Anda di halaman 1dari 73

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KUAT CAHAYA

PADA LAMPU FOTOTERAPI DENGAN MENGGUNAKAN


SENSOR ML 8511
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma Tiga (D-III) Teknik Elektro Medik
Pada Akademi Teknik Elektro Medik Semarang

Oleh :

RANTO SUWANDI
NIM : 015 12 068

AKADEMI TEKNIK ELEKTRO MEDIK SEMARANG


TAHUN AJARAN 2015

i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KUAT CAHAYA


PADA LAMPU FOTOTERAPI DENGAN MENGGUNAKAN
SENSOR ML 8511
Oleh :

RANTO SUWANDI
NIM : 01512068
Semarang,... /.... /.....

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sri Sukamta. ST.M.Si Anggiat Winner OS, S.ST

NIK 21 12201331

Direktur

ATEM SEMARANG

Respati Wulandari, M. Kes.


NIK. 0908201030

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KELULUSAN UJIAN TUGAS AKHIR

Pada hari ………. tanggal ................................. Telah dilaksanakan ujian Tugas


Akhir oleh Tim Penguji Akademi Teknik Elektro Medik Semarang, kepada
mahasiswa tersebut dibawah ini :

Nama : Ranto Suwandi


NIM : 015.12.068
Judul : Rancang Bangun Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada
Lampu Fototerapi Dengan Menggunakan Sensor
ML 8511

Telah dinyatakan berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan dinyatakan


LULUS sebagai bagian persyaratan yang diperlakukan untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Teknik Elektro Medik pada Akademi Teknik Elektro Medik
Semarang.

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Anggiat Winner OS, S.ST (...............................)

Penguji I : Ary Sulistyo U., SST, MT (...............................)

Penguji II : M. Sulkhan Arif, ST, MT (...............................)

Dibuat di : Semarang

Pada Tanggal : ...../..../....

iii
PERNYATAAN ORISINILITAS TUGAS AKHIR

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ranto Suwandi


Tempat, Tanggal Lahir : Kolaka, 04 April 1994
NIM : 015 12 068
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Alat Pengukur Kuat
Cahaya Pada Lampu Fototerapi Dengan
Menggunakan Sensor ML 8511.

Menyatakan bahwa tugas akhir/Karya Ilmiah ini adalah bukan hasil karya
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
saya sebutkan sumbernya.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi,


atau pemalsuan data maupun bentuk – bentuk kecurangan lainnya, saya bersedia
untuk menerima sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Semarang, .../..../....

Yang Menyatakan

Ranto Suwandi

15 12 068

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS


Sebagai Sivitas Akademi Teknik Elektro Medik Semarang “ATEM
SEMARANG”, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ranto Suwandi
Tempat, Tanggal Lahir : Kolaka, 04 April 1994
Institusi : Akademi Teknik Elektro Medik Semarang
Program Studi : Diploma Tiga (D-III) Teknik Elektro Medik
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Alat Pengukur Kuat
Cahaya Pada Lampu Fototerapi Dengan
Menggunakan Sensor ML 8511
Bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk
memberikan kepada Akademi Teknik Elektro Medik Semarang Hak bebas
Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas hasil karya
ilmiah saya beserta perangkatnya yang ada.
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Akademi Teknik Elektro
Medik Semarang menyimpan, mengalihmedia, memformatkan, mengolah dalam
bentuk pusat data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencatumkan nama saya sebagai pemilik hak cipta atas tugas akhir
ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Dibuat di :
Semarang
Pada tanggal : ..../..../....
Yang menyatakan

Ranto Suwandi
015.12.068

v
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

1. Ketika kamu memutuskan untuk berhenti mencoba, saat itu juga kamu
memutuskan untuk gagal.

2. Sesulit apapun masalah yang kau hadapi jangan pernah menyerah.


Ingatlah. Orang – orang hebat lahir dari kesulitan yang luar biasa.

3. Aku tidak peduli akan jadi apa aku dimasa depan. Apakah aku akan
berhasil ataupun gagal. Tapi yang pasti..!!! apa yang aku lakukan
sekarang!!! Akan membentukku dimasa depan.

Persembahan

1. Ibu dan Bapak sebagai rasa hormat dan bhaktiku serta rasa cinta dan kasih
sayang penulis terhadap beliau.
2. Saudara – saudari ku ATEM Semarang yang telah memberikan semangat
kepada penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
3. Anak apartemen 113 B terima kasih atas support dan kerja samanya
selama ini dalam suka maupun duka.
4. JSH :* inges terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis
dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
5. Kepada dosen dan staf Akademi Teknik Elektro Medik Semarang.

vi
ABSTRAK

Fototerapi adalah alat terapi sinar pada bayi kuning yang digunakan untuk
menurunkan kadar bilirubin pada bayi, dengan cara memecah hiperbilirubin ke
dalam bentuk lumirubin yang akan dikeluarkan melalui urin, dengan
memanfaatkan sinar biru dengan panjang gelombang 425 - 475 nm serta kuat
cahaya 12 µW/nm/cm2 dengan menggunakan lampu blue light. Dari standar
prosedur fototerapi pada umumnya, biasanya sebelum melakukan proses terapi
sinar, terlebih dahulu dilakukan sebuah proses pengukuran pada lampu blue light
guna untuk mengetahui kuat cahaya yang dihasilkan pada lampu, untuk mengatasi
hal tersebut. Penulis berupaya untuk membuat alat yang dapat mengukur kuat
cahaya yang dihasilkan oleh lampu blue light. Pengukur kuat cahaya dengan
panjang gelombang 425 – 475 nm pada pengobatan bayi hiperbilirubin yang
dibuat dengan memanfaatkan IC mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengelolan
data dari UV sensor ML 8511 agar dapat mengetahui kuat cahaya yang dihasilkan
lampu fototerapi, lalu ditampilkan ke LCD 16 x 2.

Kata kunci : Fototerapi, UV sensor ML 8511, Mikrokontroler ATmega 8535.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan baik. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan sampai kepada alam yang berilmu
pengetahuan seperti pada saat sekarang ini.

Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul ” Rancang Bangun Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada Lampu
Fototerapi Dengan Menggunakan Sensor ML 8511 “.

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah disusun sebagai salat satu syarat tugas akhir
program Diploma III Akademi Teknik Elektro Medik Semarang.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada


pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini adalah sebagai berikut :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya


2. Ibu dan bapak yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan untuk
kesuksesan penulis.
3. Keluarga besar dan orang - orang sekitar yang selalu memberikan segenap
perhatian baik secara moril, materil, maupun spiritual.
4. Ibu Respati Wulandari, M.Kes selaku Direktur Akademi Teknik Elektro
Medik Semarang.
5. Bapak DRS. Sri Sukamta, M.SI selaku pembimbing I Tugas Akhir ATEM
Semarang.
6. Bapak Anggiat Winner OS, S.ST selaku pembimbing II Tugas Akhir
ATEM Semarang
7. Seluruh dosen dan staff ATEM Semarang

viii
8. Teman – teman angkatan 15 ATEM Semarang, selalu kompak, kapanpun
dan dimanapun dan saling menjaga silaturrahim
9. Alumnis ATEM Semarang yang selalu member bimbingan.
10. Teman – teman seapartemen elit 99 , aceng, Parrlente, widi, topik, riza,
wisnu, eca, dedek semoga menjadi orang yang berguna di masyarakat, dan
semoga tidak jones lagi, saling menyayanyi.
11. Team meteseh gurih – gurih nyoii!!! yang telah banyak membantu dalam
pembuatan alat ini.
Akhir kata, semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kemajuan Teknik Elektro Medik Semarang dan menjadi referensi bagi rekan-
rekan sekalian.

Semarang, 12 Agustus 2015


Penyusun

Ranto Suwandi

015 12 068

ix
DAFTAR ISI

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KUAT CAHAYA PADA LAMPU


FOTOTERAPI DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ML 8511.......................i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR..........................................................ii
RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KUAT CAHAYA PADA LAMPU
FOTOTERAPI DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ML 8511......................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KELULUSAN UJIAN TUGAS AKHIR................................................................iii
PERNYATAAN ORISINILITAS TUGAS AKHIR................................................iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xv

BAB I.......................................................................................................................1
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3

1.3 Batasan Masalah......................................................................................3

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5
2. LANDASAN TEORI........................................................................................5
2.1. Icterus......................................................................................................5

2.2. Hiperbilirubinemia..................................................................................7

2.3. Metabolisme Bilirubin.............................................................................8

x
2.4. Etiologi..................................................................................................10

2.5. Terapi Sinar Pada Icterus Neonatal.......................................................11

2.5.1. Cara Kerja Terapi Sinar.............................................................12


2.5.2. Penggunaan Sinar Terapi..........................................................13
2.6. Fototerapi...............................................................................................14

2.6.1. Sumber Cahaya Pada Perangkat Fototerapi...........................................16

2.6.2. Lampu Tabung Blue Light.....................................................................16

2.7. Ultraviolet..............................................................................................17

2.7.1. Panjang Gelombang Dan Frekuensi......................................................17

2.7.2. Daerah Spektrum Elektromagnetik.......................................................18

2.8. Sensor Ultraviolet..................................................................................19

2.9. Mikrokontroler AT8535.........................................................................20

2.9.1. Struktur ATmega 8535...........................................................................21

2.9.2. Diskripsi Mikrokontroler ATmega 8535................................................22

2.9.3. Konfigurasi Pin ATmega 8535..............................................................24

2.9.4. Memory Program...................................................................................26

2.9.5. Memory Data ( SRAM )........................................................................27

2.9.6. Memory EEPROM.................................................................................27

2.10. Liquid Crystal Dispaly ( LCD ) 16 x 2..................................................28

2.11. IC Voltage Regulator 7805....................................................................30

BAB III...............................................................................................................................32
3. ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM.....................................................................32
3.1. Jenis Penelitian......................................................................................32

3.2. Bahan.....................................................................................................32

3.3. Peralatan................................................................................................33

3.4. Prosedur Penelitian................................................................................34

xi
3.5. Waktu Dan Tempat................................................................................35

3.6. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................35

3.6.1. Penelitian Dokumentasi....................................................................35


3.6.2. Penelitian Lapangan..........................................................................35
3.7. Analisis Dan Perencanaan Sistem.........................................................36

3.7.1. Prinsip kerja blok diagram.................................................................37


3.8 Perencanaan Rangkaian Kontrol ( Push Botton ).......................................38
3.9 Perencanaa Rangkaian Penampil (Display)...............................................38
4.0 Perencanaan Rangkaian Sensor UV ML8511............................................39
4.1 Perencanaan Rangkaian Keseluruhan Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada
Lampu Fototerapi.....................................................................................................39
4.2 Perencanaan Spesifikasi Alat.....................................................................40
4.3 Perencanaan Desain Cassing.................................................................41

4.5 Perencanaan Software............................................................................44

4.5.1 Perencanaan Display.........................................................................44


4.5.2 Perencanaan Sensor ML 8511...........................................................45
4.5.3 Perencanaan flow chart pada alat.....................................................47
4.5.2 Software Pendukung.........................................................................48
BAB IV...............................................................................................................................49
4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................49
4.1. Hasil Penelitian......................................................................................49

4.2. Analisa Data..........................................................................................51

4.3. Pembahasan...........................................................................................54

BAB V...............................................................................................................................56
PENUTUP..........................................................................................................................56
5.1 Kesimpulan............................................................................................56

5.2 Saran......................................................................................................56

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daerah Kulit Bayi Yang Berwarna Kuning Untuk Penerapan Rumus
Kramer........................................................................................................... 6
Gambar 2.2 Metabolisme Bilirubin.............................................................. 9
Gambar 2.3 Terapi Sinar Hiperbillirubin pada neonates............................... 12
Gambar 2.4 Fototerapi Unit .......................................................................... 14
Gambar 2.5 Spektrum cahaya biru ................................................................ 15
Gambar 2.6 Tabung Lampu ( TL ) 20W ....................................................... 16
Gambar 2.7 Spektrum Elektromagnetik ....................................................... 19
Gambar 2.8 Sensor UV ML 8511 ................................................................. 19
Gambar 2.9 Tingkat Tegangan Output Pada Sensor ..................................... 20
Gambar 2.10 Blok Diagram ATMega 8535.................................................. 24
Gambar 2.11 konfigurasi Pin pada ATmega 8535 ........................................ 25
Gambar 2.12 Memory Pada ATmega 8535 ................................................... 26
Gambar 2.13 Memory Data SRAM pada ATmega 8535................................ 27
Gambar 2.14 Liquid Crystal Display ( LCD ) 2 x 16.................................... 28
Gambar 2.15.Kaki IC Voltage Regulator....................................................... 31
Gambar 3.1 Gambar Blok Diagram Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada Lampu
Fototerapi ...................................................................................................... 37
Gambar 3.2 Rangkaian Keseluruhan Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada
Lampu Fototerapi .......................................................................................... 39
Gambar 3.3 Perencanaan Rangkaian Push Button ........................................ 40
Gambar 3.4 Perencanaan Rangkaian display ................................................ 40
Gambar 3.5 Rangkaian Sensor UV ML 8511................................................ 41
Gambar 3.6 Perencanaan Casing Pada Sensor ............................................. 42
Gambar 3.7 Perencanaan Casing Pada Box Utama ...................................... 43
Gambar 3.8 Gambaran Alat Dan Keterangan ............................................... 44

xiii
Gambar 3.9 Diagram Alir Pada Alat ............................................................. 45
Gambar 4.1 Grafik Kuat cahaya (µW/cm2/nm )............................................. 50

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Kadar Bilirubin Dengan Icterus ................................. 7

Tabel 2.1 Karakteristik Pin LCD 16 x 2........................................................ 29

Tabel 3.1. Komponen Power Supply.............................................................. 33

Tabel 3.2. komponen Mikrokontroler .......................................................... 34

Tabel 4.1 Hasil pengukuran TP1 .................................................................. 47

Tabel 4.2 Hasil pengukuran TP2 .................................................................. 48

Tabel 4.3 Hasil pengukuran TP3 .................................................................. 48

Tabel 4.4 Hasil uji perbandingan alat .......................................................... 48

xv
BAB I

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit atau mata bayi yang terlihat kuning merupakan keluhan atau gejala
yang sering di jumpai. Dalam kamus kedokteran gejala demikian disebut jaundice
atau icterus. Istilah jaundice ( berasal dari bahasa Perancis juane, yang berarti “
kuning “ ) atau icterus ( dari bahasa Yunani icterus ) menunjukkan pewarnaan
kuning pada kulit, sclera atau membrane mukosa sebagai akibat penumpukan
bilirubin yang berlebihan pada jaringan atau darah. Keadaan ini merupakan tanda
penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit
darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka icterus akan terlihat.
Namun pada neonatus icterus masih belum terlihat meskipun kadar bilirubin
darah sudah melampaui 5mg%. Icterus terjadi dikarenakan peninggian kadar
bilirubin indireck ( unconjugated ) dan atau kadar bilirubin direck ( conjugated ).

Bilirubin adalah zat yang berwarna orange yang berat molekulnya 584.
Asal mula bilirubin dibuat dari heme yang merupakan gabungan protoporfirin
dengan zat besi. 80% heme berasal dari hasil perombakan sel darah merah,
sedangkan sisanya berasal dari heme non – eritsorosit. Kejadian yang sering
ditemukan yaitu berupa penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan atau sering dikatakan dalam keadaan hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan di mana kadar bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
icterus bila tidak ditangani dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Konjungsi bilirubin yang berlebihan dapat menyebabkan
terhalangnya pembuluh biliary ( bagian dari system hepar yang terdiri pembuluh
empedu ) pada hati dan lama – kelamaan dapat mengeras, sehingga dapat
menyebabkan fungsi kerja dari hati terhenti. Untuk menghindari terjadinya hal

1
2

tersebut maka perlu dilakukan terapi pada bayi kuning dengan menggunakan
fototerapi.

Fototerapi merupakan suatu perangkat utama dalam proses terapi dengan


memanfaatkan sinar cahaya biru – hijau yang dapat dilihat guna untuk pengobatan
hiperbilirubinemia ( bilirubin ) pada bayi yang baru lahir. Keefektifan ditentukan
oleh intensitas sinar dan kuat cahaya ( radiant power ) adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi kedua hal tersebut yaitu antara lain jenis sinar, panjang
gelombang sinar, jarak sinar ke objek yang disinari ( pasien ), luas permukaan
tubuh yang terkena paparan sinar cahaya fototerapi serta media pemantulan sinar
tersebut.

Disini penulis mencoba mengembangkan alat yang sudah ada dengan alat
pengukur kuat cahaya ( Radiant Power ) yang dihasilkan dari lampu fototerapi
neonatal. Alat ini mengukur kuat cahaya dari panjang gelombang 425 – 475 nm
dengan spectrum warna biru – hijau yang dihasilkan oleh lampu fototerapi
neonatal guna untuk tindakan utama pada pengobatan bayi bilirubin. Adapun hasil
pengukuran yang diperoleh menggunakan alat tersebut, maka akan diketahui
hasilnya bahwa lampu fototerapi yang digunakan dalam pengobatan masih layak (
sesuai prosedur ) atau tingkat keefektifan pada lampu fototerapi itu sendiri telah
berkurang dikarenakan masa penggunaan lampu tersebut hampi mendekati
maksimal umur pemakaian.

Oleh karena itu untuk memastikan kuat cahaya pada sebuah lampu
fototerapi sesuai dengan prosedur, maka di lakukanlah suatu tindakan dengan
proses pengukuran pada lampu fototerapi upaya ini dilakukan agar dapat
mengetahui kondisi kuat cahaya pada lampu fototerapi tersebut, sehingga
berdasarkan hasil pengukuran, maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
lampu fototerapi telah sesuai dengan standar yang berlaku dan dapat diterapkan
untuk pengobatan pada bayi dengan penyakit hiperbilirubin. Dan apabila kuat
cahaya pada lampu fototerapi tersebut tidak melalui sebuah proses pengukuran
dan tidak sesuai prosedur maka sangat mempengaruhi proses pengobatan bayi
3

hiperbilirubin. Efek dari hal tersebut diantaranya dapat mengakibatkan


bertambahnya beban bilirubin pada organ hati sehingga terjadi penyumbatan pada
pembuluh biliary ( system hepar yang tediri dari pembuluh empedu ) pada hati dan
lama ke lamaan dapat mengeras dan juga dapat menghentikan fungsi kerja pada
hati dan lebih fatalnya lagi dapat mengakibatkan kematian pada bayi dikarenakan
kuat cahaya pada lampu fototerapi yang menjadi media utama dalam pengobatan
penyakit bilirubin tidak mampu mengurangi kadar bilirubin pada bayi.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan maka penulis membuat


sebuah karya tulis ilmiah dengan judul :

“ RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KUAT CAHAYA PADA


LAMPU FOTOTERAPI DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ML
8511 “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan diatas maka penulis membuat rumusan masalah,


yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengukur kuat cahaya dalam pada pengobatan
penyakit bayi hiperbilirubin.
2. Bagaimana membuat sebuah alat pengukur kuat cahaya pada lampu
fototerapi.
1.3 Batasan Masalah

Guna untuk menghindari terjadinya suatu kerancuan dan pelebaran


masalah dalam penyajian serta pembahasan karya tulis ilmiah ini, maka penulis
membatasi pembahasan yang hanya berkaitan dengan rangkaian pengukur kuat
cahaya pada lampu fototerapi yang penulis buat.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan pembuatan Tugas Akhir ini adalah:


1.4.1 Tujuan Umum
4

Merancang alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi


dengan panjang gelombang 425 – 475 nm dalam pengobatan bayi
hiperbilirubin.
1.4.2 Tujuan Khusus
Merancang, mengkonfigurasi, mengimplentasi alat pengukur kuat
cahaya pada lampu fototerapi menggunakan sensor ML 8511.
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi User


Dengan penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi user, untuk
pengguanaan sebuah alat pengukur kuat cahaya pada lampu
fototerapi, yang berbeda dengan alat pengukur kuat cahaya pada
lampu fototerapi pada umumnya.
1.5.2 Bagi Institusi
Dapat memanfaatkan sebagai literature penelitian, sehingga
mahasiswa dapat mengembangkan alat - alat elektromedik.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menerapkan
dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama proses
perkuliahan.
BAB II

2 LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini penulis akan menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang
digunakan sebagai penunjang dan pembanding dalam perencanaan maupun
pelaksanaan pembuatan alat ini.

3 Icterus
(akib, 2007)Kulit atau mata anak yang terlihat kuning merupakan keluhan
atau gejala yang sering di jumpai. Dalam kamus kedokteran gejala demikian
disebut jaundice atau ikterus. Istilah jaundice ( berasal dari bahasa Perancis juane,
yang berarti “ kuning “ ) atau ikterus ( dari bahasa Yunani ikterus ) menunjukkan
pewarnaan kuning pada kulit, sclera atau membrane mukosa sebagai akibat
penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan atau darah. Keadaan ini
merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu
dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan
terlihat. Namun pada neonatus ikterus masih belum terlihat meskipun kadar
bilirubin darah sudah melampaui 5 mg %. Berdasarkan golongannya ikterus dapat
digolongkan menjadi 2 sebagai berikut : 1) Ikterus Fisiologi ; 2) Ikterus Patologi.

Icterus fisiologi adalah icterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,
tidak mempunyai dasar patologi sehingga tidak berpotensi menjadi kern icterus,
icterus fisiologi ini memiliki tanda – tanda sebagai berikut :

a. Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.


b. Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari.
d. Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.
e. Icterus menghilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

5
6

Icterus Patologis adalah icterus yang mempunyai dasar patologis dengan


kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Icterus
patologis memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :

a. Icterus terjadi dalam 24 jam pertama


b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
c. Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d. Icterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

Menurut Kramer, icterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, kramer membagi tubuh bayi baru lahir dalam 5 bagian yang
dimulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai
tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki serta tangan
termasuk telapak kaki dan telapak tangan. Berikut adalah hubungan kadar
bilirubin dengan icterus dapat dilihat pada gambar 2.1 dan tabel 2.1 :

Gambar 2.1 Daerah Kulit Bayi Yang Berwarna Kuning Untuk Penerapan
Rumus Kramer

Sumber (http://tutiariees.blogspot.com/2012/02/neonatus.html)

Tabel 2.1 : Hubungan Kadar Bilirubin dengan Ikterus (Surasmi,


Astrining. At al, 2003 : Hal 59)
7

Daerah Kadar Bilirubin


(mg%)
Icterus Luas Ikterus
Aterm

1 Kepala sampai leher 5

2 Daerah 1, ditambah badan bagian atas 9

3 Daerah 1, 2, ditambah badan bagian 11


bawah dan tungkai

4 Daerah 1,2,3, ditambah lengan dan 12


kaki dibagian dengkul

5 Daerah 1,2,3,4 ditambah tangan dan 16


kaki

4 Hiperbilirubinemia
(surasmi, 2003)Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat
menimbulkan efek patologi. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan
efek patologi pada setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga diartikan sebagai ikterus
dengan konsentrasi bilirubin, yang serumnya mungkin menjurus ke arah
terjadinya kernicterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Icterus yang
kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia
ialah :

1. Icterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.

3. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus kurang bulan


dan 12.5 mg% pada neonatus cukup bulan.

4. Ikterus yang disertai proses hemolisis ( inkompatibilitas darah,


defisiensi enzim G6PD dan sepsis ).

5. Icterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
8

Kernicterus adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada


neonatus cukup bulan dengan ikterus berat ( bilirubin direck lebih dari 20 mg%)
dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsi ditemukan bercak bilirubin
pada otak. Kernicterus secara klinis berbentuk kelainan saraf spastis yang terjadi
secara kronik, disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, letargi,
kejang, tak mau mengisap, tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus, dan
sianosis, serta dapat juga diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan
retardasi mental di kemudian hari.

5 Metabolisme Bilirubin.
(Surasmi, 2003)Meningkatnya sebuah kadar bilirubin dapat disebabkan
tingkat produksi yang berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari destruksi
eritrosit yang menua. Pada nenonatus 75 % bilirubin berasal dari sebuah
mekanisme. Satu gram hemoglobin mampu menghasilkan 35 mg bilirubin
indireck ( free bilirubin ) dan dari bentuk inilah yang dapat masuk ke sel jaringan
otak dan dapat meyebabkan kern icterus. Sumber lain kemungkinan dari sumsum
tulang dan hepar, yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen non - eritrosit
dan komponen eritrosit yang terbentuk dari eritropoiesis yang tidak sempurna.

Awal mula pembentukkan bilirubin yaitu dengan proses oksidasi yang


menghasilkan sebuah biliverdin. Setelah mengalami reduksi biliverdin menjadi
sebuah bilirubin bebas, yaitu zat yang larut dalam lemak dan sulit larut dalam air.
Bilirubin ini mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melewati
membran biologik seperti plasenta dan sawar otak. Di dalam plasma bilirubin
bebas tersebut bersenyawa ( terikat ) dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam
hepar terjadi sebuah mekanisme ambilan sehingga bilirubin tersebut terikat oleh
reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepatosit.

Di dalam sebuah sel bilirubin akan terikat dan bersenyawa dengan ligandin
( protein T ), protein Z dan glutation S - tranferase membawa bilirubin ke
retikulum endoplasma hati. Di dalam sel hepar berkat adanya sebuah enzim
glukorinil transferase, terjadi sebuah proses konjugasi bilirubin yang
9

menghasilkan bilirubin direck, yaitu bilirubin yang larut dalam air dan pada kadar
tertentu dapat diekskresi melalui ginjal.

Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi diekskresi melalui duktus


hepatikus ke dalam saluran pencernaan. Selanjutnya menjadi urobilinogen dan
keluar bersama feses sebagai sterkobilin. Di dalam usus terjadi proses absorbsi
enterohepatik, yaitu sebagian kecil bilirubin direck dihidrolisis menjadi bilirubin
indireck dan direabsorbsi kembali oleh mukosa usus. Dapat dilihat pada gambar
2.2.

Gambar 2.2 Metabolisme Bilirubin

Sumber (http://medicalsnote.blogspot.com/2012/07/ikterus-
neonatorum.html)

Peningkatan kadar bilirubin pada hari pertama kehidupan, dapat terjadi


pada hampir sebagian besar neonatus. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya
kadar eritrosit neonatus dan umur eritrosit yang lebih pendek ( 30 – 90 ) hari, dan
dikarenakan fungsi hepar yang belum matang. Hal ini merupakan sebuah keadaan
10

yang fisiologis. Pada liquor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada
kehamilan 12 minggu, kemudian akan menghilang pada kehamilan 36 - 37
minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin amnion dapat dipakai
untuk memperkirakan beratnya hemolisis. Peningkatan bilirubin amnion juga
terdapat pada obstruksi di usus janin. Bagaimana bilirubin sampai juga ke cairan
amnion belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi, sebuah kemungkinan besar
melalui mukosa saluran pernafasan dan saluran cerna bayi. Produksi bilirubin
pada janin neonatus diduga sama besarnya, tetapi kesanggupan hepar mengambil
bilirubin dari sirkulasi sangatlah terbatas. Demikian pula kesanggupan untuk
mengonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk
bilirubin indireck dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh
hepar ibunya.

6 Etiologi
(hasan, 1985)Penyebab terjadinya ikterus pada bayi baru lahir, dapat
terjadi sendiri atau pun disebabkan oleh beberapa faktor.

berdasarkan garis besar etiologi icterus neonatorum dapat dibagi :

1. Produksi yang telah berlebihan


Hal seperti ini yang telah melampaui kemampuan dari bayi
untuk mengeluarkannya, misalnya antara lain pada hemilisi yang
meningkat pada inkompatibilitas pada darah Rh, ABO, golongan
darah lain, dan defisiensi enzim G – 6 – PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses ‘ uptake ‘ dan konjungasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukoronil transferase ( Sindrom Criggler – Najjar ).
Penyabab lain ialah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan
penting dalam “ uptek “ bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transpotasi
11

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian


kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dangan albumin ini
dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisat, sulfafurazole.
Definisi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirect yang bebas dalam mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar
atau diluar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh
kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi
atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

7 Terapi Sinar Pada Icterus Neonatal


(Hasan, 1985)pengaruh sinar terhadap icterus pertama – tama
diperhatikan dan dilapapoerkan oleh seorang perawat disalah satu rumah sakit di
inggris. Perawat ward melihat bahwa bayi yang mendapat sinar matahari
dibangsal ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibanding bayi lainnya.
Cramer ( 1958 ) yang mendapatkan laporan tersebut mulai melakukan
penyelidikan mengenai pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari
penelitian terbukti bahwa disamping sinar matahari, sinar lampu tertentu juga
mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin pada bayi premature
yang diselidikinya.

Penelitian Lucey ( 1968 ) yang memperlihatkan efektivitas terapi sinar


pada penderita yang disertai kelola, mendorong secara universal pengunggunaan
cara ini dalam menangani hiperbilirubinemia pada neonatus. Dibagian ilmu
kesehatan anak FKUI – RSCM Jakarta, Monintja dkk,. ( 1976 ) juga telah
membuktikan memanfaatkan terapi ini pada penderita icterus. Terapi sinar ini
tidak hanya bermanfaat bagi bayi kurang bulan tetapi juga efektif pada penderita
hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Penyelidikan kearah ini dilakukan oleh
Seligman dkk. ( 1969 ) yang terlah menyelidki efek terapi sinar terhadap 4
golongan bayi penderita hiperbilirubinemia dengan penyebab yang berlainan.
Demikian pula penelitian mengenai komplikasi pengobatan cara ini menunjukkan
efek samping yang minimal. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan efek jangka
12

panjang yang berhubungan dengan gangguan maturasi seksual apapun efek


karsinogenik terhadap kulit penderita yang mendapatkan terapi sinar. Dipihak lain
‘ kernicterus ‘ telah terlaporkan bahwa tingkat bilirubin yang jauh dari kadar yang
berbahaya juga dapat memperlihatkan gangguan intelektual yang bermakna
( Haris dkk,. 1958 ). Gartner dkk.,1970;Guinta,1972 ). Transfuse tukar darah yang
diangga suatu tindakan efektif tidak jarang disertai penyulit yang dapat
membahayakan kehidupan baik. ( Lucey, 1974 ).proses terapi dapat dilihat pada
gambar 2.3.

Gambar 2.3 Terapi sinar hiperbillirubinemia pada neonatus

Sumber (http://buletinkesehatan.com/hiperbilirubin-pada-
neonatus/)

8 Cara Kerja Terapi Sinar


Pengaruh terapi sinar terhadap penurunan kadar bilirubin, darah banyak
menarik perhatian para sarjana. Bermacam-macam hipotesis telah dikemukakan
didalam kepustakaan. Para penelitian terdahulu dilaporkan bahwa terapi sinar
dengan mempergunakan kekuatan panjang gelombang 400 – 500 nanometer,
secara ini vitro dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawaan
tetrapirol yang sulit larut dalam air rmenjadi senyawa dipirol yang mudah larut
dalam air.
13

Perubahan kimiawi yang terjadi, dapat dianggap karena adanya oksidasi


dari bilirubin indireck sehingga pada terapi sinar perubahan yang terjadi pada
icterus tersebut adalah akibat foto oksidasi. Tetapi dalam penelitian klinis ternyata
terdapat beberapa kenyataan yang menimbulkan pertanyaan akan kebenaran teori
tersebut. Kenyataan tersebut antara lain ialah dengan ditemukannya penurunan
kadar bilirubin darah yang tidak sebanding dengan jumlah dipirol yang terjadi. Di
samping itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian konsentrasi bilirubin
indireck dalam cairan empedu duodenum (Lund dkk, 1074). Pada penelitian
selanjutnya ternayat bahwa pada terapi sinar terjadi mekanisme lain yang berperan
lebih penting dari pada peranan dekomposisi/ footoksidasi bilirubin di atas.
Teori fotoisomerisasi bilirubin ini ditunjang oleh penelitian lain seperti
Costrarino dkk, (1983), sehingga teori ini merupakan teori yang paling banyak
dianut akhir ini. Dengan terapi sinar, energi sinar akan mengubah senyawa
bilirubin yang berbentuk 4Z, 15Z: bilirubin menjadi 4Z, 15E-bilirubin yang
merupakan bentuk isomernya dan mudah larut dalam air seperti telah diterangkan
sebelumnya.

9 Penggunaan Sinar Terapi


Dengan adanya kenyataan bahwa terapi sinar mempunyai manfaat yang
besar dalam pengobatan hiperbilirubinemia yang disebabkan oleh bermacam -
macam etinologi dan mempunyai komplikasi yang relatif sedikit, penggunaannya
telah dilakukan secara luas walaupun cara ini tidak dapat dipakai sebagai
pengganti transfusi tukar. Tindakan transfusi tukar pada penderita
hiperbilirubinemia berat yang mempunyai resiko kernicterus tetap masih
merupakan pilihan utama.

Terapi sinar dalam hal ini mempunyai peranan dalam mengurangi


kemungkinan dilakukannya transfusi tukar serta dapat pula bermanfaat dalam
membantu menurunkan kadar bilirubin setelah transfusi tukar dilakukan. Karena
terapi sinar ini mempunyai komplikasi yang relatif kecil, hendaknya perlu
diperhatikan agar tidak terjadi penggunaan yang salah dari cara ini.
14

Untuk hal ini sebaiknya dihindarkan usaha melakukan terapi sinar pada
penderita icterus hemolisis yang jelas memerlukan transfusi tukar sebagai
tindakan yang lebih efektif atau penggunaaan yang tidak pada tempatnya sehingga
memperpanjang perawatan di rumah sakit yang tidak perlu bagi para penderita.
Pada keadaan tertentu seperti adanya asidosis, hipoksia, prematuritas,
hipoalbuminemia dan lain-lain, kadang – kadang diperlukan pertimbangan secara
individual untuk menentukan dimulai atau dihentikannya tindakan terapi sinar
untuk mencegah atau pun dimulainya tindakan yang lebih efektif pada penderita
tersebut.

10 Fototerapi

Gambar 2.4 Fototerapi Unit

Sumber (http://tauriquers.blogspot.com/2012/07/phototherapy-unit.html)

(Hasan, 1985)Pada awal tahun 1950, perawat Jean Ward dari rumah sakit
umum Rochford di Essex, Inggris telah mengakui bahwa bayi kuning yang
terkena paparan sinar matahari, tingkat ke kuningan pada kulit menjadi berkurang.
Dari pengamatan tersebut menyebabkan para penduduk pediatric, RJ Cramer
15

berupaya melakukan suatu percobaan. Awal mula percobaan ialah dengan cara
mengekspos bayi dibawah sinar matahari dengan kondisi tanpa busana dan posisi
bayi tersebut dibolak – balik dalam kurung waktu 15 – 20 menit. Dan dari hasil
percobaan tersebut telah diketahui hasilnya bahwa bayi yang diberi ( eksposes )
sinar matahari dalam waktu tertentu dapat mengurangi tingkat kadar bilirubin, hal
ini semakin membuat cramer dan timnya berinisiatif merancang alat terapi
bilirubin atau lebih dikenal fototerapi dengan memanfaatkan tabung neon biru
( blue light ) dan lampu ini memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 425
nm – 480 nm dan pemberian terapi sesuai dengan tingkat kadar bilirubin. Gambar
spekrum cahaya dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Spektrum Cahaya Biru

Sumber (http://www.completefamilyvisioncare.net/blue-violet-light-
damaging-eyes)

11 Sumber Cahaya Pada Perangkat Fototerapi


Fototerapi adalah suatu perangkat utama dalam pengobatan penyakit
bilirubin, ada pun beberapa perangkat fototerapi yang tersedia guna untuk dalam
16

pengobatan bilirubin termasuk olympiade bili lite, billi soft dan lain – lain dan
setiap sumber memiliki spesifik pruduk tersendiri.

12 Lampu Tabung Blue Light

Gambar 2.6 Tabung Lampu ( TL ) 20W

Sumber (http://www.alibaba.com/product-detail/TL-20W-52-UVB-Medical-
Therapy_745620925/showimage.html)

Tabung lampu adalah sumber cahaya yang biasa digunakan dalam


pengobatan fototerapi seperti yang tersedia dirumah sakit. Gambar 2.6
menampilakan unit fototerapi oleh Olympic bili lite yang menggunakan tabung
blue light sebagai sumber cahaya. Adapaun jarak standar untuk paparan cahaya
berkisar antara 30 cm yang mempu berikan radiasi sekitar 12 µW / cm2 / nm, masa
lampu fototerapi tersebut perlu diganti apabila masa pemakaian telah melebihi
1000 – 2000 jam pemakaian.

13 Ultraviolet
(Nurul Atikah Binti, 2013)Ultraviolet (sering disingkat UV, dari bahasa
inggris: ultraviolet) adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan sinar tampak, namun lebih
17

panjang dari sinar-X yang kecil. Radiasi UV dapat dibagi menjadi hampir UV
(panjang gelombang: 380-200 nm) dan UV vakum (200-10 nm).

Ketika mempertimbangkan pengaruh radiasi UV terhadap kesehatan


manusia dan lingkungan, jarak panjang gelombang sering dibagi lagi kepada UVA
(380-315 nm), yang juga disebut Gelombang Panjang atau blacklight UVB (315-
280 nm), yang juga disebut Gelombang Medium (Medium Wave); dan UVC (280-
10 nm), juga disebut Gelombang Pendek (Short Wave).

Istilah ultraviolet berarti melebihi ungu (dari bahasa latin ultra, melebihi),
sedangkan kata ungu merupakan warna panjang gelombang paling pendek dari
cahaya dari sinar tampak. Beberapa hewan, termasuk burung, reptil, dan serangga
seperti lebah dapat melihat hingga mencapai hampir UV. Banyak buah-buahan,
bunga dan benih terlihat lebih jelas di latar belakang dalam panjang gelombang
UV dibandingkan dengan penglihatan warna manusia

14 Panjang Gelombang Dan Frekuensi

Setiap gelombang elektromagnetik termasuk gelombang dapat


digambarkan oleh dua sifat: panjang gelombang dan frekuensi. Panjang
gelombang gelombang adalah jarak antara dua bagian identik berturut-turut
gelombang, seperti antara dua puncak gelombang atau puncak. Huruf Yunani
lambda (λ) sering digunakan untuk mewakili panjang gelombang.

Panjang gelombang diukur dalam berbagai unit, tergantung pada jenis


gelombang yang sedang dibahas. Untuk cahaya tampak, misalnya, panjang
gelombang sering dinyatakan dalam nanometer (billionths meter); untuk
gelombang radio, gelombang biasanya dinyatakan dalam sentimeter atau meter.

Frekuensi adalah tingkat di mana gelombang melewati suatu titik tertentu.


Frekuensi sinar X-ray, misalnya, mungkin dinyatakan sebagai 10 18 hertz. The
Hertz Istilah (singkatan: Hz) adalah ukuran jumlah gelombang yang melewati
suatu titik per detik waktu. Jika Anda bisa menonton sinar X-ray dari beberapa
18

posisi tertentu, Anda akan melihat 1.000.000.000.000.000.000 ( yaitu, 10 18 )


puncak gelombang melewati Anda setiap detik.

Untuk setiap gelombang elektromagnetik, produk dari panjang gelombang


dan frekuensi sama dengan konstan, kecepatan cahaya (c). Dengan kata lain, λ • f
= c. Persamaan ini menunjukkan bahwa panjang gelombang dan frekuensi
memiliki hubungan timbal balik satu sama lain.

Sebagai salah satu meningkat, yang lain harus menurun. Sinar gamma,
misalnya, memiliki panjang gelombang yang sangat kecil dan frekuensi yang
sangat besar. Gelombang radio, sebaliknya, memiliki panjang gelombang yang
besar dan frekuensi sangat kecil.

15 Daerah Spektrum Elektromagnetik


[5]
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7 spektrum elektromagnetik
terlampir, seluruh jajaran spektrum elektromagnetik dapat dibagi menjadi
berbagai daerah berdasarkan panjang gelombang dan frekuensi.

Radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat pendek


dan frekuensi tinggi jatuh ke dalam kosmik sinar / gamma daerah radiasi sinar /
ultraviolet. Di ujung lain dari spektrum adalah panjang gelombang panjang,
bentuk rendah frekuensi radiasi: radio, radar, dan oven microwave. Di tengah
rentang adalah cahaya tampak.

Sifat gelombang di berbagai daerah spektrum biasanya dijelaskan oleh


notasi yang berbeda. Radiasi Terlihat biasanya digambarkan oleh panjang
gelombang, sedangkan sinar X dijelaskan oleh energi mereka. Semua skema ini
setara, namun mereka hanya berbeda cara menjelaskan sifat yang sama.
19

Gambar 2.7 Spektrum Elektromagnetik

Sumber (http://herlindaatika.blogspot.com/)

http://kliksma.com/2015/03/pengertian-gelombang-spektrumelektromagnetik.html

16 Sensor Ultraviolet
Dalam pembuatan alat ini penulis memanfaatkan sensor UV dengan jenis
ML8511, sensor ini sangat baik saat mendapatkan intensitas UV didalam maupun
diluar. Prinsip kerja dari sensor ini yaitu ketika photodiode yang ada dalam sensor
mendateksi intensitas UV lalu diubah dari cahaya ( foto ) menjadi tegangan lalu
amplifier internal yang telah tersedia dalam sensor menguatkan tegangan sesuai
dengan intensitas yang dideteksi. Dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Sensor UV ML8511


20

ML8511 ini dapat mengukur intensitas UV yang telah diterima (serap)


sensor dengan output panjang yang sebanding dengan input intensitas yang
diperoleh. Sensor ini hanya memerlukan 2 pin yaitu high “1” atau low “0” yang
berguna untuk memberikan informasi ke pengelola data (mikrokontroler) yaitu
berupa EN dan Vdd.

Gambar 2.9 Tingkat Tegangan Output Pada Sensor

Tegangan supply dan EN salah satu keadaan sinyal dimana saat yang tepat
mengambil keputusan sesuai dengan prosedur yang berlaku :

1. EN mendapatkan logika High “1” atau Low “0” pada saat yang
bersamaan ketika Vdd telah diterapkan.
2. EN memperoleh logika High “1” atau Low “0” ketika Vdd
diterapkan.
Output harus dibaca setelah tingkat tegangan output menjadi stabil.
Adapun waktu maksimum yang diperlukan sampai tegangan output menjadi stabil
mencapai yaitu 1 ms setelah EN berlogika High “1”.

(http://pdf1.alldatasheet.com/datasheetpdf/Uv.SensorML8511.html)

17 Mikrokontroler AT8535
(Heri, 2013)Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap
dalam satu serpih (chip). Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor
karena sudah terdapat atau berisikan ROM (Read-Only-Memory), RAM (Read-
Write-Memory), beberapa Port masukan maupun keluaran, dan beberapa
21

peripheral seperti pencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital Converter), DAC


(Digital to Analog converter) dan serial komunikasi.
Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu
mikrokontroler AVR. AVR adalah mikrokontroler RISC (Reduce Instuction Set
Compute) 8 bit berdasarkan arsitektur Havard. Secara umum mikrokontroler AVR
dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90xx, ATMega dan
ATtiny. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori,
peripheral dan fiturnya.
Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal mikrokontroler
ATMega16 terdiri atas unit-unit fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit
(ALU), himpunan register kerja, register dan dekorder instruksi, dan pewaktu
beserta komponen kendali lainnya. Berbeda dengan mikroprosesor,
mikrokontroler menyediakan memori dalam serpih yang sama dengan
prosesornya (in chip).

18 Struktur ATmega 8535


(Heri, 2013)Mikrokontroler ini menggunakan arsitektur Havard yang
memisahkan memori program dari memori data, baik address bus maupun data
bus, sehingga pengaksesan program dan data dapat dilakukan secara bersamaan
(concurrent). Secara garis besar mikrokontroler ATMega8535 terdiri dari :
1. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada
frekuensi 16 MHz.
2. Memiliki kapasitas flash memori 8 Kbyte, EEPROM 512 Byte dan
SRAM I Kbyte.
3. Saluran I/O 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
4. CPU yang terdiri dari 32 buah register
5. User interupsi internal dan eksternal
6. Port antar muka SPI dan PORT USART sebagai komunikasi serial
7. Fitur Peripheral
 Dua buah 8 - bit timer / counter dengan prescaler terpisah
dan mode
 Satu buah 16 - bit timer / counter dengan prescaler
terpisah, mode compare, dan mode capture.
 Real time counter dengan osilator tersendiri.
 Empat kanal PWM dan antarmuka komparator analog
 8 kanal, 10 bit ADC
22

 Byte-oriented Two-wire Serial Interface


 Watchdog timer dengan osilator internal.
23

19 Diskripsi Mikrokontroler ATmega 8535


1. VCC (Power Supply) dan GND (Ground)
2. PORT A (PA7..PA0)
PORT A berfungsi sebagai input analog pada konverter A /
D. PORT A juga sebagai suatu PORT I / O 8 - bit dua arah, jika A /
D konverter tidak digunakan. Pin PORT dapat menyediakan
resistor internal pull - up ( yang dipilih untuk masing - masing bit ).
PORT A output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris
dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika pin
PA 0 ke PA 7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarik
rendah, pin akan menimbulkan arus sumber jika resistor internal
pull - up diaktifan. Pin PORT A adalah tri - stated manakala suatu
kondisi reset menjadi aktif sekalipun waktu habis.
3. PORT B (PB7..PB0)
PORT B adalah suatu PORT I / O 8 bit dua arah dengan
resistor internal pull - up ( yang dipilih untuk beberapa bit ). PORT
B output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan
keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pena
PORT B yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika
resitor pull - up diaktifkan. Pin PORT B adalah tri - stated
manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktunya
habis.
4. PORT C (PC7..PC0)
PORT C adalah suatu PORT I/O 8 bit dua arah dengan
resistor internal pull up (yang dipilih untuk beberapa bit). PORT C
output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan
keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin
PORT C yang secara eksternal ditarik rendah akan akan arus
sumber. Sebagai input, pin PORT C yang secara eksternal ditarik
rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin PORT
C adalah tri - stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif,
sekalipun waktu habis.
5. PORT D (PD7..PD0)
24

PORT D adalah suatu PORT I / O 8 - bit dua arah dengan


resistor intern pull - up ( yang dipilih untuk beberapa bit ). PORT D
output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan
keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin
PORT D yang secara eksternal ditarik rendah akan sumber jika
resitor pull - up diaktifkan. Pin PORT D adalah tri - stated
manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
a. RESET (Reset input)
b. XTAL1 (Input Oscilator)
c. XTAL2 (Output Oscillator)
d. AVCC adalah pena penyedia tegangan untuk Port A dan
Konverter A/D.
e. AREF adalah pena referensi analog untuk konverter A/D.
25

Gambar 2.10 Blok Diagram ATMega 8535

20 Konfigurasi Pin ATmega 8535


Susunan pin – pin pada mikrokontroler ATmega 8535 dapat dilihat pada
Gambar 2.7 dibawah ini :
26

Gambar 2.11 konfigurasi Pin pada ATmega 8535

Sumber (http://adiandrean71.blogspot.com/2012/10/mengenal-konfigurasi-
atmega-8535.html)\

Konfigurasi pin ATMega 8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual In-Line
Package) dapat dilihat pada Gambar 2.11. Dari gambar di atas dapat dijelaskan
fungsi dari masing-masing pin ATMega 8535 sebagai berikut :

1. Vcc merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.

2. GND merupakan pin Ground.

3. Port A (PA0...7) meruapakan pin input.output dua arah dan pin masukan
ADC.

4. Port B (PB0...7) merupakan pin input/ouput dua arah dan pin dengan
fungsi khusus seperti SPI, MISO, MOSI, SS, AIN1/OC0, AIN0/INT2, T1,
T0 T1/XCK
27

5. Port C (PC0...7) merupakan pin input/output dua arah dan pin dengan
fungsi khusus, seperti TOSC2, TOSC1, TDI,TD0, TMS, TCK, SDA, SCL.
6. Port D (PD0...7) merupakan pin input/output dua arah dan pin dengan
fungsi khusus, seperti RXD, TXD, INT0, INT1, OC1B, OC1A, ICP1
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC

21 Memory Program
Arsitektur ATMega8535 mempunyai dua memori utama, yaitu memori
data dan memori program. Selain itu, ATMega8535 memiliki memori EEPROM
untuk menyimpan data. ATMega8535 memiliki 4K byte On-chip In System
Reprogrammble Flash Memory untuk menyimpan program. Instruksi
ATMega8535 semuanya memiliki format 16 atau 32 bit, maka memori flash diatur
dalam 4K x 16 bit. Memori flash dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian
program kecil yang bekerja pada saat sistem dimulai yang dapat memasukkan
seluruh program aplikasi ke dalam memori prosesor dapat dilihat pada gambar
2.12.

Gambar 2.12 Memory Pada ATmega 8535

22 Memory Data ( SRAM )


28

Memori data AVR ATMega8535 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 32


register umum, 64 buah register I/O dan 512 Kbyte SRAM internal. General
purpose register menempati alamat data terbawah, yaitu $00 sampai $1F.
Sedangkan memori I/O menempati 64 alamat berikutnya mulai dari $20 hingga
$5F. Memori I/O merupakan register yang khusus digunakan untuk mengatur
fungsi terhadap berbagai fitur mikrokontroler seperti kontrol register,
timer/counter, fungsi-fungsi I/O dan sebagainya. 1024 alamat berikutnya mulai
dari $60 hingga $45F digunakan untuk SRAM internal.

Gambar 2.13 Memory Data SRAM pada ATmega 8535

23 Memory EEPROM
ATMega8535 terdiri 512 byte memori data EEPROM 8 bit, data dapat
ditulis/ dibaca dari memori ini, ketika catu daya dimatikan, data terakhir yang
ditulis pada memori EEPROM masih tersimpan pada memori ini, atau dengan
29

kata lain memori EEPROM bersifat non volatile. Alamat EEPROM mulai dari
$000 sampai $1FF.

24 Liquid Crystal Dispaly ( LCD ) 16 x 2


LCD (Liquid Crystal Display) adalah modul penampil yang banyak
digunakan karena tampilannya menarik. LCD yang paling banyak digunakan saat
ini adalah LCD M1632 refurbish karena harganya cukup murah. LCD M1632
merupakan modul LCD dengan tampilan 2x16 (2 baris x 16 kolom) dengan
konsumsi daya rendah. Modul tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang
didesain khusus untuk mengendalikan LCD. Dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Liquid Crystal Display ( LCD ) 2 x 16

Sumber (http://www.leselektronika.com/2012/06/liguid-crystal-
display-lcd-16-x-2.html)

LCD yang umum ada yang panjangnya hingga 40 karakter (2x40 dan
4x40), dimana kita menggunakan DDRAM untuk mengatur tempat penyimpanan
karakter tersebut. Alamat awal karakter 00H dan alamat akhir 39H. Jadi, alamat
awal di baris kedua dimulai dari 40H. Jika ingin meletakkan suatu karakter pada
baris ke-2 kolom pertama, maka harus diset pada alamat 40H.

Jadi meskipun LCD yang digunakan 2x16 atau 2x24, atau bahkan 2x40,
maka penulisan programnya sama saja. CGRAM merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter, dimana bentuk dari karakter dapat diubah-
ubah sesuai dengan keinginan. Namun, memori akan hilang saat power supply
tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.
30

Perbedaannya dengan LCD standar adalah pada kaki 1 VCC, dan kaki 2
Gnd. Ini kebalikan dengan LCD standar. Bagian ini hanya terdiri dari sebuah LCD
dot matriks 2x16 karakter yang berfungsi sebagai tampilan hasil pengukuran dan
tampilan dari beberapa keterangan. LCD dihubungkan langsung ke Port 0 dari
mikrokontroler yang berfungsi mengirimkan data hasil pengolahan untuk
ditampilkan dalam bentuk alphabet dan numerik pada LCD.

Tabel 2.1 Karakteristik Pin LCD 16 x 2

PIN Nama Pin Fungsi


( Simbol ) ( Deskripsi )

1 VCC +5V

2 GND 0V

3 VEE Tegangan Kontras LCD

4 RS Register Select, 0=Input Instruksi, 1=Input Data

5 R/W H/L/ Read/Write

6 E H/L Enable Clock

7 D0 Data Bus Line

8 D1 Data Bus Line

9 D2 Data Bus Line

10 D3 Data Bus Line

11 D4 Data Bus Line

12 D5 Data Bus Line

13 D6 Data Bus Line

14 D7 Data Bus Line

15 Anode Tegangan Positif backlight

16 Katode Tegangan Negatif backlight


31

Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW. Jalur EN
dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa anda
sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka
melalui program EN harus dibuat logik low “0” dan set ( high ) pada dua jalur
kontrol yang lain RS dan RW. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/Write. Ketika
RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar
LCD.

Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu
untuk sejumlah waktu tertentu ( sesuai dengan waktu yang ada pada data sheet
LCD tersebut ) dan berikutnya set EN ke logika low “0”lagi. Jalur RS adalah jalur
register select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan diaggap sebagai sebuah
perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen, posisi kursor dll ). Ketika RS
berlogika High “1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan
display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilakan huruf “A” pada layar LCD
,aka RS harus diset logika “1”. Jalur RW adalah jalur control Read/Write.

Ketika RW berlogika low “0”, maka informasi pada data bus akan
menuliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high “1”, maka program akan
melakukan pembacaan memori pada LCD tersebut. Sedangkan aplikasi umum pin
RW selalu diberi logika low “0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalus
( sesuai dengan mode yang dipilih pada user ). Pada kasus mengenai data bus 8
bit, jalur diacukan sebagai DB 0 -

25 IC Voltage Regulator 7805


IC Voltage Regulator adalah IC yang di gunakan untuk mempertahankan
atau memastikan tegangan pada level tertentu secara otomatis. Dalam artian,
Tegangan Output ( Keluaran ) DC pada Voltage Regulator tidak dipengaruhi oleh
perubahan Tegangan Input ( Masukan ), Beban pada Output dan juga Suhu.
Tegangan Stabil yang bebas dari segala gangguan seperti noise ataupun fluktuasi (
naik turun ) sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan Elektronika
terutama pada peralatan elektronika yang sifatnya digital seperti Mikrokontroler
32

atau pun Mikro Prosesor. Dalam hal ini penulis memanfaatkan IC voltage
regulator dengan menggunakan seri 7805 dari output power supply, dimaksudkan
agar output dari power supply +5 Volt DC.

Gambar 2.15.Kaki IC Voltage Regulator

Sumber (http://www.engineersgarage.com/electronic-components/7805-voltage-
regulator-ic)
33

BAB III

26 ANALISIS DAN PERENCANAAN SISTEM

Dalam pembuatan bab III ini penulis akan menjelaskan bagimana tahapan
perencanaan pembuatan alat ukur kuat cahaya pada lampu fototerapi, perencanaan
secara blok diagram, dan rangkaian secara keseluruhan. Dalam hal ini penulis
membagi rangkaian menjadi beberapa blok diagram yang memiliki fungsi
berbeda.

27 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini
adalah penelitian terapan. Penelitian terapan adalah penelitian yang menggunakan
practical reasoning untuk menjawab suatu masalah yang timbul pada suatu
ketika, agar dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik ( Pedoman Atem
Semarang ). Penelitian ini digunakan untuk pembuatan alat pengukur kuat cahaya
pada lampu fototerapi.

28 Bahan
Perencanaan komponen / bahan yang perlu disiapkan pada table 3.1 dan
3.2 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Komponen Power Supply.
No Komponen Jenis Jumlah
1. Trafo Non CT 500 mA 1 buah
2. Dioda Bridge 1A 1 buah

3. Kapasitor 16 v 470 μF 1 buah

4. IC Regulator 7805 1 buah


34

Tabel 3.2. komponen Mikrokontroler ATmega 8535.

29 NO KOMPONEN JENIS JUMLAH Peral


a tan
1 Kapasitor 1000 µF/ 16 V 2 buah

Kapasitor 100 µF/ 16 V 2 buah

22 Pf 2 buah

4 Diode 14001 2 buah

5 IC ATMEGA 1 buah
8235

6 Kristal 4000 Mhz 1 buah

7 Resistor 330Ω

8 Push Button 1 buah

9 Soket IC ATmega
40 PIN

Untuk memperoleh hasil data yang akurat dalam penelitian maka


diperlukan beberapa alat penunjang antara lain sebagai berikut :

Peralatan penunjang dalam penelitian adalah antara lain sebagai berikut :


a. Solder listrik
b. Timah
c. Printed Circuit Board ( PCB )
d. Tool Set
e. Multimeter Analog ( AVO )
f. Multimeter Digital ( AVO )
g. Cutter
h. Cairan pelarut PCB ( Hcl, H2 O2, air )
i. Spidol Permanent
j. Penggaris besi
k. Bor PCB

30 Prosedur Penelitian
Dalam pembuatan alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi
diperlukan perencanaan dan proses yang teliti agar dihasilkan suatu alat yang
35

dapat berkerja dengan baik dan secara optimal. Adapun langkah – langkah dalam
pembuatan alat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merencanakan pembuatan alat pengukur kuat cahaya pada lampu


fototerapi dengan mempelajari peralatan fototerapi yang telah
digunakan pada rumah sakit maupun klinik – klinik baik dari buku
manual maupun dari internet ( literatur )
2. Menentukan komponen utama dan pendukung – pendukung lainnya
yang diperlukan dalam pembuatan alat agar dapat bekerja dengan baik
dan sesuai dengan harapan yang dinginkan.
3. Pembuatan flow chart dan blok diagram untuk mengetahui dan
mendokumentasikan prinsip kerja dari alat pengukur kuat cahaya pada
lampu fototerapi yang akan dibuat
4. Pembuatan desain alat yang akan dibuat dan menentukan bahan -
bahan serta jenis komponen utama yang akan digunakan dalam
pembuatan alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi.
5. Pembuatan rangkaian alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi
dan menentukan titik pengukuran untuk pendataan.
6. Melakukan upaya pengujian dan pendataan alat pada titik pengukuran
yang telah ditentukan pada alat yang telah dibuat.
7. Menyusun hasil dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan berdasarkan
pada teori - teori yang ada dan hasil pendataan alat.
8. Mendokumentasikan hasil dari pembuatan alat tersebut beserta
analisanya dalam bentuk karya tulis ilmiah.

31 Waktu Dan Tempat


Tempat pelaksanaan dan pembuatan alat ini direncanakan dilingkungan
kampus Akademik Teknik Elektro Medik Semarang serta mengkondisikan
kepentingan yang ada. Waktu pelaksanaan direncanakan mulai februari 2015
hingga batas waktu yang ditentukan. Jadwal kegiatan penulis susun menurut
jadwal kalender Akademik yang ada di ATEM Semarang.
36

32 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian dan pembuatan alat ini, penulis terlebih dahulu
mengadakan persiapan yang optimal untuk menlancarkan proses pembuatan dan
pengamatan yang meliputi antara lain sebagai berikut :

33 Penelitian Dokumentasi
Penelitian dokumentasi yang dimaksud adalah studi literatur untuk
mencari sumber – sumber yang dapat dijadikan landasan teori guna memperkuat
analisis data dalam pembuatan tugas akhir. Literatur yang digunakan adalah
berupa dokumen yang membahas mengenai prinsip dasar elektronika yang
berhubungan dengan objek penelitian penulis.

34 Penelitian Lapangan
Adapun penelitian lapangan adalah untuk mendapatkan data – data
pengukuran variable secara langsung dari objek penelitian. Yaitu dengan
menentukan titik pengukuran setelah melakukan pengecekan terhadap alat apakah
sudah bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Titik pengukuran dilakukan
agar tidak terjadi kerancuan dalam analisa data. Selain itu titik pengukuran ini
juga digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori dan praktek.
Berdasarkan metode pelaksanaan penelitian, penulis merencanakan titik – titik
pengukuran sebagai berikut :
1. Titik Pengukuran ( TP 1 )
Untuk mengetahui out putan skunder dari trafo sebesar 7,5 V AC.
2. Titik Pengukuran ( TP 2 )
Untuk mengetahui outputan dari IC Regulator 7805.
3. Titik Pengukuran ( TP 3 )
Untuk mengetahui Vin pada sensor ML 8511.
4. Titik Pengukuran ( TP 4 )
Untuk mengetahui intensity (µW/cm2/nm) pada lampu fototerapi.
5. Titik Pengukuran ( TP 5 )
Untuk mengukur output voltage pada sensor ML 8511.

35 Analisis Dan Perencanaan Sistem


Untuk memudahkan dalam merancang alat pengukur kuat cahaya pada
lampu fototerapi diperlukan perencanaan blok diagram. Adapun alur perencanaan
37

blok diagram pengukur kaut cahaya pada lampu fototerapi ditunjukkan pada
gambar 3.1:

Gambar 3.1 Gambar Blok Diagram Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya
Pada Lampu Fototerapi.

Keterangan :

a. Lampu fototerapi ( sumber cahaya )


b. Power Supply
Berfungsi sebagai inputan tegangan keseluruh rangkaian.
c. UV Sensor ML8511 ( FEDL8511-05 )
Berfungsi sebagai sensor pendeteksi kua cahaya pada lampu fototerapi.
d. Mikrokontroler ATmega 8535.
Berfungsi sebagai IC pemograman dan mengelolahan data yang diterima
oleh sensor kemuadian ditampilkan ke LCD.
e. LCD karakter 16 x 2.
38

Berfungsi sebagai Display ( penampil ) yang berisi tentang pengelolaan data


pada lampu fototerapi.
f. Indikator.
Berfungsi sebagai penanda bahwa alat telah menerima tegangan dari power
supply.

36 Prinsip kerja blok diagram


Sumber tegangan yang berasal dari jala – jala PLN 220 VAC lalu masuk
ke power supply. Power supply berguna mengkonversi tegangan dari AC ke DC.
Dalam artian tegangan 220 VAC masuk ke power supply diubah dan disearahkan
menjadi tegangan +5 V DC setelah itu outputan power supply diguna untuk
menyupply tegangan ke rangkaian mikrokontroler, rangkaian sensor, dan
rangkaian push button.

Setelah saklat pada alat di posisi ON kan maka alat ini akan menyala,
kemudian yang akan dilakukan menekan tombol read ( merah ) dan sensor UV
ML8511 akan membaca kuat cahaya pada lampu fototerapi. Setelah itu sensor
akan memberikan atau mengeluarkan logika berupa 1 ( High ) atau logika 0 ( Low
), sedangkan tombol reset ( hijau ) untuk mereset, ketika data telah diketahui maka
akan di kirim kepada IC Mikrokontroler, IC Mikrokontroler akan langsung
mengelolah hasil data yang diterima dari sensor yang akan di inputkan ke
tampilan LCD

3.8 Perencanaan Rangkaian Kontrol ( Push Botton )

PORTB.0

PORTB.1

Gambar 3.2 Perencanaan rangkaian push button


39

Pada rangkaian push button pada gambar 3.2 tombol PORT B.0 sebagai
pembaca ( READ ) pada UV Sensor ML8511, sedangkan untuk tombol PORT B.1
digunakan sebagai tombol reset setelah pembacaan.

3.9 Perencanaa Rangkaian Penampil (Display)

LCD1
LM016L

VDD
VSS

VEE

RW
RS

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
E
1
2
3

4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14
PORTC.0
PORTC.1
PORTC.2
PORTC.3
PORTC.4
PORTC.5
PORTC.6
PORTC.7

50%

RV1
1k

Gambar 3.3 Perencanaan Rangkaian Display.

Memanfaat kan LCD karakter ukuran 16 x 2 pada gambar 3.4 PORT C.0
sampai PORT C.7 di fungsikan untuk memberikan data – data tampilan kuat
cahaya yang dihasilkan oleh lampu fototerapi. Kemudian IC Mikrokontroler
mengolah data lalu dikirim ke LCD sehingga akan memunculkan karakter yang
sesuai dengan data yang telah dikelola dari IC mikrokontroller.
40

4.0 Perencanaan Rangkaian Sensor UV ML8511

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor UV ML 8511

Pada rangkaian sensor ini menggunakan tipe ML8511 sebagai sensor UV,
ML8511 memberikan keluaran data intensitas UV ( µW/cm 2/nm ) yang diubah
menjadi tegangan lalu di kelolah oleh mikrokontroller.

4.1 Perencanaan Rangkaian Keseluruhan Alat Pengukur Kuat Cahaya


Pada Lampu Fototerapi
Setelah membuat sebuah perencanaan secara blok diagram, maka
selanjutnya penulis akan membuat perencanaan rangkaian keseluruhan yang
terdiri dari rangkaian elektronika yang kemudian disusun sampai terbentuk
rangkaian secara keseluruhan alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi.
Berikut rancangan gambar rangkaian keseluruhan alat pengukur kuat cahaya
lampu fototerapi, dapat dilihat pada gambar 3.5 :
41

5V

R1
10k

R2
10k 3.3 V

GND

VOUT LCD1
LM016L
EN
U1
1 40
PB0/T0/XCK PA0/ADC0
2 39
PB1/T1 PA1/ADC1
3 38
PB2/AIN0/INT2 PA2/ADC2
4 37
PB3/AIN1/OC0 PA3/ADC3

VDD
VSS

VEE
5 36

RW
RS

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
PB4/SS PA4/ADC4

E
6 35
PB5/MOSI PA5/ADC5
7 34
PB6/MISO PA6/ADC6

1
2
3

4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14
8 33
PB7/SCK PA7/ADC7
14 22
PD0/RXD PC0/SCL
15 23
PD1/TXD PC1/SDA
16 24
PD2/INT0 PC2
17 25
PD3/INT1 PC3
18 26
C1 19
PD4/OC1B PC4
27
PD5/OC1A PC5
20 28
PD6/ICP1 PC6/TOSC1
21 29
PD7/OC2 PC7/TOSC2
1nF
X1 13
XTAL1 VCC 5V
CRYSTAL 12 32
C2 9
XTAL2 AREF
30
RESET AVCC
ATMEGA8535
1nF
5V RV1
R3 RES-VAR
10k
U2
7805
TR1 D1
1
VI VO
3 5V
C3 DIODE

GND
10nF
C? C4
220 V AC 470u 470u

2
TRAN-2P2S

Gambar 3.5 Rangkaian Keseluruhan Pada Alat Pengukur Kuat Cahaya Pada
Lampu Fototerapi

4.2 Perencanaan Spesifikasi Alat


Adapun perencanaan spesifikasi pembuata alat antara lain sebagai berikut :

1. Input Power : 220 AC V / 50 Hz


2. Input power supply : 4, 85 – 4,97 DC V
3. Kuat Cahaya : 0 – 10 µW/cm2/nm
42

4.3 Perencanaan Desain Cassing

Gambar 3.6 Perencanaan Casing Pada Sensor

Keterangan perencanaan casing pada sensor pada gambar 3.6.

1. Panjang kabel sensor : 30 CM


2. Kotak sensor UV : 5 x 3 CM
43

Gambar 3.7 Perencanaan Casing Pada Box Utama

Keterangan 3.7.

1. Lebar box : 15 x 10 CM
2. Tinggi : 5 CM
44

Gambar 3.8 Gambaran Alat dan Keterangan

Keterangan alat gambar 3.8.


1. Lampu indicator
2. LCD ( Tampilan )
3. Sensor UV ML8511
4. Kabel pada sensor
5. Push button READ ( pembaca )
6. Push button reset
7. Saklar on/off
8. Soket power supply
45

4.5 Perencanaan Software


Setelah membuat perencanaan rangkaian keseluruhan pada alat pengukur
kuat cahaya pada lampu fototerapi, selanjutnya penulis akan membuat
perencanaan perangkat lunak yang terdiri dari flow chart serta software CV AVR
pendukung yang digunakan. Perencanaan software dapat dilihat pada lampiran 1
secara keseluruhan.

4.5.1 Perencanaan Display

Gambar 3.9 Flow Chart Display.

void show_simbol()

lcd_gotoxy(8,0); lcd_putchar(0); // icon ukuran

lcd_gotoxy(14,0); lcd_putchar(1); // icon mikro

lcd_gotoxy(15,0); lcd_putchar(2); // icon watt


46

lcd_gotoxy(13,1); lcd_putchar(' '); // icon atau

lcd_gotoxy(14,1); lcd_putchar('V'); // icon n

//lcd_gotoxy(15,1); lcd_putchar(5); // icon m

if(READ==0){lcd_gotoxy(8,1); lcd_putchar(6);} // icon time

else {lcd_gotoxy(8,1); lcd_putchar(7); } // icon heart

4.5.2 Perencanaan Sensor ML 8511

Gambar 3.10 Flow Chart Sensor.

// Map function untuk pembacaan floats

float mapfloat(float x, float in_min, float in_max, float out_min, float out_max)
47

return (x - in_min) * (out_max - out_min) / (in_max - in_min) + out_min;

// ambil rata-rata tegangan dari setiap pin

// Returns the average

int averageAnalogRead(int pinToRead)

int x;

byte numberOfReadings = 8;

unsigned int runningValue = 0;

for(x = 0 ; x < numberOfReadings ; x++)

runningValue += read_adc(pinToRead);

runningValue /= numberOfReadings;

return(runningValue);

// Declaration function

int UVOUT = 0, REF_3V3 = 1;

int uvLevel, refLevel;

float outVoltage, uvIntensity, a, b, c;

char buff0[16], buff1[16], buff2[16], buff3[16];

int prog_utama()

{
48

4.5.3 Perencanaan flow chart pada alat

Gambar 3.11 Flow Chart Pada Alat.


49

Keterangan flow chart pada alat :

Pada awal mula alat dinyalakan, ketika alat sudah menyala dengan baik,
maka masuk pada tahap selanjutnya, yaitu mendeteksi intensitas lampu fototerapi
dengan menggunakan sensor UV dengan cara menekan tombol read dan sensor
akan berkerja dan mengumpulkan data – data yang diterima dari intensitas UV
yang kemuadian dideteksi oleh sensor, setelah itu masuk pada tahap berikutnya
yaitu inialisai data, data yang di peloleh dari sensor akan di konvesikan dan
diproses lalu masuk ketahap berikutnya yaitu pengambilan data ( hasil akhir )
yang telah selesai diproses, maka dari hasil data – data tersebut lalu akan langsung
di tampilkan pada LCD.

4.5.2 Software Pendukung


Dalam pembuatan alat ini, penulis menggunakan software berupa program
yang berfungsi untuk mengendalikan sistem kerja alat. Program yang penulis
gunakan yaitu program CV AVR berguna untuk mengisi sebuah pada IC
mikrokontroler.
BAB IV

37 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini IV penulis akan menjelaskan mengenai hasil pendataan yang
telah penulis lakukan yaitu berupa pengujian dan pengukuran untuk menunjang
dan membandingkan hasil praktikum dengan teori agar memperoleh hasil yang
diharapkan. Hasil pengukuran ini disusun dalam bentuk tabel sesuai dengan
permasalahan yang dibahas. Pengukuran dilakukan dari tiap - tiap point
dikarenakan memiliki nilai yang dapat mempengaruhi kerja dari seluruh
rangkaian. Ketidak akuratan hasil pengukuran dipengaruhi oleh rangkaian yang
dirancang maupun alat penunjang yang digunakan.

38 Hasil Penelitian
Setelah selesai melakukan menetukan titik pengukuran, selanjutnya
penulis akan menjelaskan hasil pengukuran yaitu berupa tabel dan juga gambar.
Hasil pengukuran merupakan data tentang pengukuran dari masing - masing
bagian untuk mengetahui apakah hasil rangkaian sesuai dengan hasil perencanaan,
sedangkan analisa data berisi tentang pengukuran presentase kesalahan terhadap
semua data hasil pengujian dibandingkan dengan hasil perhitungan, antara lain
sebagai berikut :

1. Hasil pengikuran ( TP 1 )
Hasil pengukuran outputan skunder dari trafo.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran TP1

Titik Pengukuran Hasil Pengukuran

Output skunder trafo 7,6 V AC

Sumber : Data Primer, 2015.

2. Hasil Pengukuran ( TP 2 )

50
51

Hasil pengukuran output tegangan ke IC Regulator 7805.


Tabel 4.2 Hasil pengukuran TP2

Titik Pengukuran Hasil Pengukuran

Output IC 7805 (5V) 4,97 V DC

Sumber : Data Primer, 2015.


3. Hasil Pengukuran ( TP 3 )
Hasil pengukuran Tegangan inputan pada Sensor 8511.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran TP3

Titik Pengukuran Hasil Pengukuran

Vin sensor ML8511 3,2 V DC

Sumber : Data Primer, 2015.


4. Hasil Perbandingan alat
Tabel 4.4 Hasil uji perbandingan dengan alat yang dibuat penulis
dengan alat Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan ( LPFK ) Surakarta.

No. Nilai data dari alat Fototerapi Hasil Nilai Alat Pengukur Kuat Cahaya
Radiometer (nm). (µW/cm2/nm ) yang dibuat penulis.

1. 174 nm 3,5 (µW/cm2/nm)


174 / 44 = 3.9 (µW/cm2/nm)

2. 229 nm 4,1 (µW/cm2/nm)


229 / 44 = 5.2 (µW/cm2/nm)

3. 241 nm 4,6 (µW/cm2/nm)


241 / 44 = 5.4 (µW/cm2/nm)

4. 255 nm 5.5 (µW/cm2/nm)


255 / 44 = 5.7 (µW/cm2/nm)

5. 281 nm 5,9 (µW/cm2/nm)


281 / 44 = 6.3 (µW/cm2/nm)

Sumber : Data Primer, 2015.


52

39 Analisa Data
Setelah melakukan pengujian di beberapa titik pengukuran, selanjutnya
penulis akan menganalisa hasil data tersebut. Analisa rangkaian ini bertujuan
untuk membandingkan hasil teori dengan hasil ukur pada tiap-tiap titik
pengukuran, sehingga dapat mengetahui besarnya presentasi kesalahan. Adapun
dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

1. Analisa Data TP 1
Keluaran tegangan skunder pada trafo secara teori akan menghasilkan
tegangan sebesar 7,5 VAC.

% Kesalahan = 1,3 %

2. Analisa Data TP 2
Keluaran tegangan Power Supply dengan IC Regulator 7805, secara teori
akan menghasilkan tegangan sebesar 5 VDC.
53

% Kesalahan = 2 %

3. Analisa Data TP 3
Keluaran tegangan pada sensor UV ML8511, secara teori akan
menghasilkan sebesar 3,3 V DC.

% Kesalahan = 2 %

4. Analisa Data TP 4
Untuk pengukuran kuat cahaya pada lampu fototerapi, penulis
menampilkan sebuah grafik linieritas kenaikan kuat cahaya serta voltage
pada sensor. Berikut gambar grafik dapat dilihat pada gambar 4.1 :

Gambar 4.1 Grafik Kuat cahaya (µW/cm2/nm )


Sumber : Data Primer, 2015.

5. Analisa Data TP 5
Berdasarkan hasil uji perbandingan alat, maka penulis membuat beberapa
perhitungan persentase kesalahan antara lain sebagai berikut :
54

1. Pengujian Pertama

= 10,2 %

2. Pengujian Kedua

= 22 %

3. Pengujian Ketiga

= 14 %

4. Pengujian Keempat

= 3,5 %

5. Pengujian Kelima
55

= 6,3 %
Jadi, total persentase kesalahan dari alat ini yaitu :

= 11,2 %

40 Pembahasan
Setelah melakukan pengujian pada titik pengukuran, maka selanjutnya

penulis akan membahas hasil data pengukuran yang telah diperoleh. Pembahasan

hasil pengukuran yang telah ada bertujuan untuk membandingkan hasil teori yang

sudah ada, adapun pembahasan yaitu sebagai berikut :

1. Hasil keluaran tegangan skunder pada trafo secara teori adalah 7,5

VAC. Dan dari hasil keluaran tegangan skunder pada trafo yang telah

diukur adalah 7,6 VAC. Jadi analisa data hasil pengukuran pada TP 1

prosentase kesalahan adalah sebesar 1,3 %.

2. Hasil keluaran power supply 5 Volt DC yang terukur adalah 4,97 Volt

DC. Nilai ini masih dalam batas range nilai output datasheet 7805

yang mana dari output ic 7805 mempunyai range sekitar 4,85 Volt

sampai 5,27 VDC. Analisa data pengukuran pada TP 2 prosentase

kesalahan adalah sebesar 2 %

3. Tegangan masukkan pada sensor ML8511 yang terukur adalah 3,2

Volt DC. Nilai ini masih dalam batas range nilai output datasheet

UV sensor ML8511 yang mana dari sensor tersebut memiliki range


56

sekitar -0,3 Volt sampai 3,3 VDC. Analisa data pengukuran pada TP

3 prosentase kesalahan adalah sebesar 2 %.

4. Berdasarkan dari hasil data yang diperoleh dari pengujian alat yang

dibuat penulis serta membandingkan dengan alat milik LPFK

Surakarta, yaitu hasil analisa data prosentase kesalahan alat yang

telah buat penulis yaitu sebesar 11,2 %. Dikarenakan system kinerja

sensor belum sesuai dengan yang diharapkan.


BAB V

PENUTUP

40.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perencanaan, pengamatan, pendataan sampai dengan

pengujian terhadap alat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari hasil perencanaan alat yang telah dibuat oleh penulis, alat

tersebut belum berkerja dengan baik, karena pada saat pemilihan

sensor terjadi kesalahan dikarenakan sensor yang digunakan penulis

pada range panjang gelombang pada sensor yang dipilih kurang

sesuai dengan panjang gelombang fototerapi.


2. Hasil perbandingan alat milik dari LPFK dengan alat yang di buat

oleh penulis telah diketahui hasil prosentase kesalahan yaitu sebesar

11,2%, sehingga pada alat yang telah dibuat penulis kurang layak

untuk diterapkan pada pengukuran kuat cahaya pada lampu

fototerapi serta dalam pengobatan bayi hiperbilirubin.

40.2 Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah melakukan semua perencanaan

hingga pembuatan alat, penulis mendapatkan beberapa kelemahan pada alat ini.

Kelemahan tersebut dapat dikembangkan agar kedepannya menjadi lebih baik.

Yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

57
58

1. Alat pengukur kuat cahaya pada lampu fototerapi yang telah dibuat

penulis dapat mengukur kuat cahaya yang dihasilkan lampu

fototerapi maximal 10 µW/cm2/nm ,sehingga kurang layak

diterapkan pada pengobatan bayi hiperbilirubin. Jadi untuk

perkembangan lebih lanjut menggunakan sensor yang lebih sensitive

serta dilengkapi komponen filter biru 425 – 475 nm.

Anda mungkin juga menyukai