Anda di halaman 1dari 50

PENGEMBANGAN TRAINER KIT ELECTROMYOGRAPHY (EMG)

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH


INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA MEDIS

PROPOSAL TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk


Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh:
Dwiki Gunawan
NIM. 15502241003

PROGRAM STUDI PENNDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR SKRIPSI dengan Judul

PENGEMBANGAN TRAINER KIT ELECTROMYOGRAPHY (EMG)


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH
INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA MEDIS

Disusun oleh:

Dwiki Gunawan

NIM. 15502241003

telah diketahui dan disetujui sebagai pernyataan pengambilan data dan penelitian
tugas akhir skripsi.

Yogyakarta, September 2019

Menyetujui,
Kaprodi Dosen
Pendidikan Teknik Elektronika Pembimbing TAS

Dr. Fatchul Arifin, S.T.,M.T. Dr. Dra. Sri Waluyanti M.Pd.


NIP. 19720508 199802 1 002 NIP. 19581218 1998603 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta

Dr. Widarto, M.Pd.


NIP. 19631230 198812 1 001
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Idenntifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
G. Spesifikasi Produk ..................................................................................... 9
BAB II ............................................................................................................... 11
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 11
A. Kajian Teori ............................................................................................ 11
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 31
C. Keragka Pikir ......................................................................................... 32
D. Pertannyaan Penelitian ........................................................................... 35
BAB III ............................................................................................................ 36
METODE PENELITIAN ................................................................................... 36
A. Model Pengembangan ............................................................................ 36
B. Prosedur penngembangan ........................................................................ 37
C. Sumber Data Penelitian ........................................................................... 39
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ....................................................... 39
E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Abad 21 ini ilmu penngetahuan dan teknologi berkembang dengan

pesatnya ditandai munculnya banyak teknologi baru. Adanya perkembangan

teknologi ini menuntut manusia untuk terus meningkatkan kemampuannyan agar

dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Perkembangan teknologi

yang ada sudah melingkupi seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali dalam aspek

kesehatan. Salah satu teknologi yang digunakan dalam dunia kesehatan adalah

elektromyograph (EMG). Elektromyograph (EMG) adalah alat yang digunakan

untuk mengetahui besaran kontraksi otot pada tubuh seseorang berdasarkan

aktivitas listrik yang ada.

Electromyograph (EMG) tersebut merupakan salah satu contoh dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia kesehantan.

Perkembangan teknologi ini tidak akan maksimal apabila tidak diikuti oleh

Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Oleh karenannya perlu adanya

pengembangan Sumber daya Manusia(SDM), salah satu cara untuk

mengembangkan melalui pendidikan.

Salah satu Mata kuliah di Program Stdudi Pendidikan Teknik Elektronika

adalah Instrumentasi dan Elektronika Medis, mata kuliah ini mempelajari

tentang konsep innstrumentasi dan elektronika medis, dalam mateinnya dibahas

mengenai variable proses, sensor serta pengaplikasian bermacam sensor,

tranduser, pengondisis sinyal, actuator, pengembangan alat elektronika dalam

dunia medis serta menganalisis setiap karakteristik pengukuran suatu alat

4
elektrinika medis. Dalam mata kuliah ini juga dipelajari mengenai sistem tubuh

manusia, anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Untuk mendukung suatu

pembelajaran agar tercapai pemahaman mengenai materi dan pengalaman

belajar peserta didik dibutuhkan sebuah media pembelajaran yang sesuai.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan dalam

pembelajaran fungsinya sebagai penyalur pesan dari pengajar kepada mahasiswa

sebagai penerima. Media berisi materi intruksional yang digunakan untuk

membantu mahasiswa dalam belajar. Media pembelajaran dapat mewakili

pengajar dalam menyampaikan informasi materi pelajaran kepada mahasiswa

sebagai pennerima pembelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran sangat

dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika dan

Informatika pada mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis, media

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran praktikum mata kuliah

tersebut beberapa materi masih menggunakan simulasi Proteus. Selain itu,

peralatan yang digunakan masih bersifat modular dan beberapa alat praktik

belum lengkap. Untuk itu diperlukan pengembangan media pembelajaran di

mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis yang berhubungan dengan

sensor pada tubuh salah satunya electromyography (EMG) dan pengondisian

sinyalnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengembangkan

sebuah trainer kit electromyography (EMG) sebagai media pembelajaran pada

5
mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis. Peneliti bermaksud

mengembangkan penilitian dengan judul “Pengembangan Trainer kit

Electromyography (EMG) Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah

Instrumentasi Dan Elektronika Medis”. Pengembangan trainer ini menggukan

penguat instrumentasi AD620AN dan OP07 sebagai rangkaian filternya.

Pengembangan trainer ini diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran dan

meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam elektronika medis.

B. Idenntifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Media pembelajaran pada mata kuliah Instrumentasi dan Elektronik Medis

yang digunakan masih terbatas dan kurang memadai.

2. Belum adannya media pembelajaran yang berkaiatan dengan

electromyography (EMG) pada mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika

Medis.

3. Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran praktikum

mata kuliah tersebut beberapa materi masih menggunakan simulasi Proteus.

4. Komponen yang digunakan dalam praktikum masih bersifat modular yang

terpisah pisah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan diatas, maka penelitaian ini berfokus pada pengembangan media

6
pembelajaran dan labsheet praktikum instrumentasi dan elektronika medis

dengan judul “Pengembangan Trainer Electromyography (EMG) Sebagai

Media Pembelajaran Mata Kuliah Instrumentasi Dan Elektronika Medis”.

Pengembangan trainer kit ini menggunakan komponen utama yaitu AD620

sebagai penguat intrumentasi dan OP07C sebagai rangkain filternya.

Sedangkan untuk sensor utama menggunakan jenis elektroda sebagai

pendeteksi sinyal pada otot yang ditempel di permukaan kulit.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahn sebagai berikut:

1. Bagaimana rancangan trainer kit Electromyography (EMG) sebagai media

pembelajaran mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis?

2. Bagaimana unjuk kerja trainer kit Electromyography (EMG) sebagai

media pembelajaran mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis?

3. Bagaimana tingkat kelayakan trainer kit Electromyography (EMG) sebagai

media pembelajaran mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari pengembangan media

pembelajaran ini adalah:

1. Menghasilkan rancang bangun trainer kit Electromyography (EMG) sebagai

media pembelajaran mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis.

7
2. Mengetahui unjuk kerja dari trainer kit Electromyography (EMG) sebagai

media pembelajaran mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis.

3. Mengetahui tingkat kelayakan trainer kit Electromyography (EMG) sebagai

media pembelajaran mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis.

F. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian mengenai pengembangan trainer kit

electromyography (EMG) ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat menjadi landasan pengembangan media

pembelajaran sejenis yang berikutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami

penerapan ilmu instrumentasi dan elektronika medis melalui pembelajaran

trainer electromyography (EMG).

b. Bagi dosen

Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu dosen dalam

menjelaskan instrumentasi electromyography (EMG) pada mata kuliah

Instrumentasi dan Elektronika Medis.

c. Bagi Jurusan Pendidikan teknik Elektronika

Hasil penelitian ini menghasilkan sebuah media pembelajaran

membantu jurusan dalam mewujudkan visi misinya melalui keberhasilan

dalam kegiatan perkuliahan.

8
G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan sebagai penelitian dengan

judul “Pengembangan Trainer kit Electromyography (EMG) Sebagai Media

Pembelajaran Mata Kuliah Instrumentasi Dan Elektronika Medis” adalah

sebagai berikut:

1. Input

Input pada trainer kit Electromyography (EMG) adalah sensor

elektroda. Sensor yang digunkan untuk mengetahui aktivitas listrik otot

pada permukaan kulit.

2. Proses

Proses yang terjadi pada media pembelajaran trainer kit

Electromyography (EMG) ini beripa pembacaan sinyal input yang

kemudian di proses oleh rangkaian Penguat instrumentasi, High pass filter

dan Low pass filter. Penguat instrumentasi menggunkan AD620.

3. Output

Output pada media pembelajaran ini digunkan sinyal ADC yang

nantinya dapat di proses lebih lanjut menggunkan mikrokontroler.

4. Power supply

Power supply : 5 V DC / 1 A

Konektor : Power jack 5mm

Input : Sensor Elektroda

Proses : Penguat Instrumen AD620 Low pass filter dan

high pass filter dengan OP07

9
Dimensi : 20cm x 30cm x 7cm (PxLxT)

Bahan : Akrilik

Berat : 1 kg

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran ialah suatu proses interaksi

peserta/ siswa dengan pendidik/guru dan sumber belajar didalam suatu

lingkungan belajar. Sumber belajar yang baik dan berkualitas akan sangat

berpengaruh pada hasil belajar para siswa/peserta didik.

Pembelajaran yang inovatif dan kreatif harus dilakukan oleh seorang

pengajar atau guru untuk menghasilkan siswa/peserta didik yang kreatif. Agar

pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan baik siswa/peserta didik

seharusnya terlibat aktif didalam prosesnya. Kulitas pembelajaran dapat dilihat

dari kreatifitas yang dapat dilaksanakan oleh siswa dan aktivitas siswa saat

pembelajaran.

Pembelajaran merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk

membantu proses belajar mengajar, berisi rencana yang sudah dirancang dan

disusun sebelumnya untuk digunakan mendukung dan mempengaruhi proses

pembelajaran agar berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan dari pembelajaran

itu sendiri.

2. Media Pembelajaran

a. Definisi

Menurut (Arsyad : 2014) Kata media pembelajaran berasal dari bahasa

latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.

11
Dalam bahasa Arab, media menjadi perantara atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely (Arsyad : 2003)

mengatakan bahwa jika secara garis besar media adalah manusia, materi, atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan pengertian ini guru, buku

pelajaran, dan lingkungan di sekolah merupakan sebuah media. Pengertian

media lebih khusus dalam suatu kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai

alat alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, mengolah, dan

menjadikan satu atau menyusun infosrmasi visual maupun verbal yang

didapatkan.

Menurut Suprapto dkk, (2009) media pembelajaran adalah alat bantu

secara efektif yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, media

pembelajran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan untuk

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara siswa dan guru dalam kegiatan

pengajaran dan pendidikan disekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat diartikan

bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan pesan

dari guru kepada siswa agar informasis yang disampaiakn dapat diterima lebih

mudah oleh siswa.

12
b. Kegunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Menurut Sadiman, dkk (2014) manfaat media

pembelajaran sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis,

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,

3) Mengatasi sikap pasif dari para siswa apabila penggunaan media belajar

dapat dimanfaatkan secara tepat. Media pembelajaran berguna untuk

meningkatkan gairah siswa dalam belajar, interaksi siswa dengan

lingkungan secara langsung, dan memungkinkan siswa belajar mandiri

sesuai kemampuan dan minatnya,

4) Media pembelajaran dapat mengatasi berbagai perbedaaan kemampuan

yang dimiliki siswa, sehingga dapat diatasi dengan memberikan

perangsangan, pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama antar

siswa.

Sedangkan menurut Asnawir dan M. Basyiruddin Usman (2002), media

pembelajaran memiliki beberapa fungsi atau kegunaan diantarannya:

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa atau mahasiswa dan

membantu memudahkan mengajar bagi guru atau dosen,

2) Memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata,

3) Menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar lebih besar,

4) Semua indera murid dapat diaktifkan, untuk mengimbangi kekuatan

indra lainnya yang lemah,

13
5) Lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar,

6) Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita.

Berdasarkan beberapa fungsi atau keguanaan media pembelajaran

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengguana media pembelajaran untuk

mepermudah penyampian materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Selain

itu media pembelajaran juga membantu mengatasi keterbatasan daya indera

pada siswa dan membangkitkan semangat belajar setiap siswa.

c. Jenis jenis Media pembelajaran

Media pembelajaran dibagi beberapa berdasarkan jenisnya diantaranya

yaitu media cetak, elektronika dan multi media. Perangkat keras dan perangkat

lunak saat ini menjadi hal yang penting untuk diberikan dalam pengguanaan

media pendidikan. Perangkat keras berguna untuk memfasilitasi penyampaian

materi seperti, proyektor, LCD, televisi, OHP, radio, tape recorder. Sedangkan

perangkat lunak berisi bahan tayang yang akan ditayangkanseperti

transparansi, slide presentasi, CD, dsb (Imam dkk, 2007).

Menurut Arsyad (2014) media dibagi menjadi empat macam meliputi:

1)Media dari hasil teknologi cetak, 2)Media dari hasil teknologi audio visual,

3)Media dari hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan 4)Media dari

hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Briggs dalam Arief S. Sadiman

(2014:23), jenis media lebih kepada karakteristik menurut rangsangan yang

ditimbulkan dari media itu sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan dengan

karakteristik siswa, tugas pembelajran, bahan ajar dan tranmisinya. Briggs

mengidentifikasikan macam macam media dalam pembelajaran, yaitu objek,

14
model, rekaman audio,media cetak, suara langsung, pembelajaran yang

terprogram, media transparansi, papan tulis,gambar, televisi, film dan gambar.

Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa jenis media pembelajaran meliputi media visul, media

audio, media proyeksi dan lingkugan. Media membantu meningkatkan

rangsangan belajar sesuai karakteristik siswa.

d. Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran didasarkan pada tujuan pembelajaran

yang ingin di raih atau dicapai, bahan ajar, kemudahan mendapatkan media,

dan memperhatikan kemampuan pengajar dalam menggunakannya. Pemilihan

media untuk pengajaran perlu memperhatikan kreiteria berikut ini: (Sudjana &

Rivai, 2002: 4-5)

1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, artinnya media pembelajaran

dipilih atas dasar tujuan instruksional yang didalalmnya terdapat pemahama,

analisis, aplikasi dan sintesis.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, bahan-bahan pelajaran bersifat

fakta, konsep, prinsip dan generalisasi memerlukan media agar mudah untuk

diterima siswa.

3) Kemudahan mendapatkan media, media yang digunakan mudah didapatkan,

mudah dibuat dan bersifat ekonomis.

4) Kemampuan guru dalam menggunakannya, pemilihan media berdasarkan

pada kemampuan guru dalam menggunakan media untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

15
5) Adannya waktu untuk menggunakannya, pemilihan media karena

tersediannya waktu untuk mengguankannya sehingga dapat bermanfaat bagi

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

6) Media harus sesuai taraf fikir siswa, pemilihan media yang sesuai dengan

kemampuan berfikir siswa sehingga siswa dapat memahami dengan mudah.

Menurut Arief S. Sadiman (2014: 85), pemilihan media pembelajaran

harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan

keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media

tersebut. Profesor Ely dalam Arief S. Sadiman (2014: 85), pemilihan media

seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen

dari sistem instruksional secara keseluruhan. Meskipun tujuan dan isinya sudah

diketahui, faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar mengajar,

organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber, serta prosedur

penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.

Berdasar beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pemilihan

media pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, kondisi siswa, karakteristik media, ketersedianan waktu, strategi

pembelajaran, serta fungsi media dalam pembelajran yang dilaksanakan.

e. Pengembangan Media Pembelajaran

Terdapat bebrapa jenis media yang sering digunakan dalam pembelajaran.

Pertama adalah media grafis, media ini sering disebut media dua dimensi yang

berarti memiliki panjang dan lebar seperti: gambar, foto, grafik, bagan atau

diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Kedua adalah media tiga dimensi

16
yang berbentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja,

mock up, diorama, dan lain-lain. Ketiga adalah media proyeksi seperti: slide,

film strips, film, OHP, dan lain-lain. Keempat adalah penggunaan lingkungan

sebagai media pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2002).

Penelitian kali ini pengembangan media mangarah kepada media obyek

dan media cetak. Berikut ini penjelasannya.

1) Media Obyek

Media obyek membantu untuk mempermudah dalam meyampikan materi

pelajaran dalam proses pembelajaran terutama dalam praktik. Media obyek

dapat memberikan gambaran nyata mengenai materi yang akan disampaikan.

Menurut Arsyad (2014) penggunaan media obyek dalam prose pembelajaran

mampu menyampaikan informasi yang terencana sehingga akan menghasilkan

lingkungan belajar yang kondusif agar siswa dapat belajar secara efektif dan

efisien. Selain itu dengan media obyek akan membantu siswa dalam

memahami materi yang disampaikan pendidik mengenai obyek tersebut secara

detail sesuai dengan obyek yang sebenarnya. Menurut Anderson (1994: 183)

ada tiga teknik latihan yang sering digunakan dalam media obyek:

a) Latihan menggunakan alat, latihan ini bertujuan agar siswa dapat bekerja

dengan alat dan benda yang sesungguhnya, tetapi latihannya tidak dalam

lingkungan kerja sesungguhnya.

b) Latihan simulasi, latihan ini siswa bekerja dengan model tiruan peralatan

dan mesin yabg sesungguhnya dalam lingkungan meniru situasi kerja

sebenarnya.

17
c) Latihan kerja, latihan ini siswa berkerja mengguankan peralatan atau

obyek kerja secara nyata di dalam lingkungan kerja sesungguhnya.

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa trainer adalah tiruan dari

obyek atau peralatan yang sebenarnya dan digunakan dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

2) Media Cetak (Jobsheet)

Media cetak (jobsheet) merupakan lembaran yang didalamnya terdapat

tugas dan instruksi yang harus dikerjakan siswa dan jobsheet ini membantu

proses kegitan belajar mengajar terutama dalam praktik. Sebelum membuat

jibsheet ada beberapa langkah yang harus dikerjakan yaitu: 1) menganalisa

kurikulum, 2) Menyusun beberapa kebutuhan jobsheet, 3) Menentukan judul

jobsheet. Menurut Trianto (2010 : 222) mengenai komponen komponen yang

ada dalam jobsheet meliputi judul eksperimen, teori singkat, alat dan bahan,

prosedur elsperimen, data pengamatan, pertanyaan, dan kesimpulan.

Menurut Widarto (2013) jobsheet merupakan lembaran tugas yang harus

diselesaikan siswa. Jobsheet terdiri dari judul, kompetensi dasar, alokasi

waktu, alat dan bahan yang diperlukan, informasi singkat, langkah kerja, tugas,

dan laporan. Untuk penulisan jobsheet dilakukan langkah berikut: 1)

Menetukan alat penilaian, 2) penyususnan materi, 3) Struktur jobsheet.

Menurut Juwanto (2014) keberhasilan sebuah buku panduan dapat diliahat

dari tingkat pemahaman membaca yang dapat memahaminya dengan mudah

atau tidak. Dalam penelitian ini buku panduan terdiri dari pendahuluan, daftar

18
isi, bentuk fisik trainer kit, bagian bagian trainer kit, spesifikasi trainer kit, dan

skema rangkaian.

Tujuan dibuatnya jobsheet yaitu agar siswa dapat lebih mudah untuk

mengerti hal hal yang diperintahkan dalam praktikum karena didalam jobsheet

terdapat langkah langkah mengerjakan praktikum dan sedikit tentang teori.

f. Evaluasi Media Pembelajaran

Evaluasi diperlukan dalam pengembangan setiap media pembelajaran Hal

tersebut dilakukan untuk menentukan keberhasilan pengembangan media dengan

mengujicobakan kepada pengguna media. Tujuan evaluasi menurut Arsyad

(2011: 174) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan apakah media yang dikembangkan efektif.

2) Menentukan apakah media yang dikembangkan dapat diperbaiki dan

ditingkatkan.

3) Menetapkan apakah pengembangan media cost effective.

4) Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran di kelas.

5) Menentukan apakah pengembangan media sesuai dengan isi pelajaran.

6) Menilai kemampuan guru dalam menggunakan media yang dikembangkan.

7) Mengetahui apakah pengembangan media memberikan sumbangan terhadap

hasil belajar.

8) Mengetahui sikap mahasiswa terhadap pengembangan media.

Terdapat dua macam evaluasi media yaitu evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan

media yang bersangkutan dengan proses uji coba kepada sasaran, yang

19
dilakukan secara sistematis untuk memperoleh informasi sehingga dapat dipakai

sebagai bahan pertimbangan pengembang. Sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi yang digunakan untuk menentukan apakah media yang dikembangkan

dapat digunakan atau benar-benar efektif sesuia tujuan pengembangan.

(Sadiman, et al., 2003: 174)

Dalam pengembangan ini media pembelajran difokuskan pada kegiatan

evaluasi formatif. Evaluasi formatif mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap

evaluasi satu lawan satu (one to one), tahap kelompok kecil (small group

evaluation), dan tahap evaluasi lapangan (field evaluation) (Sadiman, et al.,

2003: 174-178). Dibawah ini penjelasan dari tahapan tersebut:

1. Evaluasi satu lawan satu (One to one), Evaluasi ini dilakukan dengan

memilih dua mahasiswa atau lebih yang dapat mewakili populasi target.

2. Evaluasi Kelompok Kecil (small group evaluation), evaluasi ini di lakukan

dengan cara diujocobakan kepada 10-20 mahasiswa yang mewakili populasi

target.

3. Evaluasi Lapangan (Field evaluation), merupakan evaluasi tahap akhir yang

digunakan untuk memperoleh hasil dari evaluasi pengembanagn media.

Evaluasi lapangan memungkinkan evaluator atau pengembang media

memperoleh informasi ketepatan penggunaan media. Hal tersebut karena

pada tahap ini media yang dikembangkan diujicobakan kepada 30

mahasiswa dengan berbagai karakteristik.

Evaluasi yang digunkan dalam pengemabangan media ini yaitu evaluasi

formatif. Dalam penelitian ini menggunakan tahapan evaluasi satu lawan satu

20
dan evaluasi lapangan. Evaluasi satu lawan satu ditujukan kepada ahli media dan

ahli materi, sedangkan evaluasi lapangan ditujukan kepada mahasiswa.

Dalam evaluasi media pembelajaran harus memperhatikan beberapa

kriteriakriteria yang ada. Menurut Walker dan Hess yang dimuat dalam Arsyad

(2011:175-176) memberikan kriteria dalam menilai media pembelajaran

berdasarkan pada kualitas sebagai berikut:

1. Kualitas materi dan tujuan yang meliputi ketepatan, kepentingan,

kelengkapan, keseimbangan, daya tarik, kewajaran, dan kesesuaian dengan

situasi siswa.

2. Kualitas pembelajaran yang meliputi memberikan kesempatan belajar,

memberikan bantuan untuk belajar, kualitas memotivasi, fleksibilitas

instruksional, hubungan dengan program pengajaran lainnya, kualitas tes

dan penilaiannya, dapat memberikan dampak bagi guru dan pengajaran.

3. Kualitas teknis yang meliputi keterbacaan, kemudahan menggunakan,

kualitas tampilan atau tayangan, kualitas penanganan respon siswa, kualitas

pengelolaan program, kualitas mendokumentasikan dan kualitas teknis yang

lebih spesifik.

Dalam penelitian pengembangan Muttaqin (dalam Arief Wibowo, 2011:

27-29) menyebutkan empat aspek yang dinilai dalam tahap evaluasi media yaitu

sebagai berikut:

1. Aspek kualitas materi yang meliputi kesesuaian media pembelajaran dengan

silabus, kejelasan kompetensi/tujuan, relevansi dengan kompetensi dasar

mata pelajaran teknik kontrol, kelengkapan materi, keruntutan materi,

21
kebenaran materi, kedalaman materi, kelengkapan media, kesesuaian materi

dengan media, tingkat kesulitas pemahaman materi, aspek kognitif, aspek

afektik, aspek psikomotorik, kesesuaian contoh yang diberikan, kesesuaian

latihan yang diberikan, dan konsep serta kosakata sesuai dengan

kemampuan intelektual mahasiswa.

2. Aspek tampilan yang meliputi tata letak komponen, kerapian, ketepatan

pemilihan komponen, tampilan simulasi, dan daya tarik keseluruhan.

3. Aspek kualitas teknis yang meliputi unjuk kerja, kestabilan kerja,

kemudahandalam penyambungan, kemudahan pengoperasian, tingkat

keamanan, dan sistem penyajian.

4. Aspek kemanfaatan yang meliputi mempermudah proses belajar mengajar,

memperjelas materi pembelajaran, menumbuhkan motivasi belajar,

menambah perhatian mahasiswa, mempermudah guru, mempercepat proses

pembelajaran, dan keterkaitan dengan materi yang lain.

Berdasarkan pembahasan di atas, beberapa kriteria saja yang diambil untuk

mengevaluasi media pembelajaran yang akan dimuat dalam instrumen penelitian

yaitu:

1. Aspek Kualitas Materi, terdiri dari:

a) Kesesuaian materi.

b) Mendukung isi materi pembelajaran.

c) Keruntutan materi.

d) Kejelasan materi.

e) Kelengkapan media cetak (jobsheet) .

22
f) Kesesuaian dengan situasi siswa.

2. Aspek Tampilan, terdiri dari:

a) Tata letak komponen.

b) Warna.

c) Ukuran dan bentuk tulisan .

d) Kejelasan komponen.

3. Aspek Teknis, terdirii dari:

a) Unjuk kerja.

b) Kemudahan pengoperasian..

c) Tingkat keamanan.

4. Aspek Kemanfaatan, terdiri dari:

a) Merangsang kegiatan belajar siswa .

b) Meningkatkan motivasi belajar .

c) Meningkatkan keterampilan siswa.

d) Mempermudah proses belajar.

3. EMG

EMG adalah teknik untuk mendeteksi aktivitas listrik yang dihasilkan oleh

oto rangka. EMG dilakukan menggunakan alat yang disebut electromyography,

untuk menghasilkan rekaman yang disebut elektromiogram. Electromyography

mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan oleh seslsel otot ketika sel sel ini

elektrik atau neurologis diaktifkan. Sinyal dapat dianalisi untuk mendeteksi

kelainan medis, tingkat aktivitas, perintah rekrutmen atau menganalisi

biomekanik gerakan manusia dan hewan (joyce,2009).

23
Secara garis besar otot gerak memiliki prisnsip kerja yang relative sama

dengan otot jantung. Perbedaan dari kedua oto tersebut hanya pada asal

rangsangannya. Otot gerak tidak secara otomatis bekerja seperti otot jantung.

Otot gerak dipicu oleh rangsangan pada otak yang kemudian disalurkan

melalui syaraf. Untuk mendapatkan sinyal EMG dilakukan peletakan elektroda

pada permukaan kulit otot yang ingin diamati sebagai receiver sinyal listrik

pada otot. Sinyal yang didaptkan berupa sinyal acak, karena keseluruhan sinyal

yang didapatkan dari elektroda yang ada pada permukaan kulit mendeteksi

sinyal otot yang berkontraksi dan relaksasi secara tidak bersamaan.

Otot meruapakan organ gerak aktif pada tubuh manusia sedangkan alat

gerak pasifnya yaitu rangka. Otot tersusun dari serabut otot serta di

klasifikasikan menjadi otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Ketigannya inilah

yang menopang pergerakan tubuh manusia hingga jantung. Saat otot bergerak

aktif akan menimbulkan kontraksi atau penegangan otot. Kontraksi otot terjadi

jika otot menerima rangsangan. Kontraksi otot terdapat dua macamnya yaitu,

kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik Kontraski isometric yaitu penegangan

otot atau kontraksi tanpa adanya pemendekan, contohnya orang yang

mengangkat beban berat sehingga beban tidak terangkat. Sedangkan kontraksi

isotonik adalah penegangan otot atau kontraksi yang mengakibatkan

pemendekan otot, contohnya pada orang yang mengangkat beban ringan

sehingga beban dapat terangkat (Sloane, 2003).

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa otot manusia tersusun dari beberapa

serabut otot. Saat otot berkontraksi berarti telah terjadi kontraksi pada serabut

24
otot. Kontraksi yang terjadi pada serbut otot ini diikuti dengan adanya aktivitas

listrik (electrical activity) (Luttmann, 1996). Aktivitas listrik saat kontraksi otot

ini menyebabakan besar kontrasi pada otot dapat diukur. Electromyograph

(EMG) inilah yang digunakan untuk mengukur besaran lontraksi otot

berdasarkan aktivitas listriknya.

Gambar 1 Pengukuran EMG

a. Sinyal EMG

Electromyograph (EMG) memanfaatkan sinyal listrik yang terdapaat

didalam tubuh seseorang untuk bisa digunakan sebagai input atau masukan

kendali sebuah sistem. Sinyal sinyal EMG dari hasil aktivitas otot yang

mengandung informasi tentang keadaan otot tersebut (Saputra, 2010).

Gambar 2 Hasil Sinyal EMG

25
Untuk melakuakan pengukuran sinyal listrik yang ada pada otot

menggunakan elektroda. Elektroda pada electromyography (EMG) ini dibagi

menjadi 2 jenis yaitu elektroda kulit atau permukaann dan elektroda jarum.

Elektroda kulit/permukaan adalah elektroda yang dipasang di pemukaan kulit

yang akan diambil data sinyalnya dan digunakan untuk mengukur unit unit

motoris. Sedangkan elektroda jarum adalah elektroda yang ditanama didalam

tubuh pasien dan digunakan untuk mengukur aktivitas motorik tunggal. Sinyal

yang didapatkan pada surface electromyography (EMG) berada pada kisaran

20 Hz samapai 500Hz. Potensial listrik atau tegangan permukaan otot tubuh

manusia berada pada kisaran 0,4 mV sampai 5 mV, dan amplitudo tegangan

akan lebih tinggi lagi apabila kontraksi yang terjadi kuat (Nomiyasari, 2011).

b. Elektroda EMG

Terdapat dua jenis Electromyograph (EMG) yaitu, EMG permukaan dan

EMG intramuskular. EMG permukaan atau surface electromyography adalah

elektroda yang dipasang di pemukaan kulit yang akan diambil data sinyalnya

dan digunakan untuk mengukur unit unit motoris. Elektroda jenis ini hanya

mampu memberikan penilaian yang terbatas. Rekaman elektroda permukaan

dibatasi oleh otot superfisial, tergantung dari kedalaman jaringan subkutan di

tempat rekaman yang sangat beragam tergantung dari ukuran dan berat

seseorang. Sedangkan elektroda intramuskular atau elektroda jarum adalah

elektroda yang ditanama didalam tubuh pasien dan digunakan untuk mengukur

aktivitas motorik tunggal.

26
4. Rangkaian Elektronika

a. Pengguat Instrumentasi

Sinyal listrik yang dihasilkan oleh tubuh manusia memiliki amplitudo

yang sangat kecil yaitu sekitar mikroVolt. Oleh karena itu sinyal tubuh

seseorang perlu dikuatkan.Penguat Instrumentasi merupakan rangkaian

elektronika yang didefinisikan sebagai rangkaian elektronik untuk

memperbesar daya, arus dan amplitudo. Komponen yang digunakan sebagai

penguat instrumentasi adalah IC tipe AD620 besar penguatannya dicari melalui

persamaan.

Penentuan gain ditentukan dengan resistor yang di pasang pada IC

AD620. Resistor ini berfungsi sebagai tahanan luar agar tidak terjadi offset DC

dari elektroda. Ada 2 masukan dalam penguatan ini yaitu positif, penguat, dan

negatif. Ada dua jenis tegangan yang dibutuhkan yaitu +9V dan -9V Sehingga

Amplitudo yang akan naik turun menyesuaikan sinyal otot yang masuk ke

dalam penguat.

b. Low Pass Filter (LPF)

Low Pass Filter memiliki tegangan output konstan dari DC (0Hz),

sampai frekuensi Cut-off ditentukan, (ƒc) titik. Titik frekuensi cut-off adalah

0,707 atau-3dB (dB =-20Log Vout / Vin) dari gain tegangan diizinkan untuk

lulus. Rentang frekuensi "di bawah" ini ƒc cut-off point umumnya dikenal

sebagai Band Pass sebagai sinyal input diperbolehkan untuk melewati filter.

27
Gambar 3 Low Pass filter
Rentang frekuensi "di atas" titik cut-off umumnya dikenal sebagai Band

Stop sebagai sinyal input diblokir atau dihentikan dari melewati. Sebuah

rangkaian sederhana untuk low pass filter dapat dibuat dengan menggunakan

sebuah resistor tunggal di seri dengan kapasitor non-terpolarisasi tunggal (atau

komponen reaktif tunggal) di sebuah sinyal input Vin, sementara output sinyal

Vout diambil dari seluruh kapasitor. Frekuensi cut-off atau-3dB, dapat

ditemukan dengan menggunakan rumus, ƒc = 1 / (2πRC). Sudut fase dari

sinyal output pada ƒc dan-45o untuk Low Pass Filter.

c. High Pass Filter (HPF)

Filter High Pass (HPF) adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi

tinggi serta meredam atau menahan frekuensi rendah. Bentuk respon HPF

28
seperti memperlemah tegangan keluaran untuk semua frekuensi di bawah

frekuensi cutoff fc. Di atas fc, besarnya tegangan keluaran tetap.

Gambar 4 High Pass Filter


High Pass Filter adalah lawan yang tepat untuk low pass filter. Filter

ini memiliki tegangan output dari DC (0Hz), sampai ke titik cut-off tertentu

(ƒc) frekuensi. Titik cut-off frekuensi rendah adalah 70,7% atau-3dB (dB =-

20Log Vout / Vin) dari gain tegangan diizinkan untuk lulus. Rentang frekuensi

"di bawah" ini pointƒc cut-off umumnya dikenal sebagai Band Berhenti

sementara rentang frekuensi "di atas" titik cut-off umumnya dikenal sebagai

Band Pass. Frekuensi cut-off atau-3dB titik, dapat ditemukan dengan

menggunakan rumus, ƒc = 1 / (2πRC). Sudut fase dari sinyal output pada ƒc

adalah +45 o. Umumnya, penyaring bernilai tinggi kurang distorsi dari pass

filter setara rendah.

29
5. Mata Kuliah Instrumentasi dan Elektronika Media

Mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis merupakan salah satu

mata kuliah yang terdapat di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika dan

Informatika. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah untuk mahasiswa Program

Studi Pendidikan Teknik Elektronika S1. Pada mata kuliah ini, mahasiswa

belajar tentang konsep instrumentasi dan elektronika pada dunia kedokteran

yang digunakan untuk mendesain dan membuat sebuah proyek akhir perangkat

perangkat medis secara kreatif. Dalam mata kuliah instrumentasi dan

elektronika medis dibahas mengenai tranduser, sensor, pengkondisi sinyal,

actuator, pengembangan perangkat medis dan analisa pengukuran suatu

perangkat elektronika medis.

Berdasarkan rencana pembelajaran semester mata kuliah Instrumentasi dan

Elektronika Medis mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan konsep

instrumentasi dan elektronika medis; menganalisis isu dan permasalahan

implementasi teknologi instrumentasi secara kritis; serta mendesain dan

membuat perangkat elektronika medis sebagai hasil kolaborasi kelompok

secara kreatif.

Perencanaan pengembangan trainer Electromyography (EMG) sebagai

media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan , rencana pembelajaran dan

materi yang digunakan pada perkuliahana instrumentasi dan Elektronika medis

sehingga pengembangan ini mengacu pada kompetensi dan kurikulum di

jurusan Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatika. Berdasarkan

kompetensi dan kurikukum kemudian di analisa, sehingga diperoleh hasil

30
berupa kebutuhan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan media

pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

1. Klasifikasi Intonasi Wicara Berbasis Sinyal EMG otot Leher Fatchul

Arifin (2013). Di dalam penelitian ini hubungan antara intonasi suara manusia

(pitch dan loudness) dengan sinyal EMG otot leher dipelajari lebih mendalam.

Suara manusia, dan sinyal EMG otot leher direkam secara bersamaan, ketika

relawan mengucapkan suara “A” dengan berbagai variasi intonasi. Selanjutnya

hasil rekaman sinyal EMG diolah dengan amplifying, filtering, rectifying, dan

“moving average” process. Disisi lain suara manusia diolah dengan algoritma

FFT untuk mendapatkan frekuensi fundamental dan magnitude suaranya (pitch

dan loudness). Selanjutnya sinyal EMG dan komponen intonasi ini (pitch dan

loudness) dicari nilai koefisisn correlation dan mutual information nya.

Peneliti akan mengembangkan menjadi media pembelajaran trainer kit

Electromyograph (EMG) untuk mengukur sinyal otot pada lengan manusia.

2. Analisis Aktivitas Listrik Otot Yang Berkontraksi Pada Bahu Kanan Dan

Lengan Tangan Kanan Dengan Menggunakan Electromyograph (EMG) (Rendi

Ismail, 2014). Penelitian ini berupa pemanfaatan sinyal elektromiografi untuk

mengetahui otot yang berkontraksi pada lengan tangan kanan dan bahu bagian

kanan pada kondisi gerak yang sudah ditentukan. Pengukuran sinyal

menggunkan alat EMG biasa. Pengolahan Sinyal elektromiografi dilakukan

menggunakan software, yaitu MegaWin dan Matlab. Pada penelitian ini tidak

fokus pada rangkaian instrumentasi pengolah sinyal Electromyograph (EMG)

31
hanya fokus terhadap pengolahan sinyal menggunkan megaWin dan Matlab.

Peneliti akan berencana mengembangkannya untuk media pembelajaran

dengan fokus terhadap rangjkaian instrumentasi alat Electromyograph (EMG).

C. Keragka Pikir

Media pembelajaran sangat diperlukan agar pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif dan efisien. Materi yang disampikan diharapkan

dapat dengan mudah diterima oleh mahasiswa melalui media pembelajaran ini.

Media pembelajaran juga diharapkan dapat memberikan rangsangan kepada

mahasiswa agar mudah dalam memahami materi yang telah disampaikan.

Namun, program studi Pendidikan teknik Elektronika UNY masih memiliki

kekurangan dalam penyediaan media pembelajaran tersebut yang

mengakibatkan mahasiswa kesulitan memahami konsep dan materi yang

disampaikan oleh dosen.

Berdasarkan hasil pengamatan di Prodi Pendidikan Teknik Elektronika

ditemukan permasalahan pada mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika

Medis bahwasanya:1) kurangnnya media pembelajaran yang berkaitan dengan

Elektronika medis, 2) mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami

materi kuliah Instrumentasi dan Elektronika medis, 3) praktikum masih

menggunkan simulasi Proteus. Melihat persoalan di atas maka diperlukan

penelitian untuk membuat media pembelajaran yang dapat membantu dosen

dan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar mata kuliah Instrumentasi dan

Elektronika Medis.

32
Peneliti menggunakan hasil pengamatan dan wawancara sebagai

landasan untuk mengembangkan media pembelajaran trainer Electromyograph

(EMG) yang telah disesuikan dengan materi dan silabus mata kuliah

Instrumentasi dan Elektronika Medis. Konsep media pembelajaran yang

dikembangkan adalah trainer kit Electromyograph (EMG) yang terdiri atas

sensor elektroda EMG dan rangkaian Intrumentasi berupa High Pass filter,

Low Pass Filter dan penguat instrumentasinya. Diharapkan dengan adanya

media pembelajaran ini dapat menimgkatkan motivasi mahasiswa dalam

belajar dan meningkatkan kompetensi masiswa.

33
34
D. Pertannyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka piker diatas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagai mana rancang bangun Trainer kit Electromyograph (EMG) pada

mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis di Jurusan Pendidikan

Teknik Elektronika dan Informatika?

2. Bagaimana unjuk kerja Trainer kit Electromyograph (EMG) pada mata

kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis di Jurusan Pendidikan Teknik

Elektronika dan Informatika?

3. Bagaimana tingkat kelayakan Trainer kit Electromyograph (EMG) pada

mata kuliah Instrumentasi dan Elektronika Medis di Jurusan Pendidikan

Teknik Elektronika dan Informatika?

35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan

Metode penelitian yang diguanakan adalah metode penelitian

pengembangan Research and Development (R&D). R&D adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk dan menguji

keefektifitasan produk tersebut. (Sugiyono, 2017: 297). Pengembangan yang

dilakukan di dalam penelitian ini adalah pembuatan media pembelajaran

Electromyograph (EMG) yang digunakan dalam mata kuliah Instrumentasi dan

Elektronika medis. Pengembangan media ini difokuskan pada instrumentasi

electromyography (EMG). Media yang dikembangkan berupa trainer kit

electromyography (EMG) dan di sertai jobsheet praktikum pembelajaran.

Pengembangan Trainer kit Electromyograph (EMG) ini menggunkan

model pengembangan oleh Branch (2009) yaitu ADDIE (Analyze, Design,

Develop, Implement, Evaluate). Berikut adalah langkah langah pengembangan

ADDIE:

Gambar 5 Prosedur Pengembangan ADDIE

36
B. Prosedur penngembangan

1. Analyze (Menganalisa)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan analisis yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi terkait permasalahan dan kebutuhan pengembangan

media pembelajaran Electromyograph (EMG). Tahap analisis

mempertimbangkan beberapa hal meliputi: 1) meganalisa media yang sudah

digunakan, 2) menganalisis tujuan pembelajaran, 3) mengidentifikasi

kebutuhan peserta didik dan sumber belajar, 4) menentukan media pembelajaran

yang sesuai dengan kondisi permasalahan, serta 5) membuat rencana penelitian

dan pengembangan media pembelajaran. Tahap tahap tersebut dilakukan dengan

observasi dan wawancara mengenai kebutuhan media pembelajaran mata kuliah

Instrumentasi dan Elektronika Medis. Dilakukan juga kajian literature yang

relevan dan kajian terhadap silabus mata kuliah.

2. Design (Mendesain)

Pada tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memverifikasi kebutuhan

media pembelajaran dan metode pengujian yang tepat. Langkah-langkah yang

dilakukan meliputi: 1) menyusun kebutuhan dalam pengembangan media

pembelajaran, 2) membuat desain media pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran, 3) menyusun langkah pengujian media. Kegiatan

mendesain media pembelajaran memperhatikan kriteria-kriteria dan kesesuaian

dengan kondisi pengguna yang dituju berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan.

Desain yang akan dibuat yaitu desain Trainer kit dan jobsheet untuk media

pembelajaran Electromyograph (EMG). Desain dibuat menggukan Coreldraw

37
X5 untuk desain Trainer kit sedangkan untuk desain rangkaian menggukan

Proteus 8.0.

3. Develop (Mengembangkan)

Pada tahap ini lakukan pengembangan media pembelajaran. Tahapan ini

bertujuan untuk menghasilkan dan memvalidasi pemilihan media pembelajaran.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan meliputi: 1) membuat dan menghasilkan

media pembelajaran, 2) membuat jobsheet praktikum pembelajaran, 3)

melakukan revisi secara formatif, dan 4) menguji fungsionalitas dan kelayakan

media pembelajaran oleh ahli materi serta media. Kegiatan pengembangan ini

menerapkan hasil proses desain yang termasuk desain produk dan pengujian

media pembelajaran.

4. Implement (Mengimplementasikan)

Setelah dilakukan pengemabangan kemudian memasuki tahap berikutnya

yaitu implementasi ke pada pengguna media pembelajaran. Media digunakan

oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika pada praktek

mata kuliah instrumentasi dan Elektronika Medis. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui hasil dari tingkat kelayakan media pembelajran oleh pengguna.

5. Evaluate (Mengevaluasi)

Tahap terakhir dari prosedur pengembangan ADDIE adalah evaluasi. Pada

tahap ini dilakukan penilaian terhadap kualitas trainer kit electromyography

sebagai media pembelajaran dari sebelum diimplementasikan dan setelah

diimplementasikan. Hasil dari tahapan ini adalah mengetahui tingkat kelayakan,

kesesuaian media dengan kebutuhan pembelajaran, dan kelebihan serta

38
kekurangan produk. Apabila media pembelajaran layak, sesuai dengan

kebutuhan pembelajarna dan memiliki kelebihan maka dapat diimplementasikan

ke dalam proses pembelajaran.

C. Sumber Data Penelitian

1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti adalah Media Pembelajaran

Trainer Electromyograph (EMG).

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini pada dasarnya terdiri dari mahasiswa

program Studi Pendidikan Teknik Elektronika yang mengikuti kelas mata kuliah

Instrumentasi dan Elektronika Medis sebagai reviewer pengguna media

Electromyograph (EMG) yang dikembangkan..

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian iini dilaksanankan di Program Studi Pendidikan Teknik

Elektronika, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Waktu penelitian

ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan Juli sampai bulan Agustus

2019.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan ada dua cara yaitu pengujian

produk, pengamatan, dan kuesioner. Pengumpulan data digunakan untuk

39
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Berikut metode yang

digunakan:

a. Pengujian dan Pengamatan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari Trainer

electromyography (EMG) yang digunkan sebagai media pembelajaran di Prodi

Pendidikan Teknik Elektronika. Hasil pengujian dipaparkan dengan data berupa

uji coba dan hasil-hasil pengamatan.

b. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya, Sugiyono (2015 : 199). Kuesioner (angket) digunakan untuk

menentukan tingkat kelayakan media pembelajaran Electromyograph (EMG)

yang dibuat. Responden yang dilibatkan dalam pengambilan data adalah dosen

ahli media pembelajran, ahli materi, dan pengguna atau mahasiswa Program

Studi Pendidikan teknik Elektronika. Hasil dari penelitian ini kemudian di

analisi dan dideskripsikan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

angket. Lembar angket yang digunakan adalah lembar angket tertutup, yaitu

lembar angket yang dilengkapi dengan jawaban sehingga responden tinggal

memilih sesuia jawaban yang telah disediakan. Dengan angket seperti ini akan

sangat membantu peneliti dalam menganalisis data yang didapatkan.

40
Instumen yang ada dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 yaitu isntrumen

ahli media pembelajaran, instrumen ahli materi, dan instrument pengguna atau

mahasiswa. Pengujian validasi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi

instrument yang didalamnnya terdapat variable yang diteliti, indikator tolak

ukur, dan nomor butir. Berikut adalah rincian kisi-kisi instrument penelitian

untuk masing-masing responden:

a. Instrumen Ahli Materi

Instrumen dalam uji validasi isi (content validity) oleh ahli materi

meliputi aspek kualitas materi dan kebermanfaatan. Berikut adalah kisi-kisi

instrument penelitian ahli materi.

Aspek Indikator Nomor Butir


Kesesuaian materi 1, 2, 3, 4
Kelengkapan materi 5, 6
Keruntutan materi 7, 8
Kualitas Kejelasan materi 9, 10
Materi Kelengkapan media cetak
11, 12
(Jobseet)
Kesesuaian dengan situasi
13, 14, 15, 16
mahasiswa
Memperjelas penyampaian pesan 17, 18
Kemanfaatan
Membantu proses pembelajaran 19, 20

b. Instrumen Ahli Media

Instrumen dalam uji validasi konstrak (construct validity) oleh ahli

mediapembelajaran untuk mengetahui tingkat kelayakan media meliputi aspek

41
tampilan, teknis dan kebermanfaatan. Berikut adalah kisi-kisi instrument

penelitian ahli media.

Aspek Indikator Nomor Butir

Tata letak komponen 1, 2

Warna 3, 4
Tampilan
Ukuran dan bentuk tulisan 5, 6, 7

Kejelasan komponen 8, 9

Unjuk kerja 10,11, 12


Teknis Kemudahan pengoperasian 13, 14

Tingkat keamanan 15, 16

Merangsang kegiatan belajar siswa 17, 18

Meningkatkan motivasi belajar 19, 20


Kemanfaatan
Meningkatkan keterampilan siswa 21, 22

Mempermudah proses pembelajaran 23, 24

c. Instrumen Pengguna

Instrumen dalam uji coba penggunaan alat ditujukan kepada mahasiswa

Prodi pendidikan teknik Elektronika yang meliputi aspek kualitas isi dan tujuan,

kualitas pembelajaran dan kualiatas teknis. Berikut adalah kisi-kisi instrument

penelitian untuk pengguna.

Aspek Indikator Nomor Butir


Tata letak komponen 1, 2
Tampilan
Warna 3, 4

42
Ukuran dan bentuk tulisan 5, 6, 7
Kejelasan komponen 8, 9
Unjuk kerja 10, 11
Teknis Kemudahan pengoperasian 12, 13
Tingkat keamanan 14, 15
Kejelasan materi 16, 17
Kualitas Kelengkapan media cetak (jobsheet) 18, 19
Materi Kesesuaian dengan situasi
20, 21
mahasiswa
Merangsang kegiatan belajar
22, 23
mahasiswa
Meningkatkan motivasi belajar 24, 25
Kemanfaatan
Meningkatkan keterampilan
26, 27
mahasiswa
Mempermudah proses pembelajaran 28, 29

3. Pengujian Instrumen

Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang valid,

akurat, dan dapat dipercaya. Instumen penelitian dapat dikatakan sesuia jika

memenuhi syarat berupa validitas dan reliabilitas. Untuk itu intrumen yang

dibuat perlu pengujian yang ditinjau dari validitas dan reliabilitas. Berikut

penjelasan uji validias dan reliabitlitas instrument.

a. Uji Validitas Intrumen

Pengujian validitas dilakukan dalam dua tahap yaitu dengan validitas isi

dan valditas konstruk. Untuk menguji validitas konstruk dapat dilakukan dengan

mengadakan konsultasi kepada para ahli (Sugiyono, 2015: 352). Validasi

instrumen dilakukan sampai terjadi kesepakatan dengan para ahli. Instrumen

43
dikonsultasikan mengenai aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan

teori tertentu, yang dikonsultasikan kepada para ahli dibidangnya. Pada

penelitian ini para ahli dalam bidang pendidikan adalah Dosen program Studi

Pendidikan Teknik Elektronika.

Setelah mengkonsultasikan kepada para ahli, untuk dapat mengetahui

setiap butir instrumen valid atau tidak dapat dikorelasikan dengan skor butir (X)

dan skor total (Y). Untuk menganalisis item, korelasi yang digunakan untuk uji

hubungan antar sesama data interval adalah korelasi (r) Product moment dari

Person yang termuat dalam buku Sugiyono (2015: 255).

∑ (∑ )(∑ )

√{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }

Keterangan:

n = Banyaknya Pasangan data X dan Y

ΣX = Total Jumlah dari Variabel X.

ΣY = Total Jumlah dari Variabel Y.

ΣX2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X.

ΣY2 = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y.

ΣXY = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap

walaupun dilakukan beberapa kali dengan waktu yang berbeda. Pengujian

reliabilitas ini dilakukan dengan interval consistensi yang mana dilakukan

44
dengan memfokuskan pada item instrumen yang mana cukup dilakukan

percobaan sekali saja.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik alpha

cronbach yang termuat dalam buku Arikunto (2006: 196) sebagai berikut.


( )( )
( )

Keterangan:

ri = Reliabilitas instrumen

K = Banyaknya butir pertanyaan (soal)

Σσ2t = Jumlah varians butir

= Varians total

Setelah koefisien reliabilitas diketahui, kemudian hasinya

diinterprestasikan sebagai patokan. Hasil perhitungan di interpretasikan

menggunakn kategori menurut Arikunto (2006 : 276) seperti berikut ini:

Hasil Perhitungan r11 Tingkat Keadaan Koefisien

0,750≤ ≥1,000 Sangat Tinggi

0,500≤ ≥0,749 Tinggi

0,250≤ ≥0,499 Rendah

0,000≤ ≥0,249 Sangat Rendah

E. Teknik Analisis Data

Analisi data dilakukan setelah data dari ahli materi, ahli media, dan

pengguna atau mahasiswa terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan

45
dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. “Statistik deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”

(Sugiyono, 2015: 207). Analisa ini dimaksudkan untuk menunjukan hasil

penelitian yaitu tingkat kelayakan media.

1. Data Kualitatif

Data yang didapatkan dari instrument dibuat dengan menggunakan skala

linkert. Dengan skala linkert, maka variable yang akan diukur dijabarkan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan.

Jawaban dari setiap item instrumen mempunyai gradasi sangat positif sampai

sangat negatif. Skala likert yang digunakan adalah skala 4 yang terdiri dari

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS), Berikut adalah kriteria skor penilaian:

Penilaian Keterangan Skor


SS Sangat Setuju 4
S Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif didapatkan dari hasil penjabaran data kualitatif yang

diperoleh dalm kriteria skor penilaian kualitatif. Pada penelitian ini mendapatkan

data kualitas trainer electromyography (EMG) berdasarkan aspek kulitas isi dan

46
instruksional, kualitas pembelajaran, dan kualitas teknis. Untuk menganalisa

data kualitas trainer Electromyograph (EMG) dilakukan dengan:

a. Menghitung skor kelayakan trainer

Skor kelayakan Trainer Electromyograph (EMG) dihitung dengan

menggunkan ketentuan sebagai berikut:

Sangat Setuju = 4

Setuju = 3

Tidak Setuju = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

b. Menghitung skor rata rata

Setelah skor masing-masing item pada instrument didapatkan, maka

dihitung skor rata-ratanya. Dalam menghitung skor rata-rata digunakn rumus:


∑ ∑

Keterangan:

Skor rata rata

∑ Jumlah skor Penilai

∑ Jumlah aspek yang diamati

∑ Jumlah responden

c. Menghitung persentase kelayakan trainer

Setelah persentase rerata didaptkan kemudian penunjukan predikat media

pembelajaran electromyography (EMG) berdasarkan skala pengukuran rating

scale. Skala penunjukan rating scale adalah pengubahan data kuantitatif

menjadi kualitatif. Data mentah berupa angka yang diperoleh melalui rating

47
scale ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sugiyono, 2015:141). Berikut

merupakan rating scale yang digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan

trainer:

No. Skor dalam persen Kategori


1 0% – 25% Sangat Tidak Layak
2 25% – 50% Tidak Layak
3 50% – 75% Layak
4 75% – 100% Sangat Layak

48
DAFTAR PUSTAKA

Anderson. (1994). Selecting and Developing Media for Instruction. (Y. Miarso, &
dkk, Penerj.). Jakarta: Rajawali Pers.

Arsyad, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Branch, R. M. (2009). Instructional design: The ADDIE approach. New York:


Springer

Juwanto, R. (2014). Media Pembelajaran Mikrokontroler AVR untuk Siswa


Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Yogyakarta: e-journal, Lumbung Pustaka UNY. Jurnal Pendidikan Teknik
Elektronika, 8-10.

Luttman, A., 1996, Physiological Basis and Concepts of Electromyography in:


Electromyography in ergonomics

Nomiyasari, N., Adil, R., Wardana, P. S., & Rochmad, M. (2011). Perancangan
Dan Pembuatan Modul Ecg Dan Emg Dalam Satu Unit Pc Sub Judul:
Pembuatan Rangkaian Emg Dan Perangkat Lunak Emg Pada Pc. EEPIS
Final Project.

Permana, K. D. (2015). The Implementation of Jobsheet-Based Student Teams


Achievement Division Learning Model to Improve Students Learning
Outcomes. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 23, No. 2,
152-162.
Putro, S. H., & Suprapto. (2009). Aplikasi Robot Penentu Koordinat pada
Perubahan Permukaan Dasar Sungai sebagai Media Pembelajaran Mata
Kuliah Hidrolika. JPTK, Vol. 18, No. 1, Hal. 7.

49
Sadiman, A. (2014). Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadiman, A. (2014). Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan


Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadiman, A. S., et al. (2003). Media pendidikan pengertian, pengembangan dan


pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT RajaGrafindo
Persada.

Saputra, A. W., Wardana, P. S., & Rokhana, R. (2010). Robot Lengan 3 DOF
dengan input sinyal EMG. EEPIS Final Project.

Sloane, E., 2003, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Sudjana, N., & Rivai, A. (2002). Media pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Wibowo, Arief. (2011). Tugas Akhir Skripsi: Pengembangan Microcontroller


ATMEGA8535 Learning Media Mata Pelajaran Teknik Kontrol Di Kelas
XII Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2010/2011. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

50

Anda mungkin juga menyukai