Anda di halaman 1dari 62

PENGKONDISI SINYAL RTD

DENGAN KOMPENSASI TIGA KAWAT

SKRIPSI

Oleh :

M. Haekal Hidayatulloh NIM : 1641170028

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
PENGKONDISI SINYAL RTD
DENGAN KOMPENSASI TIGA KAWAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh


Ijazah Sarjana Sains Terapan Program D-IV Teknik Elektronika
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang

Disusun oleh :

M. Haekal Hidayatulloh

NIM : 1641170028

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENGKONDISI SINYAL RTD
DENGAN KOMPENSASI TIGA KAWAT
Oleh :
M. Haekal Hidayatulloh
NIM : 1641170028

Skripsi ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal ...............
2020 dan disahkan oleh :
Pembimbing I : Drs. Eka Mandayatma., M.T. .…………………
NIP. 196005131986031002
Pembimbing II : Hari Kurnia Safitri ST., M.T. ..…………………
NIP. 197307132002122002
Penguji I : Bambang Priyadi, ST., M.T. ..............................
NIP. 195810301990031001
Penguji II : Indrawan Nugrahanto, S.ST., M.T. ..............................
NIP. 198811082019031012

Malang, ............................. 2020

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi DIV Teknik
Elektronika

Mochammad Junus, ST.,MT Ir. Totok Winarno,MT


NIP. 197206191999031002 NIP. 196001011985031012

iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : M. Haekal Hidayatulloh
NIM : 1641170011
Jurusan/Program Studi : Teknik Elektro/D4 Teknik Elektronika
Judul : Pengkondisi Sinyal RTD Dengan Kompensasi
Tiga Kawat.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :


(1) Karya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. bukan
merupakan alihan penelitian, tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil penelitian, tulisan atau pikiran saya sendiri.

(2) Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa karya tulis ini
hasil jiplakan (plagiasi), dan saya tidak dapat memenuhi persyaratan saya ini
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Malang, ................... 2020

M. Haekal Hidayatulloh
NIM. 1641170028

iv
ABSTRAK

M. Haekal Hidayatulloh, 2020. Pengkondisi Sinyal RTD Dengan Kompensasi


Tiga Kawat. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.

Pembimbing(I) Drs. Eka Mandayatma., M.T. Pembimbing(II) Hari Kurnia Safitri


ST., M.T.

Sensor suhu RTD (Resistance Temperature Detector) adalah jenis sensor


yang menggunakan elemen sensitif dari kawat platina, tembaga, atau nikel murni,
yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur.
Pada sensor RTD PT100 tersebut memiliki tiga macam konfigurasi koneksi kabel
yaitu 2 wire, 3 wire dan 4 wire. Pada banyak aplikasi, RTD perlu di-hubungkan
dengan kabel yang cukup panjang ke pengkondisi sinyal. Kabel yang panjang
akan mempengaruhi pertambahan resistansi oleh faktor suhu ruangan. Semakin
panjang kabel semakin besar nilai resistansinya begitu juga sebaliknya apabila
panjang kabel semakin kecil. Pada Skripsi kali ini alat dibuat sebagai modul
pembalajaran untuk mengoptimalkan pembelajaran pada Politeknik Negeri
Malang khususnya Prodi Teknik Elektronika.
Metode untuk pengukuran resistansi menggunakan rangkaian jembatan
wheatstone. Untuk pengkondisi sinyal menggunakan IC INA 125. Pada rangkaian
jembatan wheatstone tersusun dari empat buah hambatan. Pengukuran resistansi
RTD PT100 3 wire lebih sering menggunakan rangkaian jembatan wheatstone
dari pada RTD PT100 2 wire. Dikarenakan 3 wire tidak mengalami perubahan
resistansi. Pada pengujian 2 wire dengan suhu tetap 30 ºC kabel penghantar
mengalami perubahan suhu dengan penguatan 5 kali. Saat suhu kabel penghantar
80 ºC tegangan keluarannya senilai 51mV dibandingkan dengan perlakuan yang
sama 3 wire mempunyai tegangan keluaran senilai 16mV saat suhu kabel
penghantar 80 ºC. Terlihat bahwa RTD PT100 3 wire dapat mengkompensasi
resistansi kabel dan pengukuran menggunakan 3 wire lebih akurat dari pada 2
wire.

Kata Kunci: RTD PT100, 2 wire, 3 wire, 4 wire, IC INA 125, Jembatan
Wheatstone

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengkondisi Sinyal RTD Dengan
Kompensasi Tiga Kawat”. Skripsi ini ditulis sebagai syarat lulus dan mendap-
atkan gelar Sarjana Sains Terapan di Program Studi Teknik Elektronika, jurusan
Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.
Dalam penyusunan penelitian studi, penulis tidak lepas dari masalah yang
dihadapi seperti keterbatasan pengetahuan, sarana dan prasaran. Dalam
penyelesaian masalah penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran, kemudahan dan hidayah-
Nya.
2. Orang tua saya Bapak Satijo Joedijono dan Ibu Cicik Indriani beserta kelu-
arga yang selalu mendukung saya.
3. Bapak Drs. Awan Setiawan, MMT., MM Direktur Politeknik Negeri
Malang.
4. Bapak Mochammad Junus, ST., MT Ketua Jurusan Elektro Politeknik
Negeri Malang.
5. Bapak Ir. Totok Winarno, MT Ketua Program Studi D-IV Teknik
Elektronika Politeknik Negeri Malang.
6. Bapak Dr. Eka Mandayatma., MT selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak pengarahan dan motivasi.
7. Ibu Hari Kurnia Safitri ST., M.T. selaku pembimbing II yang telah
memberikan banyak pengarahan dan motivasi.
8. Seluruh dosen dan staff program studi Teknik Elektronika, Jurusan Teknik
Elektro, Politeknik Negeri Malang
9. Teman-teman Teknik Elektronika angkatan 2016 atas bantuan kritik,
saran, semangat, dan motivasi.

vi
10. Teman-teman angkatan 2016 program studi Teknik Elektronika dan semua
pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian skripsi
hingga selesai.

Semoga bantuan yang telah diberikan diterima sebagai amal sholih dan
mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penyusunan laporan ini penulis
berusaha semaksimal mungkin dan menyadari bahwa laporan ini masih kurang
sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan Skripsi ini dapat bermanfaat
baik untuk penulis maupun pembaca pada umumnya.

Malang, 5 Agustus 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................iii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI................................................................................iv
ABSTRAK.........................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xi
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................3
1.4 Tujuan................................................................................................................3
1.5 Luaran yang diharapkan.....................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
2.1 Penelitian terdahulu............................................................................................4
2.2 RTD PT100........................................................................................................5
2.3 Konfigurasi RTD PT100 3 wire.............................................................................6
2.4 Rangkaian jembatan wheatstone.......................................................................8
2.5 Hambatan jenis pada kabel penghantar...........................................................10
2.6 IC INA 125.........................................................................................................11
2.7 Precision Multi-turn Potensiometer.................................................................14
2.8 Toggle Switch...................................................................................................15
BAB III............................................................................................................................16
3.1 Perencanaan Alat..............................................................................................16
3.1.1 Kerangka Konsep Pelaksanaan Skripsi..........................................................17
3.1.2 Studi Literatur..............................................................................................17
3.1.3 Diagram Blok Sistem.....................................................................................18
3.2 Flow Chart Pembuatan Alat..............................................................................19
3.2.1 Perancangan Mekanik..............................................................................20

viii
3.2.2 Perancangan Elektrik................................................................................22
3.3 Spesifikasi Mekanik..........................................................................................27
3.4 Spesifikasi Elektrik............................................................................................27
BAB IV............................................................................................................................28
4.1 Pengujian sensor RTD PT100 terhadap perubahan suhu..................................29
4.2 Pengujian sensor RTD PT100 setelah diberi penguatan...................................31
4.3 Pengujian RTD PT100 dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali).................35
4.4 Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali).................41
BAB V.............................................................................................................................48
5.1 Kesimpulan......................................................................................................48
5.2 Saran................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................50
LAMPIRAN.....................................................................................................................51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Tipe-tipe dan Elemen RTD PT100.....................................................6


Gambar 2. 2 Efek Lead Resistansi...........................................................................6
Gambar 2. 3 Rangkaian Jembatan Wheatstone........................................................7
Gambar 2. 4 Jembatan Wheatstone menggunakan 2 kabel......................................7
Gambar 2. 5 Jembatan Wheatstone menggunakan 2 kabel......................................8
Gambar 2. 6 Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan 3 kabel....................9
Gambar 2. 7 Pin IC INA 125.................................................................................12
Gambar 2. 8 Bentuk Fisik Multiturn Potensio.......................................................14
Gambar 2. 9 Bentuk Fisik Toggle Switch (sumber: Datasheet Toggle Switch)....15

Gambar 3. 1 Flow chart penelitian.........................................................................17


Gambar 3. 2 Diagram Blog Perencanaan Alat.......................................................18
Gambar 3. 3 Flowchart Sistem..............................................................................19
Gambar 3. 4 Box tampak depan.............................................................................20
Gambar 3. 5 Box tampak samping.........................................................................21
Gambar 3. 6 Rangkaian Pengkondisi Sinyal RTD PT100 3 Wire.........................22
Gambar 3. 7 Rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD PT100 2 wire...........24
Gambar 3. 8 Rangkaian jembatan wheatstone Dengan RTD PT100 3 wire..........25

Gambar 4. 1 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan 5 kali...........................32


Gambar 4. 2 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan 5 kali pada suhu 50 ºC.
................................................................................................................................33
Gambar 4. 3 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu
kabel penghantar 30 ºC..........................................................................................37
Gambar 4. 4 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu
kabel penghantar 80 ºC..........................................................................................39
Gambar 4. 5 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu
kabel penghantar 40 ºC..........................................................................................43
Gambar 4. 6 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu
kabel penghantar 80 ºC..........................................................................................45

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Pengujian RTD PT100 Terhadap Perubahan Suhu.................................29


Tabel 4. 2 Pengujian Sensor RTD PT100 Setelah Diberi Penguatan 5 kali.....................34
Tabel 4. 3 Pengujian RTD PT100 2 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali)....................40
Tabel 4. 4 Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali)....................46

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Pengujian RTD PT100 Terhadap Perubahan Suhu.......................................30


Grafik 4. 2 Pengujian Sensor RTD PT100 Setelah Diberi Penguatan 5 kali...................35
Grafik 4. 3 Pengujian RTD PT100 2 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali)...........41
Grafik 4. 4 Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali)...........47

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini sensor dan tranduser merupakan komponen penting


dalam terapan industri maupun praktik di perkuliahan. Telah banyak
perkembangan yang telah dicapai pada bidang ini, baik dari segi teknologi
maupun segi fungsi. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal digu-
nakan sensor sebagai pendukungnya. Sensor didefinisikan sebagai suatu
alat yang dapat mengubah besaran fisis menjadi besaran listrik. Sensor
memiliki beberapa jenis dan karakteristik yang berbeda-beda, diantaranya
adalah sensor suhu, sensor cahaya, dan sensor kecepatan. Sensor cahaya
digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Sensor
kecepatan digunakan untuk mengubah besaran gerak menjadi besaran
listrik.
Sensor suhu digunakan untuk merubah besaran suhu menjadi be-
saran listrik. Sensor suhu dalam dunia instrumentasi dan control digu-
nakan untuk mendeteksi fenomena perubahan suhu. Ada beberapa jenis
sensor suhu yaitu thermocouple, resistance temperature detector ( RTD),
LM35 dan termistor. Dari ke empat jenis sensor suhu tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dan mempunyai kelebihan masing-mas-
ing. Sensor suhu yang sering digunakan pada alat elektronik adalah resis-
tance temperature detector (RTD). Pada sensor RTD PT100 tersebut
memiliki tiga macam konfigurasi koneksi kabel yaitu 2 wire, 3 wire dan 4
wire. Pada banyak aplikasi, RTD perlu dihubungkan dengan kabel yang
cukup panjang ke pengkondisi sinyal. Kabel yang panjang akan mempen-
garuhi pertambahan resistansi oleh faktor suhu ruangan.

1
2

Resistansi terhadap sepanjang kabel (tembaga) akan berdampak


pada pengukuran resistansi yang dilakukan oleh instrumen alat ukur. RTD
2 wire (2 kabel) tidak memiliki perhitungan resistansi yang terkait dengan
kabel (tembaga). Sehingga menimbulkan pengurangan akuratnya pen-
gukuran elemen sensor suhu RTD. Akibatnya RTD 2 wire hanya digu-
nakan
untuk pengukuran jarak pendek. RTD 3 wire (3 kabel) adalah spesifikasi
yang paling umum digunakan pada aplikasi-aplikasi di industri. RTD 3
wire menggunakan rangkaian pengukuran jembatan wheatstone untuk
mengkompensasi nilai resistansi kabel. Sehingga untuk kebutuhan pen-
gukuran jarak jauh RTD 3 wire sering digunakan.
Rangkaian jembatan wheatstone tersusun dari empat buah ham-

batan yaitu R₁ dan R₂ meruapakan lengan pembanding, sedangkan R₃

adalah lengan standar dan R₄ adalah tahanan yang tidak diketahui be-
sarannya. Pada keaadaan setimbang, galvanometer akan menunjukkan
angka 0. Hal tersebut dikarenakan tidak ada arus yang mengalir melalui
galvanometer. (Soedojo, 2014).
Selama ini metode praktikum di Politeknik Negeri Malang sendiri
masih menggunakan rangkaian manual sehingga menghabiskan banyak
waktu, sering kali diharuskan meminjam komponen dan merangkainya ter-
lebih dahulu. Pengembangan pembalajaran praktikum menggunakan
modul yang dapat meminimalisir waktu saat praktikum dan dengan
metode yang tepat akan mendapatkan hasil yang akurat dan presisi. Se-
hingga mahasiswa lebih mudah dalam praktikum dan mendapatkan hasil
yang maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis melakukan pe-
nilitian yang berjudul “PENGKONDISI SINYAL RTD DEN-

GAN KOMPENSASI TIGA KAWAT”.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar Belakang Masalah diatas dapat dirumuskan beberapa


masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mempertahankan nilai resistansi RTD dengan kom-


pensasi 3 kawat ?
2. Bagaimana cara menerapkan perhitungan RTD 3 wire dengan meng-
gunakan rangkaian Jembatan Wheatstone ?

1.3 Batasan Masalah


1. Menggunakan RTD PT100 3 wire.
2. Kabel yang digunakan adalah kabel telepon sepanjang 50 meter.
3. Tidak mengkonversi nilai resistansi menjadi suhu.
4. Merancang modul yang difungsikan sebagai media pembalajaran.
5. Menggunakan sumber tegangan DC sebagai input IC INA 125.

1.4 Tujuan
1. Untuk mengiliminir resistansi kabel agar tidak mempengaruhi nilai
hambatan pada perhitungan Jembatan Wheatstone.
2. Untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar pada saat praktikum.

1.5 Luaran yang diharapkan

Luaran skripsi yang diharapkan sebagai berikut:

1. Modul pembelajaran.
2. Laporan hasil pembuatan skripsi.
3. Artikel Ilmiah dalam bentuk jurnal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kali ini akan dibahas mengenai landasan teori yang menjadi
dasar dalam pelaksanaan skripsi dan mengenai penilitian-penilitian terdahulu.

2.1 Penelitian terdahulu

Sebelumnya, sistem yang akan dirancang dan diciptakan adalah penguat


sinyal RTD dengan mengkompensasi resistansi kawat (kabel). Dimana pada
penelitian kali ini dapat mengetahui nilai resistansi yang dihasilkan dengan
menggunakan sensor RTD PT100 3 wire dan sistem ini menggunakan perhitungan
jembatan wheatstone agar mengetahui nilai resistansi dengan lebih akurat.

Saras Dian Pramudita (2011) meneliti tentang analisa jembatan


wheatstone. Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur suatu yang tidak diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan
dua kali dari rangkaian jembatan. Menyimpulkan bahwa jembatan wheatstone
adalah suatu proses menentukan nilai hambatan listrik yang presisi atau tepat
dengan menggunakan rangkaian jembatan wheatstone dan melakukan
perbandingan antara besar hambatan yang telah diketahui dengan besar hambatan
yang belum diketahui yang tentunya dalam keadaan jembatan disebut seimbang
yaitu Galvanometer yang menunjukkan pada angka nol.

Sumarkantini (2018) meneliti tentang evaluasi kalibrasi RTD PT100


dan Thermocouple. Menyimpulkan bahwa membuktikan bahwa untuk
pengukuran suhu 10 ºC sampai dengan 100 ºC, menunjukkan bahwa untuk RTD
PT100 meranjak naik setiap kenaikan suhu pada air sebesar 0,0385 Ω/ 1 ºC
dengan ketidakpastian sebesar ± 0,094 Ω/ 10 ºC.

Bangun Julianto (2013) meniliti tentang pengaruh suhu terhadap


hambatan rangkaian listrik. Menyimpulkan hubungan atau pengaruh panas

4
5

terhadap hambatan kawat adalah berbanding lurus. Artinya jika suhu semakin
besar maka hambatan yang dihasilkan akan semakin besar pula.

2.2 RTD PT100


Resistance Temperature Detector (RTD) adalah sensor suhu yang pen-
gukurannya menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan listrik
logam yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. PT100 merupakan salah satu jenis
sensor suhu yang terkenal dengan tingkat akurasinya. PT100 termasuk golongan
Resistance Temperature Detector (RTD) dengan koefisien suhu positif, yang be-
rarti nilai resistansinya naik seiring dengan naiknya suhu. Terbuat dari logam plat-
inum. Oleh karena itu namanya diawali denga “PT”. Disebut PT100 karena sensor
ini dikalibrasi pada suhu 0 ºC pada nilai resistansi 100 ohm dan PT1000 yang
dikalibrasi pada nilai resistansi 1000 ohm pada suhu 0 ºC. (Anto, 2015).
Ketika suhu elemen Resistance Temperature Detector (RTD) meningkat
maka resistansi elemen tersebut akan meningkat juga. Dengan kata lain, kenaikan
suhu logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus dengan resis-
tansinya. Elemen RTD biasanya ditentukan sesuai dengan resistansi mereka dalam
ohm pada 0 ºC, elemen RTD harus menunjukkan nilai resitansi 100 ohm. (Anto,
2015).
6

Gambar 2. 1 Tipe-tipe dan Elemen RTD PT100

(sumber: https://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html)

2.3 Konfigurasi RTD PT100 3 wire


RTD 3 wire (kabel) paling umum digunakan pada aplikasi-aplikasi
di industri. RTD 3 wire menggunakan rangkaian pengukuran jembatan
wheatstone untuk mengkompensasi nilai resistansi kabel. Nilai yang paling
umum untuk RTD adalah 0 ºC pada nilai resistansi 100 Ω. Koefisien suhu
standart dari kawat platinum adalah α = 0.00385.
Sedangkan untuk kawat 100 Ω adalah + 0,385 Ω/ ºC
(http://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html).

Gambar 2. 2 Efek Lead Resistansi


(sumber: https://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html)
7

Terdapat kesalahan terhadap pengukuran pada impedansi 10 Ω yang da-


pat dituliskan dalam rumus 10Ω / 0.385Ω = 26 ºC. Dalam perhitungan ini
terdapat nilai eror yang disebabkan adanya hambatan resistansi. Koefisien
suhu kawat
(timah) juga menyebabkan kesalahan pengukuran. Untuk menghindari ke-
salahan tersebut maka diperlukan rangkaian jembatan wheatstone. Contoh

rangkaian jembatan wheatstone seperti gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Rangkaian Jembatan Wheatstone.


(sumber: https://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html)

Rangkaian jembatan ini membutuhkan 4 kabel, sumber tegangan dari


catu daya/ Power Supply, dan 3 resistor yang memliki koefisen temperatur
bernilai nol. Untuk menghindari nilai eror pada 3 resistor di rangkaian jem-
batan
wheatstone, maka RTD pada rangkaian ini dipisahkan dengan sepasang ka-
bel. (https://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html).

Gambar 2. 4 Jembatan Wheatstone menggunakan 2 kabel.


8

(sumber: https://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html)

Menggunakan 2 kabel memiliki masalah terhadap impedansi dan akan


mempengaruhi pembacaan suhu. Oleh karena itu dapat diminimalisir den-
gan menggunakan 3 kabel yang terdapat pada gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Jembatan Wheatstone menggunakan 2 kabel.


(sumber: https://www.omegaeng.cz/temperature/z/thertd.html)

Semisal kabel A dan B panjang dan jenis kabel nya sama, efek impedansi
tidak akan terjadi karena masing-masing berada dikaki jembatan yang
berlawanan. Kabel ketiga yaitu C sebagai pembawa arus yang sangat kecil.
Rangkaian jembatan wheatstone diatas menciptakan hubungan non linie an-
tara perubahan resistansi dan perubahan tegangan keluaran dengan memiliki
karakteristik resistansi suhu non linier dari RTD dengan memerlukan per-
samaan tambahan untuk mengubah tegangan keluaran jembatan menjadi
impedansi RTD yang setara.

2.4 Rangkaian jembatan wheatstone


Jembatan wheatstone memiliki prinsip dasar yaitu keseimbangan. Sifat
umum dari arus listrik adalah arus akan menglair menuju polaritas yang
lebih rendah. Jika terdapat persamaan polaritas antara kedua titik maka arus
tidak akan mengalir dari kedua titik tersebut. Dalam rangkaian dasar Jem-
9

batan wheatstone penghubung kedua titik tadi disebut sebagai jembatan


wheatstone. (Saras, 2011).

Pada umumnya rangkaian Jembatan wheatstone banyak digunakan untuk


menghitung resistansi yang tidak diketahi dengan bantuan dari rangkaian
tersebut. 2 kaki yang terdapat pada rangkaian Jembatan wheatstone banyak
harus seimbang dan satu kaki lainnya termasuk nilai resistansi yang tidak
diketahui. (Saras, 2011). Jembatan Wheatstone memiliki 3 syarat seimbang
yang bila mana.
1. Vc = Vᴅ
2. Vcᴅ = 0
3. Icᴅ = 0

Gambar 2. 6 Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan 3 kabel


(sumber: https://www.omega.com/en-us/resources/measure/temperature)

Nilai R₄ yang umumnya diganti dengan variabel Rx yang tidak diketahui


nilai resistansinya oleh rangkaian Jembatan Wheatstone dan R₃ untuk
menyeimbangkan rangkaian tersebut dengan menggunakan variabel resistor,
yang akan menghasilkan keluaran tegangan nol. Dapat dirumuskan syarat
seimbang dengan persamaan berikut.
10

R2 . R3 = R1 . Rx

Persamaan tersebut dapat didaptkan dari syarat kondisi seimbang dengan


persamaan berikut. Setelah itu menggunakan rumus pembagi tegangan.

Vc = Vᴅ

R2 R4
Vc = x Vin Vᴅ = x Vin
R 1+ R 2 R 3+ R 4

2.5 Hambatan jenis pada kabel penghantar


Hambatan listrik konduktor bergantung pada hambatan jenis
konduktor. Semakin besar hambatan jenis konduktor, semakin besar besar
hambatannya. Konduktur yang paling baik adalah konduktor yang memiliki
hambatan jenis kecil. Sebaliknya, bahan yang memiliki hambatan jenis san-
gat besar merupakan isolator yang baik.
Pengaruh temperatur terhadap jembatan jenis konduktor dapat difor-
mulasikan menggunakan rumus persamaan berikut.

R= Rₒ (1+ ΔT )
11

2.6 IC INA 125


Penguat instrumentasi dengan akurasi tinggi dan dengan daya yang ren-
dah. IC INA 125 menyediakan pembangkitan tegangan bridge dan pen-
guatan input diferensial yang presisi. Resistor eksternal yang tersambung ke
IC bisa mengeset gain dari 4 – 10.000. IC INA 125 diatur untuk tegangan
offset rendah (250 µF), drift offset rendah (2 µF/ ºC) dan penolakan desibel
rata-rata tinggi (100 dB di G=100). IC INA 125 bekerja pada
Power Supply Single (+2,7 V sampai 36 V) atau Power Supply Dual
(± 1,35 V sampai ± 18 V). (Datasheet IC INA 125).
Tegangan referensi bisa diatur sendiri menggunakan pin dengan pilihan
2,5 V, 5 V, atau 10 V, sehingga cocok untk bermacam-macam transduser.
Akurasi tegangan referensi sampai ± 0,5% dengan ± 35 ppm/ ºC untuk drift.
Mode sleep memungkinkan IC di shutdown beserta operasi duty cyclenya
menghemat daya. IC INA 124 tersedia dalam bentuk plastik DIP 16 pin saja
atau satu set SO-16 dengan temperatur kerja bisa bekerja antara -40 ºC sam-
pai 85 ºC sesuai kebutuhan industri. Gambar IC INA 125 dapat dilihat pada
gambar 2.8. (Dataseheet IC INA 125).
12

Gambar 2. 7 Pin IC INA 125

(sumber: Datasheet IC INA 125)


13

 Fitur-fitur yang terdapat pada INA 125 adalah sebagai berikut:


1. Arus quiescent rendah = 460 µA.
2. Tegangan referensi presisi = 1,24 A V, 2,5 V, 5 V, atau 10 V.
3. Dilengkapi mode sleep.
4. Tegangan offset terendah = maksimum 250 µV.
5. Drift offset terendah = 2 µA/ ºC maksimum.
6. Arus input bias terendah = maksimum 20 µA.
7. CMR tertinggi = minimal 100 dB.
8. Batas noise terendah = 38 nV/ √ Hz pada f = 1 kHz.
9. Perlindungan input sampai ± 40 V.
10. Range/ rentang tegangan.
 Single supply = 2,7 V sampai 36 V.
 Dual supply ± 1,35 V sampai ± 18 V.
11. Dalam 2 bentuk yaitu DIP 16 pin dan set SO-16 SO IC.

 Kegunaan IC INA 125 ialah:


1. Penguat instrumentasi jembatan wheatstone untuk pengukuran
tekanan dan suhu.
2. Proses intrumentasi.
3. Akusisi data multi channel.
4. Sistem-sistem bertenaga baterai.
5. Otomasi pabrik.
6. Kontrol proses industri.
14

2.7 Precision Multi-turn Potensiometer

Merupakan salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya dapat di


ubah dengan cara diputar. Berbeda dengan potensiometer biasa, multiturn
tetap memiliki penghalang pada ujung sumbu putarnya sebesar 2 kali
putaran dari 360 º sedangkan potensiometer memiliki sumbu kurang lebih
270 º. Multi turn ini berfungsi sebagai penghambat arus pada rangkaian
elektronika dengan tingkat ketelitian yang tinggi karena resitansinya yang
dihasilkan kecil.

Jenis potensiometer multi turn yang digunakan adalah wirewound.


Potensio jenis ini memiliki beberapa putaran dari nilai resistansi 0 sampai
maksimum. Sehingga sangat presisi, dibandingkan dengan potensio sekali
putaran atau yang biasa.

Gambar 2. 8 Bentuk Fisik Multiturn Potensio

(sumber: Datasheet Multiturn)


15

2.8 Toggle Switch


Saklar toggle adalah bentuk saklar yang paling sederhana,
dioperasikan oleh sebuah tuas toggle yang dapat ditekan ke atas atau bawah.
Toggle switch memiliki kontak reaksi tegantung material yang digunakan.
Resistansi max 20 mili ohm pada 2 sampai 4 V , suhu operasi -3 ºC sampai 8
ºC.

Gambar 2. 9 Bentuk Fisik Toggle Switch


(sumber: Datasheet Toggle Switch)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Perencanaan Alat

Perencanaan sistem ini meliputi dari perancangan elektronika, perancan-


gan mekanik dan diagram blok perencanaan alat. Pada perancangan elek-
tronika membahas tentang rangkaian yang dipakai dalam penelitian, pada
perancangan mekanik membahas tentang spesifikasi alat yang dibuat. Di
dalam diagram blok akan menjelaskan bagian-bagian dari input, maupun
output, serta menjelaskan prinsip kerja dari keselurahan alat.
Pada RTD PT100 3 wire (3 kabel) adalah spesifikasi yang paling mum
digunakan pada aplikasi-aplikasi industri. Konfigurasi RTD 3 wire terdiri
dari 2 lead lead arus dan satu lead tegangan yang mengukur penurunan
tegangan. RTD 3 wire menggunakan pengukuran rangkaian jembatan
wheatstone
untuk mengkompensasi/ mengeliminir nilai resistansi kabel. Jenis kabel
sangat berpengaruh pada perubahan resistansi pada ΔR dalam pengukuran
rangkaian jembatan wheatstone yang akan mempengaruhi nilai pada RTD 3
wire.

16
17

3.1.1 Kerangka Konsep Pelaksanaan Skripsi

START A B

Rumusan Masalah Design Elektrik Pengambilan Data

Studi Literatur Design Mekanik Analisa Data


TIDAK

Perancangan Konsep Design Software Membuat Laporan

Pengumpulan Hasil
Pengujian
A

YA
STOP

Gambar 3. 1 Flow chart penelitian

3.1.2 Studi Literatur


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam skripsi ini di-
antaranya adalah melakukan pengumpulan dan mempelajari semua literatur
yang berhubungan dengan pengkondisi sinyal RTD dengan kompensasi 3
kawat dari skripsi-skripsi sebelumnya dengan literatur pendukung lainnya
yang berhubungan dengan skripsi ini.
18

3.1.3 Diagram Blok Sistem

JEMBATAN PENGKONDISI Vo
RTD PT100 3 WIRE SINYAL (IC INA 125)
WHEATSTONE

POWER SUPPLY

1.
2.
3.
3.1
3.1.1
Gambar 3. 2 Diagram Blog Perencanaan Alat

Penjelasan tentang fungsi dari masing-masing diagram blok


sebagai berikut:
1. Sensor suhu RTD PT100 digunakan untuk mengukur
suhu pada kabel. RTD PT100 pada saat suhu 0 ºC
resistansi kabelnya bernilai 100 Ω.
2. 3 wire (3 kabel) digunakan untuk mengkompensasi atau
mengeliminir resistansi kabel saat terjadi perubahan suhu
diruangan, sehingga nilai output akan tetap meskipun
resistansi kabel berubah.
19

3. Rangkaian jembatan wheatstone digunakan sebagai


pengukuran. Mengukur nilai suatu hambatan dengan cara
arus yang mengalir pada galvanometer yang sama
dengan nol.

4. Pengkondisi sinyal IC INA 125 yang digunakan sebagai


penguat tegangan atau sebagai pengubah nilai tegangan
sumber menjadi nilai output tegangan yang diinginkan
(0 V – 5 V).
5. Power supply memberikan tegangan 12 V (DC) pada
IC INA 125 .

3.2 Flow Chart Pembuatan Alat

START

Input:

Sensor RTD PT100 dan 3 wire

Tidak Jembatan
Wheatstonene

Tidak Pengkondisi
Sinyal IC INA
125 )&)&
20

Hasil

STOP

Gambar 3. 3 Flowchart Sistem

3.2.1 Perancangan Mekanik


Perancangan box dibagi menjadi 2, yaitu box kabel dan box
pengkondisi sinyal atau penguat tegangan. Box kabel berisi kabel sepanjang
50 m, sensor suhu RTD PT100. Box kabel terbuat dari kerdus.
Sedangkan box untuk pengkondisi sinyal berisi rangkaian dari
sistem yang meliputi IC INA 125 dan power supply. Terbuat dari
box hitam X6.
21

Gambar 3. 4 Box tampak depan

Gambar 3. 5 Box tampak samping.


22

3.2.2 Perancangan Elektrik

3.2.2.1 Rangkaian Pengkondisi Sinyal IC INA 125


IC INA 125 adalah penguat instrumentasi dengan daya
rendah dan presisi dengan tegangan refrensi yang presisi. Pada datasheet,
op-amp ini cocok untuk aplikasi pembacaan sinyal dalam pengukuran
suhu. IC INA 125 dikonfigurasikan menggunakan catu daya tunggal atau
catu daya ganda. Dalam pengerjaan modul ini menggunakan catu daya
ganda yaitu ± 12 V.

Gambar 3. 6 Rangkaian Pengkondisi Sinyal RTD PT100 3 Wire.


23

Dalam perancangan rangkaian pengkondisi sinyal ini,


menggunakan rangkaian jembatan wheatstone dikarenakan RTD PT100 3
wire lebih cocok dengan rangkaian jembatan wheatstone. Pada rangkaian
ini membutuhkan arus yang kecil karena prinsip kerja RTD PT100 jika
dipanaskan resistansi akan naik. Pada IC INA 125 terdapat Vref pada
kaki 13 yaitu 1,25 V. Untuk mencari tegangan keluaran didapatkan per-
samaan

Vout = ¿

3.2.2.2 Rangkaian Sensor Suhu RTD PT100 2 wire


Sensor ini terbuat dari bahan logam platinum yang
umumnya paling sering digunakan karena memiliki tingkat akurasi dan
lebih presisi dan rentang suhu yang yang lebih luas. Sensor suhu ini
memiliki output dalam satuan ohm sehingga perlu dikonversi untuk
medapatkan keluaran dalam satuan volt dengan menggunakan IC OP 07.
RTD PT100 merupakan jenis sensor suhu yang apabila terjadi perubahan
suhu maka nilai resistansinya akan berubah-ubah (sesuai dengan
kenaikan suhunya). Jenis RTD ini disebut dengan PT100 karena saat
dikalibrasi pada suhu 0 ºC nilai resistansinya 100 Ω. Nilai resistansi RTD
PT100 (jika terjadi perubahan suhu) dapat kita ketahui dari persamaan
rumus dibawah ini.

RPT = 100 + (α . suhu)


Keterangan.
RPT : Nilai tipe RTD.
α : Koefisien kawat (Platinum = 0,385)
24

Jenis kabel penghantar ini menggunakan kabel


telepon isi 4 kabel dengan bahan kawat tembaga (α= 0,00426 1/ºC). Jika
terjadi perubahan suhu nilai resistansi setiap kabel tersebut sama-sama
mengalami perubahan dikarenakan jenis kabel, panjang kabel yang sama
dalam satu kemasan. Pengaruh suhu terhadap hambatan jenis konduktor
dapat diformulasikan menggunakan rumus persamaan berikut.

R = Rₒ ¿

Keterangan:
R = Hambatan penghantar akhir pada temperatur (Ω)
Rₒ= Hambatan penghantar awal pada temperatur (Ω)
α = Koefisien temperatur bahan.
t = Temperatur akhir (ºC)
tₒ = Temperatur awal (ºC)

RTD PT100 memiliki 2 kaki pin yang disambungkan


pada rangkaian jembatan wheatstone. Rangkaian seperti pada gambar
dibawah ini.
25

Gambar 3. 7 Rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD PT100 2 wire.

Dengan menggunakan rumus persamaan kesetimbangan yaitu:

RAC . RDB = RAD . RCB

R1 . (RTD + ΔR1+ ΔR2)  ≠ R2 . R3

Dinyatakan dari persamaan rumus tersebut RTD PT100 ruas kanan dan
ruas kiri tidak seimbang yang akan berpengaruh terhadap teknis
pelaksanaan pada (gambar 3.7). Untuk memudahkan jalannya pengujian
atau teknis pelaksanaan, R3 pada (gambar 3.7) dianjurkan menggunakan
precision multi-turn potensiometer yang berfungsi untuk mengatur kese-
timbangan terhadap perubahan RTD PT100 saat mengalami perubahan
suhu.

1.
2.
3.
3.1
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.2.2
3.2.2.2 Perancangan Rangkaian Sensor Suhu RTD PT100 3 Wire.
26

RTD PT 100 3 wire memiliki 3 kaki pin yang


disambungkan pada rangkaian jembatan wheatstone. Rangkaian seperti
pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. 8 Rangkaian jembatan wheatstone Dengan RTD PT100 3 wire.

Dengan menggunakan rumus persamaan kesetimbangan yaitu:

RAC . RDB = RAD . RCB

R1 . (RTD + ΔR1) = R2 . (R3 + ΔR2)

Dari hasil persamaan rumus tersebut ruas kanan dan ruas kiri sama. Maka
perhitungan akan setimbang, untuk memudahkan jalannya pengujian atau
teknis pelaksanaan, R3 pada (gambar 3.7) dianjurkan menggunakan pre-
cision multi-turn potensiometer yang berfungsi mengatur kesetimbangan
terhadap perubahan RTD PT100 saat mengalami perubahan suhu.
27

3.3 Spesifikasi Mekanik


 Dimensi Box Kabel
 Panjang : 32 cm.
 Lebar : 23 cm.
 Tinggi : 12 cm.
 Berat : ± 1 kg.
 Bahan Box : Kerdus.

 Dimensi Box Pengkondisi Sinyal


 Panjang : 18,5 cm.
 Lebar : 11 cm.
 Tinggi : 6 cm.
 Berat : ± 1 kg.
 Bahan Box : Box hitam X6.
28

3.4 Spesifikasi Elektrik


 Input : RTD PT100
 Panjang dan jenis kabel : 50 m dan kabel telepon.
 Proses : IC INA 125
 Sumber daya masukan : 220 V
 Tegangan kerja : ± 12 V
BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

Pada tahap ini menjelaskan tentang proses pengujian data dengan


menggunakan metode pengumpulan data yang ditampung pada tabel, hasil data
tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teori, hasil dari
pengumpulan data dijadikan grafik sebagai acuan untuk hasil analisis yang
dilakukan pada bab ini. Pengujian pada alat ini meliputi beberapa bagian, antara
lain :

1. Pengujian Sensor RTD PT100 terhadap perubahan suhu.


2. Pengujian RTD PT100 setelah diberi penguatan.
3. Pengujian RTD PT100 2 wire dengan suhu sensor tetap dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan.
4. Pengujian RTD P100 3 wire dengan suhu sensor tetap dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan.

29
30

4.1 Pengujian sensor RTD PT100 terhadap perubahan suhu.

Tabel 4. 1 Data Pengujian RTD PT100 Terhadap Perubahan Suhu.

NO. Thermometer (ºC) RTD PT100 (Ω) Datasheet (Ω)

1. 30 112, 4 111, 67
2. 35 114, 3 113,61
3. 40 116,0 115,54
4. 45 117,9 117,47
31

5. 50 120,0 119,40
6. 55 122,4 121,32
7. 60 124,3 123,24
8. 65 126,5 125,16
9. 70 128,5 127,07
10. 75 129,9 128,98

Grafik 4. 1 Pengujian RTD PT100 Terhadap Perubahan Suhu

PENGUJIAN RTD PT100 TERHADAP PERUBAHAN SUHU


135

130

125
Resistansi (Ω)

120
Pengukuran
Datasheet
115

110

105

100
30 35 40 45 50 55 60 65 70 75

Suhu (ºC)

Pada tabel 4.1 merupakan hasil pengujian sensor suhu dipanaskan


mulai suhu 30 ºC sampai 75 ºC untuk mengetahui apakah RTD PT100
sudah sesuai yang diinginkan atau belum. Dengan mencari berapa besar
nilai error yang dilihat dari perbandingan pengukuran dan datasheet sen-
sor RTD PT100.

Dari hasil pengukuran dan datasheet saat suhu 75 ºC dapat dike-


tahui nilai error dengan rumus:
32

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100
Perhitunganteoritis
128,98−129,9
= x 100
128,98
= 0,4 %
Maka sensor RTD PT100 dapat membaca perubahan suhu dengan
baik dan layak digunakan untuk pengujian selanjutnya.

1.
2.
3.
4.
4.1
4.2 Pengujian sensor RTD PT100 setelah diberi penguatan.

1. Secara perhitungan teori saat suhu 30 ºC (Penguatan 5 kali)


Diketahui:
Vin = 1,25 V
R1 = 100 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 111 Ω
RTD = 111,67 Ω
Rg = 60K Ω

G = 4+ ( 60RgKΩ ) = 5 kali
Penyelesaian:

Vout=( VD−VC ) . G
33

¿ (( R2
R 2+ RTD )(
. Vin −
R1
R 1+ R 3 ) )
. Vin . G

¿ (( 100+111,67
100
. 1,25 )−(
100
100+111
.1,25 ) .5
)
¿ ( ( 0,5905418812−0,5924170616 ) . 5 )

¿ 0 , 009 V

1.
2. Pengukuran saat pengujian dengan suhu 30 ºC
34

Gambar 4. 1 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan 5 kali.

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100 %
Perhitungan teoritis
0,009 ,−0,037
= x 100 %
0,009
= 311,1 %

3. Secara perhitungan teori saat suhu 50 ºC (Penguatan 5 kali)


Diketahui:
Vin = 1,25 V
R1 = 100 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 111 Ω
RTD = 119,40 Ω
Rg = 60K Ω

G = 4+ ( 60RgKΩ ) = 5 kal
Penyelesaian:

Vout=( VD−VC ) . G

¿
(( R2
R 2+ RTD )(
. Vin −
R1
R 1+ R 3 ) )
. Vin . G

¿ (( 100+119,40
100
. 1,25 )−(
100
100+117
. 1,25) . 5
)
¿ ( ( 0,5697356427−0,5924170616 ) .5 )

¿ 0 , 113V
35

4. Pengukuran saat pengujian dengan suhu 50 ºC (Penguatan 5 kali)

Gambar 4. 2 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan 5 kali pada suhu 50 ºC.

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100 %
Perhitungan teoritis
0,113−0,150
= x 100 %
0,113
= 32 %

Tabel 4. 2 Pengujian Sensor RTD PT100 Setelah Diberi Penguatan 5 kali.

No. Suhu Pengukuran Teori ΔCD Error


(ºC) Vout (V) Vout (V) (mV) (%)
1. 30 0,03 0,009 -6, 61 311,1
36

2. 35 0,06 0,037 -0,001 70


3. 40 0,09 0,062 4,2 46
4. 45 0,12 0,088 8,2 44
5. 50 0,15 0,113 13,5 32

Grafik 4. 2 Pengujian Sensor RTD PT100 Setelah Diberi Penguatan 5 kali

Pengujian Sensor RTD PT100 Setelah Diberi Penguatan 5 kali


0.16
0.15
0.14

0.12 0.12
0.113
0.1
0.09 0.088
Pengukuran
Vout (v)

0.08
Teori
0.06 0.06 0.062

0.04 0.037
0.03
0.02
0.009
0
30 35 40 45 50
Suhu (ºC)

Pada tabel 4.2 merupakan pengujian rangkaian jembatan wheat-


stone saat sensor mengalami perubahan suhu. Output dari rangkaian
pengkondisi sinyal berbanding lurus dengan suhu. Yang dipengaruhi oleh
keluaran tegangan rangkaian jembatan wheatstone yang dikuatkan oleh
IC INA 125. Dengan selisih perbandingan teori dan pengukuran tidak ter-
lalu jauh tetapi pada suhu 30 ºC terlihat error yang terlalu besar senilai
311% dikarenakan beberapa faktor yaitu faktor toleransi pada resistor,
kurangnya ketelitian praktikum saat membaca avo meter, kurangnya
ketelitian saat mengukur suhu dengan thermometer, hasil perhitungan
37

yang dibulatkan atau belum dibulatkan dan adanya pengaruh dari


lingkungan misalnya meja maupun tangan.
Pada grafik 4.2 dapat kita lihat output dari rangkaian pengkondisi
sinyal tersebut linier. Dengan selisih 0,03 V setiap bertambahnya
suhu 5 ºC.

4.3 Pengujian RTD PT100 dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel
penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5 kali).

1. Secara perhitungan teori saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar 30 ºC.
Diketahui:
Vin = 1,25 V
R1 = 100 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 121 Ω
RTD = 111,67 Ω
Rg = 60K Ω

G = 4+ ( 60RgKΩ ) = 5 kali
ΔR1=5
ΔR1=ΔR2

Penyelesaian:

Vout=( VD−VC ) . G

¿
(( R2
R 2+( RTD+ ΔR 1+ ΔR 2)
.Vin −
)(
R1
R 1+ R 3
.Vin .G ) )
¿ (( 100+121,67
100
. 1,25 )−(
100
100+121
.1,25 ) .5
)
38

¿ ( ( 0,563901295−0 , ,56561086 ) . 5 )

¿ 0 , 008 V

2. Pengukuran saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel peng-
hantar 30 ºC

Gambar 4. 3 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu


kabel penghantar 30 ºC.

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100 %
Perhitungan teoritis
0,008−0,009
= x 100 %
0,008
39

= 12,5%

3. Secara perhitungan teori saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar 80 ºC.
Diketahui:
Vin = 1,25 V
R1 = 100 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 121 Ω
RTD = 111,67 Ω
Rg = 60K Ω

G = 4+ ( 60RgKΩ ) = 5 kali
ΔR1=6,06
ΔR1=ΔR2

Penyelesaian:

Vout=( VD−VC ) . G

¿
(( R2
R 2+( RTD+ ΔR 1+ ΔR 2) )(
.Vin −
R1
R 1+ R 3 ) )
.Vin .G
40

¿ (( 100
100+123,79 )(
. 1,25 −
100
100+121
.1,25 .5 ) )
¿ ( ( 0,5585593637−0,56561086 ) .5 )

¿ 0 , 03 V

4. Pengukuran saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel peng-
hantar 80 ºC

Gambar 4. 4 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu


kabel penghantar 80 ºC.

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100 %
Perhitungan teoritis
0,03−0,051
= x 100%
0,03
41

= 70%

Tabel 4. 3 Pengujian RTD PT100 2 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan
suhu kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah
(5 kali).

No. Suhu RTD Suhu Kabel Teori Pengukuran Error


PT100 (ºC) Penghantar Vout (V) Vout (V) (%)
(ºC)
1. 30 30 0,008 0,009 12,5
2. 30 40 0,01 0,014 40
3. 30 50 0,01 0,029 190
4. 30 60 0,02 0,039 95
5. 30 70 0,02 0,048 140
6. 30 80 0,03 0,051 70

Grafik 4. 3 Pengujian RTD PT100 2 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan
suhu kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5
kali).

Pengujian RTD PT100 2 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC)
dan suhu kabel penghantar mengalami perubahan
menggunakan penguat terendah (5 kali).
0.06

0.05 0.051
0.048

0.04 0.039
Teori
Vout (V)

0.03 0.03 Pengukuran


0.029

0.02 0.02 0.02

0.014
0.01 0.009 0.01 0.01
0.008

0
30 40 50 60 70 80
Suhu ºC
42

Pada tabel 4.3 dapat diketahui dari hasil pengujian berdasarkan per-
hitungan dan pengukuran, bahwa hasil dari keduanya hampir mendekati
atau terdapat selisih. Jika dilihat pada tabel 4.3 kabel penghantar pada
suhu 30 ºC terdapat error yang sangat besar senilai 311,1% menandakan
ada beberapa faktor yaitu faktor toleransi pada resistor, kurangnya
ketelitian praktikum saat membaca avo meter, kabel penghantar yang
panasnya belum merata, hasil perhitungan yang dibulatkan, adanya pen-
garuh dari lingkungan misalnya meja maupun tangan.

Pada grafik 4.3 dapat kita lihat sensor RTD PT100 2 wire men-
galami pertambahan resistansi yang sangat pesat pada suhu diatas 40 ºC
dikarenakan suhu kabel sudah merata panasnya yang mengakibatkan re-
sistansi kabel bertambah sehingga berpengaruh terhadap tegangan kelu-
aran.

4.4 Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5
kali).

1. Secara perhitungan teori saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar 40 ºC.
Diketahui:
Vin = 1,25 V
R1 = 100 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 111 Ω
RTD = 111,67 Ω
Rg = 60K Ω

G = 4+ ( 60RgKΩ ) = 5 kali
43

ΔR1=5,21
ΔR1=ΔR2

Penyelesaian:

Vout=( VD−VC ) . G

¿
(( R2
R 2+(RTD+ ΔR 1)
. Vin −
)( R1
R 1+(R 3+ ΔR 2)
.Vin .G
) )
¿
(( 100
100+116,88 )(
. 1,25 −
100
100+116,21 ) )
.1,25 .5

¿ ( ( 0,576355589−0,578141621 ) . 5 )

¿ 0 , 008 V

2. Pengukuran saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel peng-
hantar 30 ºC
44

Gambar 4. 5 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu


kabel penghantar 40 ºC.

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100 %
Perhitungan teoritis
0,008−0,003
= x 100 %
0,008

= 62,5%

3. Secara perhitungan teori saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu
kabel penghantar 80 ºC.
Diketahui:
Vin = 1,25 V
R1 = 100 Ω
R2 = 100 Ω
R3 = 111 Ω
RTD = 111,67 Ω
Rg = 60K Ω

G = 4+ ( 60RgKΩ ) = 5 kali
ΔR1=6,06
ΔR1=ΔR2

Penyelesaian:
45

Vout=( VD−VC ) . G

¿¿

¿ (( 100
100+117,73 )(
. 1,25 −
100
100+117,06
.1,25 . 5 ) )
¿ ( ( 0,5741055436−0,5758776375 ) .5 )

¿ 0 , 008 V

4. Pengukuran saat suhu sensor tetap (30 ºC) dan suhu kabel peng-
hantar 80 ºC
46

Gambar 4. 6 Keluaran tegangan setelah diberi penguatan terendah dengan suhu


kabel penghantar 80 ºC.

Perhitungan teoritis−Pengukuran
% error = x 100 %
Perhitungan teoritis
0,009−0,016
= x 100 %
0,009

= 77%

Tabel 4. 4 Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan
suhu kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5
kali).

No. Suhu RTD Suhu Kabel Teori Pengukuran Error


PT100 (ºC) Penghantar Vout (V) Vout (V) (%)
(ºC)
1. 30 30 0,008 0,002 75
2. 30 40 0,008 0,003 62
3. 30 50 0,008 0,005 37
4. 30 60 0,008 0,007 12
5. 30 70 0,008 0,014 75
6. 30 80 0,008 0,016 100
47

Grafik 4. 4 Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC) dan
suhu kabel penghantar mengalami perubahan menggunakan penguat terendah (5
kali).

Pengujian RTD PT100 3 wire dengan suhu sensor tetap (30 ºC)
dan suhu kabel penghantar mengalami perubahan
menggunakan penguat terendah (5 kali).
0.018
0.016 0.016
0.014 0.014
0.012
Vout (V)

0.01 Teori
Pengukuran
0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002 0.002
0
30 40 50 60 70 80

Suhu (ºC)

Pada tabel 4.4 diketahui dari hasil pengujian berdasarkan perhitun-


gan dan pengukuran, bahwa hasil dari keduanya hampir mendekati atau
terdapat selisih. Jika dilihat pada tabel 4.3 kabel penghantar pada suhu
80 ºC terdapat error yang sangat besar senilai 100% menandakan ada
beberapa faktor yaitu faktor toleransi pada resistor, kurangnya ketelitian
praktikum saat membaca avo meter, kabel penghantar yang panasnya
belum merata, hasil perhitungan yang dibulatkan, adanya pengaruh dari
lingkungan misalnya meja maupun tangan.
48

Pada grafik 4.4 meski grafik perhitungan berbeda dengan penguku-


ran, namun nilai selisih perbedaannya tidak terlalu jauh dari perhitungan
yang seharusnya tidak mengalami perubahan. Namun RTD PT100 3 wire
memiliki perbedaan dengan RTD PT100 2 wire yaitu pada hasil saat suhu
mencapai 80 ºC. Pada grafik 4.4 terlihat RTD PT100 3 wire saat 80 ºC
tegangan keluarannya senilai 16mV dan pada grafik 4.3 RTD PT100 2
wire saat 80 ºC tegangan keluarannya senilai 51mV ini memungkinkan
bahwa RTD PT100 3 wire mampu mengkompensasi resistansi terhadap
kabel penghantar dari perbedaan nilai tegangan keluaran masing-masing
saat suhu 80 ºC.

1.2
1.3
1.4
1.5
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perencanaan dan pembuatan sistem alat kemu-
dian dilakukan pengujian sehingga didapatkan beberapa kesimpulan ten-
tang sistem kerja dari alat sebagai berikut:
1. RTD PT100 2 wire dalam persamaan rumus kesetimbangan jembatan
wheatstone dinyatakan tidak setimbang sehingga akan mengakibatkan
adanya impedansi dan tidak mempunyai perhitungan resistansi ter-
hadap kabel (tembaga). Sehingga menimbulkan pengurangan akurasi
dalam pengukuran elemen sensor suhu RTD.
2. Menggunakan pengukuran dengan jembatan wheatstone RTD PT100
3 wire harus menggunakan kabel sama baik jenis maupun panjangnya
dan harus dalam satu kemasan seperti contoh: kabel telepon. Jika ter-
jadi perubahan suhu dan perubahan suhu lingkungan yang tidak di-
inginkan maka perubahan kabel mengalami perubahan yang sama.
3. RTD PT100 3 wire memiliki tegangan keluaran 16mV saat suhu
mencapai 80 ºC sedangkan RTD PT100 2 wire memiliki tegangan
keluaran 51mV saat suhu mencapai 80 ºC. Hal ini memungkinkan
bahwa RTD 3 wire dapat mengkompensasi resistansi terhadap kabel
penghantar dikarenakan kabel penghantar tidak mempengaruhi
perubahan resistansi sensor RTD PT100.
4. RTD PT100 3 wire memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dari pada
2 wire. Dikarenakan kedua sisi kabel pada rangkaian jembatan
wheatstone seimbang dengan panjang yang sama sehingga tidak
terdapat efek impedansi.

49
50

5.2 Saran
1. Pembuatan alat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu masih
diperlukan penyempurnaan agar alat berfungsi secara maksimal.
2. Dalam box untuk kabel penghantar disarankan mencari bahan yang cepat
menghantarkan panas agar tidak terlalu menunggu lama saat suhu kabel
penghantar dipanaskan, apabila suhu tidak merata yang akan sangat
berpengaruh dalam pengujian.
3. Alat ukur suhu diusahakan menggunakan termometer air raksa.
DAFTAR PUSTAKA

Dian Saras, Analisa Jembatan Wheatstone, (Laboratorium Fisika Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof Dr
Hamka, Jakarta, 2011)

Waskito Pamuji, Kawat Selenoida sebagai Sensor Suhu Berbasis Resistor


Temperature Detector Coils (RTD-C), (Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta, 2005).

Novi Ayuningdyah, Peningkatan Akurasi Pembacaan sensor RTD 3 Kabel


Dengan Mempertimbangkan Resistansi Kabel Penghantar, (Teknik Elektro
Politeknik Negeri Malang 2018).

Priyantoro, Arief Satyo. Rancang Bangun Modul Praktikum Operational


Amplifier. Tugas Akhir. (Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2017)

Mandayatma, Eka. Optimalisasi Resistansi Feedback Dan Resistansi Input Pada


Penguat Inverting Pada Pengkondisi Sinyal. Jurnal ELTEK,Vol17 No.01,
April 2019. Malang. (Politeknik Negeri Malang).

N. Marwah (2013), Rancangan Sistem Akuisisi Data Suhu Dengan Pt-100 Ter-
hadap Fungsi Kedalaman Sumur Pengeboran Berbasis Mikrokontroller
H8/3069F. (FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta).

Dedeng Herlan, Studi Pengaruh Pengaman Galvanometer Terhadap Keakuratan


Hasil Pengukuran Resistor Pada Jembatan Wheatstone Sederhana. (Teknik
Elektro Universitas Muhammadiyah Jakarta 2014).

Mas Nurul Achmadiyah. 2018. Aplikasi Rangkaian Op-amp. Elektro Analog 2.


Malang.

51

Anda mungkin juga menyukai