Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
pada Jurusan Teknik Elektro
Oleh:
MUHAMMAD YASIR
1157070058
TUGAS AKHIR
Oleh:
Muhammad Yasir
1157070058
Telah disetujui dan disahkan sebagai Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
KEMENTRIAN AGAMA No. Dok : FST-TU-AKM-FR-
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI F.29
SUNAN GUNUNG DJATI Tgl. Terbit : 1 September 2014
FAKULTAS SAINS DAN FORM (FR) No. Revisi: : 00
TEKNOLOGI Hal : ii/xlix
Jl. AH Nasution No. 105 Bandung
ii
ABSTRAK
Alat bantu navigasi tunanetra pada umumnya masih menggunakan alat bantu
manual sehingga kurang efektif bagi para penyandang tunanetra untuk
bernavigasi. Alat bantu navigasi tunanetra menggunakan sensor ultrasonic dirasa
dapat menjadi solusi untuk memudahkan penyandang tunanetra dalam
bernavigasi. Sistem ini dirancang akan bekerja saat mendeteksi objek pada jarak
200 cm. Sistem mengeluarkan output berupa bunyi dan getar yang akan memiliki
nilai semakin besar ketika mendeteksi objek pada jarak dekat dan memiliki nilai
yang kecil saat mendeteksi pada jarak jauh. Modul sistem ditempatkan pada
beberapa posisi di bagian tubuh pengguna agar dapat membantu untuk
mengetahui posisi dan perkiraan jarak objek halangan. Alat bantu navigasi ini
menggunakan sensor ultrasonic sebagai pendeteksi objek dengan buzzer dan
vibrator sebagai aktuator dan arduino pro mini sebagai mikrokontroler sistem.
Hasil dari penelitian ini adalah sistem dapat mendeteksi objek halangan pada jarak
yang telah diatur dan dapat mengetahui posisi objek halangan sehingga membantu
pengguna dalam melakukakan navigasi.
Kata Kunci : Navigasi, Tunanetra, Sensor Ultrasonic, Buzzer, Vibrator.
iii
ABSTRACT
Visually impaired navigation aids generally still use manual aids so that they are
less effective for visually impaired persons to navigate. Visually impaired
navigation aids using ultrasonic sensors can be a solution to make it easier for
blind people to navigate. This system is designed to work when it detects objects
at a distance of 200 cm. The system issues output in the form of sounds and
vibrations which will have a greater value when detecting objects at close range
and have a smaller value when detecting at a distance. The system module is
placed in several positions on the user's body in order to help determine the
position and approximate distance of the obstruction object. This navigation aid
uses an ultrasonic sensor as an object detector with a buzzer and vibrator as an
actuator and Arduino Pro mini as a system microcontroller. The result of this
research is that the system can detect obstruction objects at a predetermined
distance and can find out the position of the obstruction object so that it helps
users navigate.
Keyword : Navigation, Blind, Ultrasonic Sensor, Buzzer, Vibrator.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
1. Ibu Dr. Hj. Hasniah Aliah, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Bapak Nanang Ismail, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Bapak Eki Ahmad Zaki, MT. Selaku Dosen Pembimbing satu yang telah
membantu dalam segala proses pembelajaran dan mengarahkan dalam
pembuatan tugas akhir.
4. Bapak Mufid Ridlo Effendi, MT selaku Pembimbing dua yang telah
membantu dalam segala hal proses pembelajaran dan mengarahkan dalam
pembuatan tugas akhir.
v
5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, atas segala bantuan dan kerja samanya selama ini.
6. Kedua orang Tua dan keluarga yang telah memberikan berbagai dukungan
baik itu dukungan secara moral maupun material serta dorongan semangat,
sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek ini dengan keadaan
sehat.
7. Teruntuk Winda Nurmala yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan proposal ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat menjadi amal
kebaikan dihadapan Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat di masa
yang akan datang khususnya bagi penulis, para pembaca serta pihak yang terkait.
Muhammad Yasir
NIM. 1157070058
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI........................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................
vii
2.5 Buzzer............................................................................................................
3.7 Implementasi.................................................................................................
viii
5.2 Pengujian Waktu Respon Sistem..................................................................
5.6 Analisis..........................................................................................................
6.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagai pusat control dan sensor ultrasonic sebagai pendeteksi objek. Sensor
ultrasonic akan mendeteksi objek mengirimkan informasi melalui buzzer dan
vibrator motor. Penelitian ini berjudul “Rancang Bangun Alat Bantu Navigasi
Tunanetra Menggunaka Sensor Ultrasonic”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka terdapat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang dan mengimplementasikan sebuah alat bantu
navigasi tunanetra menggunakan Arduino pro mini dan sensor ultrasonic?
2. Bagaimana kinerja alat bantu navigasi tunanetra menggunakan Arduino
pro mini dan sensor ultrasonic ?
2
4. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa C;
5. Pengujian dilakukan pada medan yang datar;
6. Tinggi halangan yang digunakan pada pengujian menggunkan rata – rata
tinggi manusia.
3
ATMEGA 328
4
menggunakan gelang sebagai desain utama dan mengunakan microcontroller
Arduino pro mini. Dengan demikian meskipun penelitian ini dilakukan untuk
sebuah tugas akhir tetapi mengandung kebaruan (novelty) yang memadai.
5
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan aturan penyusunan data dan penulisan
agar dapat menghasilkan penulisan yang baik. Sistematika penulisan tugas akhir
ini terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
batasan masalah, state of the art, kerangka berfikir serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang didalamnya dijelaskan tentang
teori yang menjadi landasan dalam melakukan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi diagram alur atau langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian dan berisi table jadwal kegiatan yang dilakukan dalam penelitian
ini. Di lengkapi dengan jangka waktu setiap kegiatan yang dilakukan.
BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
Bab ini berisi tahapan pembuatan sistem navigasi mulai dari perancangan,
penentuan komponen penyusun dari sistem, sampai realisasi sistem.
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi pengujian dari masing-masing komponen penyusun sistem
navigsi sehingga dapat mengetahui kinerja dari sitem yang telah dibuat.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran dari tugas akhir ini.
6
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Tunanetra
Tunanetra adalah orang yang memiliki keterbatasan pada indera
penglihatannya
atau bahkan memiliki ketidakmampuan untuk melihat. Berdasarkan tingkat
kebutaannya, tunanetra dibedakan menjadi dua kelompok yaitu buta total dan low
vision. Sedangkan berdasarkan usia kebutaan, dibedakan menjadi: buta sejak lahir
dan buta tidak sejak lahir (sempat memiliki pengalaman untuk melihat baru
kemudian mengalami kebutaan)[7].
Menurut Daniel P. Hallahan, James M. Kauffman, dan Paige C. Pullen
(2009: 380), mengemukakan “Legally blind is a person who has visual acuity of
20/200 or less in the better eye even with correction (e.g., eyeglasses) or has a
field of vision so narrow that its widest diameter subtends an angular distance no
greater than 20 degrees”. Definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa anak buta
adalah seseorang yang memiliki ketajaman visual 20/200 atau kurang pada
mata/penglihatan yang lebih baik setelah dilakukan koreksi (misalnya kacamata)
atau memiliki bidang penglihatan begitu sempit dengan diameter terlebar
memiliki jarak sudut pandang tidak lebih dari 20 derajat.
2.1.1 Klasifikasi Tunanetra
Tunanetra diklasifikasikan menjadi beberapa bagiam, yaitu:
1. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanteraan
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir
Kelompok ini terdiri dari orang yang mengalami ketunanetraan
pada saat dalam kandungan atau sebelum usia satu tahun.
Anak-anak ini masih belum memiliki konsep penglihatan.
b. Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
Yaitu orang yang mengalami ketunanetraan pada saat ia berusia
dibawah 5 tahun. Bagi anak ini konsep penglihatan yang telah
dimiliki lama kelamaan akan hilang sehingga kesan-kesan
7
visual atau konsep-konsep tentang benda atau lingkungan yang
dimilikinya tidak terlalu bermanfaat bagi kehidupan
selanjutnya.
c. Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
Tunanetra remaja adalah orang yang mengalami ketunanetraan
pada saat usia remaja atau antara usia 6 – 19 tahun.
d. Tunanetra pada usia dewasa
Tunanetra dewasa yaitu orang yang mengalami ketunanetraan
pada usia dewasa atau usia 19 tahun ke atas.
2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
a. Low vision
Low Vision disebut juga tunanetra kurang lihat, yaitu mereka
yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 s.d. 20/200. Pada
taraf ini para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat
khusus.
b. Blind
Mereka yang ketajaman penglihatannya 20/200 feet atau kurang.
Tingkat ketajaman seperti ini, sudah dapat dikatakan buta (Blind).
Kelompok ini masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua,
yaitu kelompok tunanetra yang masih dapat melihat gerakan
tangan dan kelompok tunanetra yang hanya dapat membedakan
terang dan gelap.
c. Totally blind
Totally Blind adalah tunanetra yang memiliki visus 0. Pada taraf
yang terakhir ini , anak sudah tidak mampu lagi melihat
rangsangan cahaya atau dapat dikatakan tidak dapat melihat
apapun.
2.2 Sistem Kendali
Sistem kendali atau sistem kontrol adalah proses pengaturan atau
pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter)
sehingga berada pada suatu nilai (range) tertentu[8].
8
Ditinjau dari hubungan keluaran terhadap masukan, maka sistem
kontrol dapat dibedakan atas dua bagian yaitu sistem kontrol loop terbuka dan
sistem kontrol loop tertutup. Ciri khusus yang membedakan kedua jenis
tersebut adalah pemakaian umpan balik sebagai pembanding dalam sistem
kontrol loop tertutup.
2.2.1 Sistem kontrol loop terbuka
Sistem kontrol terbuka (Open-Loop Control) adalah suatu sistem
kontrol yang mempunyai karakteristik dimana nilai keluaran tidak memberikan
pengaruh terhadap aksi kontrol tersebut. Sistem kontrol loop terbuka dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Masukan Keluaran
Sistem
Kontrol
9
menjadi besaran listrik disebut transduser. Pada saat ini, sensor telah dibuat
dengan ukuran sangat kecil dengan orde nanometer. Ukuran yang sangat kecil ini
sangat memudahkan permakaian dan menghemat energi[9].
Sensor ultrasonic adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan
gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek
tertentu di depannya, frekuensi kerjanya pada daerah diatas gelombang suara dari
40 KHz hingga 400 KHz[9].
Sensor ultrasonic terdiri dari dari dua unit, yaitu unit pemancar dan unit
penerima. Struktur unit pemancar dan penerima sangatlah sederhana, sebuah
kristal piezoelectric dihubungkan dengan mekanik jangkar dan hanya
dihubungkan dengan diafragma penggetar. Tegangan bolak-balik yang memiliki
frekuensi kerja 40 KHz – 400 KHz diberikan pada plat logam. Struktur atom dari
kristal piezoelectric akan berkontraksi (mengikat), mengembang atau menyusut
terhadap polaritas tegangan yang diberikan, dan ini disebut dengan efek
piezoelectric. Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma penggetar sehingga
terjadi gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke udara (tempat sekitarnya), dan
pantulan gelombang ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu, dan pantulan
gelombang ultrasonik akan diterima kembali oleh oleh unit sensor penerima.
Selanjutnya unit sensor penerima akan menyebabkan diafragma penggetar akan
bergetar dan efek piezoelectric menghasilkan sebuah tegangan bolak-balik dengan
frekuensi yang sama. Sensor ultrasonic mempunyai bentuk yang ditunjukan pada
Gambar 2.3.
10
(Sumber : U. Hasanuddin, “Sensor Ultrasonik HC-SR04,” pp. 1–12, 2016.)
11
2.5 Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara[6]. Pada dasarnya prinsip kerja
Buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi Buzzer juga terdiri dari kumparan
yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus
sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau
keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan
dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan
diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan
menghasilkan suara. Dapat dilihat pada Gambar 2.5.
12
Gambar 2.6 Vibrator Motor
(Sumber : R. C. G. Tangdiongan, E. K. Allo, S. R. U. A. Sompie, and J. T. Elektro-ft,
“Rancang Bangun Alat Bantu Mobilitas Penderita Tunanetra Berbasis Microcontroller
Arduino Uno,” J. Tek. Elektro dan Komput. (Universitas Sam Ratulangi Manad)., vol. 6,
no. 2, pp. 79–86, 2017.)
2.7 Bahasa C
Bahasa Pemrograman C adalah sebuah bahasa pemrograman komputer
yang bisa digunakan untuk membuat berbagai aplikasi (general-purpose
programming language), mulai dari sistem operasi (seperti Windows atau Linux),
antivirus, software pengolah gambar (image processing), hingga compiler untuk
bahasa pemrograman, dimana C banyak digunakan untuk membuat bahasa
pemrograman lain yang salah satunya adalah PHP. Meskipun termasuk general-
purpose programming language, yakni bahasa pemrograman yang bisa membuat
berbagai aplikasi, bahasa pemrograman C paling cocok merancang aplikasi yang
berhubungan langsung dengan Sistem Operasi dan hardware. Ini tidak terlepas
dari tujuan awal bahasa C dikembangkan[11].
Aplikasi yang dibuat menggunakan bahasa C bisa dieksekusi dengan
sangat cepat serta berukuran kecil. Ini karena C bisa langsung berkomunikasi
dengan hardware, sebuah fitur yang jarang tersedia di bahasa pemrograman
modern seperti JAVA, PHP, maupun Python, akan tetapi, hal ini juga memiliki
kelemahan. Bahasa C relatif sederhana dan tidak memiliki fitur-fitur modern
seperti garbage collection dan dynamic typing.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendahuluan
Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan
tugas akhir ini yaitu: pertama dengan studi literatur dari berbagai penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian dilakukan tahap perumusan
masalah serta dilakukan analisis kebutuhan dan perancangan hingga
dilakukan membangun alat untuk memperoleh hasil dan kesimpulan.
Adapun tahap dari proses penelitian ini dijabarkan pada Gambar 3.1.
14
ini dilakukan untuk mencari informasi dengan mengkaji buku-buku yang
berkaitan dengan sistem yang akan dirancang. Selain itu, dilakukan juga
dengan mengambil referensi dari jurnal ilmiah dan berbagai sumber di internet
sebagai acuan untuk melakukan penelitian.
3.3 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah persoalan yang muncul kemudian
rencana menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada penelitian ini identifikasi
masalah dilakukan dengan merancang dan mengetahui cara kerja alat bantu
navigasi tunanetra menggunakan Arduino pro mini dan sensor ultrasonik.
3.5 Analisa Kebutuhan
Tahap ini dilakukan agar apa yang akan dibuat atau dirancang sesuai
dengan kebutuhan sistem yang berdasarkan data-data pada tahap-tahap
perancangan. Analisa kebutuhan meliputi kebutuhan perangkat keras dan
perangkat lunak.
3.6 Perancangan Alat
Setelah menganalisis kebutuhan, maka pada tahap ini akan dirancang alat
bedasarkan spesifikasi yang di inginkan. Tahapan perancangan dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
15
keras dan perangkat lunak. Dalam bentuk yang nyata dan dapat
diimplementasikan pada alat bantu navigasi tunanetra.
3.8 Pengujian Sistem
Tahapan selanjutnya adalah proses pengujian sistem yang telah dibuat.
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kinerja sistem yang telah dirancang
sebelumnya. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan sitem yang dimulai
dengan sensor ultrasonic sebagai pendeteksi objek dan memberi informasi pada
users melalui vibrator motor dan buzzer.
3.9 Analisis Hasil
Hasil analisis merupakan pembahasan hasil dari proses pengujian sistem
yang telah dibuat seperti, pengiriman informasi dari sensor ultrasonic, getar
vibrator motor, dan keluaran suara dari buzzer yang hasilnya akan di analisis
kemudian didapatkan kesimpulan apakah sistem tersebut sudah berfungsi sesuai
dengan perancangan.
16
BAB IV
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
17
4.2 Perancangan Hardware
Perancangan pada Hardware sistem ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni
Input, Proses, Output. Arduino Pro Mini berfungsi untuk menyimpan program
secara keseluruhan dan berfungsi untuk mengelolah sistem output dan input dari
device yang digunakan. Perancangan Hardware sistem dapat diihat pada Gambar
4.2
G
a
m
b
a
r
No Device Spesifikasi
- Operating Voltage 5V
1 Arduino Pro Mini - SRAM 1 KB
- EEPROM 512 Byte
- Suplai tegangan 5 VDC
2 Sensor Ultrasonic - Minimum jarak 2 cm
HC-SR04 - Maksimum Jarak 4 m
18
No Device Spesifikasi
- Suplai tegangan 5 VDC
3 Buzzer - Sound Output : 85dB
- Resonant freq : 4000 +/- 500 Hz
19
Gambar 4.4 Flowchart perancangan software
Berdasarkan Gambar 4.4 bahwa sistem akan berjalan ketika sensor
mendeteksi halangan yang kemudian di proses oleh sistem menjadi otuput sistem
berupa buzzer dan vibrator.
20
Gambar 4.5 Implementasi Arduino pro mini dengan ultrasonic HC-SR04
21
4.4.3 Implementasi Arduino Pro Mini dan Buzzer
Implementasi hardware dalam penelitian ini adalah Buzzer yang
terhubung dengan arduino pro mini melalui ports D3. Buzzer yang terhubung
dengan mikrokontroler Arduino pro mini merupakan output sistem yang
menandakan sistem mendeteksi halangan yang di deteksi oleh sensor ultrasonic
HC-SR04. Output Buzzer yang dihasilkan tergantung jarak pendeteksian, semakin
dekat pendeteksian maka intensitas suara buzzer semakin besar dan ketika jarak
pendeteksian jauh maka intensitas suara buzzer semakin kecil. Implementasi
Arduino pro mini dan Buzzer dapat dilihat pada Gambar 4.7
22
Gambar 4.8 Implementasi sistem pada tubuh manusia
4.5 Implementasi Software
Tahap ini dilakukan pemrograman untuk mendukung kerja sistem yang
akan dibuat. Program yang dilakukan pada kerja sistem adalah didalam Arduino
pro mini yang dapat mengontrol hardware bekerja dengan maksimal. Berikut
langkah-langkah implementasi dalam perancangan software.
23
eye-for-the-blind.ino yang dimodifikasi pada line 22-50. Implemantasi software
arduino dapat dilihat pada Gambar 4.9
24
BAB V
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dari sistem yang telah
dirancang. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian deteksi objek, buzzer,
vibrator dan pengujian waktu respon sistem.
5.1 Pengujian Deteksi Objek
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui objek yang dapat di deteksi oleh
sensor ultrasonic. Pengujian deteksi objek ini dilakukan dengan menguji sistem
terhadap sepuluh objek yang berbeda. Parameter yang diuji adalah status sistem
apakah akan bekerja atau tidak saat mendeteksi objek. Hasil pengujian deteksi
objek dapat dilihat pada tabel 5.1
25
Tabel 5. 2 Hasil Pengujian waktu respon sistem
26
Jarak Jumlah Bunyi dan
No Status
(cm) Getar
9 180 On 9
10 200 On 7
11 220 Off -
12 240 Off -
13 260 Off -
14 280 Off -
15 300 Off -
27
150 cm), untuk halangan sedang adalah halangan yang memiliki tinggi dari lebih
tinggi dari pinggul dan lebih rendah dari dada pengguna (100 cm – 150
cm)sedangkan halangan rendah adalah halangan yang memiliki tinggi lebih dari
lutut dan lebih rendah dari pinggul pengguna (50 cm – 100 cm). Hasil pengujian
navigasi sistem pada halangan tinggi dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5 Hasil Pengujian navigasi sistem pada halangan tinggi
Posisi Halangan
No Posisi Modul Tinggi (>= 150 cm)
Depan Kanan Kiri
1 Telapak Tangan On Off Off
2 Lengan Kanan Off On Off
3 Lengan Kiri Off Off On
4 Kaki Kanan On On Off
5 Kaki Kiri On Off On
Posisi Halangan
No Posisi Modul Sedang (100 cm – 150 cm)
Depan Kanan Kiri
1 Telapak Tangan On Off Off
2 Lengan Kanan Off Off Off
3 Lengan Kiri Off Off Off
4 Kaki Kanan On On Off
5 Kaki Kiri On Off On
28
Tabel 5.7 Hasil Pengujian navigasi sistem pada halangan rendah
Posisi Halangan
No Posisi Modul Rendah (50 cm – 100 cm)
Depan Kanan Kiri
1 Telapak Tangan Off Off Off
2 Lengan Kanan Off Off Off
3 Lengan Kiri Off Off Off
4 Kaki Kanan On On Off
5 Kaki Kiri On Off On
29
jarak 20 cm – 300 cm dan hasil dari pengujian waktu respon sistem dapat
diketahui semakin jauh jarak deteksi sensor maka semakin besar juga delay pada
sistem. Sistem ini tidak dapat bekerja ketika jarak pendeteksian objek halangan
lebih besar dari 200 cm.
Pengujian buzzer dan vibrator dilakukan dengan menghitung frekuensi
bunyi dan getar. Perhitungan dilakukan pada jarak 20 cm – 200 cm dan dilakukan
dalam 30 detik. Dari pengujian ini dapat diketahui semakin jauh jarak
pendeteksian maka semakin kecil jumlah bunyi buzzer dan getar vibrator,
sebaliknya semakin dekat jarak pendeteksian maka semakin besar jumlah bunyi
buzzer dan getar vibrator. Hal ini disebakan karena sistem di rancang agar
pengguna dapat memperkirakan jarak objek halangan.
Pada pengujian batas waktu pemakaian dilakukan penghitungan batas waktu
maksimal penggunaan sistem. Pengujian dilakukan ketika sistem digunakan
hingga sumber daya yang digunakan habis. Pengujian ini menggunakan 3 sumber
daya yang berbeda yaitu powerbank dengan kapasitas 10000 mAh, 6000 mAH
dan 4800 mAH. Berdasarkan pengujian ini dapat diketahui semakin besar
kapasitas powerbank maka semakin lama waktu pemakaiannya. Pada pengujian
ini juga dapat diketahui bahwa sistem memiliki besar beban daya rata – rata
sebesar 1,23 watt.
Pada pengujian navigasi sistem dilakukan dengan menempatkan halangan
pada posisi dimana sistem dapat mendeteksinya. Halangan yang digunakan
memiliki tinggi yang berbeda yaitu halangan tinggi dan rendah. Halangan tinggi
yang dimaksud adalah halangan yang memiliki tinggi lebih atau sama dengan
tinggi pengguna (>= 150 cm) sedangkan halangan rendah adalah halangan yang
memiliki tinggi lebih dari lutut dan lebih rendah dari pinggul pengguna (50 cm –
100 cm). Pengujian ini juga dilakukan dengan menempatkan posisi halangan di
depan, kanan dan kiri pengguna, hal ini dilakukan agar pengguna dapat
mengetahui posisi halangan dan dapat menghindarinya. Berdasarkan pengujian ini
dapat diketahui bahwa sistem dapat mendeteksi halangan didepannya dan dapat
membantu pengguna bernavigasi jika modul sistem ditempatkan pada posisi yang
ditentukan.
30
Hasil analisis sistem secara keseluruhan didapatkan bahwa sistem akan
bekerja pada jarak kurang atau sama dengan 200 cm. Pada jarak lebih dari 200 cm
sensor tetap bisa mendeteksi halangan tetapi sistem tidak akan bekerja karena
sistem akan bekerja ketika sensor mendeteksi halangan pada setpoint yang telah
ditentukan yaitu 200 cm. Sistem disebut bekerja ketika buzzer mengeluarkan
bunyi dan vibrator bergetar. Buzzer dan vibrator akan bekerja ketika mendapat
supply tegangan dari arduino. Sistem ini di kontrol meggunakan mikrokroler
arduino pro mini dengan bahasa pemrograman C.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari
pengerjaan tugas akhir ini.
6.1 Kesimpulan
Dari tugas akhir yang berjudul “Rancang Bangun Alat Bantu Navigasi
Tunanetra Menggunakan Sensor Ultrasonic” yang telah dilakukan mulai dari
mencari dan pengumpulan data, analisis kebutuhan dalam pembuatan alat, kemudian
merancang desain rangkaian lalu mengimplementasikan perakitan komponen-
komponen, dan membuat program hingga alat dapat bekerja. Kemudian dilakukan
pengujian dan analisis. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berhasil dibuat alat bantu navigasi tunanetra menggunakan sensor ultrasonic
dengan buzzer dan vibrator sebagai aktuator dengan menggunakan arduino
pro mini sebagai pusat sistem dan bahasa C sebagai bahasa pemrograman
nya.
2. Hasil pengujian menunjukan bahwa buzzer dan vibrator dapat berjalan
ketika sensor mendeteksi jarak halangan kurang atau sama dengan 200 cm
dan diproses oleh arduino pro mini sehingga dapat mengirimkan supply
tegangan pada buzzer dan vibrator.
3. Perancangan sistem alat bantu navigasi tunanetra berhasil dilakukan dengan
penempatan posisi modul sistem pada tubuh pengguna yang memiliki beban
daya sebesar 1,23 watt.
6.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari pengerjaan Tugas Akhir, antara lain :
1. Pengujian sebaiknya dilakukan ditempat yang memiliki medan yang
bergelombang atau terdapat lubang agar sistem bisa dipastikan dapat
bekerja di segala medan.
2. Sistem dijalankan dengan mikrokontroler yang spesifikasinya lebih tinggi
untuk mendapatkan waktu pemrosesan sistem yang lebih baik.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
34
J. Psychiatry, vol. 111, no. 479, pp. 1009–1010, 1965.
35