Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN TUGAS AKHIR

Data Logger Temperature 9 Channel


Tampil Android

Oleh:
TEGUH NURHIDAYAT
NIM. P27838019035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
2022
DATA LOGGER TEMPERATURE 9 CHANNEL
TAMPIL ANDROID

Karya Tulis Ilmiah Adalah Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III
Teknik Elektromedik
Jurusan Teknik Elektromedik
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Oleh:

Teguh Nurhidayat
NIM. P27 838 019 035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Data Logger Temperature 9 Channel Tampil Android

Karya Tulis Ilmiah adalah Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Program Pendidikan
Diploma III Teknologi Elektro-medis
Jurusan Teknologi Elektro-medis
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Hj. Her Gumiwang A, ST. MT Dr. Endro Yulianto, ST,MT


NIP. 19591128 198401 2 001 NIP. 19760717 200112 1 005
Mengetahui
Jurusan Teknik Elektromedik
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Ketua,

Hj. Andjar Pudji, ST, MT.


NIP. 19650517 198903 2 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

“Data Logger Temperature 9 Channel Tampil Android”

Telah Diuji Dan Disahkan Sebagai Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III
Teknologi Elektro-medis Pada Bulan April Tahun 2022

1. Ketua Penguji
Nama : M. Prastawa ATP, ST. M.Si

NIP : 19771029200212 1 004

Tanda tangan :

2. Anggota Penguji I
Nama : Hj. Her Gumiwang A, ST. MT
NIP : 19591128 198401 2 001

Tanda tangan :

3. Anggota Penguji II
Nama : Dr. Endro Yulianto, ST,MT
NIP : 19760717 200112 1 005

Tanda tangan :

iv
4. Anggota Penguji III
Nama : Syaifudin, ST, MT
NIP : 19740801 200112 1 003

Tanda tangan :

5. Anggota Penguji IV
Nama : Anita Mifthahul Maghfiroh, S,ST, MT
NIP : 19870926 200912 2 002

Tanda tangan :

v
ABSTRAK

Kestabilan suhu merupakan salah satu hal penting


dalam proses sterilisasi. jika suhu tidak stabil, maka proses
sterilisasi tidak berjalan dengan sempurna. Pengukuran
suhu dalam sterilisasi diperlukan untuk mengetahui apakah
pengaturan suhu telah tercapai, karena jika alat
dioperasikan terus menerus akan berdampak pada kinerja
alat. Pengukuran biasanya dilakukan dengan pencatatan
waktu dan suhu dengan sistem yang masih manual. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan kemajuan
teknologi dengan sistem otomatis dengan pencatatan untuk
mewaspadai perubahan kenaikan dan penurunan suhu.
Penelitian ini menggunakan 9 buah sensor termokopel tipe
K sebagai pengukur suhu. Termokopel dihubungkan ke
modul MAX6675 untuk diubah menjadi data digital.
Pengelolahan data menggunakan sistem arduino mega 2560
untuk prosesor dengan bantuan perangkat lunak
pemrograman Arduino. HC-05 digunakan sebagai
pengiriman hasil ukur yang telah dibaca yang dimana hasil
di tampilkan pada android dengan mengunakan aplikasi
blynk. Alat ini dibandingkan dengan menggunakan
perbandingan suhu alat itu sediri dari steririlisator
MEMMERT UN 55 di laboratorium microbiologi. Hasil
yang didapat dengan suhu setting 100°C nilai error
terbesar2,2% dan terkecil 0,2%, suhu setting 150°C nilai
error terbesar 2,7% dan terkecil 0,3%, suhu setting 200°C
nilai error terbesar 1,4% dan terkecil 0,0%.

Kata Kunci : Suhu, MAX6675, Arduino Mega 2560, HC-05,


blynk

vi
ABSTRACT

Temperature stability is one of the important things in


the sterilization process. if the temperature is unstable, then
the sterilization process does not run perfectly. Temperature
measurement in sterilization is necessary to know if the
temperature setting has been reached, because if the tool is
operated continuously it will have an impact on the
performance of the tool. Measurements are usually carried
out by recording the time and temperature with a system that
is still manual. The purpose of this study is to develop a
technological advancement with an automated system with
recording to be aware of changes in temperature rise and
decrease. This study used 9 thermocouple sensors type K as a
temperature gauge. The thermocouple is connected to the
MAX6675 module to be converted into digital data. Data
processing uses the Arduino Mega 2560 system for the
processor with the help of Arduino programming software.
The HC-05 is used as a delivery of the measured results that
have been read, where the results are displayed on Android
using the Blynk application. This tool is compared using the
temperature comparison of the device itself from the
MEMMERT UN 55 sterilizer in the microbiology laboratory.
The results obtained with a setting temperature of 100°C, the
largest error value is 2.2% and the smallest is 0.2%, the
setting temperature is 150°C, the largest error value is 2.7%
and the smallest is 0.3%, the setting temperature is 200°C,
the largest error value is 1 .4% and the smallest 0.0%.

Keyword: Temperature, MAX6675, Arduino mega 2560, HC-


05, blynk

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat nikmatNya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Data Logger
Temperature 9 Channel Tampil Android”.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan
laporan tugas akhir ini peneliti telah mendapatkan banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Teknologi Elektrom-medis.
2. Kedua orang tua Ibu Rosbaiti dan Bapak Kariyanto,
atas support berupa moral, doa, dana dan kasih
sayang yang tak terhingga.
3. Pak De dan Lek Ento yang sudah merawat saya di
surabaya atas segala kasih sayang dan support yang
tak terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa
tetap semangat menyelesaikan sampai akhir.
4. Azka, Wildan, Bayu, Zuva, Affan, Kamil dan Hakam
atas support dan doa kepada penulis.

viii
5. Hj. Andjar Pudji, ST, MT selaku Ketua Jurusan
Teknologi Elektro-medis dan selaku dosen penguji
yang telah dengan penuh kesabaran dan ketulusan
memberikan ilmu dan bimbingan terbaik kepada
penulis.
6. Dyah Titisari, ST. M.Eng. selaku Ketua Program
Studi D-III Teknologi Elektro-medis yang telah
dengan penuh kesabaran dan ketulusan memberikan
ilmu dan bimbingan terbaik kepada penulis.
7. Hj. Her Gumiwang A, ST. MT selaku dosen
pembimbing I yang telah dengan penuh kesabaran
dan ketulusan memberikan ilmu dan bimbingan
terbaik kepada penulis.
8. Dr. Endro Yulianto, ST,MT selaku dosen
pembimbing II yang telah dengan penuh kesabaran
dan ketulusan memberikan ilmu dan bimbingan
terbaik kepada penulis
9. Para Dosen dan Para Karyawan/wati Program Studi
D-III Teknologi Elektro-medis yang telah
memberikan bekal ilmu kepada penulis dan
membantu penulis dalam proses belajar.
10. Team Data Logger (Aiwa, Bayu, dan Faisol) atas
kerja keras dan segala kerjasama dan bantuannya
ix
dalam pengerjaan tugas akhir.
11. Angkatan EM25 terima kasih atas 3 tahunnya
melewati suka dan duka bersama serta segala
dukungan dan bantuan.
12. Andi Shalsabila Putri teman yang sudah mau
membantu dalam pembuatan karya tulis ini dengan
senang hati.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa laporan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu semua
jenis saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini
dapat memberikan manfaat dan memberikan wawasan
tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis
sendiri.
Surabaya, 13 April 2022

Teguh Nurhidayat

x
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................... iiii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..................... ivv
ABSTRAK .................................................................... vii
ABSTRACT................................................................. viiii
KATA PENGANTAR .............................................. viiiii
DAFTAR ISI ................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................. xiiv
DAFTAR TABEL ....................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................ 1
1.2 Batasan Masalah ............................................ 4
1.3 Rumusan Masalah ......................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian........................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ...................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ..................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian......................................... 5
1.5.1 Manfaat Teoritis................................... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................... 7
2.1 Studi Literatur ............................................... 7

xi
2.2 Dasar Teori .................................................... 7
2.2.1 Sterilisator ........................................... 7
2.2.2 Data logger........................................ 10
2.2.3 Sensor Thermocouple ........................ 12
2.2.4 Arduino Mega ................................... 14
2.2.5 Bluetooth HC-05 ................................ 15
2.2.6 Blynk Aplication................................. 17
2.2.7 Max6675 ............................................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................. 23
3.1 Diagram Blok Sistem .................................. 23
3.2 Diagram Alir Alat........................................ 24
3.3 Diagram Mekanis Alat ................................ 25
3.4 Alat dan Bahan ............................................ 25
3.4.1 Alat .................................................... 25
3.4.2 Bahan ................................................. 26
3.5 Jenis Penelitian ............................................ 26
3.6 Variabel Penelitian ...................................... 27
3.6.1 Variabel Bebas .................................. 27
3.6.2 Variabel Terikat ................................. 27
3.6.3 Variabel Terkendali ........................... 27
3.7 Defnisi Operasional Variabel ...................... 27
3.8 Teknik Analisis Data ................................... 29
3.9 Waktu Pembuatan Modul ............................ 30
xii
3.10 Jadwal Penelitian ......................................... 32
BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS..35
4.1. Hasil Pembuatan Modul .............................. 35
4.2. Hasil Pengukuran ........................................ 36
4.2.1.Hasil Pengukuran Kestabilan Suhu
100°C ................................................... 36
4.2.2. Hasil Pengukuran Kestabilan Suhu
150°C ................................................... 39
4.2.3. Hasil Pengukuran Kestabilan Suhu
200°C ................................................... 42
4.2.4. Hasil Pengukuran pada Suhu 100°C . 48
4.2.5. Hasil Pengukuran pada Suhu 150°C . 48
4.2.6. Hasil Pengukuran pada Suhu 200°C . 48
4.2.7. Penyesuaian Suhu.............................. 49
BAB V PEMBAHASAN.............................................. 53
5.1 Pembahasan Rangkaian ............................... 53
5.1.1 Rangkaian Data Logger ..................... 53
5.2 Pembahasan Program .................................. 54
5.2.1 Fungsi Program MAX 6675 .............. 54
5.2.2 Fungsi Blynk ..................................... 57
5.2.3 Fungsi Bluetooth HC-05 ................... 59
5.3 Pembahasan Data Hasil Pengukuran ........... 59
5.4 Kelemahan atau Kekurangan Modul ........... 60
xiii
5.5 Kelebihan Modul ......................................... 60
BAB VI PENUTUP...................................................... 61
6.1 Kesimpulan.................................................. 61
6.2 Saran ........................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................. 62
LAMPIRAN ................................................................. 65

ii

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sterilisator Kering........................................ 8
Gambar 2.2 Penempatan sensor menurut AS2853 ........ 10
Gambar 2.3 Data logger................................................. 11
Gambar 2.4 Sensor Thermocouple type K ..................... 12
Gambar 2.5 Datasheet Thermocouple type-K................ 14
Gambar 2.6 Arduino Mega ............................................ 15
Gambar 2.7 Blynk APP dan tampil padaAandroid ........ 18
Gambar 2.8 Modul Max6675 ........................................ 20
Gambar 3. 1 Blok Diagram ........................................... 23
Gambar 3. 2 Diagram Alir ............................................. 24
Gambar 3. 3 Diagram Mekanis...................................... 25
Gambar 4. 1 Tampak Depan dan Belakang ................... 35
Gambar 4. 2 Blok Rangkaian Modul ............................. 35
Gambar 4. 3 Peletakan Sensor Suhu dan Grafik Blynk . 37
Gambar 4. 4 Peletakan Sensor Suhu dan Grafik Blynk . 40
Gambar 4. 5 Peletakan Sensor Suhu dan Grafik Blynk . 43
Gambar 4. 6 Penyamaan Suhu....................................... 49
Gambar 5. 1 Rangkaian Data Logger1 .......................... 53
Gambar 5. 2 Rangkaian MAX6675 ............................... 54

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ....................... 28


Tabel 3.2 Hasil Pengukuran pada setiap Suhu Setting .. 38
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ........................................... 34
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 100OC .. 37
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 150OC .. 40
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 200OC .. 43
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Pada Suhu 100OC ............. 46
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Pada Suhu 150OC ............. 47
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Pada Suhu 200OC ............. 48
Tabel 4.7 Penyusuaian Suhu 100oC............................... 53
Tabel 4.8 Penyusuaian Suhu 150oC............................... 54
Tabel 4.9 Penyesuaian Suhu 200oC ............................... 54

xvi
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknik sterilisasi panas kering menggunakan alat


yang mirip dengan oven kue tersebut tidak diajarkan
dalam pelatihan asuhan persalinan normal. Hal ini
disebabkan karena ditengarai alat tersebut tidak dapat
menyediakan suhu atau panas yang stabil selama proses
sterilisasi berlangsung, sehingga dikhawatirkan tidak
memberikan hasil yang optimal. Namun demikian, belum
ada bukti penelitian yang menjelaskan perbandingan
efektifitas kedua metode tersebut dalam membunuh
kuman patogen[1].

Sterilisator adalah alat yang digunakan untuk


mensterilkan alat kesehatan untuk menghindari bakteri
yang menempel pada sisa penggunaan alat kesehatan.
Suhu alat sterilisasi bervariasi tetapi umumnya untuk alat
sterilisasi kering berkisar antara 175°C. Cara kerja alat
kalibrasi suhu adalah dengan menggunakan sensor
termokopel yang dimasukkan ke alat yang akan diukur
kemudian akan dibaca hasil suhunya. Termokopel
(Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan
1
untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis
konduktor logam, yang prinsip kerjanya adalah setiap
ujung konduktor logam digabungkan untuk menciptakan
efek "Termoelektrik". Salah satu jenis konduktor logam
yang terdapat dalam termokopel akan berfungsi sebagai
referensi dengan suhu yang konstan (tetap), sedangkan
konduktor logam berfungsi sebagai penghantar logam
yang mendeteksi suhu panas.[2]

Sterilisator kering adalah suatu alat yang digunakan


untuk proses sterilisasi atau proses membunuh virus atau
bakteri pada suatu bahan. Prinsip dasarnya pemanasan
dari elemen kering yang dialiri arus listrik sehingga
memanaskan ruang sterilisasi dan mencapai suhu
tertentu. Suhu yang dihasilkan inilah yang digunakan
untuk proses sterilisasi.[3]. Pengukuran suhu pada
sterilisator kering diperlukan untuk mengetahui jika suhu
setting telah tercapai, karena jika alat tersebut
dioperasikan secara terus menerus akan berdampak pada
kinerja alat. Pengukuran biasanya dilakukan dengan
pencatatan waktu dan suhu dengan system yang masih
manual, dengan kemajuan teknologi penulis
mengembangkan dengan sistem otomatis disertai
perekaman (data logger) untuk mengetahui setiap
2
perubahan kenaikan dan penurunan suhu[4].

Pada penelitian sebelumnya oleh Dwinta


Mussetyarsih pada tahun 2015 dengan judul “Data logger
Temperature Meter pada Autoclave” alat ini hanya
menggunakan satu sensor dan hanya digunakan untuk
alat autoclave. Dan diteruskan oleh Rizky Bian
Primaswara pada tahun 2016 dengan judul “Data logger
Temperature Meter pada Sterilisator Kering” alat ini
menggunakan dua sensor dan bisa digunakan pada
sterilisator kering. Suhu yang dapat diukur antara 50°C –
170°C. Pada tahun 2017 alat ini dikembangkan oleh
Rifky Ridho Isnanto dengan judul “Data logger
Temperature Meter pada Autoclave” alat ini
menggunakan tiga sensor. Suhu yang dapat diukur antara
50°C – 135°C. Dan dilanjukan oleh Laskhanisa Varadila
pada tahun 2020 dengan judul “Data Logger Temperature
9 Chanel” dengan menggunakan 9 channel suhu yang
dapat diukur antara 50°C – 150°C.

Berdasarkan penelitian sebelum – sebelumnya,


penulis berencana membuat alat dengan judul “Data
logger Temperature 9 Chanel” alat ini memiliki 9 chanel
aktif dan menggunakan bluetooth tampilan android.

3
Berdasarkan latar belakang yang penulis buat KTI
ini terdiri dari Bab I pendahuluan, Bab II Tinjauan
Pustaka, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil
Pengukuran dan Pembahasan, Bab V Pembahasan, dan
Bab VI Penutup.
1.2 Batasan Masalah
1.2.1 Data logger pada suhu sterilisator kering.
1.2.2 Mengunakan sensor thermocouple type K dengan
panjang 1 meter.
1.2.3 Tranfer data menggukan bluetooth.
1.2.4 Menggunakan mikrokontroller ATMega 2560.
1.2.5 Pengambilan data setiap 5 menit.
1.2.6 Terdapat 9 Chanel untuk sensor suhu.
1.2.7 Hasil pengukuran dapat dibaca menggunakan
excel.
1.3 Rumusan Masalah
Dapatkah dibuat alat Data logger temperature 9
chanel dengan tranfer data Bluetooth dan tampil android?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Dibuat Data logger 9 channel dan tranfer data
bluetooth pada sterilisator kering.

4
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.1.1 Membuat rangkaian pengkondisi sinyal analog.
1.4.1.2 Membuat rangkaian minimum sistem ATMega
2560.
1.4.1.3 Membuat koneksi bluetooth.
1.4.1.4 Membuat tampilan pada android.
1.4.1.5 Melakukan uji coba dan uji fungsi
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan wawasan dan pegetahuan
mahasiswa Politeknik kemenkes Surabaya Jurusan
Teknik Elektromedik dalam bidang alat ukur. Terutama
dalam pengembangan dan pengaplikasian alat Data
logger.
1.5.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya alat ini diharapkan dapat
memudahkan pengguna untuk melakukan pemantauan
suhu pada sterilisator.

5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Literatur


Pada penelitian sebelumnya oleh Rizky Bian
Primaswara pada tahun 2016 dengan judul “Data logger
Temperature Meter pada Sterilisator Kering” alat ini
menggunakan dua sensor dan bisa digunakan pada
sterilisator kering. Suhu yang dapat diukur antara 50C –
170C. Pada tahun 2017 alat ini dikembangkan oleh
Rifky Ridho Isnanto dengan judul “Data logger
Temperature Meter pada Autoclave” alat ini
menggunakan tiga sensor. Suhu yang dapat diukur antara
50C – 135C. Dan dilanjukan oleh Laskhanisa Varadila
pada tahun 2020 dengan judul “Data Logger
Temperature 9 Channel” dengan menggunakan 9
channel suhu yang dapat diukur antara 50°C – 150°C.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Sterilisator
Sterilisator adalah alat yang digunakan untuk
mensterilkan alat kesehatan agar terhindar dari bakteri
yang menempel pada sisa penggunaan alat kesehatan.
Temperatur alat sterilisasi bervariasi tetapi umumnya
7
untuk alat sterilisasi kering berkisar 175 ° Celcius.[4].
Sterilisator kering adalah suatu alat yang
digunakan untuk proses sterilisasi atau proses membunuh
virus atau bakteri pada suatu bahan. Prinsip dasarnya
pemanasan dari elemen kering yang dialiri arus listrik
sehingga memanaskan ruang sterilisasi dan mencapai
suhu tertentu. Suhu yang dihasilkan inilah yang
digunakan untuk proses sterilisasi. Sterilisator kering
dengan elemen kering digunakan untuk mensterilisasi
gunting, pinset dan alat bedah lainnya.[5]. Sterilisator
kering bekerja melalui denaturasi protein, kerusakan
oksidatif dan efek toksik dari peningkatan kadar
elektrolit.[6].

Gambar 2.1 Sterilisator Kering


(sumber: alatkesehatan.com)

8
Barang yang disterilkan meliputi, alat logam
(seperti tang, pisau bedah, gunting), peralatan gelas
(seperti cawan petri, pipet, termos, jarum suntik dari
semua kaca), penyeka, minyak, minyak, petroleum jelly,
dan beberapa produk farmasi. Barang yang akan
disterilkan harus benar-benar kering sebelum diletakkan
di sisi mini untuk menghindari kerusakan. Barang harus
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
memungkinkan sirkulasi udara bebas di antaranya. Mulut
labu, tabung reaksi, dan kedua ujung pipet harus ditutup
dengan kapas. Barang kaca individu harus dibungkus
dengan kertas kraft atau aluminium foil.[6].
Alat sterilisasi yang ada pada kampus Teknik
Elektromedik Surabaya ini menggunakan sterilisator
bermerk fortune yang dimana media untuk
pensteriliannya menggunakan metode panas kering
dengan suhu 125C ± 20% selama ≥ 45 menit.
Sterilisator ini memiliki 2 buah pintu dengan volume 78
Liter. Dimensi sterlisator ini 47 x 38.5 x 77 cm.
Untuk merekam data suhu pada sterilisator ini
menggunakan standart AS2853 sebagai acuan dimana
sensor suhu ditempatkan pada titik titik ukur dengan
tidak menempel pada dinding sterilisator.
9
Penempatan sensor menurut standart AS2853
sebagai berikut:

Gambar 2.2 Penempatan sensor menurut AS2853

2.2.2 Data logger


Data logger (perekam data) adalah sebuah alat
elektronik yang mencatat data dari waktu ke waktu baik
yang terintegrasi dengan sensor dan instrumen
didalamnya maupun eksternal sensor dan instrumen.
Secara singkat data logger adalah alat untuk melakukan
data logging. Salah satu manfaat dari data logger dapat
digunakan pada sterilisator, yang berfungsi untuk
mengetahui suhu yang telah diatur sesuai dengan setting
media pada sterilisator. Apabila suhu yang dihasilkan
tidak sesuai dengan setting media, maka proses sterilisasi
dikatakan tidak sempurna.[3].

10
Gambar 2.3 Data logger
(sumber: tmi.yokogawa.com)

Data logger didefinisikan sebagai perangkat


elektronik yang secara otomatis merekam, memindai, dan
mengambil data dengan kecepatan tinggi dan efisiensi
yang lebih besar selama pengujian atau pengukuran, di
bagian mana pun dari pabrik dengan waktu. Jenis
informasi yang direkam ditentukan oleh pengguna, yaitu
apakah suhu, kelembaban relatif, intensitas cahaya,
tegangan, tekanan, atau kejutan akan direkam, oleh
karena itu secara otomatis dapat mengukur keluaran
listrik dari semua jenis transduser dan mencatat nilainya.
Salah satu manfaat utama menggunakan data logger
adalah kemampuan untuk mengumpulkan data secara
otomatis selama 24 jam. Setelah aktivasi, data logger
biasanya digunakan dan dibiarkan tanpa pengawasan
11
untuk mengukur dan mencatat informasi selama periode
pemantauan. Hal ini memungkinkan gambaran yang
komprehensif dan akurat tentang kondisi lingkungan
yang sedang dipantau, seperti suhu udara dan
kelembaban relative.[7].
2.2.3 Sensor Thermocouple
Thermocouple adalah jenis sensor suhu yang
digunakan untuk mengukur dan mendeteksi suhu melalui
dua konduktor yang berbeda. Termokopel merupakan
sensor suhu yang mengubah perbedaan suhu menjadi
perubahan tegangan, hal ini disebabkan oleh perbedaan
kerapatan yang dimiliki oleh masing-masing logam yang
bergantung pada massa jenis logam.

Gambar 2.4 Sensor Thermocouple type K


(sumber: shopee.co.id)
Prinsip kerja thermocouple yaitu ketika ujung

12
konduktor itu dipanaskan maka keduanya akan
mengalami pemuaian. Pemuaian terjadi karena
pergerakan atom atau elektron dari temperature tinggi ke
temperature rendah dan pergerakan elektron ini
tergantung pada bahan konduktor tersebut, karena
konduktur satu dengan lain nya memiliki kecepatan muai
yang berbeda-beda.
Termokopel Tipe K (Nikel-Kromium / Nikel-
Alumel): Jenis K adalah jenis termokopel yang paling
umum. Ini tidak mahal, akurat, andal, dan memiliki
kisaran suhu yang luas. Tipe K umumnya ditemukan
dalam aplikasi nuklir karena kekerasan radiasi relatifnya.
Suhu maksimum terus menerus sekitar 1.100°C.

13
Gambar 2.5 Datasheet Thermocouple type-K
(sumber: www.thermocoupleinfo.com)

2.2.4 Arduino Mega


Arduino adalah sebuah sebuah kit atau papan
elektronik yang dilengkapi dengan software open source
yang menggunakan keluarga mikrokontroler ATMega
dan berfungsi sebagai pengendali mikro single-board
yang dirancang untuk memudahkan penggunaan
elektronik dalam berbagai bidang yang dirilis oleh Atmel.
Dimana hardware-nya memiliki prosesor Atmel AVR dan
softwarenya memiliki bahasa pemrograman sendiri.[9]
14
Gambar 2.6 Arduino Mega
(sumber : indiamart.com)

Arduino mega memiliki 54 pin digital


input/output, dimana 15 pin dapat digunakan sebagai
output PMW, 16 pin sebagai input analog, dan 14 pin
sebagai UART (Port serial Hardware), selain itu arduino
mega ini juga memiliki 16 MHz kristal osilator, tombol
reset, header ICSP, koneksi USB dan jack power. Ini
semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler
dalam berbagai pekerjaan. Selanjutnya untuk memulai
mengaktifkan perangkat tersebut cukup dengan
menghubungkannya ke computer melalui kabel USB atau
power suplay atau baterai.[9]
2.2.5 Bluetooth HC-05
Ada dua jenis bluetooth ke modul serial dengan
ganjil dan genap. Bluetooth seri bernomor ganjil sebagai
HC-05 atau HC-03 adalah versi perbaikan dari bluetooth
15
untuk Serial Modul HC-06 atau HC-04. Bluetooth ke
serial modul HC-05 dapat ditetapkan sebagai master atau
slave perangkat seperti HC-06 modul yang hanya bisa
digunakan sebagai Slave.

Gambar 2. 7 Bluetooth HC-05

(sumber: tokopedia.com)

Deskripsi modul HC-05:


1. Level tegangan kerja 3.3V.
2. Modul memiliki 2 mode kerja (pemilihan mode dengan
mengubah status pin 34 – KEY):
• Auto-connect.
• Mode ODAP, Anda dapat mengirim perintah AT untuk
berkomunikasi dengan modul.
• Dengan mengubah status 34 kaki (KEY), Anda dapat
mengkonfigurasi modus operasi modul:

16
• Untuk membuat modul dalam mode koneksi otomatis:
KEY ke kondisi floating (tidak terhubung state).
• Untuk modul bekerja di bawah modus respon perintah:
KEY = „0 (koneksi ground) dan KEY = „1′ (terhubung ke
Vcc) sekarang dapat menggunakan perintah AT untuk
berkomunikasi.
3. Baudrate 1200, 2400, 4800, 9600, 19200, 38400, 57600,
115200, dapat di set sesuai dengan kebutuhan user.
4. Kebutuhan Arus : Pairing 20~30mA. Setelah Pair:
8mA.
5. Frekuensi yang digunakan : 2.5 GHz[13
2.2.6 Blynk Aplication
Blynk adalah sebuah layanan server yang
digunakan untuk mendukung project internet of things
dan bluetooth. Layanan server ini memiliki lingkungan
mobile user baik android maupun iOS. Blynk
mendukung berbagai macam hardware yang dapat
digunakan untuk project internet of Things dan bluetooth.
Blynk adalah dash borad digital dengan fasilitas antar
muka grafis dalam pembuatan project-nya.

17
Gambar 2.8 Blynk APP dan tampil pada Android

Terdapat 3 komponen utama Blynk :

1. Blynk Apps memungkinkan untuk membuat project inter


face dengan berbagai macam komponen Input output
yang mendukung untuk pengiriman maupun penerimaan
data serta merepresentasikan data sesuai dengan
komponen yang dipilih. Representasi data dapat
berbentuk visual angka maupun grafik.

2. Blynk server merupakan fasilitas backend serviceberbasis


cloud yang bertanggung jawab untuk mengatur
komunikasi antara aplikasi smartphone dengan
lingkungan hardware. Kemampun untuk menangani
puluhan hardware pada saat yang bersamaan semakin
memudahkan bagi para pengembang sistem IoT.
18
3. Blynk library dapat digunakan untuk membantu
pengembangan code. Blynk library tersedia pada banyak
platform perangkat keras sehingga semakin memudahkan
para pengembang IoT dengan fleksibilitas hardware yang
didukung oleh lingkungan Blynk.[10]
2.2.7 Max6675
MAX6675 adalah konverter termokopel ke digital
yang canggih dengan konverter analog ke digital 12-bit
(ADC). MAX6675 juga berisi penginderaan dan koreksi
kompensasi sambungan dingin, pengontrol digital,
antarmuka yang kompatibel dengan SPI, dan logika
kontrol terkait. MAX6675 dirancang untuk bekerja
bersama dengan mikrokontroler eksternal (μC) atau
kecerdasan lainnya dalam aplikasi termostatik, kontrol
proses, atau pemantauan.
Fitur dari MAX6675 :
 Konversi Digital Langsung dari Output Termokopel
Tipe – K.
 Kompensasi Persimpangan Dingin.
 Antarmuka Serial Sederhana yang Kompatibel dengan
SPI.
 Resolusi 12-Bit, 0,25°C Deteksi Termokopel
Terbuka[11].
19
Gambar 2.9 Modul Max6675
(sumber: tokopedia.com/)

Rangkaian MAX6675 ini berfungsi untuk


memproses data pada sensor suhu thermocouple type K
dari data analog dikonversikan ke data digital. Modul
MAX6675 sebagai penguat mengeluarkan output berupa
data digital. Pin output MAX6675 ini disambungkan
pada mikrokontroller. [12]

Modul MAX6675 terdiri dari 5 pin yaitu sebagai


berikut:

- SO : merupakan pin output data pembacaan sensor yang


dikirimkan ke mikrokontroler.

- CS : pada posisi low dan mendapatkan kiriman clock,


maka modulakan melakukan pembacaan data, dan akan
mengakhiri pembacaan ketika CS kembali high.

- SCK : merupakan pin yang membawa informasi clock

20
antara modul dan pengontrolnya.

- VCC: pin pada modul yang tersambung dengan tegangan


positif.

- GND : pin pada modul yang tersambung dengan ground.

Untuk mendapatkan nilai suhu pada termokopel


tipe-K, perubahan tegangan sebesar 41µV/o C dengan
menggunakan pendekatan karakteristik dapat
menggunakan rumus dibawah ini:

Vout = (41µV/°C) 5 (TR – TAMB)

Vout : Voutput termokopel (µV)


TR : temperatur remote junction (°C)
TAMB : temperature ambient / suhu ruang (°C)
Spesifikasi :
 Tegangan Kerja: 3V - 5V
 Fitur: Dilengkapi rangkaian kompensasi dan cold
junction
 Output Data: SPI
 Rentang Pengukuran Suhu: 0°C - 800°C
 Akurasi Suhu: 0.25°C
 Tipe Thermocouple: Type-K.

21
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Blok Sistem


ON/OFF

THERMOCOPLE 1 MAX6675

THERMOCOPLE 2 MAX6675

THERMOCOPLE 3 MAX6675

THERMOCOPLE 4 MAX6675

MIKROKONTROLLER ANDROID
THERMOCOPLE 5 MAX6675

THERMOCOPLE 6 MAX6675

THERMOCOPLE 7 MAX6675

THERMOCOPLE 8 MAX6675

THERMOCOPLE 9 MAX6675

BLUETOOTH HC-05

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 3. 1 Blok Diagram

Penjelasan :
Ketika power on/off dalam posisi on maka seluruh
rangkaian akan mendapatkan tegangan dari baterai.
Sensor akan mendeteksi suhu dan masuk ke IC
Mikrokontroller ATMega 2560 untuk diolah datanya.

23
Data suhu yang terbaca akan dikirimkan melalui modul
Bluetooth HC-05 di tampilkan melalui android.
3.2 Diagram Alir Alat

Proses di Alat Proses di Android


START START

Inisialisasi Sensor dan Data inisialisasi


Suhu

Pengukuran Suhu TIDAK


Setiap 5 Menit HC-05 Connected

YA

Tranfer Data
Hasil Ukur Dari HC-05

Tampilan Android
Tampil Pada Android

END END

Gambar 3. 2 Diagram Alir

Penjelasan:
Program dimulai, kemudian terjadi inisialisasi dari
input dan output mikrokontroller. Sensor melakukan
pembacaan suhu, data suhu akan di rekam setiap 5 menit
sekali lalu data akan ditranfer melalui koneksi bluetooth
(HC-05) di tampil pada android, pada bagian android

24
dimulai dengan inisialisasi untuk pengkoneksian bluetooth
(HC-05) pada alat sudah terkoneksi pada android atau
belum, hasil yang telah di ukur pada alat akan di tampilkan
pada android dengan menggunakan aplikasi Blynk yang
menampilkan 9 hasil ukur pada alat.
3.3 Diagram Mekanis Alat

Gambar 3. 3 Diagram Mekanis

Keterangan :
1. Konektor Sensor 5. Charger
2. Led indikator bloetooth 6. Power On/Off
3. Indikator bluetooth
4. Indikator Charger
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan sebagai sarana pendukung
dalam pengerjaan tugas akhir adalah sebagai berikut :
a. Multimeter
b. Solder
25
c. Tang Cucut
d. Tang Potong
e. Obeng
f. Osiloskop
g. Thermometer
3.4.2 Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan peneliti
sebagai berikut:
a. IC ATMega 328
b. PCB
c. Fericlorit
d. Timah
e. Saklar ON/OFF
f. Bluetooth HC-05
g. Sensor Thermocouple
h. MAX 6675
3.5 Jenis Penelitian
Rancangan penelitian model alat ini
menggunakan metode pre eksperimental dengan jenis
penelitian After Only Design. Pada rancangan ini, peneliti
hanya melihat hasil tanpa mengukur keadaan
sebelumnya. Tetapi disini sudah ada kelompok control,
walaupun tidak dilakukan rendomisasi. Kelemahan dari
26
rancangan ini adalah tidak tahu keadaan awalnya,
sehingga hasil yang didapat sulit disimpulkan. Desain
dapat digambarkan sabagai berikut:
X O
Non Random --------------------
(-) O
X = reatmen/perlakuan yg diberikan (variabel
Independen)
0 = Observasi (variabel dependen)
( - ) = Kelompok control

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Bebas
Sebagai variable bebas yaitu suhu ruang.
3.6.2 Variabel Terikat
Sebagai variable terikat yaitu sensor thermocouple.
3.6.3 Variabel Terkendali
Sebagai variable terkendali yaitu IC Mikrokontroller
ATMega 2560.
3.7 Defnisi Operasional Variabel
Variabel – variabel yang digunakan dalam
pembuatan alat, baik variabel terkendali, terikat, dan
bebas memiliki fungsi – fungsi antara lain:
27
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Alat Hasil Skala
Variable Definisi
Ukur Ukur Ukur

Suhu ruang
Suhu yang diukur Thermo
Interval
Ruang dengan meter
thermometer

Sensor yang
Sensor Osilosk
digunakan Resolusi
Thermoco op,
untuk 10mV Nominal
uple type Multime
mendeteksi per 1°C
K ter
suhu ruang

IC
0=
Mikrokon Komponen
ground,
troller pengendali - Nominal
1=
ATMega program
VCC
328

Komponen Bekerja
Bluetooth untuk sesuai
- Nominal
HC - 05 pengiriman sistem/
data tidak

28
Merekam
data suhu Bekerja
Data yang terbaca sesuai Nominal
-
Logger pada system/
thermocoupl tidak
e

3.8 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu
untuk mengetahui keakurasian sensor suhu thermocouple
type k yang digunakan pada data logger dan pengiriman
hasil ukur menggunakan bluetooth, sehingga dilakukan
pengisian pada tabel dibawah ini :
A : Alat Data logger
P : Pembanding

29
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran pada setiap Suhu Setting

Waktu Rata
Sensor – Ua Error
1 2 3 … 5 Rata

A
T1
P

A

P

A
T9
P

Sehingga dari tabel diatas dapat diketahui error


(keakurasian) sensor suhu thermocouple type k yang
digunakan pada data logger.
3.9 Waktu Pembuatan Modul
Jadwal kegiatan penulis tersusun menurut jadwal
kalender Akademik yang ada di Politeknik Kesehatan
Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya, yaitu:
1. Mempelajari literatur dan menentukan topik
2. Mempelajari teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas melalui studi kepustakaan.

30
3. Menyusun latar belakang, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat.
4. Mempelajari dan merancang diagram mekanis,
diagram blok sistem dan diagram alir proses/program.
5. Menyusun proposal
6. Berkonsultasi kepada dosen-dosen yang bersangkutan
dengan judul tugas akhir.
7. Menyiapkan komponen dan peralatan yang digunakan
dalam pembuatan modul.
8. Membuat rangkaian elektronik dalam bentuk modul-
modul dan mengujinya.
9. Menyatukan modul-modul membentuk sistem modul.
10. Membuat program pemrosesan data dengan
menggunakan Arduino.
11. Menguji sistem modul.
12. Menarik kesimpulan dan saran untuk perbaikan
sistem.
13. Menyusun laporan karya tulis ilmiah.

31
3.10 Rata- rata
Rata-rata adalah nilai atau hasil pembagian dari
jumlah data yang diambil atau diukur dengan banyaknya
pengambilan data atau banyaknya

𝑿𝒊
Rata – Rata ( X ) =
𝒏

Dimana : X = rata rata


∑Xi = Jumlah nilai data
N = Banyak data ( 1,2,3,…,n)

3.11 Ketidak pastian (Ua)


Ketidakpastian adalah hasil nilai hitung karena
adanya nilai skala terkecil, kesalahan kalibrasi,
perubahan nilai parameter pengukuran sehingga
penhukuran dapat terganggu.

𝒔𝒕𝒅𝒗
Ketidakpastian =
𝒏

Dimana : stdv = Standar Deviasi


n = banyaknya data

32
3.12 Error
Error adalah selisih dari rata-rata nilai dari harga
yang dikehendaki dengan nilai yang diukur.
Rumus Error :
Error = 𝑿𝒏 − X

Adalah nilai persen dari simpangan (Error) terhadap nilai


yang dikehendaki.
Rumus % error :

𝑿𝒏 − X
%Error= x 100%
X
𝑲𝒆𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂
Error relatif = x 100%
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂

3.13 Jadwal Penelitian


Penulis menyusun kegiatan jadwal kegiatan
menurut kalender Akademik yang ada di Politeknik
Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.
Berikut merupakan jadwal kegiatan kalender akademik
tersebut:

33
Tabel 3. 3 Jadwal Penelitian

34
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

4.1. Hasil Pembuatan Modul

Gambar 4. 1 Tampak Depan dan Belakang

Gambar 4. 2 Blok Rangkaian Modul

35
4.2. Hasil Pengukuran
Nama Alat : Data Logger Temperature 9
Channel
Rentang Ukur: 200°C
Tanggal : 2 April 2022
Tempat :Laboratorium Microbiologi Unit
Terpadu Surabaya
Kondisi Fisik : Baik
Kondisi Fungsi: Baik
Kondisi Ruang :
1. Suhu : 28°C
Alat yang digunakan :
1. Sterilisator Kering
Merk : Memmert IN 30
4.2.1. Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 100°C
Berikut adalah tabel hasil pengukuran
thermocouple pada modul (A) dengan setting suhu 100°C
pada media sterilisator kering dengan pengukuran suhu
yang sama sebanyak 5 kali dengan alat pembanding (P)
dari panel di Sterilisator.

36
Gambar 4. 3 Peletakan Sensor Suhu dan Grafik Pada Blynk

Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 100°C

Channel 1 2 3 4 5 Rata - rata Ua Error %


A 103 104 100 103 101 102 0.9
T1 2,2%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 103 100 99 99 100 100 0.9
T2 0,2%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 100 101 99 102 99 100 0.8
T3 0,2%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 102 100 102 101 100 101 0.6
T4 1%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 100 101 101 103 102 101 0.7
T5 1,4%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 102 100 105 102 101 102 1.1
T6 2%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 102 103 101 101 102 102 0.5
T7 1,8%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 98 100 101 99 100 100 0.7
T8 0,4%
P 100 100 100 100 100 100 0.0
A 101 102 101 102 102 102 0.3
T9 1,6%
P 100 100 100 100 100 100 0.0

37
Tampilan grafik setiap sensor dengan suhu 100°C:

38
Pengambilan data dilakukan pada saat suhu pada
alat sudah stabil dengan suhu setting 100°C ini diketahui
bahwa nilai error terbesar 2,2% pada suhu 1 di
karenakan posisinya bedekatan dengan heater dan error
terkecil pada suhu 2 dan 3 sebesar 0,2% karena letak
sensor jauh dari heater.
4.2.2. Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 150°C
Berikut adalah tabel hasil pengukuran
thermocouple pada modul (A) dengan setting suhu 150°C
pada media sterilisator kering dengan pengukuran suhu
yang sama sebanyak 5 kali dengan alat pembanding (P)
dari panel di Sterilisator.

39
Gambar 4. 4 Peletakan Sensor Suhu dan Grafik Pada Blynk

Tabel 4. 2 Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 150°C

Channel 1 2 3 4 5 Rata - rata Ua Error %


A 149 157 156 155 153 154 1.8
T1 2,7%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 149 151 149 150 153 150 1.0
T2 0,3%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 150 151 150 151 153 151 0.7
T3 0,7%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 151 154 153 155 152 153 0.9
T4 2%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 154 153 155 154 153 154 0.5
T5 2,5%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 149 153 155 152 153 152 1.3
T6 1,6%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 157 155 148 149 152 152 2.2
T7 1,5%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 151 155 152 152 152 152 0.9
T8 1,6%
P 150 150 150 150 150 150 0.0
A 152 151 155 153 151 152 1.0
T9 1,6%
P 150 150 150 150 150 150 0.0

40
Tampilan grafik setiap sensor dengan suhu 150°C:

41
Pengambilan data dilakukan pada saat suhu pada
alat sudah stabil dengan suhu setting 150°C ini diketahui
bahwa nilai error terbesar 2,7% pada suhu 1 di
karenakan posisinya bedekatan dengan heater dan error
terkecil pada suhu 2 sebesar 0,3% karena letak sensor
jauh dari heater.

4.2.3. Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 200°C


Berikut adalah tabel hasil pengukuran
thermocouple pada modul (A) dengan setting suhu 200°C
pada media sterilisator kering dengan pengukuran suhu
yang sama sebanyak 5 kali dengan alat pembanding (P)
dari panel di Sterilisator.
42
Gambar 4. 5 Peletakan Sensor Suhu dan Grafik Pada Blynk

Tabel 4. 3 Hasil Pengukuran Kesetabilan Suhu 200°C

Channel 1 2 3 4 5 Rata - rata Ua Error %


A 202 204 202 202 204 203 0.6
T1 1,4%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 200 199 200 199 201 200 0.5
T2 0,1%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 201 202 201 198 201 201 0.9
T3 0,3%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 202 203 202 202 204 203 0.5
T4 1,3%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 202 203 202 203 202 202 0.3
T5 1,2%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 201 202 199 198 203 201 1.2
T6 0,3%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 199 201 198 200 202 200 0.9
T7 0%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 202 201 203 201 203 202 0.6
T8 1%
P 200 200 200 200 200 200 0.0
A 202 203 199 202 202 202 0.9
T9 0,8%
P 200 200 200 200 200 200 0.0

43
Tampilan grafik setiap sensor dengan suhu 200°C:

44
Nilai error dari pengukuran dengan suhu setting
200°C ini diketahui bahwa nilai error terbesar 1,4% pada
suhu 1 di karenakan posisinya bedekatan dengan heater
dan error terkecil pada suhu 7 sebesar 0,0% karena letak
sensor jauh dari heater.

4.2.4. Hasil Pengukuran pada Suhu 100°C


Berikut adalah tabel hasil pengukuran
thermocouple pada modul (A) dengan setting suhu 100°C
pada media sterilisator kering dengan alat pembanding
(P) dari panel di Sterilisator.

45
Tabel 4. 4 Hasil pengukuran pada suhu 100°C
Waktu
Channel
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
A 44 76 92 98 102 105 104 105 104 104 103 104
T1 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 48 81 94 96 99 100 105 101 103 103 99 103
T2 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 37 78 82 91 96 99 100 100 98 99 99 99
T3 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 37 66 84 91 95 100 98 99 102 98 97 99
T4 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 39 79 82 90 94 96 98 98 102 98 99 97
T5 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 44 78 95 102 104 103 105 104 100 104 103 102
T6 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 44 70 87 93 97 100 101 102 98 102 102 102
T7 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 35 79 80 89 94 98 99 99 104 98 98 98
T8 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100
A 40 69 88 95 99 98 103 101 99 101 101 101
T9 P 51 80 90 94 97 99 100 100 100 100 100 100

Dapat disimpulkan bahwa jika suhu setting telah


tercapai dengan setting waktu yang masih lama suhu
akan stabil di suhu yang telah di setting di awal dapat kita
lihat di tampilan grafik yang ada di atas.
4.2.5. Hasil Pengukuran pada Suhu 150°C
Berikut adalah tabel hasil pengukuran
thermocouple pada modul (A) dengan setting suhu 150°C
pada media sterilisator kering dengan alat pembanding
(P) dari panel di sterilisator.
46
Tabel 4. 5 Hasil Pengukuran pada suhu 150°C
Waktu
Channel
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
A 38 80 122 134 143 146 150 153 150 151 151 149
T1 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 38 76 120 130 139 147 149 153 150 150 149 149
T2 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 38 76 122 132 140 146 152 151 152 150 150 149
T3 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 38 96 127 140 144 146 149 150 150 151 151 152
T4 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 37 96 130 146 151 152 154 155 154 152 154 154
T5 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 37 90 110 137 140 143 145 147 148 150 148 149
T6 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 41 91 125 147 151 153 156 158 156 158 154 157
T7 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 38 77 112 132 141 147 148 151 151 151 151 150
T8 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150
A 39 80 115 135 143 148 151 152 152 154 153 151
T9 P 47 102 129 140 144 146 149 150 150 150 150 150

Dapat disimpulkan bahwa jika suhu setting telah


tercapai dengan setting waktu yang masih lama suhu
akan stabil seperti tampilan grafik yang ada di atas.

47
4.2.6. Hasil Pengukuran pada Suhu 200°C
Berikut adalah tabel hasil pengukuran
thermocouple pada modul (A) dengan setting suhu 200°C
pada media sterilisator kering dengan alat pembanding
(P) dari panel di sterilisator.
Tabel 4. 6 Hasil Pengukuran pada suhu 200°C
Waktu
Channel
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
A 48 80 130 172 191 198 200 203 203 202 202 201
T1 P 57 103 148 179 189 194 196 198 199 200 200 200
A 40 78 118 158 189 195 198 202 201 201 200 200
T2 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 44 84 129 169 185 193 196 198 200 200 199 200
T3 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 48 86 131 171 186 194 197 199 200 201 201 203
T4 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 50 100 154 188 204 204 208 206 206 208 205 207
T5 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 41 82 130 168 189 198 200 201 201 202 202 202
T6 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 41 82 130 174 191 198 196 203 198 198 202 200
T7 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 45 82 134 169 187 194 200 198 200 201 198 202
T8 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200
A 47 90 137 179 194 201 202 205 204 204 205 204
T9 P 57 103 148 179 189 194 196 198 200 200 200 200

48
Dapat disimpulkan bahwa jika suhu setting telah
tercapai dengan setting waktu yang masih lama suhu
akan stabil di suhu yang telah di setting di awal dapat kita
lihat di tampilan grafik yang ada di atas.
4.2.7. Penyesuaian Suhu
Penyesuaian suhu yang dimaksud adalah dengan
menyaman suhu di setiap thermocouple yang memilki
perbedaan pada masing-masing suhu ini bertujuan agar
tidak terjadinya kesalahan pada pembacaan suhu ketika
melakukan pengukuran pada alat.

Gambar 4. 6 Penyamaan suhu

Pembandingan suhu setting 100°C, 150°C, dan


200°C sebelum alat digunakan untuk mengukur suhu
agar sesuai dengan suhu pada panel sterilisator.
49
Tabel 4. 7 Penyesuaian suhu 100°C

Channel 1 2 3 4 5 Rata - rata Error %


A 28 28 27 26 30 28
T1 3%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 29 27 29 29 28
T2 3,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 25 27 27 27 27 27
T3 2,9%
P 27 27 26 30 27 27
A 27 28 28 29 27 28
T4 3%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 28 28 27 29 28
T5 2,2%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 27 27 26 28 27
T6 0,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 26 30 28 29 28
T7 3%
P 27 27 27 27 27 27
A 28 29 27 27 28 28
T8 3%
P 27 27 27 27 27 27
A 25 27 28 28 29 27
T9 1,5%
P 27 27 27 27 27 27

Tabel 4. 8 Penyesuaian suhu 150°C

Channel 1 2 3 4 5 Rata - rata Error %


A 28 28 25 27 26 27
T1 0,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 26 27 28 29 27
T2 1,5%
P 27 27 27 27 26 27
A 28 27 26 29 30 28
T3 3,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 27 28 26 27 27 27
T4 0%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 28 26 26 27 27
T5 1,5%
P 27 27 27 27 27 27
A 28 27 26 29 30 28
T6 3,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 26 27 28 30 27
T7 1,5%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 26 26 25 27 26
T8 3,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 26 27 28 29 27
T9 0,7%
P 27 27 27 27 27 27

50
Tabel 4. 9 Penyesuaian suhu 200°C

Channel 1 2 3 4 5 Rata - rata Error %


A 28 28 28 28 28 28
T1 3,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 29 26 26 26 27
T2 1,5%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 27 28 27 29 27
T3 1,5%
P 27 27 27 27 27 27
A 27 28 27 27 27 27
T4 0,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 28 26 26 26 26
T5 2,2%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 27 26 26 26 26
T6 3%
P 27 27 27 27 27 27
A 26 26 26 26 26 26
T7 3,7%
P 27 27 27 27 27 27
A 28 29 28 28 28 28
T8 4,4%
P 27 27 27 27 27 27
A 28 27 28 28 26 27
T9 1,5%
P 27 27 27 27 27 27

Pada setiap pengukuran perlu dilakukan


penyamaan suhu agar selisih di setiap suhu tidak terlalu
jauh dengan satu dan yang lainya.

51
52
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Rangkaian


5.1.1 Rangkaian Data Logger

Gambar 5. 1 Rangkaian Data Logger

Penulis menggunakan Arduino Mega2560


dikarenakan pada Arduino Mega memiliki pin digital
yang cukup banyak. Dengan pin yang banyak tersebut

53
modul MAX6675 sebanyak 9 buah dapat pakai dan
koneksi bluetooth sebagai pegiriman juga bisa
digunakan.

Gambar 5. 2 Rangkaian MAX6675

Rangkaian MAX6675 ini berfungsi untuk


memproses data pada sensor suhu thermocouple type K
dari data analog dikonversikan ke data digital. Modul
MAX6675 sebagai penguat mengeluarkan output berupa
data digital. Pin output MAX6675 ini disambungkan
pada mikrokontroller.
5.2 Pembahasan Program
5.2.1 Fungsi Program MAX 6675
#include "max6675.h"

MAX6675 thermocouple1(13, 12,


11);//SCK,CS,SO

MAX6675 thermocouple2(10, 9, 8);

MAX6675 thermocouple3(4, 3, 2);

54
MAX6675 thermocouple4(7, 6, 5);

MAX6675 thermocouple5(22, 24, 26);

MAX6675 thermocouple6(28, 30, 32);

MAX6675 thermocouple7(34, 36, 38);

MAX6675 thermocouple8(40, 42, 44);

MAX6675 thermocouple9(46, 48, 50);

float
suhu1,suhu2,suhu3,suhu4,suhu5,suhu6,suhu7,suhu8
,suhu9;

void setup()

DebugSerial.begin(9600);

Serial.begin(9600);

void loop()

55
suhu1 = thermocouple1.readCelsius()-6 ;

suhu2 = thermocouple2.readCelsius()-5 ;

suhu3 = thermocouple3.readCelsius()-5 ;

suhu4 = thermocouple4.readCelsius()-9 ;

suhu5 = thermocouple5.readCelsius()-4 ;

suhu6 = thermocouple6.readCelsius()-6 ;

suhu7 = thermocouple7.readCelsius()-2 ;

suhu8 = thermocouple8.readCelsius()-4 ;

suhu9 = thermocouple9.readCelsius()-1 ;

Program diatas adalah program untuk mengolah


hasil pembacaan suhu oleh sensor thermocouple type K
menggunakan modul MAX6675. #include <max6675.h>
merupakan library untuk MAX6675. MAX6675
thermocouple1-9 SCK, CK, SO merupakan inisialisasi
untuk pin yang terhubung pada mikrokontroller. float ini
berfungsi menginisialisasikan angka menjadi bilangan
desimal. (thermocouple.readCelsius()) merupakan rumus
untuk konversi dari analog ke digital, untuk penyesuaian

56
suhu pada thermocople bisa di atur dengan menambah
atau mengurangi nilai suhu. Penempataan pin pada
MAX6675 untuk atmega2560 MAX6675
thermocouple1(13, 12, 11);//SCK,CS,SO untuk ini
sialisai penemapatan pin pada atmega2560.

5.2.2 Fungsi Blynk


#define BLYNK_USE_DIRECT_CONNECT

#define BLYNK_PRINT DebugSerial

#include <BlynkSimpleSerialBLE.h>

// You should get Auth Token in the Blynk


App.

// Go to the Project Settings (nut icon).

char auth[] =
"MxUYhsPKAkbdyAD5f8AbHyH_l-
8hFSNB";

Blynk.begin(Serial, auth);

Blynk.run();

57
Blynk.virtualWrite(V1, suhu1);

Blynk.virtualWrite(V2, suhu2);

Blynk.virtualWrite(V3, suhu3);

Blynk.virtualWrite(V4, suhu4);

Blynk.virtualWrite(V5, suhu5);

Blynk.virtualWrite(V6, suhu6);

Blynk.virtualWrite(V7, suhu7);

Blynk.virtualWrite(V8, suhu8);

Blynk.virtualWrite(V9, suhu9);

delay(2500);

Program diatas merupakan program untuk blynk


#define BLYNK_USE_DIRECT_CONNECT #define
BLYNK_PRINTDebugSerial#include<BlynkSimpleSeril
BLE.h> ini merupakan libry untuk blynk koneksi
bluetooth.charauth[]="MxUYhsPKAkbdyAD5f8AbHyH
_l-8hFSNB"; pada bagian merupakan kode verifikasi

58
untuk blynk. Untuk pemilihan pin pada blynk
Blynk.virtualWrite(V1, suhu1);.

5.2.3 Fungsi Bluetooth HC-05


#include <SoftwareSerial.h>

SoftwareSerial DebugSerial(0, 1); // RX,


TX

Program diatas merupakan program yang


digunakan untuk bluetooth HC-05. #include
<SoftwareSerial.h> sebagai serial komunikasi. bagian
penempatan pin HC-05 SoftwareSerial DebugSerial(0,
1); // RX, TX.

5.3 Pembahasan Data Hasil Pengukuran

Dari hasil pengukuran menggunakan sterilisator


kering merk MEMMERT IN 30 dan pembanding Data
Logger menggunakan alat tersebut dengan pengukuran
waktu selama 60 menit dengan suhu setting dapat
diketahui bahwa jika di seting dengan suhu yang tinggi
sterilisator akan lebih cepat memanas di awal waktu jika
suhu seting tidak terlalu tinggi alat sterilisator lambat
dalam melakukan pemanasan. Setiap selesai melakukan
pengukuran data langsung di kirim melalui email yang

59
sudah di daftarkan dari aplikasi blynk dalam bentuk csv
lalu di convert ke excel.
5.4 Kelemahan atau Kekurangan Modul
1. Sensor yang digunakan kurang linear atau hasil
pembacaan suhu sering mengalami kolonjakan suhu.
2. Peletakkan sensor mempengaruhi perubahan
pembacaan suhu.
3. Baut yang terdapat pada sensor sering menghambat
perambatan suhu.
5.5 Kelebihan Modul
1. Modul ini memiliki kelebihan yaitu alat ini dapat
digunakan pada 9 titik pengukuran.
2. Pengiriman data hasil pengukuran bisa di kirim
melalui android.

60
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Secara menyeluruh dari penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rangkaian yang sudah dibuat dapat digunakan untuk
mengambil data.
2. Penggunaan modul HC-05 sebagai bluetooth bisa di
koneksikan pada android.
3. Pada android terdapat 9 hasil pengukuran dengan
mengunakan aplikasi Blynk.
4. Hasil yang didapat dengan suhu setting 100°C nilai
error terbesar2,2% dan terkecil 0,2%, suhu setting
150°C nilai error terbesar 2,7% dan terkecil 0,3%,
suhu setting 200°C nilai error terbesar 1,4% dan
terkecil 0,0%.
6.2 Saran
Pengembangan tugas akhir ini dapat dikembangkan
menjadi :
1. Modul bisa digunakan untuk segala pengukuran suhu
tidak hanya untuk sterilisator kering atau autoclave.
2. Penambahan sensor tekanan untuk mengukur tekanan
udara panas.

61
DAFTAR PUSTAKA

[1] I. Yudianti, S. Suprapti, and H. Hupitoyo,


“Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering
dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus
terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli,” J.
Pendidik. dan Pelayanan Kebidanan Indones., vol.
2, no. 1, p. 53, 2017, doi: 10.24198/ijemc.v2i1.66.
[2] S. N. Syayakti, E. D. Setioningsih, and S. Sumber,
“4 Channel Sterilizer Calibrator,” Indones. J.
Electron. Electromed. Eng. Med. informatics, vol.
1, no. 2, pp. 65–70, 2020, doi:
10.35882/ijeeemi.v1i2.4.
[3] A. Z. N. Aziza, E. Yulianto, and P. C. Nugraha,
“Modifikasi Sterilisator Kering Merek Elitech di
RSUD dr. Harjono S. Ponorogo,” no. 10, pp. 1–8,
2013.
[4] D. Mussetyarsih, T. Indrato, and T. Hamzah,
“Data Logger Temperature Meter Pada
Autoclave,” p. 19750522, 2016.
[5] K. Prawiroredjo, “Alat Sterilisasi Kering Dengan
Kunci Otomatis Berbasis Mikrokontroler,” JETri,
vol. 13, p. 17, 2015.

62
[6] I. K. Purohit and N. V. Gupta, “Temperature
Mapping of Hot Air Oven ( Dry Heat Sterilizer ),”
vol. 11, no. 2, pp. 120–123, 2017.
[7] R. B. Primaswara, P. C. Nugraha, and Lamidi,
“DATA LOGGER TEMPERATURE METER
PADA STERILISATOR KERING,” no. 2015, pp.
1–7, 2016.
[8] C. D. Okwudibe and B. O. Akinloye, “Design And
Simulation Of Temperature Data Logger,” Am. J.
Eng. Res., no. 6, pp. 14–19, 2017.
[9] A. Iskandar, Muhajirin, and Lisah, “Sistem
keamanan pintu berbasis arduino mega,” vol. 3,
no. 2, pp. 99–104, 2017.
[10] R. Harir, M. A. Novianta, and D. S. Kristiyana,
“Jurnal Elektrikal , Volume 6 Nomor 1 , Juni 2019
, 1-10,” vol. 6, pp. 1–10, 2019, [Online].
Available:
https://www.99.co/blog/indonesia/harga-pompa-
air-mini/.
[11] T. Range, “to-Digital Converter ( 0 ° C to + 1024 °
C ) MAX6675 Cold-Junction-Compensated K-
Thermocouple- to-Digital Converter ( 0 ° C to +
1024 ° C ) Absolute Maximum Ratings.”
63
[12] A. Zainuri, U. Wibawa, and E. Maulana,
“Implementasi Bluetooth HC – 05 untuk
Memperbarui Informasi Pada Perangkat Running
Text Berbasis Android,” Eeccis, vol. 9, no. 2, pp.
164–165, 2015.

64
LAMPIRAN

1. Program keseluruhan
#define BLYNK_USE_DIRECT_CONNECT

// You could use a spare Hardware Serial on


boards that have it (like Mega)
#include <SoftwareSerial.h>
SoftwareSerial DebugSerial(0, 1); // RX, TX

#define BLYNK_PRINT DebugSerial


#include <BlynkSimpleSerialBLE.h>

// You should get Auth Token in the Blynk App.


// Go to the Project Settings (nut icon).
char auth[] =
"1NhJVAB3dlYkzezPqZv0bCu_6zcHgw_B";

#include "max6675.h"

MAX6675 thermocouple1(13, 12,


11);//SCK,CS,SO
MAX6675 thermocouple2(10, 9, 8);
MAX6675 thermocouple3(4, 3, 2);

65
MAX6675 thermocouple4(7, 6, 5);
MAX6675 thermocouple5(22, 24, 26);
MAX6675 thermocouple6(28, 30, 32);
MAX6675 thermocouple7(34, 36, 38);
MAX6675 thermocouple8(40, 42, 44);
MAX6675 thermocouple9(46, 48, 50);

float
suhu1,suhu2,suhu3,suhu4,suhu5,suhu6,suhu7,su
hu8,suhu9;

void setup()
{
DebugSerial.begin(9600);
Serial.begin(9600);
Blynk.begin(Serial, auth);
}
void loop()
{
suhu1 = thermocouple1.readCelsius()-3 ;
suhu2 = thermocouple2.readCelsius()-4 ;
suhu3 = thermocouple3.readCelsius()+1 ;
suhu4 = thermocouple4.readCelsius()-2 ;
suhu5 = thermocouple5.readCelsius()-4 ;
suhu6 = thermocouple6.readCelsius()-4 ;
66
suhu7 = thermocouple7.readCelsius()-4 ;
suhu8 = thermocouple8.readCelsius()-7 ;
suhu9 = thermocouple9.readCelsius()-4 ;

Blynk.run();
Blynk.virtualWrite(V1, suhu1);
Blynk.virtualWrite(V2, suhu2);
Blynk.virtualWrite(V3, suhu3);
Blynk.virtualWrite(V4, suhu4);
Blynk.virtualWrite(V5, suhu5);
Blynk.virtualWrite(V6, suhu6);
Blynk.virtualWrite(V7, suhu7);
Blynk.virtualWrite(V8, suhu8);
Blynk.virtualWrite(V9, suhu9);
delay(2000);
}

67

Anda mungkin juga menyukai