Oleh :
RANTO SUWANDI
NIM : 015 12 068
i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
RANTO SUWANDI
NIM : 01512068
Semarang,... /.... /.....
Pembimbing I Pembimbing II
NIK 21 12201331
Direktur
ATEM SEMARANG
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TIM PENGUJI
Dibuat di : Semarang
iii
PERNYATAAN ORISINILITAS TUGAS AKHIR
Menyatakan bahwa tugas akhir/Karya Ilmiah ini adalah bukan hasil karya
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
saya sebutkan sumbernya.
Semarang, .../..../....
Yang Menyatakan
Ranto Suwandi
15 12 068
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dibuat di :
Semarang
Pada tanggal : ..../..../....
Yang menyatakan
Ranto Suwandi
015.12.068
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
1. Ketika kamu memutuskan untuk berhenti mencoba, saat itu juga kamu
memutuskan untuk gagal.
3. Aku tidak peduli akan jadi apa aku dimasa depan. Apakah aku akan
berhasil ataupun gagal. Tapi yang pasti..!!! apa yang aku lakukan
sekarang!!! Akan membentukku dimasa depan.
Persembahan
1. Ibu dan Bapak sebagai rasa hormat dan bhaktiku serta rasa cinta dan kasih
sayang penulis terhadap beliau.
2. Saudara – saudari ku ATEM Semarang yang telah memberikan semangat
kepada penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
3. Anak apartemen 113 B terima kasih atas support dan kerja samanya
selama ini dalam suka maupun duka.
4. JSH :* inges terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis
dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
5. Kepada dosen dan staf Akademi Teknik Elektro Medik Semarang.
vi
ABSTRAK
Fototerapi adalah alat terapi sinar pada bayi kuning yang digunakan untuk
menurunkan kadar bilirubin pada bayi, dengan cara memecah hiperbilirubin ke
dalam bentuk lumirubin yang akan dikeluarkan melalui urin, dengan
memanfaatkan sinar biru dengan panjang gelombang 425 - 475 nm serta kuat
cahaya 12 µW/nm/cm2 dengan menggunakan lampu blue light. Dari standar
prosedur fototerapi pada umumnya, biasanya sebelum melakukan proses terapi
sinar, terlebih dahulu dilakukan sebuah proses pengukuran pada lampu blue light
guna untuk mengetahui kuat cahaya yang dihasilkan pada lampu, untuk mengatasi
hal tersebut. Penulis berupaya untuk membuat alat yang dapat mengukur kuat
cahaya yang dihasilkan oleh lampu blue light. Pengukur kuat cahaya dengan
panjang gelombang 425 – 475 nm pada pengobatan bayi hiperbilirubin yang
dibuat dengan memanfaatkan IC mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengelolan
data dari UV sensor ML 8511 agar dapat mengetahui kuat cahaya yang dihasilkan
lampu fototerapi, lalu ditampilkan ke LCD 16 x 2.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan baik. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan sampai kepada alam yang berilmu
pengetahuan seperti pada saat sekarang ini.
Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul ” Rancang Bangun Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada Lampu
Fototerapi Dengan Menggunakan Sensor ML 8511 “.
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah disusun sebagai salat satu syarat tugas akhir
program Diploma III Akademi Teknik Elektro Medik Semarang.
viii
8. Teman – teman angkatan 15 ATEM Semarang, selalu kompak, kapanpun
dan dimanapun dan saling menjaga silaturrahim
9. Alumnis ATEM Semarang yang selalu member bimbingan.
10. Teman – teman seapartemen elit 99 , aceng, Parrlente, widi, topik, riza,
wisnu, eca, dedek semoga menjadi orang yang berguna di masyarakat, dan
semoga tidak jones lagi, saling menyayanyi.
11. Team meteseh gurih – gurih nyoii!!! yang telah banyak membantu dalam
pembuatan alat ini.
Akhir kata, semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kemajuan Teknik Elektro Medik Semarang dan menjadi referensi bagi rekan-
rekan sekalian.
Ranto Suwandi
015 12 068
ix
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................5
2. LANDASAN TEORI........................................................................................5
2.1. Icterus......................................................................................................5
2.2. Hiperbilirubinemia..................................................................................7
x
2.4. Etiologi..................................................................................................10
2.7. Ultraviolet..............................................................................................17
BAB III...............................................................................................................................32
3. ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM.....................................................................32
3.1. Jenis Penelitian......................................................................................32
3.2. Bahan.....................................................................................................32
3.3. Peralatan................................................................................................33
xi
3.5. Waktu Dan Tempat................................................................................35
4.3. Pembahasan...........................................................................................54
BAB V...............................................................................................................................56
PENUTUP..........................................................................................................................56
5.1 Kesimpulan............................................................................................56
5.2 Saran......................................................................................................56
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Daerah Kulit Bayi Yang Berwarna Kuning Untuk Penerapan Rumus
Kramer........................................................................................................... 6
Gambar 2.2 Metabolisme Bilirubin.............................................................. 9
Gambar 2.3 Terapi Sinar Hiperbillirubin pada neonates............................... 12
Gambar 2.4 Fototerapi Unit .......................................................................... 14
Gambar 2.5 Spektrum cahaya biru ................................................................ 15
Gambar 2.6 Tabung Lampu ( TL ) 20W ....................................................... 16
Gambar 2.7 Spektrum Elektromagnetik ....................................................... 19
Gambar 2.8 Sensor UV ML 8511 ................................................................. 19
Gambar 2.9 Tingkat Tegangan Output Pada Sensor ..................................... 20
Gambar 2.10 Blok Diagram ATMega 8535.................................................. 24
Gambar 2.11 konfigurasi Pin pada ATmega 8535 ........................................ 25
Gambar 2.12 Memory Pada ATmega 8535 ................................................... 26
Gambar 2.13 Memory Data SRAM pada ATmega 8535................................ 27
Gambar 2.14 Liquid Crystal Display ( LCD ) 2 x 16.................................... 28
Gambar 2.15.Kaki IC Voltage Regulator....................................................... 31
Gambar 3.1 Gambar Blok Diagram Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada Lampu
Fototerapi ...................................................................................................... 37
Gambar 3.2 Rangkaian Keseluruhan Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada
Lampu Fototerapi .......................................................................................... 39
Gambar 3.3 Perencanaan Rangkaian Push Button ........................................ 40
Gambar 3.4 Perencanaan Rangkaian display ................................................ 40
Gambar 3.5 Rangkaian Sensor UV ML 8511................................................ 41
Gambar 3.6 Perencanaan Casing Pada Sensor ............................................. 42
Gambar 3.7 Perencanaan Casing Pada Box Utama ...................................... 43
Gambar 3.8 Gambaran Alat Dan Keterangan ............................................... 44
xiii
Gambar 3.9 Diagram Alir Pada Alat ............................................................. 45
Gambar 4.1 Grafik Kuat cahaya (µW/cm2/nm )............................................. 50
xiv
DAFTAR TABEL
xv
BAB I
1 PENDAHULUAN
Kulit atau mata bayi yang terlihat kuning merupakan keluhan atau gejala
yang sering di jumpai. Dalam kamus kedokteran gejala demikian disebut jaundice
atau icterus. Istilah jaundice ( berasal dari bahasa Perancis juane, yang berarti “
kuning “ ) atau icterus ( dari bahasa Yunani icterus ) menunjukkan pewarnaan
kuning pada kulit, sclera atau membrane mukosa sebagai akibat penumpukan
bilirubin yang berlebihan pada jaringan atau darah. Keadaan ini merupakan tanda
penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit
darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka icterus akan terlihat.
Namun pada neonatus icterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin
darah sudah melampaui 5mg%. Icterus terjadi dikarenakan peninggian kadar
bilirubin indireck ( unconjugated ) dan atau kadar bilirubin direck ( conjugated ).
Bilirubin adalah zat yang berwarna orange yang berat molekulnya 584.
Asal mula bilirubin dibuat dari heme yang merupakan gabungan protoporfirin
dengan zat besi. 80% heme berasal dari hasil perombakan sel darah merah,
sedangkan sisanya berasal dari heme non – eritsorosit. Kejadian yang sering
ditemukan yaitu berupa penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan atau sering dikatakan dalam keadaan hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan di mana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
icterus bila tidak ditangani dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Konjungsi bilirubin yang berlebihan dapat menyebabkan
terhalangnya pembuluh biliary ( bagian dari system hepar yang terdiri pembuluh
empedu ) pada hati dan lama – kelamaan dapat mengeras, sehingga dapat
menyebabkan fungsi kerja dari hati terhenti. Untuk menghindari terjadinya hal
1
2
tersebut maka perlu dilakukan terapi pada bayi kuning dengan menggunakan
fototerapi.
Disini penulis mencoba mengembangkan alat yang sudah ada dengan alat
pengukur kuat cahaya ( Radiant Power ) yang dihasilkan dari lampu fototerapi
neonatal. Alat ini mengukur kuat cahaya dari panjang gelombang 425 – 475 nm
dengan spectrum warna biru – hijau yang dihasilkan oleh lampu fototerapi
neonatal guna untuk tindakan utama pada pengobatan bayi bilirubin. Adapun hasil
pengukuran yang diperoleh menggunakan alat tersebut, maka akan diketahui
hasilnya bahwa lampu fototerapi yang digunakan dalam pengobatan masih layak (
sesuai prosedur ) atau tingkat keefektifan pada lampu fototerapi itu sendiri telah
berkurang dikarenakan masa penggunaan lampu tersebut hampi mendekati
maksimal umur pemakaian.
Oleh karena itu untuk memastikan kuat cahaya pada sebuah lampu
fototerapi sesuai dengan prosedur, maka di lakukanlah suatu tindakan dengan
proses pengukuran pada lampu fototerapi upaya ini dilakukan agar dapat
mengetahui kondisi kuat cahaya pada lampu fototerapi tersebut, sehingga
berdasarkan hasil pengukuran, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
lampu fototerapi telah sesuai dengan standar yang berlaku dan dapat diterapkan
untuk pengobatan pada bayi dengan penyakit hiperbilirubin. Dan apabila kuat
cahaya pada lampu fototerapi tersebut tidak melalui sebuah proses pengukuran
dan tidak sesuai prosedur maka sangat mempengaruhi proses pengobatan bayi
3
2 LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini penulis akan menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang
digunakan sebagai penunjang dan pembanding dalam perencanaan maupun
pelaksanaan pembuatan alat ini.
3 Icterus
(akib, 2007)Kulit atau mata anak yang terlihat kuning merupakan keluhan
atau gejala yang sering di jumpai. Dalam kamus kedokteran gejala demikian
disebut jaundice atau ikterus. Istilah jaundice ( berasal dari bahasa Perancis juane,
yang berarti “ kuning “ ) atau ikterus ( dari bahasa Yunani ikterus ) menunjukkan
pewarnaan kuning pada kulit, sclera atau membrane mukosa sebagai akibat
penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan atau darah. Keadaan ini
merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu
dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan
terlihat. Namun pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar
bilirubin darah sudah melampaui 5 mg %. Berdasarkan golongannya ikterus dapat
digolongkan menjadi 2 sebagai berikut : 1) Ikterus Fisiologi ; 2) Ikterus Patologi.
Icterus fisiologi adalah icterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,
tidak mempunyai dasar patologi sehingga tidak berpotensi menjadi kern icterus,
icterus fisiologi ini memiliki tanda – tanda sebagai berikut :
5
6
Menurut Kramer, icterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, kramer membagi tubuh bayi baru lahir dalam 5 bagian yang
dimulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai
tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan
termasuk telapak kaki dan telapak tangan. Berikut adalah hubungan kadar
bilirubin dengan icterus dapat dilihat pada gambar 2.1 dan tabel 2.1 :
Gambar 2.1 Daerah Kulit Bayi Yang Berwarna Kuning Untuk Penerapan
Rumus Kramer
Sumber (http://tutiariees.blogspot.com/2012/02/neonatus.html)
4 Hiperbilirubinemia
(surasmi, 2003)Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat
menimbulkan efek patologi. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan
efek patologi pada setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga diartikan sebagai ikterus
dengan konsentrasi bilirubin, yang serumnya mungkin menjurus ke arah
terjadinya kernicterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Icterus yang
kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia
ialah :
5. Icterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
8
5 Metabolisme Bilirubin.
(Surasmi, 2003)Meningkatnya sebuah kadar bilirubin dapat disebabkan
tingkat produksi yang berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari destruksi
eritrosit yang menua. Pada nenonatus 75 % bilirubin berasal dari sebuah
mekanisme. Satu gram hemoglobin mampu menghasilkan 35 mg bilirubin
indireck ( free bilirubin ) dan dari bentuk inilah yang dapat masuk ke sel jaringan
otak dan dapat meyebabkan kern icterus. Sumber lain kemungkinan dari sumsum
tulang dan hepar, yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen non - eritrosit
dan komponen eritrosit yang terbentuk dari eritropoiesis yang tidak sempurna.
Di dalam sebuah sel bilirubin akan terikat dan bersenyawa dengan ligandin
( protein T ), protein Z dan glutation S - tranferase membawa bilirubin ke
retikulum endoplasma hati. Di dalam sel hepar berkat adanya sebuah enzim
glukorinil transferase, terjadi sebuah proses konjugasi bilirubin yang
9
menghasilkan bilirubin direck, yaitu bilirubin yang larut dalam air dan pada kadar
tertentu dapat diekskresi melalui ginjal.
Sumber (http://medicalsnote.blogspot.com/2012/07/ikterus-
neonatorum.html)
yang fisiologis. Pada liquor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada
kehamilan 12 minggu, kemudian akan menghilang pada kehamilan 36 - 37
minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin amnion dapat dipakai
untuk memperkirakan beratnya hemolisis. Peningkatan bilirubin amnion juga
terdapat pada obstruksi di usus janin. Bagaimana bilirubin sampai juga ke cairan
amnion belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi, sebuah kemungkinan besar
melalui mukosa saluran pernafasan dan saluran cerna bayi. Produksi bilirubin
pada janin neonatus diduga sama besarnya, tetapi kesanggupan hepar mengambil
bilirubin dari sirkulasi sangatlah terbatas. Demikian pula kesanggupan untuk
mengonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk
bilirubin indireck dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh
hepar ibunya.
6 Etiologi
(hasan, 1985)Penyebab terjadinya ikterus pada bayi baru lahir, dapat
terjadi sendiri atau pun disebabkan oleh beberapa faktor.
Sumber (http://buletinkesehatan.com/hiperbilirubin-pada-
neonatus/)
Untuk hal ini sebaiknya dihindarkan usaha melakukan terapi sinar pada
penderita icterus hemolisis yang jelas memerlukan transfusi tukar sebagai
tindakan yang lebih efektif atau penggunaaan yang tidak pada tempatnya sehingga
memperpanjang perawatan di rumah sakit yang tidak perlu bagi para penderita.
Pada keadaan tertentu seperti adanya asidosis, hipoksia, prematuritas,
hipoalbuminemia dan lain-lain, kadang – kadang diperlukan pertimbangan secara
individual untuk menentukan dimulai atau dihentikannya tindakan terapi sinar
untuk mencegah atau pun dimulainya tindakan yang lebih efektif pada penderita
tersebut.
10 Fototerapi
Sumber (http://tauriquers.blogspot.com/2012/07/phototherapy-unit.html)
(Hasan, 1985)Pada awal tahun 1950, perawat Jean Ward dari rumah sakit
umum Rochford di Essex, Inggris telah mengakui bahwa bayi kuning yang
terkena paparan sinar matahari, tingkat ke kuningan pada kulit menjadi berkurang.
Dari pengamatan tersebut menyebabkan para penduduk pediatric, RJ Cramer
15
berupaya melakukan suatu percobaan. Awal mula percobaan ialah dengan cara
mengekspos bayi dibawah sinar matahari dengan kondisi tanpa busana dan posisi
bayi tersebut dibolak – balik dalam kurung waktu 15 – 20 menit. Dan dari hasil
percobaan tersebut telah diketahui hasilnya bahwa bayi yang diberi ( eksposes )
sinar matahari dalam waktu tertentu dapat mengurangi tingkat kadar bilirubin, hal
ini semakin membuat cramer dan timnya berinisiatif merancang alat terapi
bilirubin atau lebih dikenal fototerapi dengan memanfaatkan tabung neon biru
( blue light ) dan lampu ini memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 425
nm – 480 nm dan pemberian terapi sesuai dengan tingkat kadar bilirubin. Gambar
spekrum cahaya dapat dilihat pada gambar 2.5.
Sumber (http://www.completefamilyvisioncare.net/blue-violet-light-
damaging-eyes)
pengobatan bilirubin termasuk olympiade bili lite, billi soft dan lain – lain dan
setiap sumber memiliki spesifik pruduk tersendiri.
Sumber (http://www.alibaba.com/product-detail/TL-20W-52-UVB-Medical-
Therapy_745620925/showimage.html)
13 Ultraviolet
(Nurul Atikah Binti, 2013)Ultraviolet (sering disingkat UV, dari bahasa
inggris: ultraviolet) adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan sinar tampak, namun lebih
17
panjang dari sinar-X yang kecil. Radiasi UV dapat dibagi menjadi hampir UV
(panjang gelombang: 380-200 nm) dan UV vakum (200-10 nm).
Istilah ultraviolet berarti melebihi ungu (dari bahasa latin ultra, melebihi),
sedangkan kata ungu merupakan warna panjang gelombang paling pendek dari
cahaya dari sinar tampak. Beberapa hewan, termasuk burung, reptil, dan serangga
seperti lebah dapat melihat hingga mencapai hampir UV. Banyak buah-buahan,
bunga dan benih terlihat lebih jelas di latar belakang dalam panjang gelombang
UV dibandingkan dengan penglihatan warna manusia
Sebagai salah satu meningkat, yang lain harus menurun. Sinar gamma,
misalnya, memiliki panjang gelombang yang sangat kecil dan frekuensi yang
sangat besar. Gelombang radio, sebaliknya, memiliki panjang gelombang yang
besar dan frekuensi sangat kecil.
Sumber (http://herlindaatika.blogspot.com/)
http://kliksma.com/2015/03/pengertian-gelombang-spektrumelektromagnetik.html
16 Sensor Ultraviolet
Dalam pembuatan alat ini penulis memanfaatkan sensor UV dengan jenis
ML8511, sensor ini sangat baik saat mendapatkan intensitas UV didalam maupun
diluar. Prinsip kerja dari sensor ini yaitu ketika photodiode yang ada dalam sensor
mendateksi intensitas UV lalu diubah dari cahaya ( foto ) menjadi tegangan lalu
amplifier internal yang telah tersedia dalam sensor menguatkan tegangan sesuai
dengan intensitas yang dideteksi. Dapat dilihat pada gambar 2.8.
Tegangan supply dan EN salah satu keadaan sinyal dimana saat yang tepat
mengambil keputusan sesuai dengan prosedur yang berlaku :
1. EN mendapatkan logika High “1” atau Low “0” pada saat yang
bersamaan ketika Vdd telah diterapkan.
2. EN memperoleh logika High “1” atau Low “0” ketika Vdd
diterapkan.
Output harus dibaca setelah tingkat tegangan output menjadi stabil.
Adapun waktu maksimum yang diperlukan sampai tegangan output menjadi stabil
mencapai yaitu 1 ms setelah EN berlogika High “1”.
(http://pdf1.alldatasheet.com/datasheetpdf/Uv.SensorML8511.html)
17 Mikrokontroler AT8535
(Heri, 2013)Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap
dalam satu serpih (chip). Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor
karena sudah terdapat atau berisikan ROM (Read-Only-Memory), RAM (Read-
Write-Memory), beberapa Port masukan maupun keluaran, dan beberapa
21
Sumber (http://adiandrean71.blogspot.com/2012/10/mengenal-konfigurasi-
atmega-8535.html)\
Konfigurasi pin ATMega 8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual In-Line
Package) dapat dilihat pada Gambar 2.11. Dari gambar di atas dapat dijelaskan
fungsi dari masing-masing pin ATMega 8535 sebagai berikut :
3. Port A (PA0...7) meruapakan pin input.output dua arah dan pin masukan
ADC.
4. Port B (PB0...7) merupakan pin input/ouput dua arah dan pin dengan
fungsi khusus seperti SPI, MISO, MOSI, SS, AIN1/OC0, AIN0/INT2, T1,
T0 T1/XCK
27
5. Port C (PC0...7) merupakan pin input/output dua arah dan pin dengan
fungsi khusus, seperti TOSC2, TOSC1, TDI,TD0, TMS, TCK, SDA, SCL.
6. Port D (PD0...7) merupakan pin input/output dua arah dan pin dengan
fungsi khusus, seperti RXD, TXD, INT0, INT1, OC1B, OC1A, ICP1
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC
21 Memory Program
Arsitektur ATMega8535 mempunyai dua memori utama, yaitu memori
data dan memori program. Selain itu, ATMega8535 memiliki memori EEPROM
untuk menyimpan data. ATMega8535 memiliki 4K byte On-chip In System
Reprogrammble Flash Memory untuk menyimpan program. Instruksi
ATMega8535 semuanya memiliki format 16 atau 32 bit, maka memori flash diatur
dalam 4K x 16 bit. Memori flash dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian
program kecil yang bekerja pada saat sistem dimulai yang dapat memasukkan
seluruh program aplikasi ke dalam memori prosesor dapat dilihat pada gambar
2.12.
23 Memory EEPROM
ATMega8535 terdiri 512 byte memori data EEPROM 8 bit, data dapat
ditulis/ dibaca dari memori ini, ketika catu daya dimatikan, data terakhir yang
ditulis pada memori EEPROM masih tersimpan pada memori ini, atau dengan
29
kata lain memori EEPROM bersifat non volatile. Alamat EEPROM mulai dari
$000 sampai $1FF.
Sumber (http://www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-
display-lcd-16-x-2.html)
LCD yang umum ada yang panjangnya hingga 40 karakter (2x40 dan
4x40), dimana kita menggunakan DDRAM untuk mengatur tempat penyimpanan
karakter tersebut. Alamat awal karakter 00H dan alamat akhir 39H. Jadi, alamat
awal di baris kedua dimulai dari 40H. Jika ingin meletakkan suatu karakter pada
baris ke-2 kolom pertama, maka harus diset pada alamat 40H.
Jadi meskipun LCD yang digunakan 2x16 atau 2x24, atau bahkan 2x40,
maka penulisan programnya sama saja. CGRAM merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter, dimana bentuk dari karakter dapat diubah-
ubah sesuai dengan keinginan. Namun, memori akan hilang saat power supply
tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.
30
Perbedaannya dengan LCD standar adalah pada kaki 1 VCC, dan kaki 2
Gnd. Ini kebalikan dengan LCD standar. Bagian ini hanya terdiri dari sebuah LCD
dot matriks 2x16 karakter yang berfungsi sebagai tampilan hasil pengukuran dan
tampilan dari beberapa keterangan. LCD dihubungkan langsung ke Port 0 dari
mikrokontroler yang berfungsi mengirimkan data hasil pengolahan untuk
ditampilkan dalam bentuk alphabet dan numerik pada LCD.
1 VCC +5V
2 GND 0V
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW. Jalur EN
dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa anda
sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka
melalui program EN harus dibuat logik low “0” dan set ( high ) pada dua jalur
kontrol yang lain RS dan RW. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/Write. Ketika
RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar
LCD.
Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu
untuk sejumlah waktu tertentu ( sesuai dengan waktu yang ada pada data sheet
LCD tersebut ) dan berikutnya set EN ke logika low “0”lagi. Jalur RS adalah jalur
register select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan diaggap sebagai sebuah
perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen, posisi kursor dll ). Ketika RS
berlogika High “1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan
display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilakan huruf “A” pada layar LCD
,aka RS harus diset logika “1”. Jalur RW adalah jalur control Read/Write.
Ketika RW berlogika low “0”, maka informasi pada data bus akan
menuliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high “1”, maka program akan
melakukan pembacaan memori pada LCD tersebut. Sedangkan aplikasi umum pin
RW selalu diberi logika low “0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalus
( sesuai dengan mode yang dipilih pada user ). Pada kasus mengenai data bus 8
bit, jalur diacukan sebagai DB 0 -
atau pun Mikro Prosesor. Dalam hal ini penulis memanfaatkan IC voltage
regulator dengan menggunakan seri 7805 dari output power supply, dimaksudkan
agar output dari power supply +5 Volt DC.
Sumber (http://www.engineersgarage.com/electronic-components/7805-voltage-
regulator-ic)
33
BAB III
Dalam pembuatan bab III ini penulis akan menjelaskan bagimana tahapan
perencanaan pembuatan alat ukur kuat cahaya pada lampu fototerapi, perencanaan
secara blok diagram, dan rangkaian secara keseluruhan. Dalam hal ini penulis
membagi rangkaian menjadi beberapa blok diagram yang memiliki fungsi
berbeda.
27 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini
adalah penelitian terapan. Penelitian terapan adalah penelitian yang menggunakan
practical reasoning untuk menjawab suatu masalah yang timbul pada suatu
ketika, agar dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik ( Pedoman Atem
Semarang ). Penelitian ini digunakan untuk pembuatan alat pengukur kuat cahaya
pada lampu fototerapi.
28 Bahan
Perencanaan komponen / bahan yang perlu disiapkan pada table 3.1 dan
3.2 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Komponen Power Supply.
No Komponen Jenis Jumlah
1. Trafo Non CT 500 mA 1 buah
2. Dioda Bridge 1A 1 buah
22 Pf 2 buah
5 IC ATMEGA 1 buah
8235
7 Resistor 330Ω
9 Soket IC ATmega
40 PIN
30 Prosedur Penelitian
Dalam pembuatan alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi
diperlukan perencanaan dan proses yang teliti agar dihasilkan suatu alat yang
35
dapat berkerja dengan baik dan secara optimal. Adapun langkah – langkah dalam
pembuatan alat tersebut adalah sebagai berikut :
33 Penelitian Dokumentasi
Penelitian dokumentasi yang dimaksud adalah studi literatur untuk
mencari sumber – sumber yang dapat dijadikan landasan teori guna memperkuat
analisis data dalam pembuatan tugas akhir. Literatur yang digunakan adalah
berupa dokumen yang membahas mengenai prinsip dasar elektronika yang
berhubungan dengan objek penelitian penulis.
34 Penelitian Lapangan
Adapun penelitian lapangan adalah untuk mendapatkan data – data
pengukuran variable secara langsung dari objek penelitian. Yaitu dengan
menentukan titik pengukuran setelah melakukan pengecekan terhadap alat apakah
sudah bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Titik pengukuran dilakukan
agar tidak terjadi kerancuan dalam analisa data. Selain itu titik pengukuran ini
juga digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori dan praktek.
Berdasarkan metode pelaksanaan penelitian, penulis merencanakan titik – titik
pengukuran sebagai berikut :
1. Titik Pengukuran ( TP 1 )
Untuk mengetahui out putan skunder dari trafo sebesar 7,5 V AC.
2. Titik Pengukuran ( TP 2 )
Untuk mengetahui outputan dari IC Regulator 7805.
3. Titik Pengukuran ( TP 3 )
Untuk mengetahui Vin pada sensor ML 8511.
4. Titik Pengukuran ( TP 4 )
Untuk mengetahui intensity (µW/cm2/nm) pada lampu fototerapi.
5. Titik Pengukuran ( TP 5 )
Untuk mengukur output voltage pada sensor ML 8511.
blok diagram pengukur kaut cahaya pada lampu fototerapi ditunjukkan pada
gambar 3.1:
Gambar 3.1 Gambar Blok Diagram Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya
Pada Lampu Fototerapi.
Keterangan :
Setelah saklat pada alat di posisi ON kan maka alat ini akan menyala,
kemudian yang akan dilakukan menekan tombol read ( merah ) dan sensor UV
ML8511 akan membaca kuat cahaya pada lampu fototerapi. Setelah itu sensor
akan memberikan atau mengeluarkan logika berupa 1 ( High ) atau logika 0 ( Low
), sedangkan tombol reset ( hijau ) untuk mereset, ketika data telah diketahui maka
akan di kirim kepada IC Mikrokontroler, IC Mikrokontroler akan langsung
mengelolah hasil data yang diterima dari sensor yang akan di inputkan ke
tampilan LCD
PORTB.0
PORTB.1
Pada rangkaian push button pada gambar 3.2 tombol PORT B.0 sebagai
pembaca ( READ ) pada UV Sensor ML8511, sedangkan untuk tombol PORT B.1
digunakan sebagai tombol reset setelah pembacaan.
LCD1
LM016L
VDD
VSS
VEE
RW
RS
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
PORTC.0
PORTC.1
PORTC.2
PORTC.3
PORTC.4
PORTC.5
PORTC.6
PORTC.7
50%
RV1
1k
Memanfaat kan LCD karakter ukuran 16 x 2 pada gambar 3.4 PORT C.0
sampai PORT C.7 di fungsikan untuk memberikan data – data tampilan kuat
cahaya yang dihasilkan oleh lampu fototerapi. Kemudian IC Mikrokontroler
mengolah data lalu dikirim ke LCD sehingga akan memunculkan karakter yang
sesuai dengan data yang telah dikelola dari IC mikrokontroller.
40
Pada rangkaian sensor ini menggunakan tipe ML8511 sebagai sensor UV,
ML8511 memberikan keluaran data intensitas UV ( µW/cm 2/nm ) yang diubah
menjadi tegangan lalu di kelolah oleh mikrokontroller.
5V
R1
10k
R2
10k 3.3 V
GND
VOUT LCD1
LM016L
EN
U1
1 40
PB0/T0/XCK PA0/ADC0
2 39
PB1/T1 PA1/ADC1
3 38
PB2/AIN0/INT2 PA2/ADC2
4 37
PB3/AIN1/OC0 PA3/ADC3
VDD
VSS
VEE
5 36
RW
RS
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
PB4/SS PA4/ADC4
E
6 35
PB5/MOSI PA5/ADC5
7 34
PB6/MISO PA6/ADC6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
8 33
PB7/SCK PA7/ADC7
14 22
PD0/RXD PC0/SCL
15 23
PD1/TXD PC1/SDA
16 24
PD2/INT0 PC2
17 25
PD3/INT1 PC3
18 26
C1 19
PD4/OC1B PC4
27
PD5/OC1A PC5
20 28
PD6/ICP1 PC6/TOSC1
21 29
PD7/OC2 PC7/TOSC2
1nF
X1 13
XTAL1 VCC 5V
CRYSTAL 12 32
C2 9
XTAL2 AREF
30
RESET AVCC
ATMEGA8535
1nF
5V RV1
R3 RES-VAR
10k
U2
7805
TR1 D1
1
VI VO
3 5V
C3 DIODE
GND
10nF
C? C4
220 V AC 470u 470u
2
TRAN-2P2S
Gambar 3.5 Rangkaian Keseluruhan Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada
Lampu Fototerapi
Keterangan 3.7.
1. Lebar box : 15 x 10 CM
2. Tinggi : 5 CM
44
void show_simbol()
float mapfloat(float x, float in_min, float in_max, float out_min, float out_max)
47
int x;
byte numberOfReadings = 8;
runningValue += read_adc(pinToRead);
runningValue /= numberOfReadings;
return(runningValue);
// Declaration function
int prog_utama()
{
48
Pada awal mula alat dinyalakan, ketika alat sudah menyala dengan baik,
maka masuk pada tahap selanjutnya, yaitu mendeteksi intensitas lampu fototerapi
dengan menggunakan sensor UV dengan cara menekan tombol read dan sensor
akan berkerja dan mengumpulkan data – data yang diterima dari intensitas UV
yang kemuadian dideteksi oleh sensor, setelah itu masuk pada tahap berikutnya
yaitu inialisai data, data yang di peloleh dari sensor akan di konvesikan dan
diproses lalu masuk ketahap berikutnya yaitu pengambilan data ( hasil akhir )
yang telah selesai diproses, maka dari hasil data – data tersebut lalu akan langsung
di tampilkan pada LCD.
Pada bab ini IV penulis akan menjelaskan mengenai hasil pendataan yang
telah penulis lakukan yaitu berupa pengujian dan pengukuran untuk menunjang
dan membandingkan hasil praktikum dengan teori agar memperoleh hasil yang
diharapkan. Hasil pengukuran ini disusun dalam bentuk tabel sesuai dengan
permasalahan yang dibahas. Pengukuran dilakukan dari tiap - tiap point
dikarenakan memiliki nilai yang dapat mempengaruhi kerja dari seluruh
rangkaian. Ketidak akuratan hasil pengukuran dipengaruhi oleh rangkaian yang
dirancang maupun alat penunjang yang digunakan.
38 Hasil Penelitian
Setelah selesai melakukan menetukan titik pengukuran, selanjutnya
penulis akan menjelaskan hasil pengukuran yaitu berupa tabel dan juga gambar.
Hasil pengukuran merupakan data tentang pengukuran dari masing - masing
bagian untuk mengetahui apakah hasil rangkaian sesuai dengan hasil perencanaan,
sedangkan analisa data berisi tentang pengukuran presentase kesalahan terhadap
semua data hasil pengujian dibandingkan dengan hasil perhitungan, antara lain
sebagai berikut :
1. Hasil pengikuran ( TP 1 )
Hasil pengukuran outputan skunder dari trafo.
2. Hasil Pengukuran ( TP 2 )
50
51
No. Nilai data dari alat Fototerapi Hasil Nilai Alat Pengukur Kuat Cahaya
Radiometer (nm). (µW/cm2/nm ) yang dibuat penulis.
39 Analisa Data
Setelah melakukan pengujian di beberapa titik pengukuran, selanjutnya
penulis akan menganalisa hasil data tersebut. Analisa rangkaian ini bertujuan
untuk membandingkan hasil teori dengan hasil ukur pada tiap-tiap titik
pengukuran, sehingga dapat mengetahui besarnya presentasi kesalahan. Adapun
dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
1. Analisa Data TP 1
Keluaran tegangan skunder pada trafo secara teori akan menghasilkan
tegangan sebesar 7,5 VAC.
% Kesalahan = 1,3 %
2. Analisa Data TP 2
Keluaran tegangan Power Supply dengan IC Regulator 7805, secara teori
akan menghasilkan tegangan sebesar 5 VDC.
53
% Kesalahan = 2 %
3. Analisa Data TP 3
Keluaran tegangan pada sensor UV ML8511, secara teori akan
menghasilkan sebesar 3,3 V DC.
% Kesalahan = 2 %
4. Analisa Data TP 4
Untuk pengukuran kuat cahaya pada lampu fototerapi, penulis
menampilkan sebuah grafik linieritas kenaikan kuat cahaya serta voltage
pada sensor. Berikut gambar grafik dapat dilihat pada gambar 4.1 :
5. Analisa Data TP 5
Berdasarkan hasil uji perbandingan alat, maka penulis membuat beberapa
perhitungan persentase kesalahan antara lain sebagai berikut :
54
1. Pengujian Pertama
= 10,2 %
2. Pengujian Kedua
= 22 %
3. Pengujian Ketiga
= 14 %
4. Pengujian Keempat
= 3,5 %
5. Pengujian Kelima
55
= 6,3 %
Jadi, total persentase kesalahan dari alat ini yaitu :
= 11,2 %
40 Pembahasan
Setelah melakukan pengujian pada titik pengukuran, maka selanjutnya
penulis akan membahas hasil data pengukuran yang telah diperoleh. Pembahasan
hasil pengukuran yang telah ada bertujuan untuk membandingkan hasil teori yang
1. Hasil keluaran tegangan skunder pada trafo secara teori adalah 7,5
VAC. Dan dari hasil keluaran tegangan skunder pada trafo yang telah
diukur adalah 7,6 VAC. Jadi analisa data hasil pengukuran pada TP 1
2. Hasil keluaran power supply 5 Volt DC yang terukur adalah 4,97 Volt
DC. Nilai ini masih dalam batas range nilai output datasheet 7805
yang mana dari output ic 7805 mempunyai range sekitar 4,85 Volt
Volt DC. Nilai ini masih dalam batas range nilai output datasheet
sekitar -0,3 Volt sampai 3,3 VDC. Analisa data pengukuran pada TP
4. Berdasarkan dari hasil data yang diperoleh dari pengujian alat yang
PENUTUP
40.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perencanaan, pengamatan, pendataan sampai dengan
berikut :
1. Dari hasil perencanaan alat yang telah dibuat oleh penulis, alat
11,2%, sehingga pada alat yang telah dibuat penulis kurang layak
40.2 Saran
hingga pembuatan alat, penulis mendapatkan beberapa kelemahan pada alat ini.
57
58
1. Alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi yang telah dibuat