masuk sampai ke paru-paru dan
kemudian menyebar melalui sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Gas CO
(karbon monoksida), jika bercampur dengan hemoglobin, akan mengganggu [2].

Internet of things (IoT) memungkinkan untuk menghubungkan berbagai


hal seperti sensor dan aktuator ke internet [3]. Pada penerapannya, IoT dapat
mengidentifikasi, menemukan, melacak, memantau suatu alat atau objek yang
menimbulkan efek secara otomatis dan real time [4].

Berdasarkan permasalahan pencemaran udara yang terus meningkat yang


berasal dari gas buang pembakaran kendaraan bermotor dan industri dan aktivitas
manusia secara terus menerus, serta masih kurangnya sistem yang dapat
mengukur secara realtime pencemaran yang terjadi di udara sebagai warning
system, tentu ini menjadi permasalahan yang cukup penting karena akibat dari
pencemaran udara itu sendiri dapat merusak atau membawa dampak penyakit bagi

1
tubuh manusia khususnya penyakit pernapasan. Maka pada penilitian ini dibangun
suatu sistem monitoring untuk memantau aktivitas gas/asap di udara agar masalah
tersebut dapat segera ditindak lanjuti terutama oleh Dinas Lingkungan Hidup.
Prototipe akan dibangun dengan menggunakan mikrokontroler wemos yang
dibekali sensor untuk mendeteksi kadar asap/gas di udara berbasis Internet of
Things (IoT).

1.2 State of The Art


State of the art merupakan pernyataan yang menunjukkan bahwa
penyelesaian masalah yang diajukan merupakan hal yang berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan pihak lain. Dalam bagian ini akan diuraikan secara
singkat penelitian terdahulu yang dapat memperkuat alasan mengapa penelitian ini
dilakukan. Adapun state of the art penelitian lainnya dijabarkan pada Tabel 1.1.

2
Tabel 1. 1 Tabel referensi
Judul Peneliti Tahun
Pengembangan Sistem Ramdan Satra, Abdul
Monitoring Pencemaran Udara Rachman.
2016
Berbasis Protokol ZIGBEE
dengan Sensor CO
Sistem Monitoring Tingkat Zainal Iqbal, Lingga
Pencemaran Udara Berbasis Hermanto 2017
Teknologi Jaringan Sensor
Nirkabel
Implementasi Sistem Renal Prahardis,
Monitoring Polusi Udara Dahnial Syauqi,
Berdasarkan Indeks Standar Sabriansyah Rizqika 2018
Pencemaran Udara Dengan Akbar
Pemodelan Finite State
Machine
IoT Enabeled Air Pollution Yamunathangam, K.
Monitoring and Awarness Pritheka, P. Varuna 2019
Creation System

Sistem Monitoring dan Jacquline


Notifikasi Kualitas Udara Waworundeng,
2018
dalam Ruangan dengan Oktoverano Lengkong
Platform IoT

Pada penelitian [2] yang dilakukan oleh Ramdan Satra dan Abdul
Rachman (2016) membahas udara yang tercemar dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit, sehingga perlu dilakukan pengamatan tingkat pencemaran udara
pada lingkungan masyarakat. Penelitian ini telah mengembangkan sistem
monitoring tingkat pencemaran udara menggunakan protokol zigbee dengan
mengunakan sensor gas CO (Karbon Monoksida). Protokol zigbee sebagai media
transmisi tanpa kabel, kemudian menggunakan arduino with socket xbee dan
sensor gas MQ-9 sebagai stasiun node. Hasilnya mereka telah berhasil

3
mengirimkan hasil pengambilan data pencemaran udara dari client node sensor
gas CO ke server raspberry pi.

Pada penelitian [5] yang dilakukan oleh Zainal Iqbal dan Lingga Hermanto
(2017) membahas udara yang tercemar dapat memberikan dampak negatif bagi
kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian jika diabaikan oleh orang-orang
yang menghirupnya. Untuk itu, diperlukan sebuah alat yang dapat memantau
tingkat pencemaran udara pada lokasi yang berbeda. Penelitian ini telah
mengembangkan sistem monitoring tingkat pencemaran udara menggunakan
teknologi jaringan sensor nirkabel dengan mengunakan sensor gas CO. Pada
penelitian ini, digunakan mikrokontroler ATMega328 sebagai pusat kontrol dan
modul wireless NRF24l01 sebagai kontroler jaringan yang menangani komunikasi
antara sensor- sensor node dengan coordinator.

Pada penelitian [6] yang dilakukan oleh Renal Prahardis, dkk. (2018)
membahas bahwa polusi merupakan permasalahan yang sampai sekarang masih
belum bisa terselesaikan. Permasalahan ini diakibatkan oleh banyaknya pengguna
kendaraan bermotor yang menimbulkan polusi. Dari permasalahan tersebut perlu
adanya sistem yang dapat menentukan kualitas udara yang dapat langsung
memperingatkan kepada pengguna melalui aplikasi smartphone dengan
menggunakan metode Finite State Machine (FSM) yang bertujuan untuk
menerapkan prinsip kerja sistem dengan menggunakan 3 hal, yaitu State, Event,
Action. Hasil dari permodelan Finite State Machine telah berhasil baik penerapan
di Main Device maupun Hub Device dengan presentase keberhasilan 100%.

Pada penelitian [7] yang dilakukan oleh Yamunathangam, dkk. (2018)


membahas tentang polusi udara yang semakin meningkat derastis di semua negara
maju dan negara berkembang yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor dan
industri. Dibutuhkanlah solusi yang lebih portable dan hemat biaya. Penelitian ini
telah mengembangkan sistem pemantauan tingkat pencemaran udara
menggunakan sensor gas CO, sensor NH3, sensor kelembaban, particulate matter
sensor, dan smoke sensor. Udara yang dibaca oleh sensor diproses menggunakan

4
Arduino Uno dan dikirim ke Thinkspeak sebagai platform cloude server untuk
IoT.

Pada penelitian [8] yang dilakukan oleh Jacquline Waworundeng dan


Oktoverano Lengkong (2018) ini mendekati dengan penelitian yang saat ini
sedang dilakukan. Yang membedakan adalah jenis sensor yang digunakan dan
lokasi udara yang dideteksi. Pada penelitian ini sample udara yang dideteksi
berada pada ruangan dan dipantau melalui cloud server yaitu Thingspeak.
Sedangkan pada penelitian yang akan dibangun menggunakan cloud server
Ubidots dan lokasi udara yang di deteksi pada luar ruangan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana rancang bangun prototipe sistem monitoring kadar pencemaran
udara berbasis IoT?
2. Bagaimana kinerja prototipe sistem monitoring kadar pencemaran udara
berbasis IoT?

1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
1. Merancang prototipe sistem monitoring kadar pencemaran udara berbasis IoT.
2. Menganalisis kinerja prototipe sistem monitoring kadar pencemaran udara
berbasis IoT.

1.5 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dikatagorikan ke
dalam dua hal, yaitu:

1.5.1 Manfaat Akademis


Penelitian ini diharapkan dapat menambah pustakan keilmuan mengenai
sistem kontrol, terutama dalam memonitor kadar pencemaran udara berbasis IoT
sehingga kedepannya penelitian ini dapat dikembangkan lebih baik lagi sesuai
kebutuhan yang ada dilapangan.

5
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dinas lingkungan hidup dan
kehutanan dalam mengembangkan suatu alat untuk memantau kadar pencemaran
udara pada suatu kota di Indonesia.

1.6 Batasan Masalah


Dalam Penelitian ini diharapkan mempunyai fokus penelitian yang jelas,
Sehingga perlu adanya batasan masalah untuk menghindari meluasnya topik,
batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mikrokontroler yang digunakan adalah Wemos D1 Mini,
2. Zat yang diukur adalah gas Karbon Monoksida (CO),
3. Pembacaan nilai kadar gas serta asap di udara menggunakan sensor gas MQ7,
4. Koneksi antar mikrokontroler dengan pengguna dijembatani oleh cloud server,
5. Cloud yang digunakan adalah cloud yang disediakan oleh Ubidots,
6. Pengambilan data dilakukan pada beberapa titik lokasi, yaitu area pegunungan
Manglayang, area kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, area bundaran
Cibiru, dan alun-alun Bandung,

1.7 Kerangka Pemikiran


Penelitian ini berdasarkan adanya masalah serta kesempatan dalam
pembuatan prototipe, untuk memudahkan memahami hal tersebut, maka dibuatlah
kerangka pemikiran yang ada pada Gambar 1.1.

Masalah Kesempatan

Meningkatnya pencemaran udara yang 1. Berkembangnya teknologi IoT yang dapat


dihasilkan dari gas buang pembakaran mantau udara di berbagai tempat dan waktu.
kendaraan bermotor dan industri serta masih 2. Sensor gas dapat mendeteksi kadar gas atau asap
kurangnya sistem yang dapat mengukur secara diudara.
realtime pencemaran yang terjadi di udara 3. Mikrokontroler wemos dan ubidots
sebagai warning system. memungkinkan untuk memonitor polusi secara
real time.

Pendekatan
1. Sistem monitoring.
2. Penerapan konsep IoT.

Pemecahan Masalah 6
1. Merancang sistem monitoring kadar pencemaran
udara.
2. Membuat aplikasi berbasis web yang dapat
menampilkan kadar pencemaran udara.
1.8 Sistematika Penulisan
Dalam mendapatkan struktur penyusunan data dan penulisan yang baik,
proposal penelitian ini memiliki kerangka dan sistematika yang mengikuti aturan
yang telah ditentukan, sehingga diharapkan mendapatkan hasil tulisan yang baik.
Penulisan proposal penelitian ini mengikuti sistematika penulisan yang terdiri
dari:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan awal dari penulisan proposal penelitian ini. Dalam bab
ini memuat hal-hal pokok dari awal sebuah tulisan, yaitu: latar belakang, state of
the art, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah, kerangka pemikiran
serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menjelaskan tentang hal-hal pokok sebelum melakukan penelitian,
karena menyangkut dengan penelitian perlu adanya penguasaan teori yang
berhubungan dan menunjang dalam rancang bangun prototipe sistem monitoring
kadar pencemaran udara berbasis internet of things (IoT).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi diagram alur atau langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian. Pada bab ini pula berisikan mengenai jadwal perencanaan
penelitian mulai dari studi literatur hingga penulisan tugas akhir selesai.

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI


Pada bab ini menjelaskan tentang kerja perancangan dan implementasi
hardware pada sensor dan kontroler serta software untuk sistem monitoring.
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini menjelaskan tentang pengujian dan analisis dari hasil
pengukuran kerja sensor dan cloud pada sistem monitoring.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan.

7
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pencemaran Udara


Pencemaran lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan ke
dalam suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut.
Menurut pasal 1 angka 12 undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1997 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya [1].

Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya atau tercampurnya polutan


(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Pencemaran dapat
terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-
ruang sekolah ataupun di ruang- ruang perkantoran maka disebut sebagai
pencemaran dalam ruang (indoor pollution) [1]. Diantara bahan pencemar yang
sangat berpengaruh terhadap penurunan kualitas udara adalah sulfur dioksida,
disamping bahan-bahan lain yaitu, debu, NH 3, Pb, CO, Hidrokarbon, NOx, dan
H2S, yang secara bersamaan maupun sendiri-sendiri memiliki potensi bahaya bagi
lingkungan, yang meliputi dampak bagi kesehatan masyarakat, hewan, tanaman
maupun bagi material (benda) seperti bangunan, logam dll. [9]. Tabel 2.1
menunjukkan pengaruh indeks standar pencemar udara untuk setiap parameter
pencemar [10].

Tabel 2. 1 Pengaruh indeks standar pencemar


Katego Renta Carbon Nitrogen Ozon (O3) Sulfur Partikulat

8
ri ng Monoksid (NO2) Dioksida
a (CO) (SO2)
Baik 0 - 50 Tidak ada Sedikit Luka pada Luka pada Tidak ada
efek berbau beberapa beberapa efek
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
akibat akibat
kombinasi kombinasi
dengan SO2 dengan O3
(selama 4 (selama 4
jam) jam)
Sedang 51 - Perubahan Berbau Luka pada Luka pada Terjadi
100 kimia beberapa beberapa penurunan
darah tapi spesies spesies jarak
tidak tumbuhan tumbuhan pandang
terdeteksi
Tidak 101 - Peningkata Bau dan Penurunan Bau. Jarak
sehat 199 n pada kehilangan kemampua Meningkat pandang
kardiovask warna. n pada atlit nya turun dan
ular pada Peningkata yang kerusakan terjadi
perokok n berlatih tanaman. pengotoran
yang sakit reaktivitas keras. debu
jantung pembuluh dimana-
tenggoroka mana.
n pada
penderita
asma.
Sangat 200 - Meningkat Meningkat Olahraga Meningkat Meningkat
tidak 299 nya nya ringan nya nya
sehat kardiovask sensitivitas mengakibat sensitivitas sensitivitas
ular pada pasien kan pada pada
orang yang pengaruh pasien pasien
bukan berpenyaki pernafasan berpenyaki berpenyaki
perokok t asma dan pada pasien t asma dan t asma dan
yang bronhitis. yang bronhitis. bronhitis.
berpenyaki berpenyakit
t jantung paru-paru
dan akan kronis.
tampak
beberapa
kelemahan
yang
terlihat
secara
nyata
Berbaha 300 - Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar.
ya lebih

9
2.2 Gas Karbon Monoksida
Senyawa carbon monoksida(CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak
sempurna dan carbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna
merupakan gabungan dari bentuk unsur kimia karbon dan oksigen. Carbon
monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu
udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang
kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
Karakteristik biologi yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut
oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
carboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi
enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil
tersebut. Dampak dari keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah
menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang
parah.Seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih
parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem
kardiovaskular telah banyak diketahui.Studi epidemiologi tentang kesakitan dan
kematian akibat penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan
wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat
melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien yang terpajan CO
dengan kadar 60 mg/m3 , yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%.
Kemampuan untuk mendeteksi atau mengetahui bagi setiap orang sangat
diperlukan, dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus

10
menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah
10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di
udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada
perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama
dari asap rokok.
2.3 Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan sistem mikroprosesor lengkap yang terkandung
di dalam sebuah chip. Mikrokontroler berbeda dari mikroprosesor serba guna
yang digunakan dalam sebuah PC, karena di dalam sebuah mikrokontroler
umumnya telah terdapat komponen pendukung sistem minimal mikroprosesor,
yakni memori dan antarmuka I/O, bahkan ada beberapa jenis mikrokontroler yang
memiliki fasilitas ADC, PLL, EEPROM dalam satu kemasan, sedangkan di dalam
mikroprosesor umumnya hanya berisi CPU saja. Agar sebuah mikrokontroller
dapat berfungsi, mikrokontroller tersebut memerlukan komponen eksternal yang
kemudian disebut dengan sistem minimum. Untuk membuat sistem minimum paling
tidak dibutuhkan sistem clock dan reset, walaupun pada beberapa mikrokontroller
sudah menyediakan sistem clock internal, sehingga tanpa rangkaian eksternal pun
mikrokontroller sudah beroperasi. [11].

2.4 Mikrokontroler Wemos


Wemos merupakan salah satu board yang dapat berfungsi dengan arduino
khususnya untuk project yang mengusung konsep IoT. Wemos dapat running
stand-alone berbeda dengan modul wifi lain yang masih membutuhkan
mikrokontroler sebagai pengrontrol atau otak dari rangkaian tersebut, wemos
dapat running stand-alone karena didalammnya sudah terdapat CPU yang dapat
memprogram melalui serial port atau via Over The Air (OTA) serta transfer
program secara wireless [12].

Tata letak mikrokontroler ini didasarkan pada desain hardware Arduino


standar dengan proporsi yang sama dengan Arduino Uno dan Leonardo.
Mikrokontroler ini juga sudah termasuk satu set header Arduino standar yang
artinya kompatibel dengan beragam Arduino shield. Mikrokontroler ini juga

11
mencakup sebuah CH340 USB toserial interface seperti kabel USB micro yang
umum digunakan [13].
Wemos memiliki 2 buah chipset yang digunakan sebagai otak kerja, yaitu:
a. Chipset ESP8266
ESP8266 merupakan sebuah chip yang memiliki fitur Wifi dan
mendukung stack TCP/IP. Modul kecil ini memungkinkan sebuah
mikrokontroler terhubung kedalam jaringan Wifi dan membuat koneksi
TCP/IP hanya dengan menggunakan command yang sederhana. Dengan
clock 80 MHz chip ini dibekali dengan 4MB eksternal RAM [13].
b. Chipset CH340
CH340 adalah chipset yang mengubah USB serial menjadi serial
interface, contohnya adalah aplikasi converter to IrDA atau aplikasi USB
converter to Printer. Dalam mode serial interface, CH340 mengirimkan
sinyal penghubung yang umum digunakan pada modem. CH340
digunakan untuk mengubah perangkat serial interface umum untuk
berhubungan dengan bus USB secara langsung [13]. Gambar 2.1
menunjukkan wemos.

Gambar 2. 1 Mikrokontroler Wemos

Sumber: (www.embeddednesia.com)

12
2.5 Internet of Things (IoT)
Menurut Coordinator and support action for global RFID-related
activities and standarisation menyatakan Internet of Things (IoT) sebagai sebuah
infrastruktur koneksi jaringan global, yang mengkoneksikan benda fisik dan
virtual melalui eksploitasi data capture dan teknologi komunikasi. Infrastruktur
IoT terdiri dari jaringan yang telah ada dan internet berikut pengembangannya.
Hal ini menawarkan identifikasi obyek, identifikasi sensor dan kemampuan
koneksi yang menjadi dasar untuk pengembangan layanan dan aplikasi koperatif
yang berdiri secara independen, juga ditandai dengan tingkat otonomi data
capture yang tinggi, event transfer, konektivitas pada jaringan dan juga
interoperabilitas [14]. IoT pada penerapannya dapat mengidentifikasi ,
menemukan, melacak, memantau suatu alat atau objek yang menimbulkan efek
secara otomatis dan real time [4].

Menurut IEEE Internet of Things (IoT) didefinisikan sebagai sebuah


jaringan dengan masing-masing benda yang ternanam dengan sensor yang
terhubung kedalam jaringan internet [15]. Internet of Things mengacu pada
jaringan, di mana semua objek memiliki alamat yang unik, diidentifikasi dan
dikelola oleh komputer. IoT merupakan teknologi yang memungkinkan untuk
menghubungkan berbagai hal seperti sensor dan aktuator ke internet [3]. Gambar
2.2 menunjukan konsep IoT.

Gambar 2. 2 Konsep Internet of Things

Sumber: (www.mobnasesemka.com)

13
Konsep Internet of Things mencangkup 3 elemen utama yaitu: benda fisik
atau nyata yang telah diintegrasikan pada modul sensor, koneksi internet, dan
pusat data pada server untuk menyimpan data ataupun informasi dari aplikasi.
Penggunaan benda yang terkoneksi ke internet akan menghimpun data yang
kemudian terkumpul menjadi big data untuk kemudian diolah, dianalisa baik oleh
instansi pemerintah, perusahaan terkait, maupun instansi lain kemudian di
manfaatkan bagi kepentingan masing-masing [15].

2.6 Cloud Computing


Cloud computing adalah sebuah model client-server, di mana resources
seperti server, storage, network dan software dapat dipandang sebagai layanan
yang dapat diakses oleh pengguna secara remote dan setiap saat. Teknologi cloud
computing ini menjadikan internet sebagai pusat server dalam mengelelola data.
Sistem ini memudahkan pengguna untuk login ke internet agar mendapatkan
akses untuk menjalankan program atau aplikasi tanpa harus menginstall aplikasi
tersebut.

Karena tidak perlu melakukan installasi pada aplikasi, maka untuk media
penyimpanan data dari pengguna juga disimpan secara virtual sehingga tidak akan
terbebani dengan penggunaan memori yang ada di komputer. Peritah-perintah
yang digunakan oleh pengguna tadi selanjutnya akan dilanjutkan ke server
aplikasi.

Setelah perintah diterima oleh sever aplikasi, maka data akan diproses
yang akhirnya pengguna akan menerima halaman yang telah diperbaharui sesuai
dengan perintah yang telah diberikan sebelumnya. Contoh dari cloud computing
adalah Yahoo, PDF Gmail, Google Drive.

Perintah yang diberikan dalam penggunaan aplikasi tersebut akan


langsung terintegrasi secara langsung dengan sistem cloud computing yang ada di
komputer. Pengguna hanya memerlukan jaringan internet agar dapat menjalankan
aplikasi tersebut tanpa perlu melakukan instalasi [16].

14
Cloud computing bisa bersifat public atau private. Public cloud
menyediakan layanannya secara publik di internet. Sementara di lain sisi, private
cloud hanya menyediakan layanannya ke orang-orang tertentu. Juga ada
opsi hybrid, yang mengombinasikan baik public cloud maupun private cloud.
Cloud computing menerapkan suatu metode komputasi yaitu kapabilitas yang
terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan sehingga pengguna
dapat mengaksesnya lewat internet tanpa mengetahui apa yang ada di dalamnya
atau memiliki kendali terhadap infrastuktur teknologi yang membantunya [17].
Ilustrasi jaringan cloud server ditunjukan pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Ilustrasi Jaringan Cloud Server

Sumber: (www.sis.binus.ac.id)

2.7 Ubidots
Ubidots adalah sebuah platform Internet of Things yang berasal dari
Boston, Amerika Serikat. Platform ini menawarkan jasa gratis dan berbayar
dengan ketentuan sensor yang bisa dipakai jika memakai jasa free user dibatasi
hingga lima sensor. Ubidots adalah platform yang memungkinkan untuk menautkan
berbagai jenis perangkat ke database cloud dan menyimpan variabel yang dapat
mewakili mereka dalam cara sederhana dan cepat.
Ubidots juga memiliki layanan notifikasi email jika dengan trigger yang
dibuat berdasarkan data sensor yang user tetapkan sebelumnya. Untuk
penggunaannya, Ubidots tergolong mudah. Setiap development board yang

15
beredar di pasaran sudah terdokumentasi dengan baik dengan tutorial yang mudah
dimengerti [18].

2.8 Sensor MQ7


Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu yang digunakan
untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi
tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika,
sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah
yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya. Sensor dalam teknik
pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah besaran fisik
(misalnya : temperatur, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang
proposional [1].

Sensor MQ7 merupakan sensor gas yang berfungsi untuk mengetahui


keberadaan gas karbon monoksida, dimana sensor ini yang di pakai untuk
memantau keberadaan gas CO di luar ruangan dalam peneletian ini. Sensor ini
memiliki sensitivitas tinggi dan waktu respon yang cepat. Keluaran yang
dihasilkan sensor ini adalah sinyal analog, MQ7 memerlukan tegangan 5 V DC,
resistnsi sensor ini akan berubah bila ada gas, output dari sensor ini dihubungkan
ke pin Analog pada mikrokonntroler Arduino yang akan menampilkan dalam
bentuk sinyal digital [19]. Gambar 2.4 menunjukkan gambar sensor gas MQ7.

Gambar 2. 4 Sensor Gas MQ7

Sumber: (www.edukasielektronika.com)

Prinsip kerja dari sensor MQ7 adalah mendeteksi keberadaan gas-gas yang
dianggap mewakilin asap kendaraan yang mengandung gas karbon monksida.
Sensor MQ7 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap gas karbon
monoksida. Ketika sensor mendeteksi gas tersbut maka resistansi elektrik sensor

16
akan menurun. Didalam sensor memiliki suatu penyerap keramik yang berfungsi
untuk melindungi dari debu atau gas yang tidak diketaui. Heater pada sensor ini
berfungsi sebagai pemicu sensor untuk dapat mendeteksi target gas yang
diharapkan setelah diberikan tegangan 5 Volt.

Gambar 2. 5 Struktur dan konfigurasi sensor gas MQ7


Sumber: (www.alldatasheet.com)
Gambar 2.5 merupakan struktur dan konfigurasi sensor gas MQ7. Sensor
disusun oleh tabung keramik mikro AL2O3, lapisan sensitif Tin Dioxide (SnO2),
pengukuran elektroda dan pemanas dipasang ke dalam kerak yang dibuat oleh
jaring plastik dan stainless steel. Pemanas menyediakan kondisi kerja yang
diperlukan untuk pekerjaan komponen sensitif. MQ7 memiliki 6 pin, 4 di
antaranya digunakan untuk mengambil sinyal, dan 2 lainnya digunakan untuk
menyediakan arus pemanas.

Gambar 2. 6 Rangkaian pengukuran standar MQ7


Sumber: (www.alldatasheet.com)

17
Pada Gambar 2.6 adalah rangkaian pengukuran standar Komponen sensitif
MQ7 terdiri dari 2 bagian. Satu adalah sirkuit pemanas yang memiliki fungsi
kontrol waktu (tegangan tinggi dan tegangan rendah bekerja secara melingkar).
Yang kedua adalah rangkaian keluaran sinyal, itu dapat secara akurat merespons
perubahan permukaan resistansi sensornya.

Gambar 2. 7 Datasheet grafik karakterisasi Sensor MQ7

Sumber: (www.alldatasheet.com)

Dari grafik pada gambar 2.7 dapat dilihat bahwa rasio resistansi sensor
MQ7 (Rs/Ro) akan bernilai 1 pada saat konsentrasi gas CO = 100 ppm. Artinya
pada saat konsentrasi gas CO = 100 ppm maka nilai Rs = Ro hal ini dibuktikan
dengan persamaan berikut.
Rs
100 ppmCO= =1 Rs 100 ppm CO=Ro (2. 1)
Ro

18
Gambar 2. 8 Grafik hubungan Rs/Ro dengan PPM

Sumber: (www.alldatasheet.com)

Pada gambar 2.8 adalah grafik hubungan Rs/Ro dengan PPM


menggunakan pendekatan persamaan garis. Persamaan garis tersebut digunakan
untuk mencari nilai X(Rs/Ro).

Gambar 2. 9 Rangkaian uji dasar sensor


Sumber: (www.alldatasheet.com)

Gambar 2.9 adalah rangkaian uji dasar sensor. Sensor perlu menempatkan
2 tegangan, tegangan pemanas VH) dan tegangan uji VC. VH digunakan untuk
memasok kerja suhu ke sensor, sementara VC digunakan untuk mendeteksi
tegangan (VRL) pada tahanan beban RL ) yang dirangkai secara seri dengan
sensor. NS sensor memiliki polaritas cahaya, Vc membutuhkan tegangan DC. VC

19
dan VH bisa menggunakan daya yang sama sirkuit dengan prasyarat untuk
memastikan kinerja sensor. Karena VRL yang terbaca masih berupa nilai ADC (0-
1023) maka diperlukan konversi agar nilai ADC yang terbaca dirubah menjadi
nilai voltase (0-5,00 volt) dengan rumus sebagai berikut:
5 , 00
VRL=sensorvalue × (2. 2)
1024
Selanjutnya RL, nilai RL ditetapkan pada nilai 1K ohm. Nilai RL ini akan
menentukan nilai RS nantinya dengan persamaan:

(
Rs= Vc ×
RL
VRL )
−RL (2. 3)

dengan,

Rs = Resistansi pada sensor (Ohm),

Vc = Tegangan uji pada sensor (Volt),

RL = Tahanan beban rangkaian (Ohm),

VRL = Tegangan pada tahanan beban (Volt).

Setelah didapatkan nilai Rs selanjutnya menghitung nilai ppm. Untuk


mendapatkan nilai ppm diperlukan nilai Ro. Ro merupakan nilai resistansi di
udara. Nilai ini digunakan untuk melakukan kalibrasi. Pada proses kalibrasi nilai
Ro diabaikan atau dibuat Ro = Rs pada kondisi minim gas CO. Pada rumus ppm
di bawah ini, -1,53 dan 100 adalah konstanta sensor MQ7, Rs adalah resistansi
sensor, Ro adalah resistansi udara, dan ppm (part per million).
ppm=100 ׿) (2. 4)

2.9 Arduino IDE


Arduino diciptakan untuk para pemula bahkan yang tidak memiliki basic
bahasa pemrograman sama sekali karena menggunakan bahasa C++ yang telah
dipermudah melalui library. Arduino menggunakan Software Processing yang
digunakan untuk menulis program kedalam Arduino. Processing sendiri
merupakan penggabungan antara bahasa C++ dan Java. Software Arduino ini
dapat di-install di berbagai operating system (OS) seperti: LINUX, Mac
OS,Windows. Arduino tidak hanya sekedar sebuah alat pengembangan, tetapi

20
kombinasi dari hardware, bahasa pemrograman dan Integrated Development
Environment (IDE) yang canggih. IDE adalah sebuah software yang sangat
berperan untuk menulis program, compiling menjadi kode biner dan meng-upload
ke dalam memory microcontroller [20].

Software IDE Arduino terdiri dari tiga bagian, yaitu Editor program,
program untuk menulis dan mengedit program dalam bahasa processing. Listing
program pada Arduino disebut sketch. Compiler, modul yang berfungsi mengubah
bahasa processing (kode program) kedalam kode biner karena kode biner adalah
satusatunya bahasa program yang dipahami oleh mikrokontroler. Dan Uploader,
modul yang berfungsi memasukkan kode biner kedalam memori mikrokontroler
[20].

2.10 Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan
yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus
sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau
keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan
dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan
diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan
menghasilkan suara. Buzzer bisa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah
selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm) [21]. Gambar 2.10
adalah contoh buzzer.

21
Gambar 2. 10 Buzzer

Sumber: (www.adafruit.com)

2.11 Light Emitting Diode ( LED)


LED atau yang juga dikenal dengan istilah dioda pemancar cahaya akan
mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan sebesar 1.8 V dengan arus 1.5 mA.
Lampu LED terbuat dari plastik dan diode semikonduktor yang dapat menyala
apabila dialiri tegangan listrik rendah (sekitar 1.8 volt DC). Terdapat bermacam-
macam warna dan bentuk dari lampu LED yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan fungsinya [21]. Gambar 2.11 adalah konfigurasi kaki LED.

Gambar 2. 11 Light Emiting Diode (LED)

Sumber: (Damanik A, 2019)

22
Ketika menggunakan sebuah LED untuk aplikasi elektronika, kita
memerlukan resistor pembatas yang dapat dipasang secara seri. Saat LED tersebut
digunakan untuk proyek Arduino dengan tegangan output pin Arduino 5V, maka
harus diberi tahanan pembatas dan tidak bisa langsung dihubungkan dengan pin
Arduino agar tidak merusak LED [21].

23
BAB III
METODOLOGI DAN RENCANA PENELITIAN

Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir


ini meliputi studi literatur dari berbagai penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, kemudian dilakukan tahap perumusan serta dilakukan analisis
kebutuhan dan perancangan hingga dilakukan implementasi prototipe untuk
mendapatkan hasil dan kesimpulan. Adapun tahapan dalam penelitian ini
dijabarkan pada Gambar 3.1

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian

24
3.1 Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai dasar teori serta untuk mendapatkan
referensi yang menunjang penguasaan materi dalam penelitian. Hal ini dilakukan
dengan membaca paper yang relevan mengenai bahasan sistem monitoring kadar
pencemaran udara dan melakukan diskusi dengan dosen yang bersangkutan
dengan demikian maka akan mempermudah dalam menyelesaikan penelitian ini.

3.2 Rumusan Masalah


Setelah dilakukan studi literatur, selanjutnya dilakukan penentuan masalah
yang akan dirumuskan yang menjadi dasar penelitian ini. Masalah tersebut didapat
berdasarkan studi literatur yang telah dignakan.

3.3 Analisis Kebutuhan


Analisis kebutuhan merupakan sebuah kegiatan untuk mendapatkan
informasi, model, dan spesifikasi suatu sistem yang dibutuhkan agan
mendapatkan hasil yang maksimal dan efisien dalam pembuatan alat penelitian
ini.
Kebutuhan perangkat keras pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Laptop
Laptop Asus A442U digunakan untuk melalukan perancangan dan
melakukan pemrograman sistem.
2. Wemos D1 Mini
Modul wemos D1 mini digunakan untuk menghubungkan perangkat ke
internet dan sebagai chip mikrokontroler.
3. Sensor gas
Sensor gas yang dipakai dalam penelitian ini adalah MQ7 yang berfungsi
untuk mengetahui keberadaan gas karbon monoksida.
4. Smartphone
Smartphone digunakan untuk melakukan pengujian tampilan monitoring
dan notifikasi yang dikirim melalui smartphone.
5. Board PCB

25
Board PCB digunakan untuk melakukan layouting dan pemasangan
komponen.
6. Kabel Jumper
Kabel jumper digunakan untuk menghubungkan rangkaian satu ke
rangkaian lainnya.
7. Lampu LED 5mm
Lampu LED digunakan sebagai lampu indikator level kadar CO.
8. Buzzer
Buzzer digunakan untuk suara peringatan jika kadar CO melebihi batas
bahaya.

Sedangkan, kebutuhan perangkat lunak pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Arduino IDE
Arduino IDE digunakan untuk membuat source code pragram dan
melakukan pengujian yang ditampilkan melalui serial monitor.
2. Microsoft Visio
Microsoft Visio digunakan untuk membuat desain diagram blok dan
diagram alir.
3. Google Chrome
Google chrome digunakan untuk mengakses website ubidots.com dan
mencari tambahan referensi untuk penelitian ini.
4. Fritzing
Fritzing digunakan untuk membuat skematik modul yang nantinya
diaplikasikan pada project board.

3.4 Perancangan Sistem


Perancangan alat menggunakan mikrokontroler wemos, sensor pendeteksi
konsentrasi gas atau asap di udara dengan menggunakan ubidots sebagai cloud
server. Serta bahasa pemrograman menggunakan bahasa C sebagai masukan
untuk melakukan pemrograman untuk Wemos pada Arduino IDE. Gambar 3.2
merupakan gambar blok diagram perancangan sistem monitoring.

26
Gambar 3. 2 Blok diagram perancangan sistem monitoring

3.5 Implementasi Sistem


Setelah hardware dan software hasil dari perencanaan dan analisa
kebutuhan sudah berjalan dengan baik, selanjutnya adalah membangun alat yang
sudah dirancang dengan dalam bentuk yang nyata dan dapat diimplementasikan
pada prototipe pemantau kadar pencemaran udara.

Perangkat keras yang digunakan untuk membangun sistem monitoring


kadar pencemaran udara diantaranya Mikrokontroler Wemos D1 R1 dan sensor
pendeteksi konsentrasi gas atau asap (MQ7). Aplikasi monitoring kadar
pencemaran udara dibangun pada ubidots, menggunakan cloud server ubidots dan
program untuk Wemos D1 R1 dilakukan pada software Arduino IDE.

3.6 Pengujian
Pengujian merupakan tahapan selanjutnya dari hasil dari pemasangan
sistem hardware, serta pembuatan sistem monitoring yang dilakukan untuk
mengetahui apakah sistem berjalan sesuai dengan yang diingi nkan. Pada
pengambilan data ini dilakukan pengujian dari prototipe yang telah dirancang,
khususnya pengujian sensor gas atau asap dalam mendeteksi kadar atau
konsentrasi gas/asap di udara.

27
3.7 Analisis Data
Mencatat dan menganalisis kinerja dari monitoring yang sudah terpasang.
Data yang akan didapat terekam pada sistem melalui Arduino IDE, cloud server
dan aplikasi smartphone. Analisis sistem dilakukan dengan membandingkan
antara hasil pembacaan antara sensor pendeteksi konsentrasi gas/asap di udara
pada serial monitor dengan data referensi.

28
BAB IV
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Pada bab ini dijelaskan mengenai perancangan dan implementasi rancang


bangun prototipe sistem monitoring kadar pencemaran udara berbasis IoT
meliputi prinsip kerja secara umum, perancangan software, perancangan
hardware, dan implementasi sistem.

4.1 Prosedur Perancangan


Pada penelitian ini, terdapat prosedur yang dilakukan pada proses
rancangan bangun prototipe sistem monitoring kadar pencemaran udara berbasis
IoT. Terdapat dua prosedur yaitu perancangan hardware dan perancangan
software. Pada bagaian perancangan hardware yang dilakukan yaitu perancangan
pada perangkat input pembacaan sensor gas dan mikrokontroler wemos.
Sedangkan pada perancangan software dilakukan pembahasan mengenai coding
keseluruhan sistem dan tampilan sistem monitoring pada ubidots.

4.2 Perancangan Hardware


Pada bagian perancangan hardware akan dibahas mengenai perancangan
skema rangkaian komponen elektronik, dan konfigurasi perangkat pada wemos.
Untuk lebih jelasnya diagram blok perancangan sistem pendeteksi gas CO dapat
dilihat pada gambar 4.1.

29
Gambar 4. 1 Blok diagram hardware
Pada sistem sensor yang digunakan adalah sensor gas MQ7, sedangkan
sedangkan untuk mikrokontroler yang digunakan adalah Wemos D1 Mini dengan
output buzzer, notifikasi SMS, dan e-mail. Adapun perancangan sistem
monitoring adalah sebagai berikut :
1. Sensor gas MQ7
Pada penelitian ini sensor gas MQ7 digunakan sebagai pembaca atau
pendeteksi gas CO di tempat yang telah ditentukan. Hasil pembacaan gas
CO dari sensor MQ7 selanjutnya dikirim ke wemos D1 mini untuk
diproses. Konfigurasi penyambungan kabel dari sensor ke wemos dapat
dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4. 2 Pengkabelan Sensor MQ7 dengan wemos

30
Pada gambar 4.2 dapat dilihat pin Vcc tersambung dengan tegangan 5 volt,
pin AO (analog output) dari sensor MQ7 ke pin A0 pada wemos, dan ntuk
pin gnd disambungkan ke ground wemos.
2. Buzzer
Buzzer ini berfungsi sebagai output berupa suara yang aktif ketika sensor
MQ7 mendeteksi kadar gas karbon monoksida yang terlalu tinggi. Buzzer
hanya memliki 2 kaki, yaitu kaki positif dan kaki negatif. Kaki positif dari
buzzer dihubungkan ke pin D5 pada wemos, sedangkan kaki negatif
buzzer dihubungkan ke pin ground pada wemos. Gambar 4.3 merupakan
jalur pengkabelan buzzer dengan wemos.

Gambar 4. 3 Pengkabelan buzzer

3. LED
Selain buzzer yang digunakan sebagai output, digunakan juga 4 buah
lampu LED sebagai indikator level kualitas udara. LED warna briu
menandakan kualitas udara baik, LED warna hijau menandakan kualitas
udara sedang, LED warna kuning menandakan kualitas udara tidak sehat,
dan LED warna merah menandakan kualitas udara berbahaya. Gambar 4.4
merupakan jalur pengkabelan lampu LED dengan wemos.

31
Gambar 4. 4 Pengkabelan LED

4. Mikrokontroler Wemos D1 Mini


Penelitian ini menggunakan mikrokontroler jenis Wemos D1 Mini.
Mikrokontroler Wemos merupakan salah satu modul board yang dapat
berfungsi dengan arduino khususnya untuk project yang mengusung
konsep IoT. Gambar 4.5 merupakan wemos D1 mini.

Gambar 4. 5 Wemos D1 Mini

Sumber: (www.wemos.cc)

32
Setelah dilakukan perancangan pada setiap komponen selanjutnya
dilakukan perancangan integrasi keseluhuran sistem monitoring. Gambar 4.6
adalah wiring keseluruhan sistem.

Gambar 4. 6 Perancangan sistem monitoring

4.3 Perancangan Software


Setelah dilakukan perancangan hardware selanjutnya dilakukan
perangcangan software. Pada tahap perancangan software meliputi pengaturan
program sistem monitoring dan pengaturan cloud.
4.3.1 Pengaturan Program Sistem Monitoring
Tahap pertama yaitu pembuatan flowchart program sistem monitoring
yang bertujuan agar ketika proses pembuatan program, alur pemrogramannya
telah terancang dengan baik. Pembuatan program diawali dengan melakukan
inisialisasi pin sensor dan pin output yang artinya menyesuaikan pin menjadi pin
untuk sensor dan pin untuk output. Setelah itu setting input dan output pada main.
Fungsi ini adalah untuk memberikan nilai 0 atau 1 pada pin. Kemudian
pembacaan data gas CO untuk ditampilkan di cloud dan digunakan untuk
mengatur buzzer. Flowchart program sistem monitoring dapat dilihat pada
Gambar 4.7.

33
Gambar 4. 7 Flowchart program sistem monitoring

Setelah flowchart dibuat selanjutnya pembuatan program, namun sebelum


membuat program terlebih dahulu dilakukan pengaturan pada software Arduino
IDE. Langkah pertama buka arduino IDE dengan cara mengklik dua kali pada
icon arudino IDE.gambar 4.8 adalah gambar icon shortcut arduino IDE.

Gambar 4. 8 Icon shortcut Arduino IDE


Ketika aplikasi arduino IDE dibuka akan muncul jendela preparasi seperti
gambar 4.9. Setelah preparing boards selesai selanjutnya akan masuk ke jendela

34
tampilan awal arduino IDE. Gambar 4.10 adalah gambar jendela tampilan arduino
IDE.

Gambar 4. 9 Jendela Preparasi Arduino IDE

Gambar 4. 10 Jendela Tampilan Arduino IDE

35
Pada aplikasi arduino ide ada beberapa fungsi adapun fungsi dari arduino
ide adalah sebagai berikut :
1. Verify
Verify sebelumnya dikenal dengan istilah compile. Sebelum program
diunggah ke board arduino, terlebih dahulu dilakukan verify atau compiling
program yang dibuat. Jika terjadi kesalahan pada sorce code yang dibuat, maka
akan muncul attention error. Proses verify / compile bertujuan untuk mengubah
program ke binary code untuk diunggah ke mikrokontroler.
2. Upload
Upload berfungsi untuk mengunggah program ke board arduino. Ketika
upload di klik, secara otomatis compiling berjalan sehingga ketika lupa
melakukan verify tidak akan berpengaruh ke program yang akan diunggah.
Berbeda dengan tombol verify yang hanya berfungsi untuk memverifikasi source
code saja.
3. New Sketch
New sketch berfungsi untuk membuka jendela baru dan membuat source
code pada jendela yang baru.
4. Open sketch
Open sketch berfungsi untuk membuka sketch yang sudah pernah dibuat.
Sketch yang dibuat dengan Arduino IDE akan disimpan dengan ekstensi file .ino
5. Save Sketch
Save sketch berfungsi menyimpan sketch, tapi tidak disertai dengan verify.
6. Serial Monitor
Serial monitor berfungsi untuk membuka tampilan pada komunikasi
serial, pada serial monitor akan muncul hasil dari pengujian alat pada display.
7. Port and board
Pada bagian ini memberi menginformasikan port yang dipakai oleh board
Arduino. Selain itu pada bagian ini memberi informasi board yang akan
dihubungkan ke PC. Contoh “Arduino/Genuino Uno on com6”.
8. Baris

36
Pada bagian ini akan menunjukkan posisi baris kursor yang sedang aktif
pada sketch atau baris program.
9. Kolom informasi
Kolom informasi berfungsi untuk menampilkan pesan-pesan yang sedang
compiling dan pesan-pesan tentang sketch akan muncul pada bagian ini. Misal,
ketika compiling atau ketika ada kesalahan pada sketch yang dibuat, maka
informasi error dan baris akan diinformasikan pada bagian konsol.
Setelah jendela tampilan arduino ide muncul selanjutnya dilakukan
pengaturan pada board dan port dengan cara klik Tools >> Board >> ESP8266
Modules >>Wemos D1 R2 & mini. Gambar 4.11 adalah tampilan pengaturan
board.

Gambar 4. 11 Pengaturan Board

4.3.2 Pengaturan Cloud


Setelah pengaturan program dilakukan, selanjutnya pengaturan cloud.
Cloud berfungsi untuk menyimpan data dari sensor yang telah dikirim oleh
wemos. Cloud yang digunakan adalah cloud versi edukasi yang disediakan oleh
Ubidots. Langkah-langkah pembuatan pengaturan pada ubidots adalah sebagai
berikut :
Pertama buat akun email. Untuk akun email dibebaskan tergantung
pengguna. Kemudian dibuat akun ubidots pada link : www.ubidots.com. Gambar
4.12 adalah gambar tampilan ubidots.

37
Gambar 4. 12 Tampilan Ubidots

Setelah masuk ke dalam web ubidots kemudian dilanjutkan ke menu Stem


untuk login ke versi edukasi atau bisa pada link : https://ubidots.com/stem/. Jika
belum memiliki akun klik sign up. Untuk sign up pengguna diminta untuk
memasukan username, email dan password. Tampilan login dan sign up dapat
dilihat pada gambar 4.13.

Gambar 4. 13 Tampilan login dan sign up

38
Gambar 4. 14 Tampilan awal setelah login

Setelah melakukan login maka akan muncul tampilan awal setelah login
seperti yang ditunjukan oleh gambar 4.14. Tterdapat dua fitur utama yaitu Devices
dan Data.
1. Devices digunakan untuk melakukan setting dengan perangkat wemos,
menampilkan grafik dan tabel dan sebagai tampilan monitoring.
2. Data digunakan untuk pengaturan display atau tampilan saat aplikasi
digunakan dan pengaturan aksi berdasarkan data yang diperoleh.

4.4 Implementasi
Perancangan telah dilakukan baik perancangan hardware dan software
sistem monitorin. Setelah perancangan selesai selanjutnya dilakukan implementasi
/ realisasi perancangan agar menjadi sebuah alat dalam bentuk perangkat keras
atau nyata yang saling terhubung antara satu dengan yang lain. Adapun
implementasi yang dilakukan yaitu implementasi hardware dan impalementsi
software.
4.4.1 Implementasi Hardware
Pada tahap ini seluruh kompenen mulai dari sensor, kontroler dan chasing
akan dirakit menjadi satu kesatuan. Implementasi sistem monitoring dimulai dari
menggabungkan sensor gas MQ7, wemos D1 mini, dan buzzer.

39
Sensor gas MQ7 memiliki 4 buah kaki yaitu kaki vcc, gnd, AO, dan DO.
Kaki AO yaitu kaki output hasil pembacaan dari sensor MQ7 yang dihubungkan
ke pin A0 pada wemos, kaki vcc digunakan sebagai kaki sumber tegangan positif
yang dihubungkan ke pin 5V pada wemos, sedangkan kaki gnd digunakan sebagai
ground dihubungkan ke pin G pada wemos. Gambar 4.15 merupakan tampilan
fisik sensor MQ7.

Gambar 4. 15 Sensor Gas MQ7

Setelah perancangan sensor MQ7 sebagai input selanjutnya masuk ke


perancangan bagian kontroler sebagai otak pemprosesan. Pada penelitian ini
digunakan Wemos D1 Mini. Untuk tampilan dan fungsi tiap kaki akan
ditampilkan pada gambar 4.16.

Gambar 4. 16 Wemos D1 mini

40
Adapun fungsi-fungsi setiap bagian dari wemos D1 mini adalah sebagai berikut :
1. Port micro USB digunakan untuk menghubungkan Wemos D1 Mini
dengan komputer melalui kabel USB.
2. Pin tegangan 5V berfungsi untuk memberikan tegangan maksimal 5V.
3. Pin ground berfungsi sebagai tegangan negatif (gnd).
4. Pin digital mempunyai isyarat digital berupa 0 atau 1.
5. Pin Transceiver dan Receiver digunakan untuk komunikasi data serial
dengan perangkat lainnya.
6. Pin Reset digunakan untuk mereset perangkat.
7. Pin analog mempunyai sifat analog atau nilai yang berkesinambungan.
8. Pin tegangan 3,3V berfungsi untuk memberikan tegangan maksimal 3,3V.
9. Tombol reset digunakan untuk mereset perangkat.

Setelah itu selanjutnya ke bagian output. Untuk implementasi output


berupa suara dari satu buah buzzer. Adapun fungsi buzzer yaitu sebagai tanda jika
kadar gas CO yang terdeteksi oleh sensor melebihi batas aman yang dapat
membahayakan kesehatan. Buzzer memiliki 2 buah kaki, yaitu kaki positif dan
kaki negatif. Kaki positif buzzer dihubungkan ke pin output D1 pada wemos.
Sedangkan kaki negatif buzzer dihubungkan ke pin ground pada wemos. Untuk
tampilan buzzer dapat dilihat pada gambar 4.17.

Gambar 4. 17 Buzzer

41
Setelah seluruh komponen disiapkan selanjutnya dilakukan implementasi
sistem monitoring. Semua komponen dihubungkan menggunkan jumper berupa
kabel serabut. Gambar 4.18 merupakan tampilan rangkaian sistem monitoring
pada projectboard, dan gambar 4.19 adalah rangkaian yang telah dipasang ke
dalam box.

Gambar 4. 18 Rangkaian Sistem Monitoring

Gambar 4. 19 Box rangkaian sistem monitoring

4.4.2 Implementasi Software


Pada tahap implementasi software program dibuat menggunakan Bahasa C
pada Arduino IDE. Implementasi software meliputi pembuatan program sistem

42
monitoring dan pengaturan pada cloud. Program dibuat berdasarkan flowchart
yang telah dibuat pada tahap perancangan. Langkah pertama adalah memasukan
library ubidots, mendefinisikan konstanta, dan inisiasi pin yang digunakan.
Gambar 4.20 merupakan gambar penunjukan library, konstanta, dan inisiasi.

Gambar 4. 20 Library, konstanta, dan inisiasi

Pada gambar 4.18 dilakukan penulisan #include "Ubidots.h" artinya


program ini akan melakukan penggambilan library untuk Ubidots. Lalu
selanjutnya dilakukan pembuatan konstanta. Konstanta yang pertama adalah token
ubidots merupakan perintah yang berfungsi untuk menghubungkan ke cloud.
Token diperoleh dari menu token pada ubidots yaitu dengan cara klik profile icon
>> API Credentials. Gambar 4.21 menunjukkan token ubidots.

Gambar 4. 21 Token Ubidots

Lalu const char* WIFI_SSID = "ahmaddayon"; program ini


memberikan perintah untuk memasukan nama wifi. Pada penelitian ini digunakan
nama wifi ahmaddayon. Selanjutnya const char* WIFI_PASS =

43
"wifiahmad"; sourcecode kedua berisi perintah memasukan password wifi
yang dihubungkan dengan wemos. Selanjutnya #define pinSensor A0 adalah
program untuk inisisasi pendefinisian pin A0 sebagai pin sensor sedangkan #define
pinBuzzer D5 adalah program untuk inisisasi pendefinisian pin D5 sebagai pin
Buzzer. Lalu digunakan juga #define pinLEDmerah D4, #define
pinLEDkuning D3, #define pinLEDhijau D2, dan #define
pinLEDbiru D1 yang masing-masing digunakan sebagai output berupa lampu LED.

Tahap program selanjutnya yaitu bagian void setup()yang berarti


program yang berada dalam void setup ini akan dibaca dan dieksekusi hanya
sekali ketika di awal saja dan hasil eksekusinya akan terus hidup selama program
atau perangkat menyala. Adapun program yang berada di dalam void setup
meliputi Serial.begin(115200); yang berfungsi untuk encoding
komunikasi serial pada serial monitor, pinMode (pinBuzzer, OUTPUT);
berfungsi untuk mengatur pinBuzzer sebagai output, pinMode
(pinLEDmerah, OUTPUT); , pinMode (pinLEDkuning,
OUTPUT); , pinMode (pinLEDhijau, OUTPUT);, pinMode
(pinLEDbiru, OUTPUT);, berfungsi untuk mengatur pin LED menjadi pin
output, dan yang terakhir ubidots.wifiConnect(WIFI_SSID,
WIFI_PASS); berfungi untuk menghubungkan ubidots dengan koneksi wifi.
Gambar 4.22 adalah program void setup.

Gambar 4. 22 Program void setup

Program yang selanjutnya yaitu void loop() yang artinya program


yang berada dalam void loop ini akan di baca dan dieksekusi berulang terus

44
menerus secara berurutan dari program yang berada di baris teratas hingga baris
paling bawah. Program yang berada di dalam void loop antara lain long RL =
1000; adalah nilai hambatan yang berada di dalam sensor gas MQ7. long Ro
= 6474; adalah nilai hambatan RS yang terbaca oleh sensor ketika proses
kalibrasi di tempat yang diasumsikan dengan kadar CO terendah atau mendekati
nol. Program int sensorvalue = analogRead(pinSensor); adalah
program untuk mendeklarasikan nilai sensor yang diperoleh dari pembacaan nilai
analog melalui pin sensor. Program float VRL=
sensorvalue*5.00/1024; adalah program untuk mengubah nilai analog
yang terbaca oleh sensor (0-1023) mejadi nilai voltase (0-5 volt). Pada program
float Rs = ( 5.00 * RL / VRL ) - RL; dan float ppm =
100 * pow(Rs / Ro,-1.53); merupakan persamaan untuk mencari nilai
ppm berdasarkan data yang telah diperoleh sebelumnya. Gambar 4.23
menunjukkan program void loop.

Gambar 4. 23 Program void loop

Gambar 4. 24 Void Flipflop

Pada gambar 4.24 merupakan program method void flipflop yang


berfungsi sebagai program untuk membunyikan buzzer secara blinking yang
nantinya buzzer akan menyala ketika kondisi pada program if.

45
Selanjutnya program fungsi if(ppm >= 300) yang merupakan
program kondisi dimana jika nilai ppm lebih besar atau sama dengan 300 maka
buzzer akan menyala selama 5 detik lalu buzzer Kembali mati. Program fungsi if
dapat dilihat pada gambar 4.25.

Gambar 4. 25 Program fungsi if

Lalu ada program ubidots.add yang berfungsi sebagai perintah untuk


menambahkan variable pada ubidots. Pada program ini variable yang dibuat
adalah VRL, Rs, dan ppm. Gambar 4.26 menunjukkan program menambahkan
variable.

Gambar 4. 26 Program ubidots.add

Selanjutnya program bool bufferSent = false; dan


bufferSent = ubidots.send(); adalah program yang akan mengirim
data ke label perangkat pada ubidots jika identitas perangkatnya sama. Program
Boolean yang digunakan yaitu kondisi False yang artinya jika belum
mengirimkan data maka diperintahkan untuk segera mengirimkan data ke ubidots.

46
Lalu jika data sudah terkirim maka variable VRL (dalam volt), Rs (dalam ohm),
dan CO (dalam ppm) ditampilkan pada serial monitor. Dengan jeda waktu 5 detik
untuk setiap pengiriman data pada ubidots. Gambar 4.27 adalah program pengirim
data ke ubidots.

Gambar 4. 27 Program fungsi pengirim data

Setelah semua program sistem monitoring dibuat lalu masuk ke proses


pengaturan ubidots sebagai penyimpan data dan pengirim notifikasi berdasarkan
data yang telah diperoleh. Dari program yang telah dibuat dengan perintah
ubidots.add maka akan langsung otomatis dibuat device beserta dengan
variable di dalamnya. Untuk melihat device dan variable yang telah klik Menu
Devices >> Device. Untuk nama device akan terbuat otomatis secara default
berupa kombinasi angka dan huruf secara random. Gambar 4.28 merupakan
tampilan device dan variabel yang telah dibuat.

47
Gambar 4. 28 Device dan variabel

Selanjutnya pengaturan triggers yang berfungsi sebagai pemicu untuk


melakukan aksi jika beberapa parameter telah terpenuhi. Pengaturan triggers
meliputi penentuan variable, kondisi, batas nilai, dan durasi waktu. Variable yang
digunakan adalah variable ppm. Kondisi yang digunakan adalah Greater than or
equal to (lebih besar dari atau sama dengan). Bats nilai yang digunakan sebesar
300 (satuan menyesuaikan dengan variable). Durasi waktu yang digunakan adalah
selama 5 menit. Menu triggers dapat dibuka melalui menu Data >> Events >>
Triggers. Gambar 4.29 adalah tampilan menu triggers.

Gambar 4. 29 Pengaturan Triggers

Setelah pengaturan triggers dibuat selanjutnya pengaturan then action atau


aksi yang dapat diakses melalu menu yang berada di sebelah kanan menu

48
triggers. Pemberitahuan yang digunakan berupa email yang akan dikirim ke pihak
berwenang sebagai notifikasi peringatan bahwa kadar CO di lingkungan tersebut
sudah melewati batas bahaya. Pihak berwenang yang dimaksud antara lain ketua
RT dan RW setempat, dinas Lingkungan Hidup dari tingkat Kota, Provinsi,
hingga tingkat Nasional. Email notifikasi peringatan juga dikirim ke pihak
perusahaan atau pabrik yang ikut berkontribusi terkait pencemaran gas CO di
wilayah tersebut. Pengaturan pemberitahuan email dapat dilihat pada gambar
4.30.

Gambar 4. 30 Pengaturan pemberitahuan email

49
BAB V
PENGUJIAN DAN ANALISIS
5.1 Pengujian
Setelah dilakukan perancangan dan implementasi meliputi system sensor
dan monitoring sistem selanjutnya akan dilakukan pengujian. Penguji dilakukan
dengan tujuan melihat apakah system yang dibuat dapat bekerja sesuai seperti
yang diinginkan. Adapun pengujian yang akan dilakukan meliputi:
1. Pengujian sensor
2. Pengujian sistem monitoring
5.1.1 Pengujian Sensor MQ7
Pada perangkat prototipe pencemaran udara terlebih dahulu dilakukan
pengujian pada sensor MQ-7. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui
apakah sensor bekerja dengan baik atau tidak. Adapun prosedur pengujiannya
yaitu dengan cara melakukan kalibrasi sensor terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan
pada lokasi yang dianggap memiliki tingkat pencemaran paling rendah atau tidak
tercemar sama sekali. Pada proses ini akan didapatkan nilai Ro yang nantinya
akan dijadikan nilai Rs konstanta pada pengujian berikutnya. Ro merupakan nilai
resistansi di udara. Nilai ini digunakan untuk melakukan kalibrasi. Namun
biasanya nilai Ro diabaikan atau dibuat Ro = Rs, dalam asumsi kondisi minim gas
karbon CO.
Berdasarkan datasheet karakterisasi sensor MQ7 pada gambar 2.7 lalu
diperoleh pendekatan persamaan garis hubungan Rs/Ro dengan PPM pada gambar
2.8 untuk mencari nilai Ro.
Dalam penentuan nilai Ro ini pengujian dilakukan di wilayah batu kuda
kampung Cikoneng Desa Cibiru Wetan Cileunyi kabupaten Bandung. Wilayah ini
dianggap memiliki kadar pencemaran rendah karena jauh dari wilayah
perindustrian dan jalan raya. Pengujian diambil pada hari Rabu 10 Novermber
2021 pukul 08.00 WIB. Pengujian meliputi penggambilan data VRL dan Rs. Data
VRL dan Rs dapat dilihat pada table 5.1.

50
Tabel 5. 1 Data VRL dan Rs

No VRL (Volt) Rs (Ohm)

1 0,67 6474,45
2 0,67 6474,45
3 0,67 6474,26
4 0,67 6474,29
5 0,67 6474,11
6 0,67 6474,23
7 0,67 6474,12
8 0,67 6474,44
9 0,67 6474,45
10 0,67 6474.45
Rata-rata 0,67 6474,311111

Setelah diketahui nilai Rs, selanjutnya nilai Rs dimasukan ke variable Ro


untuk mendapatkan nilai PPM. Pada kondisi kalibrasi nilai Rs dianggap sama
dengan nilai Ro. Tabel 5.2 adalah hasil pengukuran nilai PPM di Batu Kuda.

Tabel 5. 2 Nilai PPM di Batu Kuda Manglayang


Batu Kuda Manglayang
No VRL Polusi
Rs (Ohm)
(Volt) (PPM)
1 0,56 8.277 70,25
2 0,51 7.952 69,97
3 0,56 8.277 70,25
4 0,51 7.952 69,97
5 0,56 8.277 70,25
6 0,56 8.277 70,25
7 0,56 8.132 70,16
8 0,51 7.952 69,97
9 0,56 8.132 70,16
10 0,56 8.277 70,25
Rata-rata 0,545 8.151 70,148

Setelah pengujian yang dilakukan di Batu Kuda sebagai pengkalibrasi


selanjutnya pengujian dilakukan dibeberapa wilayah seperti Bunderan Cibiru,

51
Kampus UIN Bandung dan Alun-alun Kota Bandung. Hasil pengujian
pengukuran kadar polusi di area tersebut dapat dilihat pada table 5.3, table 5.4
dan table 5.5.

Tabel 5. 3 Nilai PPM di Bundaran Cibiru


Bunderan Cibiru
No VRL
Rs (Ohm) Polusi (PPM)
(Volt)
1 0,55 8.061 71,49
2 0,64 6.757 93,65
3 0,64 6.757 93,65
4 0,75 5.649 123,18
5 0,83 4.988 149,01
6 0,66 6.529 98,7
7 0,7 6.111 109,23
8 0,77 5.481 129,01
9 0,74 5.781 118,9
10 0,75 5.692 121,74
Rata-rata 0,703 6.181 110,856

Tabel 5. 4 Nilai PPM di Kampus 1 UIN Bandung


Kampus 1 UIN Bandung
No VRL
Rs (Ohm) Polusi (PPM)
(Volt)
1 0,55 8.061 71,49
2 0,54 8.225 69,33
3 0,57 7.827 74,79
4 0,53 8.394 67,2
5 0,56 7.904 73,68
6 0,55 8.061 71,49
7 0,59 7.533 79,31
8 0,56 7.904 73,68
9 0,54 8.225 69,33
10 0,53 8.394 67,2
Rata-rata 0,552 8052,8 71,75

Tabel 5. 5 Nilai PPM di Alun-alun Bandung


No Alun-alun Bandung

52
VRL
Rs (Ohm) Polusi (PPM)
(Volt)
1 0,84 4.919 152,23
2 0,77 5.522 127,54
3 0,71 6.013 111,95
4 0,64 6.757 93,65
5 0,93 4.389 181,22
6 0,77 5.481 129,01
7 0,8 5.282 136,52
8 0,83 5.023 147,42
9 0,93 4.389 181,22
10 0,97 4.145 197,77
Rata-rata 0,819 5192 145,853

Untuk perhitungan kalibrasi harus dilakukan pada tempat yang minim dari
gas CO. Pada sensor MQ7 memiliki batas data yang dapat dibaca yaitu antara 20-
2000ppm, maka digunakan nilai 20 sebagai acuan untuk kadar CO terendah. Table
5.6 adalah perhitungan nilai ppm secara manual.

5.1.2 Pengujian Sistem Monitoring

Selanjutnya pengujian dilakukan pada Monitoring sistem. Pada system ini


pengujian meliputi pengujian pengiriman data dan pengujian tampilan. Pengujian
pertama yaitu pengujian pengiriman data dari perangkat ke cloud. Pada penelitian
ini skema yang pengujian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan tujuh
koneksi yang berbeda. Adapun hasil pengujian delay pengiriman data dapat
dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5. 6 Pengujian delay pada beberapa device


Data ke Delay provider koneksi (detik)
- Wifi Telkoms Indosat 3 XL Axis SmartFre

53
el n
1 5,26 5,77 6,47 7,04 6,47 5,87 5,12
2 5,12 6,24 6,89 6,91 5,76 5,92 5,53
3 5,67 6,02 6,15 6,73 5,82 6,03 5,86
4 6,02 5,59 5,83 7,42 5,24 6,42 5,67
5 5,34 5,37 5,67 8,06 5,38 6,76 5,43
6 5,67 5,43 5,87 7,89 6,52 6,42 5,77
7 5,26 5,67 5,55 7,92 6,47 6,21 5,63
8 5,02 5,43 5,47 10,65 6,21 5,72 5,91
9 5,17 6,07 6,04 6,67 5,87 5,55 6,11
10 5,34 6,47 6,12 7,11 6,04 5,76 5,42
Rata- 5,38
5,806 6,006 7,64 5,978 6,066 5,645
rata 7
Setelah pegujian akses selanjutnya ke pengujian tampilan. Adapun
pengujian tampilan yaitu tampilan dashboard, devices dan tampilan grafik. Pada
Gambar 5.1 merupakan tampilan dashboard pada cloud sistem ubidots.
Dashboard ini ditampilkan pada layar yang cukup besar di area pengukuran kadar
gas CO agar masyarakat yang berada di sana dapat melihat data pengukuran gas
CO secara langsung. Ada pun data yang ditampilkan pada layar monitor antara
lain VRL, Ro, dan kadar CO dalam ppm.

Gambar 5. 1 Tampilan Dashboard

Selanjutnya tampilan device dapat dilihat pada gambar 5.2. Device pada
ubidots ini merupakan fitur untuk mengatur dan menambahkan variabel apa saja
yang akan digunakan. Adapun variable yang digunakan adalah ppm yang

54
berfungsi sebagai variabel pengukuran nilai kadar CO. Selanjutnya terdapat
variable VRL yang berfungsi sebagai variabel yang menampilkan data hasil
pembacaan sensor, serta variabel Rs sebagai variabel hambatan sensor.

Gambar 5. 2 Tampilan devices

Tampilan notifikasi email peringatan jika kadar gas CO melebihi batas


normal yaitu lebih dari 300ppm. Sebagai contoh berfungsinya sistem monitoring
yang telah dibuat, email notifikasi peringatan dapat diterima dengan baik sesuai
dengan parameter yang telah tetapkan. Contoh isi pesan dari notifikasi email
adalah “Hey there, ppm was 311.26025390625 at 2021-11-11 21:13:45 +0700”.
Gambar 5.3 merupakan tampilan notifikasi email pada smartphone.

55
Gambar 5. 3 Notifikasi email pada smartphone

56
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil rancang bangun serta analisis prototipe sistem
monitoring kadar pencemaran udara berbasis IoT diperoleh kinerja dengan
kesimpulan sebagi berikut :
1. Pada sistem monitoring digunakan sensor MQ7 sebagai sensor pendeteksi
gas CO dengan waktu pembacaan data setiap 5 detik. Sensor gas MQ7
dipilih karena fokus mendeteksi kadar gas CO saja. Untuk output berupa
suara menggunakan buzzer sebagai tanda jika kadar gas CO melewati
batas bahaya, cloud mengirim notifikasi pesan peringatan melalui email,
serta layar LCD sebagai tampilan monitoring secara realtime di loakasi.
Selain itu kadar CO bisa diakses secara realtime melalui website ubidots
dan aplikasi ubidots pada smartphone.
2. Sistem monitoring kadar pencemaran udara dapat bekerja dengan normal
baik pada sistem monitoring maupun pada sistem cloud. Perangkat harus
tetap menyala agar sistem dapat diakses setiap waktu. Direkomendasikan
menggunakan koneksi jaringan yang bagus sehingga tidak terjadi delay
yang lama.

6.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya mengenai penelitian tentang
sistem monitoring kadar pencemaran udara yaitu ketika proses kalibrasi sensor
harus dilakukan di tempat yang benar-benar bebas dari kada CO, Pada penelitian
berikutnya dapat ditambahkan sensor untuk penteteksi pencemaran udara yang
lain agar variable lebih bervariasi. Pemilihan waktu dan tempat yang lebih tepat
agar hasil lebih maksimal.

57
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Faroqi, E. P. Hadisantoso, D. K. Halim, and M. S. WS, “Perancangan Alat


Pendeteksi Kadar Polusi Udara Menggunakan Sensor Gas MQ-7 Dengan
Teknologi Wirelles HC-05,” Jurnal ISTEK, vol. X, no. 2, pp. 33–47, 2017.
[2] R. Satra and A. Rachman, “Pengembangan Sistem Monitoring Pencemaran Udara
Berbasis Protokol ZIGBEE dengan Sensor CO,” ILKOM Jurnal Ilmiah, vol. 8, no.
1, p. 17, 2016, doi: 10.33096/ilkom.v8i1.8.17-22.
[3] T. S. Gunawan et al., “Prototype design of smart home system using internet of
things,” Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science, vol.
7, no. 1, pp. 107–115, 2017, doi: 10.11591/ijeecs.v7.i1.pp107-115.
[4] D. Herliabriyana, S. Kirono, and H. Handaru, “Sistem Kontrol Pakan Ikan Lele
Jarak Jauh Menggunakan Teknologi Internet of Things(IoT),” Jurnal Ilmiah
Intech : Information Technology Journal of UMUS, vol. 1, no. 02, pp. 62–74,
2019, doi: 10.46772/intech.v1i02.70.
[5] Z. Iqbal and L. Hermanto, “Sistem Monitoring Tingkat Pencemaran Udara
Berbasis Teknologi Jaringan Sensor Nirkabel,” Jurnal Informatika dan Komputer,
vol. 22, no. 1, pp. 10–20, 2017.
[6] R. Prahardis, D. Syauqi, and S. R. Akbar, “Implementasi Sistem Monitoring
Polusi Udara Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara Dengan Pemodelan
Finite State Machine,” Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer, vol. 2, no. 9, 2018.
[7] Yamunathangam, K. Pritheka, and P. Varuna, “IoT enabled air pollution
monitoring and awareness creation system,” International Journal of Recent
Technology and Engineering, vol. 7, no. 4, pp. 398–400, 2019.
[8] J. M. S. Waworundeng and O. Lengkong, “Sistem Monitoring dan Notifikasi
Kualitas Udara dalam Ruangan dengan Platform IoT,” CogITo Smart Journal,
vol. 4, no. 1, p. 94, 2018, doi: 10.31154/cogito.v4i1.105.94-103.
[9] J. P. Susanto, “KUALITAS UDARA BEBERAPA KOTA DI ASIA (Monitoring
Kandungan SO2 Udara Ambien Dengan Passive Sampler),” J. Tek..Ling, vol. 6,
no. 1, pp. 324–329, 2005.
[10] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, “Keputusan Badan pengendalian
dampak lingkungan (KABAPEDAL),” pp. 13–36, 1999.
[11] S. J. Sokop, D. J. Mamahit, and S. Sompie, “Trainer Periferal Antarmuka Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno,” Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, vol. 5, no. 3,
pp. 13–23, 2016.

58
[12] T. Kusuma and M. T. Mulia, “Perancangan Sistem Monitoring Infus Berbasis
Mikrokontroler Wemos D1 R2,” Knsi 2018, pp. 1422–1425, 2018.
[13] F. Supegina and E. J. Setiawan, “Rancang Bangun Iot Temperature Controller
Untuk Enclosure Bts Berbasis Microcontroller Wemos Dan Android,” Jurnal
Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana, vol. 8, no. 2, pp. 145–150, 2017.
[14] D. Setiadi, “PENERAPAN INTERNET OF THINGS (IoT) PADA SISTEM
MONITORING IRIGASI (SMART IRIGASI),” Infotronik : Jurnal Teknologi
Informasi dan Elektronika, vol. 3, no. 2, pp. 95–102, 2018, doi:
10.32897/infotronik.2018.3.2.5.
[15] D. Setiadi, “PENERAPAN INTERNET OF THINGS (IoT) PADA SISTEM
MONITORING IRIGASI (SMART IRIGASI),” Infotronik : Jurnal Teknologi
Informasi dan Elektronika, vol. 3, no. 2, pp. 95–102, 2018, doi:
10.32897/infotronik.2018.3.2.5.
[16] M. A. Muslim and N. A. Retno, “Implementasi Cloud Computing Menggunakan
Metode Pengembangan Sistem Agile,” Scientific Journal of Informatics, vol. 1,
no. 1, pp. 29–37, 2015, doi: 10.15294/sji.v1i1.3639.
[17] A. Siswanto and R. Faldana, “Sistem Monitoring Rumah Berbasis Teknologi
Cloud Computing,” Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, vol. 1, no.
September, pp. 276–282, 2014.
[18] M. Arduino and R. Pi, “Sistem Pengendalian Debit Air Aquaponik,” vol. 8, pp.
15–22, 2017.
[19] S. Sensor, A. Asap, A. Tujuan, and S. Mq, “MQ 2 Sebagai Sensor Anti Asap
Rokok ... (Mauludin dkk.),” Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas
Wahid Hasyim, pp. 260–265, 2016.
[20] J. Arifin, L. N. Zulita, and Hermawansyah, “Perancangan Murottal Otomatis
Menggunakan Mikrokontroller Arduino Mega 2560,” Jurnal Media Infotama, vol.
12, no. 1, pp. 89–98, 2016.
[21] A. W. Damanik, “SISTEM DETEKTOR KADAR ZAT CARBON
MONOKSIDA PADA RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER
ATMEGA 328 LAPORANTUGAS AKHIR.”

59
LAMPIRAN-LAMPIRAN

60

Anda mungkin juga menyukai