Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR TERAPAN


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BANDUNG
Periode (5 Juni 2017 s/d 28 Juli 2017)

PERANCANGAN ALAT INSTRUMENTASI KONDUKTIVITAS TERMAL FLUIDA


DENGAN METODE HOT-WIRE BERBASIS PRINSIP KESEIMBANGAN JEMBATAN
WHEATSTONE

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat matakuliah kerja praktik Program Studi Strata I
Teknik Elektro Telkom University

Disusun Oleh :
Yuongky Putra (1102141111)

S1 TEKNIK ELEKTRO
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2107
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK

PERANCANGAN ALAT INSTRUMENTASI KONDUKTIVITAS TERMAL FLUIDA


DENGAN METODE HOT-WIRE BERBASIS PRINSIP KESEIMBANGAN
JEMBATAN WHEATSTONE

DI PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR TERAPAN


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
5 Juni 2017 s/d 28 Juli 2017

Oleh :
Yuongky Putra
(NIM : 1102141111)
Jurusan : S1 Teknik Elektro

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Ig Prasetya Dwi Wibawa, S.T.,M.T. Santiko Tri Sulastro, M.Si


NIP. 14870043 NIP. 19861124200901 1 1002

ii
Abstrak
Konduktivitas termal fluida bertujuan untuk mengetahui daya hantar suatu benda cair untuk
menyerap panas. Salah satu metode pengukuran adalah metode hot-wire, motode ini merupakan
metode yang secara luas diterima di dunia teknik serta paling akurat untuk pengukuran
konduktivitas termal fluida. Perancangan alat ini menggunakan mikrokontroller arduino uno
dengan prinsip keseimbangan jembatan wheatstone, Hal-hal yang akan diukur dan ditampilkan di
LCD nantinya adalah arus, tegangan, suhu, nilai resistansi pengganti dan konduktivitas termal.
Kemudian nantinya didalam pengukuran fluida menggunakan Sistem kompensasi dua kawat
digunakan untuk menghilangkan efek akibat konduksi panas aksial. Dua kawat memiliki panjang
yang berbeda dan diatur dalam jembatan Wheatstone yang dimodifikasi dimana respon termal
kawat pendek dikurangkan dari respon kawat panjang. Respon yang dihasilkan dari panjang kawat
yang terbatas mendekati kawat panas yang panjang tak terhingga. Panjang kawat ekuivalen adalah
selisih panjang kabel panas panjang dan pendek.

Kata Kunci : Konduktivitas Termal, Hot-Wire, Jembatan Wheatstone.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya maka laporan geladi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa
saya ucapkan terima kasih juga kepada pihak yang sudah banyak membantu penulis untuk
menyelesaikan laporan ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada :

1. Bapak Sigit Yuwono, S.T., M.Sc., Ph.D. sebagai Ketua Prodi S1 Teknik Elektro Telkom
University yang telah memberi restu untuk melaksanakan kerja praktik di PSTNT-BATAN
Bandung.
2. Bapak Santiko Tri Sulastro, M.Si. sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan ijin
penulis untuk melaksanakan kerja praktik di PSTNT BATAN Bandung dan membantu penulis
dalam pembuatan laporan.
3. Bapak Ig Prasetya Dwi Wibawa, S.T.,M.T. sebagai wali dosen serta pembimbing akademik
kerja praktik yang telah membantu dalam pembuatan laporan.
4. Semua pihak di Admin Fakultas Teknik Elektro atas bantuan dalam perizinan kerja praktik ini.
5. Seluruh staf dan karyawan PSTNT BATAN Bandung atas bantuan administratifnya.
6. Keluarga dan teman penulis yang telah memberikan dukungan moril dalam menyelesaikan
kerja praktik ini.
7. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Laporan ini sebagai wujud usaha dan berisikan kegiatan yang saya lakukan selama
mengikuti geladi di PSTNT BATAN Bandung. Saya menyadari dalam pengerjaannya masih
banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

Bandung, 21 Juli 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2. Tujuan Kerja Praktik .............................................................................. 1
1.3. Lingkup Kerja Praktik ............................................................................ 2
1.4. Metode Pelaksanaan dan Penulisan........................................................ 2
1.5. Ringkasan Sistematika Laporan ............................................................. 2
BAB II PROFIL INSTANSI................................................................................. 4
2.1. Sejarah Instansi ...................................................................................... 4
2.2. Visi dan Misi .......................................................................................... 5
2.3. Struktur Organisasi ................................................................................. 7
2.4. Lokasi/Unit Pelaksanaan Kerja .............................................................. 8
BAB III KEGIATAN KP DAN PEMBAHASAN KRITIS ................................. 9
3.1. Dasar Teori ............................................................................................. 9
3.2. Perancangan Alat.................................................................................. 17
3.3. Prosedur Pengukuran............................................................................ 19
3.4. Tahapan Penghitungan ......................................................................... 19
3.5. Blok Diagram Pengukuran ................................................................... 20
3.6. Flowchart Tahapan Pengukuran ........................................................... 21
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 22
4.1. Kesimpulan........................................................................................... 22
4.2. Saran ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ viii
LAMPIRAN ......................................................................................................... ix

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PSTNT-BATAN………………………….....……..7

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PSTNT-BATAN Bandung…………………….......7

Gambar 3.1. Rangkaian Jembatan Wheatstone ………………………….....………...12

Gambar 3.2. Rangkaian Seri Resistor………………………….....…………………...12

Gambar 3.3. Rangkaian Paralel Seri Resistor………………………….....…………..13

Gambar 3.4. Rangkaian Resistor Nilai Terbalik………………………….....………..14

Gambar 3.5. Rangkaian JW dengan Resistor Pengganti…………………………......15

Gambar 3.6. Arduino Uno………………………….....……………………………….16

Gambar 3.7. Perancangan Alat ………….………………………….....……………...17

Gambar 3.8. Perancangan Tempat Pengukuran Fluida………………………….........18

Gambar 3.9. Blok Diagram Tahapan Pengukuran………………………….....……....20

Gambar 3.10. Flowchart Tahapan Pengukuran………………………….....…….........20

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Informasi Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik…………….....……....8

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada jaman modern


ini berkembang sangat pesat, bahkan tidak bisa diprediksi perubahannya.
Penelitian untuk menghasilkan alat-alat dan produk baru terus
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia khususnya di industri
modern dan instansi pemerintah. Salah satunya adalah PSTNT-BATAN
(Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan-Badan Tenaga Nuklir
Nasional) yang mempunyai tugas membina dan mengembangkan penelitian
dan riset yang berkaitan dengan teknik nuklir, elektro maupun fisika.

Bidang instrumentasi khususnya terus mengembangkan berbagai riset


instrumentasi, salah satunya yang sedang dikembangkan adalah alat
instrumentasi konduktivitas termal fluida. Konduktivitas termal fluida
bertujuan untuk mengetahui daya hantar suatu benda cair untuk menyerap
panas. Adapun metode yang digunakan untuk pengukuran salah satunya
adalah metode hot-wire, motode ini merupakan metode yang secara luas
diterima di dunia teknik serta paling akurat untuk pengukuran konduktivitas
termal fluida

Metode Hot-Wire ini menggunakan teknik dinamika transien stándar


berdasarkan pengukuran kenaikan suhu pada jarak yang ditentukan dari
sumber kawat panas yang disematkan pada bahan uji, untuk itu perlu
perancangan yang baik dari sisi rangkaian dan prosedur-prosedur
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang akurat.

1.2 Tujuan Kerja Praktik

Pelaksanaan kerja praktik dan penyusunan laporan ini bertujuan


untuk memenuhi tugas mata kuliah kerja praktik S1 Teknik Elektro
Universitas Telkom Bandung, selain itu tujuan lain dari penulis adalah
untuk bisa merasakan dunia kerja secara nyata dilingkungan kerja PSTNT-
BATAN yang mempunya peran untuk mengembangkan penelitian dan riset
khususnya dibidang instrumentasi.

1
1.3 Lingkup Kerja Praktik

Penulis melakukan kerja praktik di PSTNT-BATAN yang beralamat


di Jl. Tamansari No.71 Bandung 40132, Indonesia, dengan waktu
pelaksanaan kerja praktik dimulai 5 Juni 2017 dan berakhir pada 28 Juli
2017 dengan hari kerja senin s/d jumat.

1.4 Metode Pelaksanaan dan Penulisan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan dan penyusunan


laporan kerja praktek adalah sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data data yang berkaitan


dengan pekerjaan penulis selama melaksanakan kerja praktek, misalnya
mencari sumber-sumber dari textbook, jurnal dan website.

2. Perancangan dan Implementasi Sistem

Perancangan dilakukan dengan mempertimbangkan kerja alat yang


dirancang serta tahapan prosedur pengukuran yang akan dilakukan pada
alat tersebut, tentunya juga berkaitan dengan spesifikasi alat dan
komponen pada rancangan alat.

1.5 Ringkasan Sistematika Laporan

Laporan kerja praktik ini terdiri dari 4 bab yang disajikan sesuai
sistematika ketentuan format laporan kerja praktik Universitas Telkom,
berikut penulis sajikan uraian dari keempat bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan
dilakukannya kegiatan kerja praktik yang dilakukan di Pusat Sains dan
Teknologi Nuklir Terapan yang berjudul “Pengukuran Konduktivitas
Termal Fluida dengan Metode Hot-Wire Menggunakan Arduino Uno yang

2
Berbasis Prinsip Keseimbangan Jembatan Wheatstone”. Selain itu pada bab
ini juga berisikan metode penulisan serta sistematika laporan.

BAB II PROFIL PSTNT - BATAN

Pada bab ini berisi gambaran singkat mengenai profil


Perusahaan/Instansi, Struktur Organisasi, dan lokasi/unit pelaksanaan kerja
praktikan melakukan kegiatan.

BAB III KEGIATAN KP DAN PEMBAHASAN KRITIS

Bab ini berisi tentang deskripsi keterlibatan mahasiswa tentang apa


saja yang dikerjakan, dan disertai dengan analisis, pembahasan kritis serta
pengalaman baik dan buruk yang terdapat di tempat kerja.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
penulis yang dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangan dari laporan
baik untuk instansi/perusahaan maupun untuk proyek/kegiatan dari hasil
kerja praktik untuk memperkaya ilmu pengetahuan.

3
BAB II

PROFIL INSTANSI

PSTNT-BATAN merupakan Instansi Pemerintah non Kementrian yang


bertugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan dari tenaga nuklir. Batan sendiri berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden Republik Indonesia.

2.1 Sejarah Instansi

Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di


Indonesia diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan
Radioaktivitet tahun 1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas
melakukan penyelidikan terhadap kemungkinan adanya jatuhan radioaktif
dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan
pemanfaatan tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui
Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958
dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang
kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember yang merupakan
tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan
ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.

Pada perkembangan berikutnya, untuk meningkatkan ilmu pada


bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikannya pengoprasian reaktor
atom pertama yang diberi nama “Triga Mark II) yang bertepat di Bandung.
Setelah pembentukan tersebut secara berturut dibangun pula beberapa
fasilitas litbang yang tersebar di berbagai pusat penelitian atara lain, Pusat
Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), dan Pusat Penelitian
Tenaga Atom GAMA, Yogyakarta (1967), serta Reaktor Serba Guna 30MW
(1987) yang disertai dengan fasilitas penunjangnya, seperti : fabrikasi dan

4
penelitian bahan bakar, uji keselamatan reaktor, pengolahan limbah
radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya.

Sementara itu dengan adanya perubahan paradigma pada tahun 1997


sehingga di tetapkannya UU No.10 tentang Ketenaganukliran yang
diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksana kegiatan pemafaatan
tenaga nuklir (BATAN) dengan unsur pengawasan tenaga nuklir
(BAPETEN).

2.2 Visi dan Misi

1. Visi

Visi BATAN disusun dengan mempertimbangkan dokumen


perencanaan pembangunan nasional dan kebijakan litbang nasional yang
berada di atasnya yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan Jakstranas Iptek 2015-2019.

Visi RPJPN 2005-2025 mengarah pada terwujudnya Indonesia


sebagai negara yang mandiri, maju, adil dan makmur. Sementara itu,
RPJMN 2015–2019 menekankan pada pembangunan keunggulan
kompetitif perekonomian yang berbasis SDA lokal, tersebut di SDM
yang berkualitas, dan kemampuan iptek.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan


bahwa ada dua kata kunci yang ingin dicapai dari pembangunan nasional
pada jangka panjang, yaitu kesejahteraan dan kemandirian. Salah satu
upaya pemerintah pada jangka menengah untuk mewujudkan kedua hal
tersebut adalah melalui peningkatan kemampuan dan keunggulan iptek
nasional, termasuk kualitas SDM yang dimilikinya.

BATAN sebagai lembaga pemerintah yang diberi amanat untuk


melaksanakan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu

5
pengetahuan dan teknologi nuklir, turut bertanggung jawab untuk
menciptakan keunggulan iptek tersebut, terutama di tingkat regional.

2. Misi

Dalam mewujudkan Visi BATAN 2015-2019 terutama untuk


mewujudkan keunggulan BATAN, maka visi tersebut perlu dijabarkan
ke dalam misi-misi yang dapat memperkuat tugas dan fungsi BATAN
dalam melakukan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir.

Adapun misi yang ingin dilaksanakan BATAN pada tahun 2015-


2019 adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir.


2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat.
3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional,
dan berperan aktif secara internasional.
4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi
kepuasan pemangku kepentingan.
5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas
kemanfaatan, keselamatan dan keamanan.

2.3 Struktur Organisasi

Berikut struktur organisasi PSTNT-BATAN skala nasional dan Bandung :

6
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PSTNT-BATAN

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PSTNT-BATAN Bandung

7
2.4 Lokasi/Unit Pelaksanaan Kerja

Berikut waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik beserta divisi


pekerjaan secara lengkap :
Waktu dan tempat Pelaksanaan

Hari,Tanggal Senin, 5 Juni 2017 s/d Jumat, 28 Juli 2017

Tempat dan Alamat Pusat Sains dan Teknologi Sains Terapan


(PSTNT) – BATAN, Jl. Taman sari No. 17
Bandung, Jawa barat, Indonesia.

Waktu 09.00 – 16.00 WIB.

Divisi TeknoFisika (Bagian Neutronik dan


Instrumentasi).

Tabel 2.1. Informasi Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

8
BAB III

KEGIATAN KP DAN PEMBAHASAN KRITIS

Kegiatan kerja praktik penulis dilakukan pada tanggal 5 Juni 2017 s/d 28
Juli 2017 di instansi PSTNT-BATAN (Pusat Sains dan Teknologi Nuklir
Terapan-Badan Tenaga Nuklir Nasional) Bandung yang beralamatkan di Jl.
Tamansari No. 71 Bandung, Jawa Barat. Penulis ditempatkan pada divisi
Teknofisika bagian Neutronik dan Instrumentasi, pekerjaan yang penulis lakukan
selama hampir 2 bulan yaitu membuat rancangan mengenai “Perancangan
Pengukuran Konduktivitas Termal Fluida dengan metode Hot-Wire Menggunakan
berbasis Prinsip Keseimbangan Jembatan Wheatstone. Untuk lebih jelasnya pada
bab ini penulis akan menjelaskan tahapan perancangan dari mulai dasar teori
sampai pada prosedur pengukuran.

3.1 Dasar Teori

1. Konduktivitas Termal

Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana


perbedaan temperatur akan menyebabkan transfer energi termal dari satu
daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih
rendah, atau bisa juga didefinisikan merupakan suatu besaran intensif
bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas.
Panas yang dikirimkan dari titik satu ke titik yang lain bisa melewati
berbagai macam metode yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduktivitas termal dirumuskan dengan :

Dimana,

k = koduktivitas termal (W/mK),

Q = panas benda (J),

t = waktu lamanya panas dihantarkan (s),

9
L = ketebalan bahan (m),

A = Luas permukaan (m2),

△T = Perpindahan panas yang tergantung perbedaan suhu (K).

2. Difusivitas Termal

Difusivitas termal adalah kemampuan mengukur material untuk


mengkonduksi energi panas relatif terhadap kemampuannya untuk
menyimpan energi panas. Secara matematis difusivitas termal adalah
konduktivitas termal dibagi dengan massa jenis dan panas jenis pada
tekanan yang konstan.

Dimana,

K = konduktivitas termal (W/(m.K)),

P = densitas (kg/m3),

Cp = panas jenis (J/(kg.K)),

pCp = kapasitas panas volumetrik (J/(m3.K)).

3. Metode Hot Wire

Metode hot wire adalah teknik dinamika transien standar


berdasarkan pengukuran kenaikan suhu pada jarak yang ditentukan dari
sumber panas linier (kawat panas) yang disematkan pada bahan uji. Jika
sumber panas diasumsikan memiliki keluaran konstan dan seragam
sepanjang sampel uji, konduktivitas termal dapat diturunkan secara
langsung dari perubahan suhu yang dihasilkan selama interval waktu yang
diketahui. Di sini kawat pemanas serta sensor suhu (termokopel)
dienkapsulasi dalam probe yang mengisolasi elektrik kawat panas dan
sensor suhu dari bahan uji. Metode kawat panas transien diterima secara
luas sebagai teknik yang paling akurat untuk pengukuran konduktivitas

10
termal fluida pada keadaan fisik yang dikeluarkan dari daerah kritis yang
tepat.

Model matematis yang ideal dari metode ini didasarkan pada


asumsi solusi transient hukum Fourier bahwa kawat panas adalah sumber
panas tipis dan panjang ideal yang tidak terbatas, yang berada di sekitar
tak terbatas dari bahan homogen dan isotropik dengan suhu awal konstan.
Jika q adalah jumlah konstan produksi panas per satuan waktu dan per
satuan panjang kawat pemanas (W.m-1), dimulai pada saat t = 0, aliran
panas radial di sekitar kawat akan terjadi. Kemudian kenaikan suhu
△Tideal(rₒ, t) pada posisi radial rₒ bisa dilihat dengan persamaan yang
disederhanakan dibawah ini.

+ (t)

Dari persamaan di atas dapat dijabarkan bahwa,

q = input daya per satuan panjang kawat (W.m-1),

λ = konduktivitas termal (W/(m.K)),

ɑ = difusivitas termal fluida (m2/s),

p = densitas (kg/m3),

Cp = kapasitas panas isobarik (J/(kg.K)).

4. Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone awalnya dikembangkan oleh Charles


Wheatstone untuk mengukur nilai resistansi yang tidak diketahui dan
sebagai alat untuk mengukur kalibrasi instrumen, voltmeter, ammeter dan
lainnya dengan menggunakan kawat geser resistif yang panjang. Meski
saat ini multimeter digital memberikan cara termudah untuk mengukur
resistansi. Jembatan Wheatstone masih bisa digunakan untuk mengukur
nilai resistansi yang sangat rendah di kisaran mili-Ohms. Rangkaian
jembatan Wheatstone dapat digunakan di berbagai aplikasi pekerjaan,
dengan amplifier operasional modern, kita dapat menggunakan rangkaian

11
Jembatan Wheatstone untuk menghubungkan berbagai transduser dan
sensor ke rangkaian penguat ini.

Gambar 3.1. Rangkaian Jembatan Wheatstone

Rangkaian jembatan Wheatstone tidak lebih dari dua rangkaian paralel


resistansi sederhana yang dihubungkan antara terminal suplai tegangan
dan ground yang menghasilkan perbedaan tegangan nol antara dua cabang
paralel bila diimbangi. Rangkaian jembatan Wheatstone memiliki dua
terminal input dan dua terminal keluaran yang terdiri dari empat resistor
yang dikonfigurasi dalam susunan seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Apabila seimbang, maka jembatan Wheatstone dapat dianalisis hanya sebagai
dua deret seri secara paralel.

a. Rangkaian Seri Resistor

Gambar 3.2. Rangkaian Seri Resistor

12
Apabila dua resistor dihubungkan secara seri, arus yang sama (i)
mengalir melalui keduanya. Oleh karena itu arus yang mengalir
melalui kedua resistor secara seri diberikan sebagai: V / RT (Hukum
Ohm).

I = V ÷ R = 12V ÷ (10Ω + 20Ω) = 0.4A

Tegangan pada titik C dapat dihitung sebagai berikut:

VR2 = I × R2 = 0.4A × 20Ω = 8 volt

Kemudian kita dapat melihat bahwa tegangan sumber VS terbagi


di antara dua resistor seri yang proporsional dengan resistansinya
sebagai VR1 = 4V dan VR2 = 8V. Inilah prinsip pembagian voltase,
menghasilkan apa yang biasa disebut pembagi potensial atau rangkaian
pembagi tegangan.

b. Rangkaian Seri resistor diparalel dengan nilai yang resistor sama.

Gambar 3.3. Rangkaian Paralel Seri Resistor

Karena rangkaian kedua memiliki nilai resistif yang sama dengan


yang pertama, voltase pada titik D, yang juga merupakan penurunan
voltase resistor, R5 akan sama pada 8 volt sebagai voltase umum dan
dua titik yang resistif sama.

Tapi disisi lain yang sama pentingnya adalah bahwa perbedaan


voltase antara titik C dan titik D akan menjadi nol volt karena kedua

13
titik berada pada nilai yang sama, maka perbedaan voltasenya adalah:
0 volt. Bila ini terjadi, kedua sisi titik jembatan paralel dikatakan
seimbang karena tegangan pada titik C sama nilainya dengan tegangan
pada titik D dan perbedaannya menjadi nol.

c. Rangkaian Seri resistor diparalel dengan nilai yang resistor terbalik.

Gambar 3.4. Rangkaian Resistor Nilai Terbalik

Apabila R5 dan R6 terbalik, arus yang sama mengalir melalui


kombinasi seri dan voltase pada titik D, yang juga merupakan
penurunan voltase resistor R5, maka tegangan di R5 adalah :

VR4 = 0.4A × 10Ω = 4 volt.

Sekarang VR5 memiliki tegangan 4V, perbedaan voltase antara


titik C dan D akan menjadi 4 volt seperti: C = 8 volt dan D = 4 volt.
Maka bedanya kali ini adalah: 8 - 4 = 4 volt.

Hasil swapping dua resistor adalah bahwa kedua sisi dari rangkaian
paralel yang berbeda akan menghasilkan voltase yang berbeda. Bila ini
terjadi, jaringan paralel dikatakan tidak seimbang karena tegangan
pada titik C berada pada nilai yang berbeda dengan voltase pada titik
D. Kemudian kita dapat melihat bahwa rasio resistansi dari kedua titik
paralel, ACB dan ADB menghasilkan perbedaan voltase antara 0 volt
(seimbang) dan tegangan suplai maksimum (tidak seimbang).

14
Jadi kita dapat melihat bahwa rangkaian jembatan Wheatstone
dapat digunakan untuk membandingkan RX yang tidak dikenal dengan
yang lain dari nilai yang diketahui, misalnya R1 dan R2, memiliki nilai
tetap, dan R3 dapat bervariasi. Jika kita menghubungkan voltmeter,
ammeter atau sebuah galvanometer antara titik C dan D, dan kemudian
resistor yang bervariasi, R3 sampai galvanometer terbaca nol, akan
menghasilkan dua sisi yang seimbang dan nilai RX, (mengganti R4)
yang dikenal seperti yang ditunjukkan.

d. Rangkaian Menggunakan Resistor pengganti

Gambar 3.5. Rangkaian JW dengan Resistor Pengganti

Dengan mengganti R4 di atas dengan resistansi yang tidak


diketahui pada jembatan Wheatstone. Nilai Rx akan dicari untuk
menyesuaikan keseimbangan yang terjadi pada rangkaian jembatan
wheatstone yang akan menghasilkan keluaran tegangan nol. Kemudian
kita dapat melihat bahwa keseimbangan terjadi ketika:

15
5. Arduino Uno

Gambar 3.6. Arduino Uno

Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328


yang memiliki 14 pin input dari output digital, dimana 6 pin input tersebut
dapat digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz
osilator kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset.
Untuk mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya
menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan
kabel USB atau listrik dengan AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk
menjalankannya. Uno Arduino dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau
dengan catu daya eksternal (otomatis), Eksternal (non-USB) daya dapat
berasal baik dari AC-ke adaptor-DC atau baterai.Kisaran kebutuhan daya
yang disarankan untuk board Uno adalah 7 sampai dengan 12 volt, jika
diberi daya kurang dari 7 volt kemungkinan pin 5v Uno dapat beroperasi
tetapi tidak stabil kemudian jika diberi daya lebih dari 12V, regulator
tegangan bisa panas dan dapat merusak board Uno.

16
3.2 Perancangan Alat

Gambar 3.7. Perancangan Alat

Perancangan alat menggunakan mikrokontroller arduino uno dengan


prinsip keseimbangan jembatan wheatstone, perancangan alat ini
menggunakan dc power supply kemudian ditambah dengan rangkaian pasif
filter terdiri dari resistor dan kapasitor yang berfungsi sebagai stabilizer untuk
memfilter tegangan dan arus yang masuk, setelah itu ada ammeter untuk
memastikan arus yang keluaran yang akan dilanjutkan sesuai atau tidak
melewati batas yang diharapkan. Kemudian pada rangkaian terdapat switch 1
yang nantinya apabila dalam posisi “on” akan terhubung resistor dummy dan
switch 2 yang akan terhubung pada voltase yang akan diatur besarnya sesuai
pemanasan kabel yang diinginkan. Percobaan akan dimulai setelah
memperoleh hasil keseimbangan jembatan wheatstone yang diharapkan.
Ketika catudaya beralih dari resistor dummy ke Jembatan Wheatstone. Selama
percobaan, multimeter akan mencatat tegangan sebagai fungsi yang melintasi
titik C dan D. Kemudian arduino akan digunakan untuk mengukur dan
menampilkan nilai dari perhitungan rumus untuk mengukur konduktivitas
termal dan akan dibandingkan dengan penghitungan manual. Kemudian data
akan ditampilkan pada LCD untuk dicatat.

17
Gambar 3.8. Perancangan Tempat Pengukuran Fluida

Sistem kompensasi dua kawat digunakan untuk menghilangkan efek


akibat konduksi panas aksial. Pengaturan kedua kabel ditunjukkan pada
gambar 3.8 Dua kawat memiliki panjang yang berbeda dan diatur dalam
jembatan Wheatstone yang dimodifikasi dimana respon termal kawat pendek
dikurangkan dari respon kawat panjang. Respon yang dihasilkan dari panjang
kawat yang terbatas mendekati kawat panas yang panjang tak terhingga.
Panjang kawat ekuivalen adalah selisih panjang kabel panas panjang dan
pendek.

3.3 Prosedur Pengukuran

1. Atur tegangan pada DC Power Supply sesuai yang diinginkan.

2. Cek arus apakah masih berada pada batas yang sesuai.

3. Setelah arus stabil, lihat hasil keseimbangan pada rangkaian jembatan


wheatstone (kalibrasi).

4. Alihkan catu daya dari resistor dummy ke jembatan wheatstone.

5. Atur besarnya voltase kabel pemanas sesuai dengan yang diinginkan untuk
memanaskan fluida, hitung suhu dengan termometer.

6. Multimeter akan mencatat tegangan pada titik C dan D jembatan


wheatstone.

18
7. Perubahan resistansi kawat akibat pemanasan diukur pada waktunya
dengan menggunakan sirkuit jembatan Wheatstone

8. Kenaikan suhu kawat ditentukan dari perubahan resistansinya

9. Konduktivitas termal ditentukan dari tenaga pemanas dan kemiringan


perubahan suhu pada waktu logaritmik.

10. Hasil dari pengukuran akan ditampilkan pada LCD.

3.4 Tahapan Perhitungan

1. Menghitung Keseimbangan Jembatan Wheatstone, mencari nilai resistansi


dari (Hot Wire).

R1 Rw0 R1
 Rw0  R3
R2 R3 R2

2. Menghitung nilai tegangan output pada jembatan wheatstone.

 Rw0  Rw R1 
Vout  Vin   
 Rw0  Rw  R3 R1  R2 
3. Menghitung perubahan resistansi dari kabel panas (Hot Wire).

 V 
R3  R1  R1  R2  out 
Rwt    Vin 
  Vout 
 R2  R1  R2  
  Vin 

4. Menghitung suhu yang berubah dari kabel panas (Hot Wire).

1 Rwt 2  Rwt1 Rw


T  
 TCR Rw 0  TCR Rw0

5. Menghitung penurunan tegangan yang terjadi pada kawat panas (Hot


Wire).
Vin Rwt
V Rw 
Rwt  R3

19
6. Menghitung besarnya panas per satuan panjang kawat.

VRw 2
q
Lw Rwt
7. Menghitung besarnya konduktivitas termal yang terjadi pada fluida.
q d ln(t )
kf 
4  d T

3.5 Blok Diagram Tahapan Pengukuran

Gambar 3.9. Blok Diagram Tahapan Pengukuran

20
3.6 Flowchart Tahapan Pengukuran

Gambar 3.10. Flowchart Tahapan Pengukuran

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pelaksanaan kerja praktik ini membantu mahasiswa untuk
memperkaya ilmu pengetahuan serta pengalaman yang tidak didapat didunia
perkuliahan, selain itu kerja praktik juga membuka pikiran mahasiswa
tentang inovasi produk dan alat yang terus-menerus berkembang karena
kemajuan teknologi yang pesat. Untuk itu penulis memiliki kesimpulan
bahwa mahasiswa harus mempunyai jiwa seorang peneliti yang memiliki rasa
ingin tau yang besar dan mampu menumbuhkan hasil riset-riset yang baru
agar kita bisa menjadi negara yang kompetitif, produktif dan maju ilmu
pengetahuan dan teknologinya.

Selain mendapatkan pengalaman dan wawasan dunia kerja, kita juga


harus bisa menjaga hubungan baik dengan semua rekan kerja kita, sehingga
bisa bekerja secara profesional. kita harus bisa mengerti dan memahami
karakter dari rekan kerja kita agar bisa menjalin hubungan dan komunikasi
yang baik.

4.2 Saran
Selama melakukan kegiatan kerja praktek, penulis memiliki beberapa
saran yang membangun agar lebih efektifnya kerja praktik ini, diantaranya :
1. Mahasiswa dianjurkan untuk melakukan bimbingan secara berkala dengan
pembimbing lapangan dan pembimbing kampus agar lebih terkontrol
kegiatan praktiknya.
2. Institusi dianjurkan memberikan arahan kepada mahasiswa dalam
kinerjanya di lapangan agar berkontribusi secara aktif kepada institusi
tempat kegiatan kerja praktik.

22
DAFTAR PUSTAKA

[1] Electronics Tutorial, “Wheatstone Bridge Circuit and theory of Operation”.


http://www.electronics-tutorials.ws/blog/wheatstone-bridge.html (diakses tanggal 14 Juni
2017).
[2] Scielo, “Numerical and experimental determination of the minimum and maximum
measuring times for the hot wire parallel technique”.
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0366-69132003000100007
(diakses tanggal 24 Juli 2017).
[3] Sh. Azarfar, S. Movahedirad, A.A. Sarbanha, R.Norouzbeigi, B. Beigzadeh. 26 May
2016. Low cost and new design of transient hot-wire technique for the thermal conductivity
measurement of fluids. School of Chemical Engineering and School of Mechanical
Engineering, Iran University of Science and Technology, Islamic Republic of Iran.
[4] Joohyun Lee, Hansul Lee, Young-Jin Baik, Junemo Koo. 30 May 2015. Quantitative
analyses of factor affecting thermal conductivity of nanofluids using an improved transient
hot-wire method apparatus. Korea Research Institute of Standards and Science,
Departement of Mechanical Engineering Kyung Hee University and Energy Efficiency
Research Division Korea Institute of Energy Research South Korea.
[5] M. Kostic & Kalyan C. Simham. 12 January 2009. Computerized, Transient Hot-Wire
Thermal Conductivity (HWTC) Apparatus For Nanofluids. Departement of Mechanical
Engineering, Northern Illinois University.
[6] R.A Perkins, H.M. Roder and C.A. Nieto de Castro. A High-Temperature Transient
Hot-Wire Thermal Conductivity for Fluids. Juny 1991. National Institute of Standards and
Technoogy, Boulder, CO 80303 and Departamento de Quimica, Universidade de Lisboa
Portugal.

viii
LAMPIRAN

Lampiran 1 (Surat Lamaran Kerja Praktik)

ix
Lampiran 2 (Surat Balasan dari Perusahaan)

Anda mungkin juga menyukai