Anda di halaman 1dari 77

TUGAS AKHIR

MONITORING DAN OTOMASI PARAMETER PENENTU


PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
pada Jurusan Teknik Elekro

Oleh:
RIZAL FADILAH
1157070066

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

MONITORING DAN OTOMASI PARAMETER PENENTU


PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

Oleh :
Rizal Fadilah
1157070066

Telah disetujui dan disahkan sebagai Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro
di Bandung, Pada tanggal 21 Agustus 2019
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Lia Kamelia, M.T. Mufid Ridlo Effendi, M.T.


NIP. 197909062011012003 NIDN.2021048301

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Teknik Elektro


UIN SGD Bandung

Dr.Hj. Hasniah Aliah, M.Si. Edi Mulyana, MT.


NIP. 197806132005012014 NIP. 197001062008011025

ii
LEMBAR PERNYATAAN
Bismillahirraahmanirrahim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rizal Fadilah
Tempat/Tgl.Lahir : Bandung, 07 Maret 2019
NIM : 1157070066
Jurusan / Prodi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Monitoring dan Otomasi Parameter
Pertumbuhan Jamur tiram putih
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di UIN Sunan Gunung Djati Bandung maupun di Perguruan
Tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penelaah.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka sebagai acuan dalam naskah dengan
menyebutkan nama pengarangnya.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Bandung,
Yang membuat pernyataan

(Materai 6000)

_Rizal Fadilah_
1157070066

iii
ABSTRAK
Bisnis pertanian jamur tiram semakin meningkat permintaanya sehingga berpengaruh pada
banyaknya para petani amatir yang mulai merambah bisnis penanaman jamur. Penanaman jamur
mempunyai kriteria pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman lain, menjadikannya sulit untuk
dibudidayakan. Untuk mempermudah penanaman jamur tiram putih maka dibuatlah sistem
monitoring dan otomasi parameter pertumbuhan jamur tiram putih agar setiap parameter
pertumbuhan jamur dapat terpenuhi secara mudah dan pada perangkat sistem terdapat dua bagian
yaitu sistem otomasi dan sistem monitoring. Dalam sistem otomasi terdapat 2 sensor yaitu sensor
suhu & kelembapan, serta sensor cahaya yang berfungsi menangkap data pada lingkungan sekitar
dan menjadikan acuan sinyal penggerak aktuator pada sistem otomasi. Pada pengujian galat antara
data terukur (hygrometer) dengan data sebenarnya (DHT11) menghasilkan galat suhu terendah
sebesar 0°C dan terbesar adalah 1.8°C, sedangkan untuk persentase galat kelembapan terbesar 8.5%
dan galat terkecil adalah 0.2%. Pada implementasi nya, sistem otomasi mengikuti kondisi pada
angka biner untuk pembacaan kondisinya akan tetapi tidak semua kondisi biner cocok untuk
diterapkan pada sistem kerja otomasi pada relay. Sistem monitoring berfungsi memantau kondisi
pada kotak jamur yang dimana keluarannya berupa tampilan pada LCD dan juga SMS yang berisi
status suhu dan kelembapan yang terbaca pada kotak jamur dengan cara menghubungkan nodemcu
dengan aplikasi IFTTT.

Kata kunci: IFTTT, Jamur tiram putih, Monitoring, Nodemcu, Sensor, Sistem otomasi

iv
ABSTRACT
The business of oyster mushroom farming increasingly on demand and has an effect at the
number of farmers who have begun to try the business. Mushrooms have different growth criteria
than other plants, so it makes difficult to be cultivated. To facilitate white oyster mushrooms
planting, monitoring and automation system of white oyster mushroom’s growth parameters were
made, so that parameter can be easily fulfilled. There are two parts on this applied system,
automation system and monitoring system. There are 2 sensors, temperature & humidity sensors
and light sensor. Both sensor function as data capture in surrounding environment and make
reference signal to actuator in automation system. In error testing between hygrometer and DHT11,
it produces the lowest temperature error of 0°C and the largest is 1.8°C, while the largest percentage
of humidity error is 8.5% and the smallest error is 0.2%. In its implementation, the automation
system follows binary number for reading conditions but not all binary conditions are suitable to be
applied on relay automation system. the system output is displayed current value on LCD and also
send SMS that containing readable temperature and humidity status on the mushroom box by
connecting the nodemcu to the IFTTT application.

Keywords: Automation system, IFTTT, Monitoring, Nodemcu, Sensor, White oyster mushroom.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana dengan rahmat
dan karunia-Nya, Penulis dapat melaksanakan tugas akhir yang berjudul“
Monitoring dan Otomasi Parameter Penentu Pertumbuhan Jamur tiram putih”.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, para keluarganya, para sahabatnya, para tabi`in, para wali Allah, dan sampai
kepada kita selaku umat-Nya yang mudah-mudahan mendapatkan keselamatan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti aamiin.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tugas akhir ini, antara lain:

1. Bapak Edi Mulyana, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains dan Teknologi.
2. Ibu Lia Kamelia, M.T., selaku dosen pembimbing 1 yang telah membantu
penulis dalam menyusun penulisan penelitian tugas akhir.
3. Bapak Mufid Ridlo Effendi, M.T., selaku dosen pembimbing 2 yang bersedia
membimbing penulis dalam melakukan penelitian tugas akhir.
4. Bapak Eki Ahmad Zaki Hamidi, M.T dan Bapak Adam Faroqi, M.T., selaku
penguji yang telah memberikan masukan dan kritik untuk penelitian tugas
akhir.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan banyak dukungan
dalam pembuatan tugas akhir.
6. Rekan-rekan seperjuangan teknik elektro angkatan 2015.
Diakhir kata penulis meminta maaf yang sebesar besarnya jika dalam
penulisan tugas akhir yang telah dilakukan terdapat suatu hal yang kurang berkenan
mengingat keterbatasan saya sebagai pelajar yang harus masih banyak belajar.

vi
Saya pun menyadari bahwa penelitian tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna maka kritik yang membangun dan saran dari para pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan dalam penulisan penelitian di kemudian hari.

Bandung, 21 Agustus 2019

Penulis

Rizal Fadilah

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Tujuan .............................................................................................. 3

1.4 Manfaat ............................................................................................ 3

1.5 Batasan Masalah .............................................................................. 3

1.6 State of the art ................................................................................. 4

1.7 Kerangka Berfikir ............................................................................ 6

1.8 Sistematika Penulisan ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 9

2.1. Jamur Tiram Putih ........................................................................... 9

2.2 Sistem Kendali............................................................................... 10

2.2.1 Sistem Kendali Lup terbuka (Open Loop).......................... 10

2.2.2 Sistem kendali Lup tertutup (Closed loop)......................... 11

2.3 Sensor ............................................................................................ 12

2.3.1. Sensor DHT 11 .................................................................. 12

2.3.2. Sensor LDR ....................................................................... 14

viii
2.4 Buzzer ............................................................................................ 14

2.5 Kipas DC ....................................................................................... 15

2.6 Mist maker ..................................................................................... 16

2.7 LCD ............................................................................................... 16

2.8 Relay 4 channel ............................................................................. 17

2.9 NodeMCU V3 ................................................................................ 18

2.10 Bahasa pemrograman C ................................................................. 19

2.11 Internet of Things (IoT) ................................................................. 20

2.11.1 ESP8266 ........................................................................... 21

2.11.2 Aplikasi IFTTT ................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 22

3.1 Metodologi Penelitian ................................................................... 22

3.1.1 Studi Literatur ..................................................................... 23

3.1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 23

3.1.3 Analisis Kebutuhan ............................................................ 23

3.1.4 Perancangan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak ......... 24

3.1.5 Implementasi Alat .............................................................. 24

3.1.6 Pengujian ............................................................................ 24

3.1.7 Evaluasi dan Analisis ......................................................... 25

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI .......................................... 26

4.1. Analisis Kebutuhan ........................................................................ 26

4.2. Prosedur Perancangan ................................................................... 27

4.3. Perancangan Perangkat Keras ....................................................... 28

4.3.1. Perancangan Otomasi dan Monitoring .............................. 28

4.3.2. Perancangan Sistem IoT .................................................... 29

ix
4.4. Perancangan Perangkat Lunak ...................................................... 29

4.4.1. Perancangan Program Monitoring dan Otomasi Jamur

Tiram Putih ........................................................................ 29

4.4.2. Perancangan Applet IFTTT ............................................... 34

4.4.3. Perancangan Program Monitoring Metode IoT ................. 38

4.5. Implementasi Perangkat Keras ...................................................... 39

4.6. Implementasi Perangkat Lunak ..................................................... 42

4.7. Implementasi Sistem Monitoring dan Otomasi Parameter

Pertumbuhan Jamur ....................................................................... 43

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS .............................................................. 46

5.1. Pengujian ....................................................................................... 46

5.1.1. Pengujian Sistem Masukan................................................ 46

5.1.2. Pengujian Sistem Monitoring IFTTT via SMS ................. 49

5.1.3. Pengujian Sistem Monitoring dan Otomasi ....................... 52

5.2. Analisis Data ................................................................................. 54

5.2.1. Analisis Data pada Sistem Input ........................................ 54

5.2.2. Analisis Data pada Sistem Monitoring via SMS ............... 56

5.2.3. Analisis Data Sistem Monitoring dan Otomasi Pada Jamur

Tiram ................................................................................. 57

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 59

6.1. Kesimpulan .................................................................................... 59

6.2. Saran .............................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

LAMPIRAN .......................................................................................................... 63

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kumbung jamur tiram putih ............................................................... 2


Gambar 1. 2 Kerangka berfikir ............................................................................... 7
Gambar 2. 1 Jamur tiram putih ............................................................................... 9
Gambar 2. 2 Sistem kendali lup terbuka ............................................................... 11
Gambar 2. 3 Sistem kendali lup tertutup............................................................... 12
Gambar 2. 4 Sensor DHT 11 ................................................................................. 13
Gambar 2. 5 Sensor LDR ...................................................................................... 14
Gambar 2. 6 Buzzer 5V ......................................................................................... 15
Gambar 2. 7 Kipas DC .......................................................................................... 15
Gambar 2. 8 Mist maker ........................................................................................ 16
Gambar 2. 9 LCD Display dengan i2c .................................................................. 17
Gambar 2. 10 Relay 4 channel .............................................................................. 18
Gambar 2. 11 Node MCU ..................................................................................... 19
Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian ........................................................................ 22
Gambar 3. 2 Blok diagram Rancangan ................................................................. 24
Gambar 4. 1 Blok Perancangan Monitoring dan Otomasi .................................... 28
Gambar 4. 2 Blok Diagram IOT ........................................................................... 29
Gambar 4. 3 icon Arduino IDE ............................................................................. 30
Gambar 4. 4 Tampilan awal aplikasi..................................................................... 30
Gambar 4. 5 Jendela tampilan utama arduino IDE ............................................... 32
Gambar 4. 6 Pemilihan tipe Board ........................................................................ 32
Gambar 4. 7 Diagram alir program otomasi suhu dan kelembapan ...................... 33
Gambar 4. 8 Tampilan utama situs IFTTT............................................................ 34
Gambar 4. 9 Menu applet ..................................................................................... 35
Gambar 4. 10 tampilan applet baru ....................................................................... 35
Gambar 4. 11 Layanan-layanan pada IFTTT ........................................................ 36
Gambar 4. 12 Layanan webhook ........................................................................... 36

xi
Gambar 4. 13 Tampilan pemilihan applet............................................................. 37
Gambar 4. 14 pemilihan layanan SMS ................................................................. 37
Gambar 4. 15 Tampilan akhir pembuatan ............................................................. 38
Gambar 4. 16 Diagram alir IoT ............................................................................. 39
Gambar 4. 17 Nodemcu V3 ................................................................................... 40
Gambar 4. 18 Bagian-bagian sensor DHT 11 ....................................................... 40
Gambar 4. 19 Sensor LDR .................................................................................... 41
Gambar 4. 20 Relay 4 channel .............................................................................. 41
Gambar 4. 21 Instalasi sistem bagian luar ............................................................ 44
Gambar 4. 22 Instalasi sistem bagian dalam ......................................................... 45
Gambar 5. 1 Hasil nilai terkirim via SMS ............................................................ 50
Gambar 5. 2 Hasil nilai sensor pada serial monitor .............................................. 51
Gambar 5. 3 Baglog jamur tiram putih ................................................................. 53
Gambar 5. 4 Hasil implementasi sistem................................................................ 54

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 State of the art ........................................................................................ 5


Tabel 3. 1 Tabel Kebutuhan .................................................................................. 23
Tabel 5. 1 Hasil Perbandingan DHT11 ................................................................. 46
Tabel 5. 2 Hasil persentase galat suhu .................................................................. 47
Tabel 5. 3 Hasil persentase galat kelembapan ...................................................... 48
Tabel 5. 4 Hasil keluaran sensor LDR (nilai serial monitor)................................ 48
Tabel 5. 5 Hasil keluaran sensor LDR (Lux) ....................................................... 49
Tabel 5. 6 Tabel Pengujian SMS pada handphone berbeda.................................. 50
Tabel 5. 7 Waktu sampai SMS.............................................................................. 51
Tabel 5. 8 Pengujian sistem otomasi suhu dan kelembapan ................................. 52
Tabel 5. 9 Pengujian Monitoring cahaya .............................................................. 53
Tabel 5. 10 Tabel desimal ke biner ....................................................................... 57

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketahanan pangan menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan
manusia maka dari itu keilmuan tentang pangan terus berkembang, salah satu
contohnya adalah jamur yang dulunya banyak dihindari karena banyaknya jamur
yang mengandung racun dan dianggap sebagai tanaman liar kini menjadi bahan
pangan yang banyak dicari oleh pebisnis untuk diolah menjadi makanan yang
mempunyai daya jual yang tinggi serta menjadi incaran masyarakat hanya untuk
sekedar menjadi pangan konsumsi untuk kehidupan sehari-hari.
Tidak semua jamur dapat dikonsumsi oleh manusia dan diolah menjadi
makanan, diantara contoh jamur yang dapat dikonsumsi adalah jenis jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia judae), Jamur tiram coklat
(P.Sapidus), (A. Lactae)[1]. Tentunya setiap jenis jamur mempunyai kandungan
nutrisinya masing-masing, semakin tinggi nutrisi dan rasa dari jamur tersebut maka
akan semakin mahal pula harga jamur tersebut. Jamur pangan (Konsumsi)
mempunyai suatu keunikan dalam kandungan beta glukan dan berpengaruh
terhadap kesehatan untuk memperkuat imunitas serta pencegahan penyakit
degeneratif[2].
Pertumbuhan alamiah jamur tiram putih ini dapat ditemukan di kawasan
hutan dengan suhu lingkungan antara 13-28º C serta mempunyai tingkat
kelembapan sekitar 70-90%, serta harus mempunyai kadar oksigen yang baik.
Apabila jamur tiram putih ini akan dibudidayakan secara manual pada dataran
rendah maka terdapat beberapa kriteria diantaranya ruangan harus mempunyai suhu
antara 23-30ºC dengan kelembapan antara 80-90%[3]. Pada fase pertumbuhan
miselium intensitas cahaya sangat tidak diperlukan dan diharuskan pada kondisi
yang gelap [4]. Pertumbuhan jamur tiram putih biasanya dilakukan pada tempat
khusus yang dinamakan kumbung jamur seperti pada Gambar 1.1.

1
Gambar 1. 1 Kumbung jamur tiram putih
(Sumber : Manusiaistimewa.com)
Dengan perkembangan teknologi pada zaman sekarang maka jika
diaplikasikan kepada pembudidayaan jamur mungkin akan sangat berguna serta
efektif karena parameter pertumbuhan pada jamur dapat terpenuhi sesuai dengan
kebutuhannya. Pada alat yang dirancang terdapat sensor dht11 yang dapat membaca
2 parameter sekaligus yaitu suhu dan kelembapan, agar tingkat suhu dan
kelembapan pada jamur dapat diketahui dan juga dapat diproses menjadi sistem
otomasi, sensor LDR yang dapat mendeteksi cahaya yang berfungsi sebagai nilai
masukan dari cahaya yang berfungsi sebagai sistem monitoring agar pertumbuhan
jamur dapat termonitoring dari paparan cahaya, mist maker sebagai bagian keluaran
otomasi yang akan melembabkan udara yang terhubung dengan relay dan nodemcu
yang dapat mengendalikan secara otomatis.
Data pengukuran dapat terhubung dengan output berupa layar LCD display
yang berukuran 16x2 sehingga nilai pengukuran dapat tertampil pada layar yang
berisi data suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Data pengukuran dikoneksikan
dengan internet dan sebuah aplikasi yang bernama IFTTT yang berguna sebagai
pemberi hasil data secara daring dengan media short message service (SMS)
maupun memberikan pemberitahuan via gawai android. Dengan dibuatnya tugas
akhir yang berjudul “Monitoring dan Otomasi Parameter Penentu Pertumbuhan
Jamur tiram putih” diharapkan akan mengatasi serta mempermudah permasalahan
pada metode budidaya jamur tiram putih.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang dan mengaplikasikan sistem monitoring dan otomasi
parameter pertumbuhan jamur tiram putih ?
2. Bagaimana kinerja kendali otomatis dalam menjaga kondisi lingkungan pada
pertumbuhan jamur tiram putih ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang dan mengimplementasikan sistem monitoring dan otomasi pada
jamur tiram putih agar pertumbuhannya dapat terkondisikan dengan baik
2. Mengetahui kinerja sistem monitoring dan otomasi pada parameter
pertumbuhan jamur tiram putih

1.4 Manfaat
Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat bagi Bidang Akademis
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan kelistrikan yang sudah dipelajari
terutama ilmu yang berkaitan dengan sistem kendali, mikroprosesor, serta
pemrograman berbasis bahasa C.
2. Manfaat Praktis
Dengan menggunakan sistem monitoring jamur tiram putih maka dapat
mengetahui dan memenuhi kebutuhan pertumbuhan jamur, serta dapat
membudidayakan jamur tiram putih dengan lebih mudah dan praktis.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Sensor suhu dan kelembapan yang digunakan adalah DHT11 karena range
sangat sesuai dengan suhu dan kelembapan yang diperlukan pada jamur
2. Menggunakan mist maker yang berfungsi sebagai pelembab udara
3. Memakai Nodemcu sebagai mikrokontroler

3
4. Untuk menampilkan hasil digunakan LCD berukuran 16x2 dan
pemberitahuan secara daring dari aplikasi IFTTT via SMS.
5. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah bahasa pemrograman C pada
aplikasi arduino IDE
6. Otomasi dilakukan pada pengaturan suhu dan kelembapan
7. Monitoring cahaya menggunakan masukan data dari Sensor LDR dan
keluaran berupa suara dari buzzer.
8. Aplikasi sistem hanya dilakukan pada tahap pertumbuhan Miselium jamur
dalam kurun waktu kurang lebih 12 hari.
9. Pengaplikasian sistem dilakukan pada kotak berbahan kayu berukuran
panjang 1 m dan lebar 30 cm.

1.6 State of the art


State of the art adalah Bukti penguatan bahwa penelitian yang diajukan
merupakan penelitian yang original serta berbeda dengan yang dilakukan pada
penelitian lain, dan state of the art dari penelitian ini terdapat pada Tabel 1.1.

4
Tabel 1. 1 State of the art
JUDUL PENELITI TAH- DESKRIPSI
UN
Pengatur suhu dan Ahmad 2018 Penelitian ini membahas tentang
kelembapan Syarifudin pengendalian suhu dan kelembapan otomatis
otomatis pada pada budidaya jamur yang dimana output dari
penelitian ini berupa pengendalian suhu,
budidaya jamur
kelembapan serta ber output data melalui
tiram putih berbasis internet of things
internet of things
(IoT)
Pengontrolan suhu Syafaruddin Ch. 2009 Paper ini menjelaskan tentang pengendalian
media tanam jamur suhu pasteurisasi pada jamur tiram putih
tiram putih berbasis secara otomatis dan dapat menyesuaikan
sesuai kebutuhan pasteuriasasi dan pada
logika fuzzy
paper ini diterapkan metode fuzzy yang
diaplikasikan pada AT89S52 sehingga dapat
menerapkan proposisi baru.
Pengatur Suhu dan Anggi Triyanto 2016 Paper ini lebih fokus pada pengaturan suhu
Kelembapan dan secara otomatis pada pembudidayaan jamur
Otomatis Pada Nurwijayanti tiram putih menggunakan mikrokontrol
K. N ATMEGA16 yang dimana mikrokontroller
Budidaya Jamur
tersebut telah disetting dengan batasan
tiram putih tertentu sehingga suhu dan kelembapan
Menggunakan jamur tiram putih akan tetap terjaga dan
Mikrokontroler dalam penelitian ini menggunakan alat yang
ATMega16 cukup unik yang disebut mist maker sebagai
alat penambah kelembapan
Sistem monitoring Joko Nugroho 2014 Penelitian ini menjelaskan tentang proses
pendeteksi suhu dan monitoring pada proses pembibitan di rumah
kelembapan pada jamur dengan menggunakan sensor DHT 11
sebagai seteksi suhu dan kelembapan, LCD
rumah jamur
sebagai layar penampil keluaran data, Relay,
berbasis serta mikrokontroller jenis Atmega 328
mikrokontroller
ATMEGA 328
Automatic T. Kaewwiset 2017 Pada penelitian ini menjelaskan tentang
temperature and sistem kendali suhu dan kelembapan pada 3
dan
humidity control jenis jamur sekaligus yaitu jamur tiram putih,
P. Yodkhad jamur merang dan jamur bidadari(angel
system by using
mushroom) dan dalam penerapan otomasi
Fuzzy Logic hasil keluaran menggunakan logika fuzzy
algorithm for
mushroom nursery

5
Dalam Tabel 1.1 diuraikan secara singkat penelitian-penelitian sebelumnya
yang terkait dan berhubungan dengan tema penelitian yang dilakukan hanya saja
terdapat perbedaan didalamnya.
Penelitian Ahmad Syarifudin untuk peningkatan suhu menggunakan
kipas/blower sedangkan untuk penambahan kelembapan menggunakan pompa air
dan mengandalkan panas dari cahaya lampu pijar. Serta menggunakan sensor DHT
11 sebagai pendeteksi suhu dan kelembapan.
Sedangkan dalam penelitian Syafaruddin Ch batasan masalahnya hanya
dalam ruang lingkup kendali otomatis proses pasteurisasi dan berbeda dengan
penelitian Karya Joko nugroho pada tahun 2014 pengaplikasian alatnya hanya
berfokus pada proses pembibitan jamur di rumah jamur. yang membedakan
penelitian tersebut yaitu menggunakan metode fuzzy sebagai penerapan logika serta
keputusan yang baru pada mikrokontroler.
Dalam pembahasan penelitian karya Anggi.T dan Nurwijayanti K.N
menjelaskan tentang penambahan kelembapan pada jamur yang cukup unik dengan
dipasang nya alat yang bernama mist maker sebagai pembuat kelembapan tanpa
harus menggunakan pompa air serta menggunakan pengendali mikro type Atmega
16 yang mempunyai flash memory sebesar 16 Kb.
Penelitian yang dilakukan oleh T. Kaewwiset and P. Yodkhad menggunakan
penerapan algoritma logika fuzzy pada implementasi sistem kendali suhu dan
kelembapan pada pertumbuhan 3 jamur yaitu jamur merang, jamur tiram putih,
jamur bidadari (angel mushroom) dan menggunakan penyemprot kabut serta
pemanas sebagai bagian keluaran/output.

1.7 Kerangka Berfikir


Kerangka berfikir berisi arah pemikiran yang berisi uraian sistematis segala
proses yang berkaitan dengan penelitian mulai dari masalah, solusi, peluang, dan
lain-lain. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah pemahaman alur logis
penelitian. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 1.3.

6
Masalah Kesempatan

Pada Pembudidayaan Petani tradisional tidak Adanya perkembangan


Jamur secara tradisional mengetahui status suhu Semakin teknologi mikrokontrol
pada umumnya dan kelembapan jamur banyaknya dan IOT yang dapat
dilakukan perawatan dari jarak jauh secara
secara manual budidaya Jamur menunjang
otomatis tiram putih pembudidayaan jamur
tiram

Pendekatan
1. Sistem otomasi dan
monitoring melakukan
pengambilan data
menggunakan Sensor
2. Hasil data akan ditampilkan
oleh lcd dan melalui media
daring dengan konsep IoT via
sms

Solusi
Hasil

Monitoring dan otomasi parameter


pertumbuhan jamur tiram yang
Sistem monitoring dan otomasi dibutuhkan dlam pembudidayaan
parameter-parameter penentu jamur sehingga kadar kelembapan
pertumbuhan jamur tiram putih udara dan suhu dapat sesuai dengan
yang dapat menunjang pertumbuhan jamur serta adanya
pertumbuhan jamur sensor cahaya yang dapat
memonitoring jamur tiram

Gambar 1. 2 Kerangka berfikir

1.8 Sistematika Penulisan


Penulisan pada tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, state of the art, kerangka berfikir, dan sistematika
penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai dasar-dasar teori yang berhubungan tentang sistem


monitoring dan otomasi parameter pertumbuhan jamur tiram putih.

7
Bab III Metodologi dan Rencana Penelitian

Penjelasan tentang metode, tahapan – tahapan dan rencana yang dilakukan pada
saat melakukan penelitian.

Bab IV Perancangan dan Implementasi

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai gambaran alur proses perancangan
sistem monitoring dan otomasi parameter pertumbuhan jamur tiram putih.

Bab V Pengujian dan Analisis Data

Pemaparan analisis dan data dari hasil pengukuran yang didapatkan.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pembahasan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamur Tiram Putih


Secara umum Jamur tiram putih adalah jenis jamur yang tumbuh pada
media kayu, baik itu kayu gelondongan maupun serbuk kayu, pada limbah-
limbah hasil hutan maupun pada bonggol jagung yang sudah membusuk. Disebut
jamur tiram putih karena bentuknya yang melengkung dan lonjong menyerupai
tiram yang biasa di jumpai di laut, bentuk jamur terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Jamur tiram putih


(Sumber: : ilmubudidaya.com)
Di Indonesia jamur tiram putih adalah salah satu jamur yang banyak
dibudidayakan karena mempunyai cita rasa yang berbeda dari tanaman lain serta
merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan yaitu setiap
100 gr jamur mengandung protein sebesar 19-35%, 9 macam asam amino, lemak
1.7-2.2%, 72% asam lemak tak jenuh[5], dan karena hal tersebut harga jual jamur
cukup tinggi.
Adapun klasifikasi lengkap jamur tiram putih adalah sebagai berikut[6]:
Kingdom : Mycetea
Division : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae
Class : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus ostreatus.

9
Jamur tiram putih sendiri memiliki bagian-bagian tubuh yang terdiri dari
akar semu, tangkai, insang, dan tudung. Jamur tiram putih memiliki ciri-ciri fisik
seperti permukaannya yang licin dan agak berminyak ketika lembab, bagian
tepinya agak bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan
daging buah berwarna putih (pleurotus spp).
Jamur tiram putih memiliki diameter tudung yang menyerupai cangkang
tiram berkisar antara 5– 15 cm, jamur ini dapat tumbuh pada kayu-kayu lunak
dan pada iklim dataran tinggi dengan ketinggian 600 meter dari permukaan laut,
spesies ini tidak memerlukan intensitas cahaya tinggi karena cahaya yang tinggi
dapat memicu kerusakan pada pertumbuhan jamur serta miselia jamur itu sendiri.
Jamur tiram putih dapat tumbuh dan berkembang dengan suhu 15-30º C dan
kelembapan 80%-90%[3].

2.2 Sistem Kendali


Sistem Kendali adalah sebuah proses yang terdiri dari kumpulan piranti-
piranti dan peralatan peralatan elektronik yang dapat menangani kestabilan,
akurasi, dan menghilangkan transisi status yang berbahaya dalam suatu proses
produksi. Masing - masing komponen dalam sistem kontrol proses memegang
peranan pentingnya masing-masing, serta tidak dibatasi pada ukurannya.
Misalnya saja, jika sensor tidak ada atau rusak atau tidak bekerja, maka sistem
kendali proses tidak akan mengetahui apa yang terjadi pada proses yang sedang
berjalan.

2.2.1 Sistem Kendali Lup terbuka (Open Loop)


Sistem kendali lup terbuka adalah sistem kendali yang hasil dari
keluarannya tidak berpengaruh pada aksi pengendalian, jadi untuk sistem ini
hasil keluaran tidak diberlakukan suatu umpan-balik sebagai pembanding
dengan hasil masukan sehingga dalam pelaksanaanya sistem ini bekerja secara
“membuta”[7]. Gambar 2.2 menunjukan alur sistem disetiap sistem kontrol lup
terbuka keluaran tidak dibandingkan dengan masukan acuan sehingga untuk
setiap masukan acuan terdapat suatu kondisi operasi yang tetap.

10
Masukan Pengendali

Keluaran Proses

Gambar 2. 2 Sistem kendali lup terbuka


(Sumber : Pusat Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIK) )
Bila terdapat suatu gangguan pada sistem lup terbuka ini maka tidak akan
dapat bekerja. Maka dari itu sistem kendali lup terbuka dapat digunakan jika
hubungan antara masukan dan keluaran diketahui serta jika tidak terdapat
gangguan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, pengendalian sistem
pengaturan lalu lintas dengan menggunakan sinyal yang dioperasikan kepada
basis waktu.

2.2.2 Sistem kendali Lup tertutup (Closed loop)


Sistem control lup tertutup adalah sistem kendali yang hasil keluarannya
mempunyai pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian. Dengan kata lain
sistem kendali lup tertutup adalah sistem kendali yang berkebalikan dengan
sistem lup terbuka serta mempuyai suatu umpan balik (feedback). Sinyal
kesalahan penggerak yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal
umpan balik yang kemudian diumpankan pada pengendali untuk memperkecil
kesalahan sistem kendali dan membuat hasil output sistem mendekati nilai yang
diinginkan. Dengan kata lain istilah “lup tertutup” berarti penggunaan aksi
umpan-balik/feedback untuk memperkecil kesalahan pada sistem serta memiliki
aliran informasi yang terus melakukan looping ke awal [7]. Gambar 2.3
menunjukan Proses alur sistem kendali loop pada diagram blok.

11
Masukan Pengendali

Keluaran Proses

Umpan
balik

Gambar 2. 3 Sistem kendali lup tertutup


(Sumber : Pusat Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIK) )
2.3 Sensor
Sensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya
perubahan yang berupa fisik maupun kimia. Sensor dapat disebut juga sebagai
tranduser karena sesuai dengan sifat tranduser yaitu merubah suatu variabel
menjadi besaran listrik. Sensor adalah sebuah komponen yang berfungsi untuk
mendeteksi adanya gejala-gejala perubahan lingkungan yang bersifat fisik
maupun kimia. Secara umum sensor ini terbagi menjadi 3 jenis sensor dan
salasatunya adalah sensor fisika, yaitu sensor yang menangkap suatu variabel
ukur berdasarkan dengan hukum fisika seperti cahaya, suhu, percepatan, dan
lain-lain.

2.3.1. Sensor DHT 11


Suhu adalah besaran dingin atau panasnya keadaan atau sesuatu lainnya.
Satuan ukur dari temperatur yang digunakan di indonesia adalah derajat celsius
sedangkan derajat yang digunakan di luar negeri adalah derajat fahrenheit.
Kelembapan udara didasari dengan adanya kandungan air pada udara yang
dinyatakan sebagai kelembapan mutlak, relatif maupun defisit tekanan uap air,
tekanan relatif adalah perbandingan kandungan uap air dari keadaan asli dengan
keadaan jenuhnya dan sensor kelembapan adalah sensor yang dapat mendeteksi
besaran kandungan uap air yang terkandung dalam udara.

12
Demi kelangsungan pertumbuhan jamur yang optimal maka diperlukan
suatu titik ukur suhu dan kelembapan yang sesuai dengan suhu habitatnya karena
jika suhu tidak sesuai maka jamur tersebut tidak akan tumbuh dengan normal.
Pembacaan suhu dan kelembapan dapat dilakukan oleh sensor DHT11 yang
tampak pada Gambar 2.4, sensor ini dapat mendeteksi 2 variabel sekaligus yaitu
suhu dan kelembapan, adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :
 Suplai tegangan : 3.3 - 5.5 VDC
 Output sinyal : Sinyal digital, melalui antarmuka 1-wire bus
 Elemen sensor : Polymer Humidity Capacitor
 Jangkauan operasi : Kelembapan sebesar 0-100% RH dan suhu
sebesar -40°C~80°C
 Akurasi : kelembapan sebesar ±2% sampai ±5%RH, sedangkan untuk
suhu sebesar ±0.5°C
 Resolusi/Sensitivitas : Kelembapan 0.1%RH dan suhu 0.1°C
 Pengulangan kelembapan ±1%RH sedangkan suhu ±0.2°C
 Kelembapan hysteresis: ±0.3%RH
 Stabilitas jangka panjang : ±0.5%RH/tahun

Gambar 2. 4 Sensor DHT 11


(Sumber : www.Mouser.com)

13
2.3.2. Sensor LDR
Light dependent resistor (LDR) adalah suatu sensor yang berfungsi
memberikan nilai resistansi atau hambatan tergantung dari intensitas cahaya
yang datang atau terdeteksi. Karena berfungsi sebagai resistor variabel maka
semakin banyak intensitas cahaya yang masuk pada LDR semakin berkurang
pula resistansi pada sensor dan hal ini berlaku sebaliknya semakin sedikit
intensitas cahaya yang masuk pada sensor LDR maka nilai resistansi akan
semakin besar[8]. Adapun rupa dari LDR ini terdapat pada Gambar 2.5 yang
mempunyai spesifikasi tegangan maksimum disipasi sebesar 200 mW, tegangan
maksimum 200 V, panjang gelombang puncak sebesar 600 nm, resistansi
minimal 1.8 K ohm dan maksimal 4.5 K ohm, resistansi gelap (setelah 1 detik)
0.03M ohm dan setelah 5 detik sebesar 0.25 M ohm.

Gambar 2. 5 Sensor LDR


(Sumber :Inventmodul143.com)
Pengaplikasian dari LDR ini akan digunakan sebagai sistem monitoring
ketika terdapat suatu cahaya masuk pada jamur maka akan langsung terdeteksi
dan memberikan suatu sinyal keluaran berupa suara peringatan yang telah
terkoneksi kepada buzzer. Buzzer adalah suatu komponen elektronika yang
berperan sebagai keluaran suara pada hasil masukan yang diterima.

2.4 Buzzer
Buzzer terdiri dari kumparan/coil yang terpasang pada diafragma yang
teraliri listrik sehingga menciptakan suatu nilai elektromagnetik sehingga
kumparan akan tertarik masuk atau keluar sesuai dengan arah arus dan polaritas
magnet. Suara dihasilkan oleh kumparan yang dipasang pada setiap diafragma

14
yang digerakkan secara bolak-balik sehingga menyebabkan getaran udara yang
menghasilkan suara[9], buzzer dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Buzzer 5V
(Sumber : pcboard.ca/minipiezo-buzzer)

2.5 Kipas DC
Kipas DC adalah suatu alat yang mengubah energi listrik menjadi sebuah
energi gerak yang dimana pergerakan tersebut dapat menghasilkan sebuah angin
dan rupa dari kipas ini pada Gambar 2.7. Pengaplikasian dari alat ini adalah
sebagai pemberi angin yang akan mendistribusikan suhu pada lingkungan
pertumbuhan jamur sehingga ketika suhu melampaui set point maka secara
otomatis kipas ini akan berfungsi dan menurunkan suhu.

Gambar 2. 7 Kipas DC
(Sumber : dnatechindia.com)

15
2.6 Mist maker
Alat ini adalah alat penghasil kabut berbentuk pada Gambar 2.8 cara kerja
dari alat ini adalah mengubah air menjadi awan kabut dengan proses atomization
menggunakan sistem ultrasonic. Alat ini akan dihubungkan dengan sitem otomasi
sehingga ketika sensor menangkap bahwa kelembapan dibawah nilai yang telah
ditentukan maka mist maker ini akan bekerja secara otomatis, dan bekerja
sebaliknya jika kelembapan sudah cukup maka alat akan mati.

Gambar 2. 8 Mist maker


(Sumber: dr.greens.co.uk)
2.7 LCD
Liquid Crystal Display (LCD) adalah suatu jenis media penampil yang terbuat
dari bahan cairan kristal sebagai penampil utama serta LCD ini dapat menampilkan
karakter yang berbeda-beda sebagai contoh LCD 16x2 dapat menampilkan
sebanyak 32 karakter (16 karakter pada masing-masing baris) seperti pada Gambar
2.9. LCD akan memakan banyak tempat pada port yang dihubungkan dengan
nodemcu, kurang lebih menggunakan sebanyak 6 atau 7 pin pada mikrokontroler
jika tidak digunakan modul LCD I2C.

16
Gambar 2. 9 LCD Display dengan i2c
(Sumber : Arduino-shop.eu)
Modul I2C adalah pengendali LCD yang bekerja secara secara serial sinkron
dengan menggunakan protokol IIC yang berarti kependekan dari inter integrated
circuit atau juga biasa disebut antarmuka dua saluran. Modul ini mempunyai 4 kaki
yaitu kaki vcc sebagai masukan positif, kaki Gnd sebagai masukan negatif, kaki scl
dan sda sebagai masukan pembacaan data.

2.8 Relay 4 channel


Relay adalah saklar (Switch) yang dioperasikan secara elektromekanikal dan
dioperasikan oleh listrik yang mempunyai 2 bagian, yaitu bagian elektromagnetik
(kumparan) dan seperangkat kontak saklar. Dengan menggunakan prinsip kerja
elektromagnetik relay dapat menggerakkan kontak saklar yang beraliran listrik
yang lebih tinggi dari kotak saklar beraliran listrik kecil [10]. Gambar 2.10
menunjukan sebuah relay dengan 4 channel/saluran.

17
Gambar 2. 10 Relay 4 channel
(Sumber : Jsumo.com)
2.9 NodeMCU V3
Nodemcu adalah platform IoT yang bersifat open source yang menggunakan
bahasa pemrograman Lua, dengan ukuran board yang kecil nodemcu memiliki
gabugan antara mikrokontroler dengan Esp8266 sehingga lebih efisien. NodeMCU
pada dasarnya adalah suatu pengembangan dari ESP 8266 dengan firmware yang
berbasis e-Lua yang dimana adalah basis pemrograman Lua yang merupakan suatu
package ESP8266. Program Lua ini pada dasarnya sama dengan basis
pemrograman bahasa C hanya saja perbedaan terletak pada sisi Syntax nya saja.
Modul wifi ESP8266 ini berwujud seperti pada Gambar 2.11.
Wifi modul adalah suatu perangkat keras yang dapat menghubungkan suatu
alat sehingga dapat terhubung pada sebuah internet yang dimana proses ini biasa
disebut dengan konsep IoT. Alat ini merupakan modul low-cost wifi dengan
dukungan penuh penggunaan TCP/IP[11].
yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
 Tegangan masukan 3,3-5V
 GPIO 13 pin
 10 Kanal PWM
 1 Pin 10bit ADC
 4 MB flash memory
 Clock speed 40/26/24 MHz

18
 Wifi IEEE 802.11 b/g/n
 Frekuensi 2,4 – 22,5 GHz
 Micro USB port

Gambar 2. 11 Node MCU


(Sumber :Jsumo.com)

2.10 Bahasa pemrograman C


Program diperlukan untuk berbagai macam kebutuhan elektronik sebagai
pemberi perintah pada hardware salasatunya adalah mikrokontroler yang dimana
pengoperasiannya pun diperlukan sebuah program agar perintah dapat dijalankan
dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Pemrograman mempunyai berbagai
jenis dan salasatu bahasa pemrograman yang banyak digunakan adalah bahasa
pemrograman C karena tersedia pada hampir semua media komputer serta portable
dan fleksibel untuk semua komputer, proses eksekusi program lebih cepat,
termasuk bahasa tingkat menengah yang terstruktur dengan dukungan pustaka yang
banyak[12].

1) . Kode bahasa C bersifat portable sehingga program dapat digunakan


diberbagai komputer dengan pengaturan tertentu
2) . Mempunyai sedikit kata kunci
3) . Pprogram eksekusi lebih cepat
4) . Mempunyai pustaka yang banyak dan fungsi-fungsi pustaka yang andal
dalam bahasa C.
5) . Menggunakan bahasa yang terstruktur dengan baik sehingga lebih mudah
untuk dapat dipahami.

19
6) . Bahasa pemrograman C adalah bahasa yang dapat menggabungkan bahasa
tingkat rendah atau menengah dengan bahasa tingkar tinggi
7) . Bahasa C bersifat compiler sehingga dapat menghasilkan executable
program yang biasanya dibutuhkan oleh program-program komersial.

2.11 Internet of Things (IoT)


IoT memungkinkan pengguna untuk mengelola dan mengoptimalkan sistem
elektronik dan peralatan listrik dengan menggunakan internet. Hal ini terjadi
dengan adanya pertukaran informasi antara alat dengan basis web serta IoT ini dapat
“menjembatani” kesenjangan antara dunia fisik dan dunia informasi(maya). Seperti
bagaimana mengolah data yang diperoleh dari peralatan eletronik melalui sebuah
interface antara pengguna dan peralatan. Sensor mengumpulkan data mentah fisik
dari skenario pengukuran dan merubah data tersebut ke dalam mesin format yang
dimengerti sehingga akan mudah dipertukarkan dan diolah antar berbagai bentuk
format data (Thing)[13].
Sensor terhubung ke internet melalui jaringan serta dukungan teknologi
seperti tertanam sensor dan aktualisasi , frekuensi radio Identifikasi (RFID),
jaringan sensor nirkabel, real-time dan layanan web, IoT sebenarnya adalah cyber
physic system atau jaringan dari jaringan. Dengan sejumlah besar hal / benda dan
sensor / aktuator yang dapat terhubung ke internet secara besar-besaran dan dalam
beberapa kasus aliran data secara real-time otomatis dihasilkan oleh hal-hal yang
terhubung dengan sensor. Dari semua kegiatan yang ada dalam IoT adalah untuk
mengumpulkan data mentah yang terhasil oleh sensor dengan cara yang efisien,
namun yang lebih penting adalah untuk menganalisis dan mengolah data mentah
menjadi informasi yang lebih berharga[14].
Internet of Things dalam penerapannya dapat mengidentifikasi, menemukan,
melacak, memantau objek dan memicu event-event terkait secara otomatis dan real
time, Pengembangan dan penerapan komputer. Internet dan teknologi informasi dan
komunikasi dapat membawa dampak yang besar pada masyarakat manajemen pada
bidang ekonomi, operasi produksi, sosial manajemen dan bahkan dalam kehidupan
pribadi.

20
2.11.1 ESP8266
ESP8266 dikembangkan oleh “Espressif” yang merupakan komponen System
on Chip (SoC) yang berarti program dapat ditambahkan meskipun tanpa bantuan
dari mikrokontroler samasekali. Wi-Fi yang didesain menggunakan sedikit
rangkaian external tetapi mempunyai ukuran yang kecil. Prosessor yang digunakan
adalah prosesor seri Tensilica L106 yang memiliki kecepatan 32-bit, komunikasi
wifi menggunakan protokol TCP/IP, IPV4 dan HTTP
ESP8266 ini dapat menjalankan peran sebagai klien maupun adhoc access
point fasilitas yang dimiliki ESP8266 sudah lebih dari sekedar mampu untuk
menghubungkan mikrokontroler pada internet. Firmware default yang digunakan
oleh perangkat ini adalah AT command tetapi pada beberapa tipe esp menggunakan
basic firmware program yang berbasis opensource.
2.11.2 Aplikasi IFTTT
Untuk menampilkan sebuah hasil data dengan metode IoT maka pada output
yang berupa data sensor maupun data perhitungan diharuskan adanya pembuatan
data base yang berfungsi sebagai penyimpanan serta keluaran data agar dapat
diakses melalui internet yang biasanya disebut pure MQTT server yang mempunyai
3 network element yaitu publisher (pengirim data), Subscriber (penerima data),
Broker (penghubung antara publisher dengan subscriber). Hanya saja jika data
logger menggunakan pure MQTT server terdapat suatu kelemahan, diantaranya
adalah harus melakukan pembangunan server secara pribadi sebagai penyimpanan
data agar data tidak hilang ketika dilakukan pengiriman kepada broker.
IFTTT adalah singkatan dari If this than that yang merupakan sebuah layanan
khusus IoT yang dapat menggabungkan beberapa layanan internet menjadi satu
serta mempunyai cara kerja yang sesuai dengan namanya, sederhananya adalah jika
terjadi ‘1’ maka akan dilakukan hal ‘2’. Pengguna juga dimudahkan dengan adanya
sistem Applets atau resep IoT yang dapat kita buat sehingga sistem otomasi dan IoT
dapat disesuaikan dengan kebutuhan user masing-masing dan bila kita tidak ingin
membuat pengaturan applets baru maka kita di bebaskan untuk menggunakan
applets yang telah dibuat orang lain.

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Penelitian ini memiliki suatu alur proses penting meliputi studi literatur,
identifikasi masalah, perancangan alat dan tahap terakhir adalah evaluasi dan
analisis alat. Tahapan-tahapan ini dibuat agar proses terlihat sangat sistematis yang
kemudian disusun menjadi flowchart penelitian seperti pada Gambar 3.1.

Mulai Selesai

Evaluasi dan
Studi Literatur
Analisis

Pengujian Ya
Identifikasi
Masalah

Apakah hasil sudah


sesuai dengan set point?

Analisis
Kebutuhan

Perancangan Perangkat
Implementasi
Keras dan perangkat
Alat
lunak

Tidak

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

22
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur adalah proses pencarian teori-teori dasar yang bersangkutan
dengan bahan penelitian sehingga akan mendapatkan suatu referensi yang dapat
dijadikan sebagai bentuk penguasaan materi pada penelitian. Literatur yang
dipelajari berupa karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tentang
pertumbuhan Jamur tiram putih, alat-alat yang berkaitan dengan penelitian dan
sebagainya.

3.1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah didapatkan berdasarkan dengan adanya suatu masalah
yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dan menjadi latar belakang masalah yang
diangkat sehingga masalah tersebut akan didapatkan suatu solusi untuk pemecahan
nya.

3.1.3 Analisis Kebutuhan


Dalam penelitian ini dibutuhkan perangkat serta komponen pendukung untuk
menunjang penelitian ini dan kebutuhan terbagi pada dua jenis yaitu Hardware/
perangkat keras dan juga software/perangkat lunak yang terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Tabel Kebutuhan


NO Perangkat Keras Perangkat lunak

1 Nodemcu Esp8266 Arduino IDE

2 Sensor DHT11 & Sensor LDR IFTTT

3 Relay 4 Channel Fritzing

4 LCD berukuran 16x2

5 buzzer

6 Mist maker

8 pemanas

9 Kipas DC

10 Gawai dengan sistem operasi Android

23
3.1.4 Perancangan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
Perancangan alat dibuat sesuai dengan masalah yang telah tercetus
sebelumnya dan perancangan ini adalah hasil eksekusi dari beragam studi yang
telah dilakukan, dan blok diagram rancangan terdapat pada Gambar 3.2. Terdapat
beberapa parameter masukan sensor dalam perancangan ini yaitu suhu,
kelembapan, dan cahaya.

Input Proses Output

Kipas
DHT 11

Relay Mist maker


Nodemcu ESP8266
LDR
Heater

Buzzer

Koneksi IFTTT
Handphone
internet

LCD Display

Gambar 3. 2 Blok diagram Rancangan

3.1.5 Implementasi Alat


Setelah alat di rancang maka perancangan tersebut diimplementasikan mulai
dari pembuatan perangkat keras seperti pembuatan media tanam jamur, pembuatan
alat, hingga pembuatan perangkat lunak seperti memberikan kode pada hardware
sehingga sistem yang telah dirancang dapat di realisasikan pada kotak pertumbuhan
jamur.

3.1.6 Pengujian
Alat yang telah dirancang, kemudian di uji coba agar dapat didapatkan suatu
hasil data apakah data tersebut sudah sesuai atau tidak sehingga hasil keluaran dapat
dibandingkan dengan hasil yang uji yang diharapkan dan diperkirakan sebelumnya.
Tahapan pengujian perkomponen dilakukan meliputi pengujian :

24
 Sensor DHT11 dan sensor LDR
 Mist maker, kipas, dan pemanas
 IoT berupa aplikasi IFTTT
 Keluaran yang berupa nilai melalui SMS dan LCD
Sedangkan pengujian kinerja dilakukan dengan cara melihat respon alat
ketika diberikan suatu nilai ukur dan pengukuran dilakukan mulai dari respon
kecepatan, ketepatan, dan juga respon feedback.

3.1.7 Evaluasi dan Analisis


Evaluasi dilakukan ketika hasil dari penelitian sudah didapatkan, hal ini
berguna untuk melihat peluang perkembangan penelitian yang dilakukan serta
dapat juga dilakukan sebagai asumsi koreksi atau solusi pada masalah yang terjadi
dalam penelitian serta dilakukan suatu analisis sehingga dapat mengetahui faktor
perbandingan, perbedaan dan lain-lain.

25
BAB IV
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

4.1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan agar penelitian dapat diketahui segala jenis


kebutuhannya mulai dari analisis alat dan bahan dari segi perangkat keras maupun
dari segi perangkat lunak, dan analisis dilakukan sebelum masuk pada tahap
perancangan dan implementasi.
Adapun kebutuhhan perangkat keras yang digunakan pada penelitian yaitu :

1. Komputer atau PC (Personal Computer)


Komputer berfungsi sebagai perangkat yang dapat menjalankan perangkat
lunak sehingga dapat dihubungkan dengan perangkat keras
2. Smartphone
Digunakan sebagai perangkat pengatur IoT yang terkoneksi dengan
Nodemcu yang memberikan data berupa pesan singkat/SMS nilai suhu dan
kelembapan sehingga nilai keluaran dapat diketahui dan di monitoring oleh
pengguna.
3. Modul Nodemcu ESP8266
Modul ini berfungsi sebagai perangkat mikrokontroler yang dapat
terhubung dengan internet sehingga hasil keluaran data yang telah terhasil
pada arduino dapat di unggah pada smartphone pengguna.
4. Sensor suhu dan kelembapan udara
Sensor suhu dan kelembapan udara yang dipakai adalah sensor DHT 11.
5. Sensor cahaya
Sensor cahaya yang digunakan adalah resistor dengan tipe LDR atau light
dependance resistor.
6. Modul relay
Modul relay digunakan untuk menghubungkan maupun mematikan aliran
listrik secara otomatis sesuai dengan kendali/perintah yang diberikan.
7. LCD
Sebagai penampil hasil data yang didapat dari pembacaan sensor

26
8. Catu daya
Pemberi suplai tegangan listrik pada perangkat keras kelistrikan.
9. Mesin pengkabut atau mist maker
Adalah alat yang digunakan untuk memberikan kelembapan berupa kabut.
10. Kipas dan pemanas
Sebagai komponen yang dapat mengubah suhu.

Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Arduino IDE
Ardino IDE digunakan untuk pembuatan suatu program dan perintah kepada
perangkat keras.
2. Fritzing
Fritzing adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mensimulasikan
rangkaian elektronika dan rancangan jalur layout pada perancangan
perankat keras.
3. IFTTT
Merupakan suatu aplikasi yang dikhususkan pada perangkat-perangkat
yang berbasis IoT yang dapat terhubung via PC dan gawai
4. Microsoft Visio
Microsoft visio digunakan untuk membuat gambaran skema blok diagram
pada penelitian.

4.2. Prosedur Perancangan


Prosedur yang dikerjakan pada proses pembuatan monitoring dan otomasi
parameter pertumbuhan jamur tiram putih terdapat dua prosedur pengerjaannya
yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Pada bagian
perancangan perangkat keras dibedakan menjadi dua pembahasan yaitu
perancangan perangkat keras otomasi dan monitoring alat sedangkan yang kedua
tentang perangkat keras yang terkoneksi kepada internet sehingga data dapat
terbaca melalui metode IoT.

27
Sedangkan pada perancangan perangkat lunak dilakukan pembahasan
mengenai rancangan program sistem sehingga perangkat keras dapat bekerja sesuai
dengan perintah/prosedur yang telah dibuat

4.3. Perancangan Perangkat Keras


Perancangan sistem perangkat keras pada jamur tiram putih terbagi menjadi
dua buah blok utama yaitu blok sistem monitoring dan otomasi serta blok sistem
IoT. Untuk lebih jelasnya diagram blok perancangan sistem monitoring dan otomasi
parameter pertumbuhan jamur dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

4.3.1. Perancangan Otomasi dan Monitoring

Pada perancangan khusus sistem monitoring dan otomasi terdapat beberapa


komponen utama diantaranya adalah sensor, nodemcu serta alat yang berperan
sebagai aktuator diantaranya adalah mist maker/pembuat kabut, pemanas, serta
kipas. Pada Gambar 4.1 menunjukan hubungan masing-masing perancangan
sistem.

Keluaran
Sensor Mikrokontroler

Kipas
Sensor DHT
11
Nodemcu ESP8266 Relay Mist maker
Sensor LDR
Heater

Buzzer

LCD Display

Gambar 4. 1 Blok Perancangan Monitoring dan Otomasi


Sensor yang digunakan pada sistem monitoring adalah sensor LDR
sedangkan untuk sistem otomasi menggunakan sensor DHT11 yang berfungsi
sebagai pembaca data yang terhasil pada lingkungan pertumbuhan jamur tiram
putih. Selanjutnya data yang didapat akan dibaca oleh mikrokontroler yang

28
kemudian data tersebut akan diolah dan diproses sehingga menghasilkan keluaran
berupa aktuator yang bersifat otomasi.

4.3.2. Perancangan Sistem IoT


Setelah tahap perancangan sistem otomasi maka dilakukan perancangan
sistem IoT agar data yang terhasil dapat tertampil dalam gawai meskipun dari jarak
yang jauh. Pada Gambar 4.2 menunjukan diagram proses IoT.

Gambar 4. 2 Blok Diagram IOT


Pada sistem IoT mikrokontroler memprogram serta mengatur koneksi
kepada esp8266 agar data yang didapat dari sensor dapat dimasukkan atau diunggah
kepada aplikasi IFTTT dengan syarat terdapat koneksi internet yang diterima oleh
esp8266. Setelah data diunggah kepada IFTTT. Maka hasil keluaran secara
otomatis IFTTT akan mengirim sebuah pemberitahua berupa SMS kepada nomor
pengguna yang telah didaftarkan.

4.4. Perancangan Perangkat Lunak

Setelah tahap perancangan perangkat keras telah selesai maka dibuatlah


rancangan perangkat lunak yang berfungsi sebagai pemberi perintah yang
berupa kode-kode yang diimplementasikan pada perangkat keras melalui
aplikasi arduino IDE yang menggunakan bahasa pemrograman C.

4.4.1. Perancangan Program Monitoring dan Otomasi Jamur Tiram Putih

Pembuatan program dilakukan pada perangkat lunak bernama arduino IDE


yang dikhususkan untuk memasukan program pada arduino. Langkah
pengoperasiannya pertama double klik pada simbol arduino IDE pada Gambar 4.3

29
Gambar 4. 3 icon Arduino IDE
Kemudian dalam beberapa saat akan muncul tampilan jendela persiapan seperti
pada Gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Tampilan awal aplikasi


Setelah persiapan aplikasi selesai, maka tampilan utama aplikasi akan terlihat
seperti pada Gambar 4.5. Adapun fungsi masing-masing pada setiap bagiannya
yaitu sebagai berikut :

1. Verify

Berfungsi untuk membaca program yang dibuat atau dalam istilah lain
disebut compiling. Proses verify ini ialah merubah program kedalam
satuan kode biner yang kemudian akan di unggah kedalam mikrokontroler.
Ketika program yang dibuat terdapat suatu kesalahan pada saat compiling
maka kolom program akan menampilkan kesalahan tersebut.

2. Upload

Berfungsi untuk memasukan/mengunggah program ke board Arduino.


Proses upload ini jika bekerja maka akan melibatkan proses verify terlebih

30
dahulu kemudian setelah program tidak terdapat kesalahan maka akan
langsung diunggah kedalam papan arduino yang telah terhubung.

3. New Sketch

Membuka jendela dan source code program baru.

4. Save

Menyimpan program yang telah dibuat yang kemudian program tersebut


dapat dilanjutkan pengerjaannya di lain waktu sehingga tidak mengulangi
pembuatan program dari awal.

5. Open

Membuka file program yang telah disimpan sebelumnya sehingga file


dapat dilanjutkan dari titik penyimpanan.

6. Kolom Program

Berfungsi untuk menampilkan data/pesan tentang program yang sedang


dijalankan mulai dari progress pembacaan data sampai kesalahan(error)
yang ada pada program

7. Process Bar

Memperlihatkan persentase program yang telah terbaca oleh Compiler


baik dalam proses program verify maupun dalam proses upload

8. Serial Monitor
Serial monitor berfungsi untuk melihat tampilan pada komunikasi serial
yang berisi tentang data-data hasil pengujian alat yang dihasilkan dari
perangkat keras.

31
Gambar 4. 5 Jendela tampilan utama arduino IDE
Setelah tampilan arduino ide muncul maka selanjutnya dilakukan pengaturan
yang sesuai dengan pengguna mulai dari pemilihan board/tipe arduino, pemilihan
prosesor dari arduino yang dipilih, hingga pemilihan port yang terhubung seperti
terlihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4. 6 Pemilihan tipe Board


Setelah selesai memilih pengaturan maka dibuatlah suatu program yang dapat
menyesuaikan sistem kerja pada perangkat keras dan secara sederhana cara kerja
program dapat dilihat pada diagram alir Gambar 4.7.

32
Mulai

Inisialisasi Pin Masukan batas


input nilai

Pembacaan nilai
ukur

Apakah suhu dan


Kelembapan sudah sesuai Ya Relay mati
dengan set point?

Tidak

Relay menyala

selesai

Gambar 4. 7 Diagram alir program otomasi suhu dan kelembapan


Pembuatan program diawali dengan inisialisasi yang berfungsi untuk
memasukan variabel alat yang dipakai pada port nodemcu yang dihubungkan
sehingga dapat menghubungkan antara arduino dengan sensor atau komponen lain.
Port yang dipilih terbagi 2 yaitu port analog (A) yang dimana komponen yang
terhubung akan mengirimkan data analog dan port digital (D) yang mengirimkan
data digital adapun port yang dihubungkan yaitu port A0, D1, D2, D3, D4, D5, D6,
D7.

33
4.4.2. Perancangan Applet IFTTT

Pada tahap ini adalah pembuatan suatu applet atau “resep” Io

T yang dibuat pada aplikasi. Langkah – langkah pembuatan pengaturan pada


IFTTT adalah sebagai berikut :

1. Pertama membuat akun email karena salah satu persyaratan dalam registrasi
akun IFTTT adalah email. Kemudian masuk pada situs resmi IFTTT pada
tautan berikut www.IFTTT.com, tampilan utama situs seperti yang terlihat
pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Tampilan utama situs IFTTT


2. Setelah masuk pada situs maka terlebih dahulu lakukan registrasi akun pada
tampilan Sign up tetapi jika sudah terdaftar tinggal lanjutkan untuk masuk
pada akun terdaftar.
3. Setelah masuk pada layar utama maka diklik pada bagian my applet, pada
bagian ini dapat ditentukan atau dibuat apple yang sesuai dengan
penggunaan atau dapat juga menggunakan applet yang telah dibuat oleh
orang lain. Lalu kemudian pilih icon yang bertuliskan new applet yang
terlihat pada Gambar 4.9 yang berada di kanan pada tampilan layar untuk
membuat sebuah applet baru.

34
Gambar 4. 9 Menu applet
4. Setelah masuk pada tahap pembuatan applet maka akan terlihat tampilan
seperti pada Gambar 4.10, kemudian klik pada tulisan berwarna biru “this”
yang berfungsi sebagai penetapan kondisi pengaturan yang akan kita
gunakan.

Gambar 4. 10 tampilan applet baru


Kemudian kita akan dipelihatkan macam-macam pelayanan yang tersedia
dan dapat digunakan seperti pada gambar 4.11. Lalu pada kolom pencarian
cari pelayanan yang bernama webhook sebagai applet khusus yang dapat
menambahkan fungsi IoT pada rancangan yang telah dibuat.

35
Gambar 4. 11 Layanan-layanan pada IFTTT
5. Setelah masuk pada bagian webhook maka klik pada bagian yang
bertuliskan “receive a web request” terlihat pada lingkaran merah Gambar
4.12, lalu halaman internet akan beralih pada kolom pengisian yang berisi
tentang pemberian nama pada event yang akan dibuat.

Gambar 4. 12 Layanan webhook


Setelah event webhook dibuat maka akan kembali pada halaman tampilan
Gambar 4.13 lalu pilih dan klik pada tulisan “that” berwarna biru lalu
halaman akan beralih kembali pada halaman pemilihan layanan (Gambar
4.11).

36
Gambar 4. 13 Tampilan pemilihan applet
6. Lalu pada kolom pencarian layanan ketik dan cari layanan SMS seperti pada
gambar 4.14 lalu pilih layanan bertuliskan Android SMS. Fitur android SMS
dipilih karena penggunaanya yang gratis serta mudah diaplikasikan
dibandingkan dengan layanan clicksend SMS yang diharuskan untuk
melakukan pendaftaran pada situsnya serta diberlakukan sebuah bayaran
ketika mencapai batas SMS tertentu.

Gambar 4. 14 pemilihan layanan SMS


Setelah layanan android SMS dipilih maka akan berlanjut pada pengisian
nomor yang akan dituju serta pengisian pesan SMS yang akan dikirimkan
dan pengisian pesan ini dapat disisipkan hasil nilai keluaran suhu dan
kelembapan yang telah terhasil pada arduino sehingga pengguna dapat
mengetahui nilai suhu dan kelembapan jamur secara update.

37
7. Setelah pengisian SMS selesai maka pada tahap akhir akan muncul suatu
ulasan akhir pada applet yang telah dibuat yang tampak pada Gambar 4.15
sebagai proses review. Apabila applet yang telah dibuat sesuai maka proses
pembuatan telah applet telah selesai.

Gambar 4. 15 Tampilan akhir pembuatan

4.4.3. Perancangan Program Monitoring Metode IoT

Setelah perancangan sistem otomasi telah selesai maka dibuatlah


perancangan program monitoring sehingga kondisi suhu dan temperatur pada
lingkungan pertumbuhan jamur dapat diketahui dan terpantau dari jarak jauh. Maka
dibuatlah diagram alir sistem monitoring pada Gambar 4.16 agar mempermudah
pemahaman pada program.
Pertama – tama program akan melakukan pembacaan pin yang terkoneksi
sehingga dapat melakukan pembacaan dan perpindahan data kemudian dilakukan
pendeklarasian nama identitas serta password wifi yang sudah disetting dan juga
alamat web khusus yang tersedia ketika applet sudah dibuat pada IFTTT serta nama
event yang telah dibuat pada IFTTT. Setelah pendeklarasian nama dan kode wifi
yang tersedia maka dilakukan percobaan koneksi internet dari wifi kepada
Nodemcu esp8266 hasil dari penghubungan internet akan tertampil ketika berhasil
terhubung atau tidak dan jika wifi berhasil terhubung maka secara otomatis akan
masuk pada halaman web yang telah ditentukan dan IFTTT memberikan trigger
kepada nomor telepon gawai yang terdaftar untuk mengirim sebuah SMS.

38
Mulai

Deklarasi alamat
Pembacaan pin Deklarasi nama dan
web khusus IFTTT
masukan password wifi
dan nama event

Masuk alamat web Percobaan


Koneksi wifi Apakah wifi
yang telah di Ya menghubungkan
terhubung terhubung ?
tentukan wifi

Gagal masuk pada


IFTTT
Tidak
Apakah sudah
Berhasil masuk
Tidak masuk pada Ya
halaman IFTTT
halaman IFTTT

Koneksi wifi tidak


tehubung

selesai

Gambar 4. 16 Diagram alir IoT

4.5. Implementasi Perangkat Keras

Seperti yang telah dijelaskan pada perancangan perangkat keras yang dipakai
terdiri dari mikrokontroller, modul wifi dan juga sensor. Arduino berperan sebagai
mikrokontroller sedangkan sensor yang digunakan terdiri dari sensor DHT 11, dan
sensor LDR, sedangkan untuk modul wifi menggunakan ESP8266 yang sudah
menjadi satu dalam Nodemcu V3.
Nodemcu V3 dipilih sebagai mikrokontroler karena dirancang satu paket
dengan esp8266 sehingga ketika mikrokontroakan melakukan pengiriman data via
internet tidak membutuhkan lagi suatu modul wifi. Mempunyai pin digital yang
cukup banyak sehingga dapat menghubungkan beberapa masukan data digital yang
dapat diprogram dan juga mempunyai satu input data analog, dan Nodemcu dapat
dilihat pada Gambar 4.17.

39
Mikrokontrol
Esp8266
Antena

Pin Analog
Pin Digital
Ground

Sumber
tegangan 3V

Port usb

Gambar 4. 17 Nodemcu V3
Sensor utama yang dipakai untuk mendeteksi suhu dan kelembapan adalah
sensor DHT 11 yang mempunyai 4 pin berbeda-beda dengan fungsi nya masing-
masing yaitu pin vcc: sebagai masukan tegangan positif, gnd: sebagai masukan
tegangan negatif, data: sebagai pin pembacaan data yang dihubungkan pada
arduino, sedangkan pin NC tidak digunakan dan gambar per pin DHT 11 dapat
dilihat pada Gambar 4.18.

VCC(+) GND(-)

Data

Gambar 4. 18 Bagian-bagian sensor DHT 11


Sensor LDR adalah sensor yang dipakai sebagai pendeteksi cahaya yang
masuk atau tersorot pada bagian atas sensor. Sensor yang tampak pada Gambar 4.19
merupakan jenis resistor yang mempunyai 2 pin dan mempunyai data secara analog
sehingga pembacaan data pada sensor ini dilakukan konversi terlebih dahulu

40
menjadi digital oleh mikrokontroler agar dapat diberlakukan sistem otomasi pada
buzzer ketika LDR mendeteksi suatu cahaya.

VCC(+)
GND(-)

Gambar 4. 19 Sensor LDR


Esp8266 adalah suatu modul wifi yang dapat membaca sinyal wifi dan dapat
menghubungkan sistem arduino dengan internet sehingga sistem IoT dapat
dilakukan dan dapat terhubung pada IFTTT yang akan mengirimkan pemberitahuan
melalui media SMS. Board nodemcu adalah board yang didalamnya sudah
ditanamkan esp8266 sehingga efisien dalam komponen.

Relay adalah suatu saklar yang dapat mengatur perhubungan listrik dari
mikrokontroler dengan alat elektronik yang membutuhkan suplai tegangan lebih
tinggi dari tegangan yang dapat dihasilkan oleh Nodemcu, Relay tampak pada
Gambar 4.20.

GND(-)
VCC(+)
Data

Gambar 4. 20 Relay 4 channel

41
4.6. Implementasi Perangkat Lunak
Setelah proses perancangan perangkat lunak telah selesai maka dilakukan
tahap penyesuaian atau sinkronisasi antar perintah pada program yang telah dibuat.
Pertama-tama memasukan library pada program yang dibuat hal ini berfungsi untuk
mendeklarasikan suatu komponen yang akan diprogram contohnya adalah :

#include <IFTTTMaker.h>
#include <ESP8266WiFi.h>
#include <WiFiClientSecure.h>

program yang tidak mempunyai library ketika pogram dimasukan tidak akan dapat
di compile karena tidak terdeklarasi terlebih dahulu.
Selanjutnya dibuat suatu penyesuaian pin pada program sehingga komponen
yang telah terhubung pada nodemcu dapat terbaca oleh program sehingga dapat
dimasukan suatu perintah yang akan mengatur jalannya program, contohnya :
#define LDRPin A0
#define dhtPin D6
#define buzzerPin D7
Pendeklarasian pin dilakukan agar penjaluran perintah program dapat terbaca dan
tersalurkan khusus sesuia dengan jalurnya yang diperlukan masing-masing program
sehingga program tidak akan bertukar fungsi/perintah.
Program otomasi yang telah di buat selanjutnya ditambahkan dengan sebuah
program yang dapat menghubungkan hasil keluaran nodemcu dengan aplikasi
IFTTT yaitu :

MakerIFTTT_Key="iocX-fWhEU5EgkViw9OJ666VIgA-
D9TkGo5KdKmyeVw";
MakerIFTTT_Event ="notifikasi_SMS";
p = append_str(p, "{\"value1\":\"");
p = append_str(p, "nomor telephone");
p = append_str(p, "\",\"value2\":\"");
p= append_str(p, "suhu :"+ String(suhu)+"*C"+"Kelembapan
:"+ String(kelembaban)+"%");

42
p = append_str(p, "\",\"value3\":\"");
p = append_str(p, "Intensitas cahaya :");
dengan source code sistem yang dirancang maka sistem akan dapat bekerja dengan
semestinya saat data output dikirim via SMS, program ini dibuat pada situs
www.easycoding.tn dan kemudian dimodifikasi.
Pada program yang menghubungkan pada IFTTT diperlukan adanya
pengisian nama event dan juga key atau “kunci” khusus yang dapat menghubungkan
program dengan applet yang telah dibuat sebelumnya. Untuk sistem keluaran
berupa SMS, program dapat disisipkan nilai yang terhasil dari perhitungan sensor
sehingga sistem monitoring dapat terlaksana dengan baik.
Setelah IFTTT dan nodemcu telah terkoneksi maka dilanjutkan dengan
mengunduh aplikasi IFTTT pada gawai yang tersedia pada platform android
maupun IOS serta lakukan pula daftar masuk/sign in pada akun IFTTT sehingga
pemantauan hasil keluaran yang berupa SMS dapat terpantau.

4.7. Implementasi Sistem Monitoring dan Otomasi Parameter


Pertumbuhan Jamur

Pada tahap ini seluruh komponen perangkat lunak maupun perangkat keras
dihubungkan sehingga membentuk sebuah sistem otomasi dan monitoring. Setiap
perangkat keras dihubungkan dengan pin masing-masing jalurnya sendiri sehingga
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Gambar 4.21 adalah instalasi sistem pada
bagian luar kotak jamur.

43
Nodemcu

LCD

Buzzer

Relay

Gambar 4. 21 Instalasi sistem bagian luar


Nodemcu dihubungkan catu daya bertegangan 5V dengan menggunakan charger
handphone berjenis kabel microUSB, sedangkan untuk pencatu daya pada mist maker
menggunakan adaptor 25 VDC, Kipas menggunakan adaptor 12 V.
Penempatan masing-masing sensor diletakkan di dalam satu kotak berukuran
panjang 1 m dan lebar 30 cm dan berada dekat dengan baglog jamur sehingga keadaan
suhu, kelembapan, dan cahaya yang diterima oleh jamur sama dengan keadaan yang terukur
oleh sensor, Gambar 4.22 menunjukan bagian dalam kotak.

44
DHT11
LDR

Kipas
Pemanas

Mist
maker

Gambar 4. 22 Instalasi sistem bagian dalam

45
BAB V
PENGUJIAN DAN ANALISIS

5.1. Pengujian

Perancangan dan implementasi baik dari sisi perangkat keras maupun sisi
perangkat lunak pada perangkat monitoring dan otomasi parameter pertumbuhan
jamur tiram putih telah dilakukan, selanjutnya akan dilakukan tahap pengujian.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah perangkat yang telah dibuat
dapat bekerja dengan baik atau tidak.

5.1.1. Pengujian Sistem Masukan


Pengujian dilakukan pada bagian masukan atau sensor terlebih dahulu
kemudian setelah itu dilanjutkan pada pengujian bagian monitoring dan otomasi.
Pengujian pertama dilakukan pada bagian sensor suhu dan kelembapan pada
DHT11 dengan cara membandingkan data hasil pengukuran dengan data
pengukuran oleh alat hygrometer yaitu alat pengukur suhu dan kelembapan.
Perbandingan hasil dilakukan dengan alat ukur sehingga keakuratan pengambilan
data dapat terlihat nilainya, Data pengukuran diambil pada hari dan waktu yang
berbeda-beda, untuk sistem tata letak sensor DHT11 dan hygrometer diletakan
berdekatan satu sama lain, hasil perbandingan terdapat pada Tabel 5.1.
Tabel 5. 1 Hasil Perbandingan DHT11

Hygrometer DHT11 Hygrometer DHT11


No
(Suhu(ºC)) (Suhu(ºC)) (Kelembapan(%)) (Kelembapan(%))
1 27.80 27.80 72 71.6
2 27.70 27.20 68 72
3 26.60 26.20 70 76
4 25.30 25.30 79 81
5 24.10 24.30 75 74.8
6 25.30 25.30 76 75
7 23.80 23.10 93 95
8 24.70 26.10 80 70
9 25.00 26.20 76 76
10 26.60 26.60 67 70

46
Setelah terhasil data perbandingan, maka dilakukan perhitungan pada
persentase kesalahan sehingga dapat diketahui ke akuratan antara data
terukur(hygrometer) dengan data sebenarnya (DHT11).

Perhitungan nilai kesalahan pada sistem dapat diketahui dengan rumus :


Kesalahan/galat = |𝑋 − 𝑋𝑖|
(𝑋−𝑋𝑖)
% galat = | × 100%|
𝑋

Keterangan :
𝑋 = Data yang terukur
𝑋𝑖 = Data Sebenarnya
% kesalahan = Selisih perbedaan dengan Hygrometer dalam persen
Maka :
Kesalahan/galat = |𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 − 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎|
(𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎−𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟)
% galat = × 100%
𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

Adapun hasil dari perhitungan galat pada pengujian sensor DHT11 untuk
suhu terdapat pada Tabel 5.2, sedangkan pengujian galat kelembapan terdapat pada
Tabel 5.3.

Tabel 5. 2 Hasil persentase galat suhu


Suhu (°C) Persentase
No. hygrometer DHT 11 Galat (%)
1 27.80 27.80 0
2 27.70 27.20 1.8
3 26.60 26.20 1.5
4 25.30 25.30 0
5 24.10 24.30 0.8
6 25.30 25.30 0
7 23.80 23.10 2.9
8 24.70 26.10 5.6
9 25.00 26.20 4.8
10 26.60 26.60 0
Rata-rata galat 1.74

47
Tabel 5. 3 Hasil persentase galat kelembapan
Kelembapan (%) Persentase
No. hygrometer DHT 11 Galat (%)
1 72 71.6 0.5
2 68 72 5.8
3 70 76 8.5
4 79 81 2.5
5 75 74.8 0.2
6 76 75 1.3
7 93 95 2.1
8 80 77 3.7
9 76 76 0
10 67 70 4.4
Rata-rata galat 2.9

Pada tahap pengujian kedua dilakukan pengujian pada sensor LDR dimana
parameter ukurnya adalah cahaya. Karena jamur tiram putih tidak boleh terkena
banyak cahaya maka titik ukur cahaya yang boleh masuk adalah sedikit cahaya
pantulan saja dan bukan cahaya langsung dan dekat, hasil pengujian nilai LDR
dalam nilai serial monitor terdapat pada tabel 5.4 sedangkan pengujian nilai LDR
satuan lux dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5. 4 Hasil keluaran sensor LDR (nilai serial monitor)
No. Sumber Cahaya Nilai LDR
(Serial Monitor)
1 Senter dalam 1024
jarak dekat
2 Senter handphone
(dalam jarak +/- 403
1m)
3. Senter handphone
(dalam jarak +/- 2 228
m)
4
Lampu ruangan 389
5 Lampu ruangan 162
dimatikan

Setelah dilakukan pengujian didapatkan bahwa cahaya yang masuk secara


langsung pada LDR berada pada poin tegangan rata-rata diatas 220 dan ketika
lampu dimatikan terhasil nilai terkecil tegangan sebesar 162 dan nilai terbesar pada

48
serial monitor adalah 1024 ketika di berikan cahaya senter dengan jarak yang sangat
dekat.
Tabel 5. 5 Hasil keluaran sensor LDR (Lux)
No. Sumber Cahaya Nilai LDR (Lux)
1 Senter dalam 531
jarak dekat
2 Senter
(dalam jarak 1m) 107
3 Senter
(dalam jarak 2 m) 41.2
4 Lampu ruangan 2.95
menyala
5 Lampu ruangan 0.00
dimatikan

Cahaya yang masuk secara langsung dan dekat pada LDR berada pada poin
tertinggi sebesar 531 lux, sedangkan pada jarak senter dalam 1 meter dihasilkan
cahaya sebesar 9.88 lux. Untuk senter dalam jarak 2 meter sebesar 41.2 dan juga
cahaya lampu sebesar 2.95

5.1.2. Pengujian Sistem Monitoring IFTTT via SMS


Setelah dilakukan pengujian sistem otomasi selanjutnya akan dilakukan
pengujian pada sistem monitoring. Pada pengujian sistem pengiriman data,
pengujian akan dilakukan pada beberapa tahapan. Adapun pengujian yang akan
dilakukan antara lain:

1. Melakukan pengiriman pada nomor dan tipe handphone yang


berbeda-beda.
2. Pengujian waktu kirim pesan yang diterima oleh handphone.
3. Pengujian perbandingan hasil data yang dikirimkan via SMS dengan
hasil keluaran yang tertampil di serial monitor pada aplikasi
Arduino IDE.

Pengujian pertama yaitu mencoba pengirirman SMS pada beberapa nomor


telepon dan handphone yang berbeda-beda, dan hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 5.6.

49
Tabel 5. 6 Tabel Pengujian SMS pada handphone berbeda
Platform
No Perangkat (sistem Nomor
operasi) SMS
1
Samsung J7 Prime Android 089xxx9xx257 Diterima
2
Samsung J2 Prime Android 088xx7xx372 Diterima
3
Nokia X2-01 Symbian 089xx463xx818 Diterima
TouchWiz
4
Samsung Champ Lite UI 089xxx9xx257 Diterima

Pengujian yang kedua adalah melakukan perbandingan antara hasil yang


dikirim pada handphone via pesansingkat/SMS dengan hasil yang tertampil di
serial monitor aplikasi arduino ide. Setelah dilakukan pengiriman, hasil dari SMS
dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5. 1 Hasil nilai terkirim via SMS


Sedangkan untuk hasil suhu, kelembapan yang tertampil pada serial
monitor terdapat pada Gambar 5.2.

50
Gambar 5. 2 Hasil nilai sensor pada serial monitor
Pengujian selanjutnya dilakukan perhitungan waktu kirim terhitung dari saat
perangkat nodemcu dihidupkan hingga diterimanya pesan singkat pada gawai.
Ketika sistem dinyalakan maka secara otomatis akan mengirimkan sinyal yang
menjadi keluaran berupa SMS, pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda
dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5. 7 Waktu sampai SMS

NO Lokasi Waktu kirim Waktu sampai Selisih waktu


SMS SMS (Detik)
1 Dayeuhkolot 05:44 05:44 5
2 Dayeuhkolot 18:11 18:11 7
3 Dayeuhkolot 19:55 03:02 25,020
4 Cibiru 14:26 14:52 1.560
5 Cibiru 14:52 14:52 10
6 Dayeuhkolot 04:01 04:01 5
7 Dayeuhkolot 06:11 06:11 11
8 Dayeuhkolot 06:48 06:48 11
9 Dayeuhkolot 07:17 07:17 20
10 Dayeuhkolot 18.30 18.30 9

51
5.1.3. Pengujian Sistem Monitoring dan Otomasi

Setelah pengujian sistem masukan (sensor) dan sistem monitoring


selanjutya dilakukan pengujian sistem. Pengujian bertujuan untuk mengetahui
kinerja dari masing-masing sistem ketika digabungkan baik pada sistem otomasi
maupun pada sistem monitoring via SMS. Pengujian dilakukan dengan cara
pemberian beberapa kondisi kerja sistem yang berbeda-beda. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5. 8 Pengujian sistem otomasi suhu dan kelembapan


No. Suhu Kelembapan Perangkat Suhu Kelembapan Waktu
(°c) (%) aktif (set point) (set point) Hingga
(°c) (%) set point
1 26.20 63 Pemanas, 28.19 80 29.7
Mist maker detik
(Pemanas)
4 menit 31
detik
(Mist maker)
2 23.70 83 Pemanas 28.19 82 46.3
detik
3 24.80 88 Pemanas 28.05 88 41.2
detik
4 25.20 71 Mist maker, 28.15 81 2 menit 33
pemanas detik
(Mist maker)
39.4 Detik
(Pemanas)
5 27.10 81 Pemanas 28.03 81 14.9
detik
6 29.50 89 Kipas 28.90 88 5 menit
18 detik
7 25.00 83 Pemanas 28.19 83 40.9
detik
8 29.20 76 Mist maker, 28.90 81 58 detik
Kipas (mist maker)

3 menit
20 detik
(kipas)

9 28.5 77 Mist maker 28.35 80 46


detik
10 24.00 90 Pemanas 28.10 90 45
detik

52
Hasil pengujian pada sistem monitoring cahaya pada kotak jamur terhasil data
seperti pada Tabel 5.9.
Tabel 5. 9 Pengujian Monitoring cahaya
NO Cahaya Nilai LDR (Lux) Kondisi buzzer

1 Senter dalam 531 Aktif


jarak dekat
2 Senter Aktif
(dalam jarak 1m) 107
3. Senter Aktif
(dalam jarak 2 m) 41.2
4 Aktif
Lampu 2.95
5 Tidak terkena 0.00 Tidak Aktif
cahaya

Sebelum baglog jamur diaplikasikan sistem otomasi, terdapat kurang lebih ¼


bagian yang ditumbuhi miselium pada permukaan jamur bagian putih seperti pada
Gambar 5.3.

Gambar 5. 3 Baglog jamur tiram putih


Setelah pengaplikasian sistem selama kurang lebih 12 hari, terlihat kemajuan
pertumbuhan miselium menjadi kurang lebih 85% menutupi baglog jamur seperti
pada Gambar 5.4.

53
Gambar 5. 4 Hasil implementasi sistem
Miselium dapat tumbuh hingga 100% dibutuhkan waktu 3 minggu, miselium
terlihat seperti akar halus yang tumbuh dipermukaan media tanam. Media tanam
yang dipakai pada baglog jamur yang diujikan berbahan dari cacahan jagung yang
telah menjadi serbuk

5.2. Analisis Data

Pengujian seluruh sistem telah selesai dilakukan mulai dari pengujian sistem
masukan berupa hasil sensor, pegujian sistem monitoring dan otomasi, dan juga
pada sistem pengujian sistem monitoring via SMS. Setelah mendapatkan hasil maka
dilakukan analisis pada hasil yang telah didaptakan.

5.2.1. Analisis Data pada Sistem Input

Pada analisis sistem sensor atau masukan dilakukan dengan cara


membandingkan nilai hasil pengukuran sensor yang didapat dengan alat ukur
konvensional hygrometer termometer yang ditempatkan secara bersamaan dalam
tempat yang sama seperti pada Tabel 5.1, pengujian dilakukan sejak tanggal 5-7 juli
2019 dengan waktu uji yang berbeda-beda. Dari data yang didapat, terdapat
beberapa perbedaan nilai antara hasil pengukuran sensor dengan hasil pengukuran
pada hygrometer hampir disetiap pengujian terutama perbedaan pada hasil
pengukuran kelembapan yang perbedaanya cukup besar dibandingkan dengan
perbandingan pada suhu seperti yang terlihat pada Tabel 5.2 dan Tabel 5.3.

54
Data galat pengukuran pada suhu terhasil galat terbesar terdapat pada
percobaan ke 9 yaitu sebesar 4.8 % dan persentase galat terkecil adalah 0 % karena
nilai terukur dan nilai sebenarnya menghasilkan nilai yang sama, sedangkan untuk
kelembapan persentase galat terbesar adalah sekitar 8.5 % pada percobaan 3 dan
galat terkecil sebesar 0% pada percobaan ke 9. Perbedaan terjadi disebabkan karena
faktor komponen, pada hygrometer pengambilan data cenderung lambat, perubahan
tampilan suhu dan kelembapan yang tertampil akan berubah setelah +/- 10 detik
sedangkan untuk sensor DHT11 pengambilan data relatif cepat karena diberikan
delay yang kecil pada program sehingga pembacaan data diambil setiap detik.
Analisis selanjutnya akan dilakukan pada bagian sensor LDR yang dapat
mendeteksi suatu intensitas cahaya yang masuk. Hasil dari pengujiannya adalah
ketika LDR terpapar cahaya senter secara langsung dan dengan jarak yang sangat
dekat nilai tertinggi yang ditangkap sebesar 1024 dan untuk cahaya terendah (tanpa
terkena cahaya) adalah sebesar 117 sedangkan untuk cahaya dalam satuan lux nilai
tertingi sebesar 531 dan terendah cahaya sebesar 2.95. Setelah sensor LDR
diimplementasikan pada kotak pertumbuhan jamur, maka nilai terendah yang dapat
dihasilkan adalah sebesar 162 nilai serial monitor dan 0.00 nilai lux pada kondisi
ruangan yang gelap (tanpa cahaya lampu), kenaikan nilai pada serial monitor
disebabkan karena adanya sedikit cahaya yang dihasilkan dari light emitting diode
(LED) pada alat mist maker meskipun led sudah ditutupi oleh tinta spidol berwarna
hitam, akan tetapi pada satuan cahaya lux tidak terdapat kenaikan nilai sedikitpun
pada lcd. Untuk pembacaan cahaya ldr (tegangan) lebih akurat dibandingkan
pembacaan hasil pada lux, hal ini disebabkan oleh adanya perhitungan data
tegangan yang diolah menjadi lux menghasilkan nilai yang kecil dan tidak melebihi
nilai 0.0 sehingga data lux yang tertampil akan tetap sebesar 0.00. Cahaya relatif
tinggi ketika cahaya yang terdeteksi oleh ldr melebihi nilai 0.00, karena jamur tidak
diperbolehkan terpapar cahaya pada masa pertumbuhan miselium dan diharuskan
dalam kondisi gelap[4]. Untuk menentukan set point pada cahaya masuk, diatur
batas sebesar 0.00, jadi ketika intensitas cahaya yang terdeteksi oleh LDR berada
pada nilai lux diatas 0.00 maka buzzer akan aktif dan berfungsi sebagai peringatan.

55
5.2.2. Analisis Data pada Sistem Monitoring via SMS

Sistem monitoring mengenai penerimaan SMS pada beberapa perangkat


telepon genggam, rentan waktu penerimaan hasil keluaran SMS dan perbandingan
hasil data yang diterima dari SMS dengan hasil tertampil pada lcd maupun serial
monitor. Untuk pengiriman data sensor melalui SMS pada nomor dan tipe
handphone yang berbeda-beda tidak ditemukan kendala, dan SMS dapat diterima
oleh semua jenis handphone yang mendukung layanan SMS.
Pengujian yang kedua adalah pengujian hasil keluaran yang dibandingkan
dari SMS dengan yang terhasil pada serial monitor atau lcd. Hasil dari data sensor
yang ada pada SMS yaitu suhu : 25.60ºC dan kelambapan : 82% seperti pada
Gambar 5.1, sedangkan untuk hasil suhu dan kelembapan yang ada pada serial
monitor adalah suhu : 25.50ºC, kelembapan : 82%. Dari data yang telah didapat
terdapat perbedaan sebesar 0.1ºC dan hal ini terjadi karena pembacaan suhu dan
kelembapan pada serial monitor sangat cepat sehingga ketika data suhu dan
kelembapan pada SMS sampai pada handphone nilai suhu tersebut sudah berubah
nilai.
Pengujian ke tiga adalah pengujian waktu dari pengiriman hingga waktu
sampai tiap SMS yang dikirim kepada nomor yang telah ditentukan. Dari data yang
dihasilkan pada Tabel 5.6 pada pengujian nya pesan/SMS dapat sampai dengan
cepat seuai dengan waktu pengiriman hanya selang beberapa detik, tetapi pada
percobaan ke 3 dan 4 terdapat jeda pengiriman yang cukup lama. Hal tersebut
disebabkan oleh faktor koneksi dari internet maupun dari pengiriman SMS, karena
pada saat dilakukan percobaan 3 pada pukul 19:55 WIB keadaan handphone
pengiriman data yang terhubung dengan IFTTT terkendala oleh jaringan/koneksi
internet yang buruk sehingga applet pada IFTTT tidak dapat di picu dan SMS dapat
terkirim kepada penerima setelah pengirim mengaktifkan jaringan internet pada
pukul 03:02 setelah jaringan normal, sehingga penerima mendapatkan SMS pada
pukul 03:02. Sedangkan untuk pengujian nomor 4 mengalami penundaan beberapa
menit dikarenakan adanya kendala jaringan dari sisi pengiriman SMS (bukan
jaringan internet) karena pengirim menggunakan 2 simcard yang terpisah antara
nomor penggunaan internet dengan pengiriman SMS.

56
Pada pelayanan menggunakan aplikasi IFTTT terkendala beberapa hal,
yaitu fitur tidak dapat menggunakan lebih dari 2 perintah dalam satu program
sehingga fungsi nya cenderung terbatas dan harus dibuat secara manual. Kemudian
fitur SMS gratis pada IFTTT sudah tidak diberlakukan sehingga fitur SMS yang
ada akan diberlakukan pembayaran, kecuali pada fitur Android SMS yang
mengrirmkan SMS otomatis oleh IFTTT dengan nomor pengirim yang telah
didaftarkan sehingga nomor pengirim tidak akan bisa mengirimkan SMS secara
otomatis oleh ifttt jika terdapat kendala pada nomor pengirim, contohnya adalah
jaringan yang buruk ataupun tidak adanya pulsa untuk mengirim SMS.

5.2.3. Analisis Data Sistem Monitoring dan Otomasi Pada Jamur Tiram

Pada analisis data hasil monitoring dan otomasi pada sistem jamur terdapat
beberapa kemungkinan kondisi yang dibuat sesuai dengan logika biner pada Tabel
5.10, sehingga relay dapat bekerja dengan baik sesuai dengan semua kombinasi
kemungkinan yang dapat terjadi.

Tabel 5. 10 Tabel desimal ke biner


No Kipas Mist maker Pemanas

0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1
Setelah mendapatkan hasil dari beberapa kondisi maka terdapat beberapa
kondisi yang tidak dapat terjadi, contohnya pada kondisi kipas dan pemanas jika
aktif sekaligus, dikarenakan kondisi suhu yang tidak akan bisa meraih 2 set point
atas dan bawah dalam satu waktu yang sama yaitu ketika kipas dan pemanas
menyala maka terdapat suatu hal yang salah pada program yang diberikan kepada
relay sehingga hal tersebut terjadi dan juga kondisi biner tidak compatible dengan
relay.

57
Sedangkan untuk 2 kondisi masalah yang diterapkan dari biner pada Tabel
5.9 tidak sesuai denga kondisi kerja pada relay, karna sistem kerja antara kipas dan
pemanas yang berlawanan dan nilai suhu yang tidak akan bisa meraih 2 titik suhu
sekaligus, sehingga tidak memungkinkan untuk menyala secara bersamaan. Pada
pengujian respon waktu dari suhu awal hingga suhu stabil maka terlihat bahwa
pemanas dengan hairdryer memiliki waktu kerja yang cepat dalam hal
memanaskan hanya saja pada pengoperasian nya menimbulkan suara yang bising
dan mengkonsumsi listrik yang cukup besar, sedangkan untuk proses pelembapan
kotak lebih cepat naik ketika kipas menyala dibandingkan ketika tanpa dibantu
kipas, karena kabut yang dihasilkan dapat tertiup angin. Untuk proses pendinginan
oleh kipas bekerja relatif lambat karena ukuran kipas yang kecil dengan tegangan
12 Volt.
Pada bagian monitoring dengan sensor LDR dan buzzer berfungsi dengan
baik sebagaimana data yang didapat dan tercantum pada Tabel 5.4 dan 5.5, setelah
ditentukan setpoint sebesar 0.00 lux maka cahaya yang masuk secara langsung pada
jamur sedikitpun dapat mengaktifkan buzzer, akan tetapi sensitivitas ldr pada saat
diterapkan dengan nilai lux tidak se akurat pada saat pengaturan point dengan serial
monitor pada penerimaan cahaya.
Jika cahaya yang masuk pada kotak jamur menunjukan nilai diatas 0.00 maka
keadaan buzzer akan aktif sebagai peringatan. Hasil peringatan pada buzzer
bersuara ketika cahaya berada diatas 0.00 dan hal ini telah sesuai dengan kondisi
yang diatur pada program. namun peringatan pada buzzer terkendala oleh suara
yang kecil disebabkan oleh nilai masukan listrik pada buzzer dibawah 5V. Karena
listrik keluaran pada pin digital nodemcu adalah sebesar 3.3V, maka buzzer yang
menghubungkan kaki positif pada pin D7 nodemcu sebagai pin output program
tidak dapat menerima listrik sebesar 5V, dan jika kaki buzzer dihubungkan pada
listrik kutub positif dengan tegangan 5V suara yang dihasilkan akan lebih kencang
akan tetapi buzzer tidak akan mendapatkan program pada keluaran sensor LDR
sehingga tidak dapat dioperasikan secara otomatis.

58
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul monitoring dan otomasi parameter
pertumbuhan jamur tiram putih, maka diperoleh suatu kesimpulan yaitu sebagai
berikut : Sistem monitoring dan otomasi jamur tiram putih melakukan pengambilan
data dari sensor DHT11 dan sensor LDR dengan hasil pengujian DHT11 yang dapat
mengukur suhu dan kelembapan terendah sebesar 24.30°C dan 62% kelembapan,
suhu dan kelembapan tertinggi yaitu sebesar 31°C dan 95% kelembapan, sedangkan
pada sensor LDR poin tegangan cahaya terendah yaitu 117 dan cahaya tertinggi
adalah sebesar 1011, sedangkan untuk nilai cahaya lux tertinggi adalah 531 dan
cahaya terendah sebesar 2.95. Dengan penggunaan sistem otomasi pada jamur tiram
yang telah diaplikasikan selama kurang lebih 12 hari, pertumbuhan miselium jamur
dapat dilihat hampir menutupi ¼ bagian baglog jamur. Pertumbuhan miselium
dapat tumbuh optimal hingga 100% ketika diinkubasi dalam kurun waktu kurang
lebih 3 minggu, pada sisi aktuator pemanas dengan hairdryer bekerja cepat
menaikan suhu, mist maker dapat lebih cepat menaikan kelemnapan ketika kipas
menyala, dan kipas relatif lambat dalam menurunkan suhu jika dibandingkan
dengan pengkabut atau pemanas. Pada sistem keluaran hasil data terdapat dua cara
yaitu menampilkan data berupa hasil pengukuran sensor dengan LCD dan cara
kedua dengan keluaran berupa SMS. Cara kerja dari sistem pengiriman SMS yaitu
melalui aplikasi yang bernama IFTTT yang dapat menghubungkan nodemcu
dengan applet khusus yang dihubungkan dengan program pada aplikasi Arduino
ide.

6.2. Saran
Penelitian tugas akhir yang berjudul “monitoring dan otomasi parameter
pertumbuhan jamur tiram putih” yang telah dilakukan memungkinkan menjadi
acuan untuk dikembangkan dikemudian hari ataupun digunakan sebagai referensi.
Terdapat beberapa saran bagi pengembangan penelitian ini, yaitu :

59
a. Pada pengoperasian otomasi pengkabutan oleh mist maker dapat
ditambahkan suatu sitem peringatan ataupun sistem isi air secara
otomatis, sehingga pasokan air untuk pengkabutan dapat terkondisikan.
b. Untuk pengaplikasian diluar pertumbuhan miselium jamur tiram dapat
diaplikasikan dengan merubah set point cahaya, suhu & kelembapan
yang diterima oleh sensor.
c. Untuk sistem pengiriman hasil keluaran berupa SMS dari IFTTT ke
perangkat handphone menggunakan pembayaran pada perangkat
pengirim, untuk mengirim SMS secara gratis disarankan mencari
alternatif lain.
d. Pada kipas penurun suhu disarankan menggunakan kipas yang lebih
besar agar pendinginan dapat lebih cepat.

60
DAFTAR PUSTAKA

[1] W. Darwis, “Inventarisasi Jamur Yang Dapat Dikonsumsi Dan Beracun


Yang Terdapat Di Hutan Dan Sekitar Desa Tanjung Kemuning Kaur
Bengkulu,” Konserv. Hayati, vol. 07, no. 02, p. 3, 2011.

[2] D. Tjokrokusumo, “Diversitas jamur pangan terhadap kandungan beta-


glukan dan manfaatnya terhadap kesehatan,” Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia, vol. 1, no. 6, pp. 1520–1523, 2015.

[3] H. Astuti, H. K. Astuti, and N. D. Kuswytasari, “Efektifitas Pertumbuhan


Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu
Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Sabut Kelapa (Cocos nucifera),”
Sains dan Seni ITS, vol. 2, no. 2, pp. E144–E148, 2013.

[4] M. Daud, “Budidaya Jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus) Menggunakan


Limbah Kayu dan Sekam Padi,” 2007.

[5] Sumarni, “Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih,” Inov. Pertan., vol.
4, no. 2, p. 1, 2006.

[6] Darnetty, “Pengantar Mikologi,” Andalas University Press. Andalas


University Press, 2006.

[7] R. Syam and A. Abustan, “Omniwheel Dengan Manipulator Untuk Robot


Penjinak Bom,” Mekanikal, vol. 06, no. 01, p. 2, 2015.

[8] A. K. Tsauqi and Dkk, “Saklar Otomatis Berbasis Light Dependent Resostor
(LDR) Pada Mikrokontroler Arduino Uno,” in Seminar Nasional Fisika,
2016, p. 03.

[9] Efrianto, S.Ridwan, and I. Fahruzi, “Sistem Pengaman Motor Menggunakan


Smartcard Politeknik Negeri Batam,” Integrasi, vol. 08, no. 01, p. 2, 2016.

[10] M. Saleh and M. Haryanti, “Rancang Bangun Sistem Keamanan Rumah


Menggunakan Relay,” J. Tek. Elektro, vol. 8, no. 3, p. 1, 2017.

[11] H. Yuliansah, “Uji Kinerja Pengiriman Data Secara Wireless Menggunakan

61
Modul Esp8266 Berbasis Rest Architecture,” ELECTRICIAN, vol. 10, no.
02, 2016.

[12] M. . Simanjuntak and R. Batubara, “Perancangan Prototype Smart Building


berbasis Arduino UNO,” Singuda Ensikom, vol. 2, no. 2, 2013.

[13] P. Suresh, J. Daniel, V. Parthasarathy, and H. Aswathy, R, “A State of the art


review on the internet of things (IoT) history, technology and fields of
deployment,” in Internasional Conference on Science Engineering and
Management Research(ICSEMR), 2014.

[14] C. Wang, M. Daneshmand, M. Dohler, X. Mao, R. . HU, and H. Wang,


“Guest Editorial-Special Issue on Internet of Things(IoT):Architecture,
Protocols and Service,” IEEE Sens., vol. 13, no. 10, 2013.

62
LAMPIRAN

DHT11 Hygrometer DHT11 Hygrometer


No Waktu
(Suhu(ºC)) (Suhu(ºC)) (Kelembapan(%)) (Kelembapan(%))
1 18:27 27.80 27.8 71.6 72
2 19:03 27.20 27.7 72 68
3 19:22 26.20 26.6 76 70
4 06:52 25.30 25.3 81 79
5 05:30 24.30 24.1 74.8 75
6 06:40 25.30 25.3 75 76

NO Cahaya Nilai LDR Kondisi


buzzer
1 Senter dalam 1024 Aktif
jarak dekat
2 Senter handphone
(dalam jarak +/- 403 Aktif
1m)
3. Senter handphone
(dalam jarak +/- 2 228 Tidak aktif
m)
4
Lampu 389 Aktif

Platform
No Perangkat (sistem Nomor
operasi) SMS
1
Samsung J7 Prime Android 089xxx9xx257 Diterima
2
Samsung J2 Prime Android 088xx7xx372 Diterima
3
Nokia X2-01 Symbian 089xx463xx818 Diterima
TouchWiz
4
Samsung Champ Lite UI 089xxx9xx257 Diterima

63
NO Lokasi Waktu kirim SMS Waktu sampai SMS
1 Dayeuhkolot 05:44 05:44
2 Dayeuhkolot 18:11 18:11
3 Dayeuhkolot 19:55 03:02
4 Cibiru 14:26 14:52
5 Cibiru 14:52 14:52

NO Suhu Kelambap Relay 1: Relay 2: Relay 3: Kondisi


(°C) -an (%) Kipas Mist maker Pemanas
1 ON ON ON Bermasalah
2 ON ON OFF
3 ON OFF ON Bermasalah
4 31 98 ON OFF OFF
5 31 62 OFF ON ON
6 25.7 74 OFF ON OFF
7 OFF OFF ON
8 24.5 95 OFF OFF OFF

No. Pembacaan sensor LDR Keadaan Buzzer

1 357 Aktif

2 343 Tidak aktif


3 360 Aktif
4 1011 Aktif
5 322 Tidak aktif

64

Anda mungkin juga menyukai