KIANG SANTAN
G1D017015
Oleh :
Kiang Santan
G1D017015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Oleh :
Kiang Santan
G1D017015
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Kerja Praktek
MULYADI
NIP/NIK :
BAHTIAR
NIP/NIK :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan ucapan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek (KP)
di PT PLN (PERSERO) ULPL TES LEBONG tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Kepada para sahabat, keluarga, kaum muslimin dan semoga
kita tetap istiqomah dijalan beliau hingga akhir hanyat nantinya.
Laporan Kerja Praktek ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat
kurikulum di Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Univeritas Bengkulu.
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada 18 Agustus sampai dengan 23 September
2020 di PT PLN (PERSERO) ULPL TES LEBONG. Penulis memberikan judul
pada laporan ini yaitu “Analisis Penggunaan Sensor Resistance Temperature
Detector (RTD) PT 100 pada Bearing Unit 3, 4, 5, dan 6 ULPL TES LEBONG PT
PLN (PERSERO)”. Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan langsung
terhadap kondisi real di lapangan.
Pada proses penulisan laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada orang-orang yang telah berjasa selama pelaksanaan program Kerja Praktek
dan penulisan laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas nikmat luar biasa yang telah diberikan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan kerja praktek dalam keadaan yang sehat dan
tanpa kekurangan apapun.
2. Kedua orang tua tercinta (Abah dan Mamak), Abangku Pramilo, Mbakku
Thiny, Adikku Aji Sanjaya dan segenap keluarga tercinta yang selalu
memberikan dukungan, doa, semangat dan bimbingan.
3. Ibu Ika Novia Anggraini, S.T., M.Eng. selaku Koordinator Program Studi
Teknik Elektro Universitas Bengkulu.
4. Bapak Alex Surapati, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
5. Bapak Mulyadi selaku Pembimbing Lapangan Kerja Praktek.
6. Bapak Bahtiar selaku Manager PLTA Tes.
7. Seluruh karyawan di PLTA Tes (Pak Suherman, Pak Maryono, Pak Agus, Pak
Hendro, Pak Edison, Pak Ari, Pak Subagio, Pak Safran, Bang Rico, Bang
Rendi, Bang Ivan, Bang Panca, Bang Yudha) dan lainnya.
iii
8. Seluruh teman magang di PLTA Tes (Idul Fachrozi, Ferli Yansah, M. Ikhsan
Gunawan dan M. Dwiki Fadhillah).
9. Seluruh teman Angkatan 2017 (ALIENS).
Kiang Santan
NPM G1D017015
iv
ABSTRAK
RTD PT 100 merupakan salah satu jenis sensor suhu yang terkenal dengan
keakurasiannya. Pada bearing terdapat sistem pendingin yaitu air dari pipa
panstock yang bertujuan untuk mendinginkan oli pada bearing agar suhu tetap
stabil dan tidak terjadi overheat. Kenaikan temperatur oli pada bearing ini dapat
dideteksi langsung oleh sensor RTD PT 100. PT 100 termasuk golongan RTD
(resistive temperature detector) dengan koefisien suhu positif, yang berarti nilai
resistansinya naik seiring dengan naiknya suhu. PT100 terbuat dari logam
platinum, semakin tinggi temperature, maka semakin tinggi nilai tahanannya. Hal
ini membuktikan bahwa kenaikan temperature dan tahanan berbanding lurus.
Bearing dalam Bahasa Indonesia berarti bantalan. Pada ilmu mekanika bearing
merupakan sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak relatif
antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang
diinginkan.
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Abstrak.....................................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................ vi
Daftar Lampiran.................................................................................................... vii
Daftar Gambar.......................................................................................................viii
Daftar Tabel............................................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.....................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PLTA Tes............................................................3
2.2 Visi Misi dan Motto Perusahaan.......................................................................7
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan.........................................................................8
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengetahuan Umum Tentang PLTA................................................................9
3.2 Klasifikasi PLTA.................................................................................................10
3.3 Sistem Pemeliharaan PLTA..............................................................................11
3.4 Sistem Pembagian Daerah Proteksi................................................................12
3.5 Pemahaman Terkait Turbin Air.......................................................................15
3.6 Pemahaman Terkait Bearing............................................................................15
3.7 Sensor RTD PT 100............................................................................................16
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bearing (Bantalan)................................................................................................21
4.2 Sistem Pendingin Bearing..................................................................................23
4.3 Diagram Blok Sistem...........................................................................................23
4.4 Penggunaan Sensor RTD PT 100 pada Bearing..........................................24
vi
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................37
5.2 Saran.........................................................................................................................37
Daftar Pustaka............................................................................................................................38
Lampiran......................................................................................................................................39
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu sistem pendingin bearing.
2. Menganalisis penggunaan dan prinsip kerja sensor RTD PT 100 yang
digunakan untuk sistem pendingin bearing pada unit 3, 4, 5, dan 6.
3. Mengetahui alasan digunakannya RTD PT 100 pada sistem pendingin
bearing pada unit 3, 4, 5, dan 6.
2
BAB 2
2. Intake DAM
Intake merupakan area pintu air untuk masuknya aliran air menuju ke
saluran penghantar. Bagian ini terletak di pintu masuk ke area pembangkit PLTA
TES. Berikut merupakan area Intake DAM yang terdapat pada PLTA TES dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
4
Gambar 2.3 Intake DAM PLTA TES
(Sumber : Doc. Pribadi)
3. Saluran Penghantar
Saluran Penghantar merupakan area menyalurkan air dari danau menuju
penstock. Berikut merupakan saluran penghantar pada PLTA TES dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
4. INLET
INLET merupakan area penyaringan sampah sebelum masuk ke area
penstock. Berikut merupakan area INLET dapat dilihat pada Gambar 2.5.
5. Surge Tank
Surge Tank merupakan area untuk water hamer ( mencegah agar pipa tidak
pecah saat unit trip). Berikut merupakan area Surge Tank PLTA TES dapat dilihat
pada Gambar 2.6.
6. Penstock
Penstock merupakan saluran pipa air yang menuju ke turbin didalam pipa
ini tekanan oir naik Berikut merupakan area Penstock PLTA TES dapat dilihat
pada Gambar 2.7.
6
(a) (b) (c)
Gambar 2.8 Area Power House (a) Unit 1 dan 2, (b) Unit 3 sampai dengan 6, (c) Unit 7 PLTA TES
(Sumber : Doc. Pribadi)
8. Switch Yard
Switch Yard merupakan bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai
tempat peletakan komponen utama gardu induk. Berikut merupakan area Switch
Yard PLTA TES dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.10 Area Kantor dan Kontrol Utama dan Tailrace PLTA TES
(Sumber : Doc. Pribadi)
2.2.2 Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.2.3 Motto
“Listrik Yang Lebih Baik Untuk Kehidupan”
8
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
9
PLTA ini menggunakan sebuah bendungan untuk menaikkan permukaan
air di hulu yang bertujuan untuk menghasilkan energi potensial yang
lebih besar.
b. PLTA Jenis Terusan dan DAM (Campuran)
PLTA ini menggunakan gabungan dari jenis terusan air dan jenis dam
untuk sistem pembangkitan listriknya.
2. Berdasarkan Keadaan Aliran Sungai
a. PLTA Jenis Aliran Sungai Langsung (Run of River)
Jenis ini banyak dipakai dalam PLTA saluran air atau terusan, jenis ini
membangkitkan listrik dengan memanfaatkan aliran sungai itu sendiri
secara alamiah.
b. PLTA Dengan Kolam Pengatur (Regulatoring Pond)
PLTA ini menggunakan kolam pengatur untuk mengatur aliran sungai
yang dibangun di tempat tersebut.
3. Berdasarkan Kapasitas PLTA
a. Large Hydro
Daya yang dibangkitkan lebih dari 100 MW.
b. Medium Hydro
Daya yang dibangkitkan antara 15-100 MW.
c. Small Hydro
Daya yang dibangkitan antara 1-15 MW.
d. Mini Hydro
Daya yang dibangkitkan antara 100 kW, akan tetapi dibawah 1 MW
e. Micro Hydro
Daya yang dihasilkan berada diantara 5 kW sampai 100 kW. Biasanya,
pembangkit jenis ini digunakan untuk komunitas atau industri kecil yang
jauh dari distribusi jaringan listrik.
f. Pico Hydro
Daya yang dihasilkan mulai dari beberapa ratus watt hingga 5 kW
Pembangkit ini, biasa dipakai untuk pemukiman yang jauh dari distribusi
PLN.
10
3.3 Sistem Pemeliharaan PLTA
Pemeliharaan adalah memelihara merawat serta menjaga setiap saat agar
instalasi PLTA beserta alat-alat bantunya selalu dalam kondisi siap operasi. Tujuan
pemeliharaan secara umum antara lain adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan baik unit dalam keadaan beroperasi maupun stand by, mempertahankan
unjuk kerjanya. Pelaksanaan pemeliharaan ini secara umum ditentukan oleh jam kerja
mesin yang telah mencapai/mendekati batas yang telah ditentukan. Pemeliharan yang
dimaksud adalah pemeliharaan terencana secara periodik yang terdiri dan Annual
Inspection, General Inspection dan Major Overhaul.
11
3.1.3 Major Overhaul
Ruang lingkup kegiatan Major Overhaul (MO) meliputi pembongkaran total,
perbaikan, pemeriksaan, pengukuran, penyetelan, penggantian peralatan dan
dilakukan pengujian. Karena dilakukan pembongkaran dibagian utama maka waktu
yang diperlukan relative lebih lama dari GI. Adapun sasaran dari pemeliharaan ini
diantaranya meningkatkan daya rnarnpu mendekati install capacity, meningkatkan
keandalan, meningkatkan efisiensi. Dari ketiga sasaran MO yang harus dicapai,
maka waktu kegiatan yang dibutuhkan relatif lebih lama karena memerlukan
pembongkaran peralatan utama untuk diadakan pemeriksaan, penyetelan, perbaikan,
penggantian dan pergujian agar ketiga sasar.an tersebut dapat tercapai Batasan jam
kerja kegiatan overhoul sebelumnya telah disepakati pada Forum Diskusi
Pemeliharaan tanggal 06 Februani 1987, dimana pada diskusi tersebut batas selang
waktu untuk Major Overhaul (MO) dibagi tiga pola yaitu:
1. Pola A, pada pola ini unit pernbangkit (PLTA) melaksanakan MO setelah unit
mencapai. interval 40.000 jam kerja.
2. Pola B. pada pola mi unit pembangkit (PLTA) melaksanakan MO setelah unit
mencapai interval 60.000 jam kerja.
3. Pola C, pada pola ini unit pembangkit (PLTA) melaksanakan MO setelah unit
mencapal. interval 80.000 jam kerja pemeliharaan PLTA [4].
Keterangan :
1. Overall Diifferential Relay
Pengaman utama Generator-Trafo.
2. Over Current Relay
Pengaman cadangan local Generator-Trafo dan pengaman Bus A.
3. Pengaman Bus
Pengaman utama Bus A.
4. Distance Relay Zone I dan PLC di A1
Pengaman utama saluran A-B.
5. Distance Relay Zone II di A1
Pengaman utama Bus B dan pengaman cadangan jauh sebagian Trafo di B.
6. Distance Relay Zone III di A1
Pengaman cadangan jauh Trafo di B sampai ke Bus C.
7. Diifferential Trafo
Pengaman utama Trafo.
8. Over Current Relay di sisi 150 KV
Pengaman cadangan local Trafo dan pengaman cadangan jauh Bus C.
9. Over Current Relay di sisi 20 KV
Pengaman utama Bus C dan pengaman cadangan jauh saluran C-D.
10. Over Current Relay di C1
Pengaman utama saluran C-D dan pengaman cadangan jauh saluran D-E.
11. Over Current Relay di D
Pengaman utama saluran D-E dan pengaman cadangan saluran berikutnya.
13
Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pembagian daerah
proteksi adalah bahwa daerah yang saling berdekatan harus saling tumpang tindih
(overlap), hal ini dimaksudkan agar tidak ada sistem yang dibiarkan tanpa
perlindungan. Pembagian daerah proteksi ini bertujuan agar daerah yang tidak
mengalami gangguan tetap dapat beroperasi dengan baik sehingga dapat
mengurangi daerah pemadaman [5].
14
Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian
turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini
dikelompokkan sebagai turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup
dalam air dan berada dalam rumah turbin.
3.6 Bearing
Bearing dalam Bahasa Indonesia berarti bantalan. Dalam ilmu mekanika
bearing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak
relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang
diinginkan. Bearing menjaga poros (shaft) agar selalu berputar terhadap
sumbu porosnya, atau juga menjaga suatu komponen yang bergerak linier
agarselalu berada pada jalurnya. Bearing dapat diklasifikasikan berdasarkan
gerakan yang diijinkan oleh desain bearing itu sendiri, berdasarkan prinsip
kerjanya, dan juga berdasarkan gaya atau jenis beban yang dapat ia tahan. Berikut
adalah macam-macam bearing dilihat dari berbagai aspek :
1. Jika berdasarkan gesekan yang terjadi pada bearing, maka bearing terbagi
menjadi dua jenis yakni:
a) Anti-friction bearing : yaitu bearing yang tidak akan menimbulkan gesekan.
Contoh: roller dan ball bearing
b) Friction bearing : yakni bearing kerjanya dapat menimbulkan gesekan.
Contoh: bush dan plain bearing.
15
2. Jika dilihat dari beban yang ditahan oleh bearing, maka berikut adalah
jenis-jenisnya :
a) Journal Bearing: adalah bearing yang didesain untuk menahan beban
yang tegak lurus terhadap sumbu shaft horisontal.
b) Foot step atau pivot bearing: adalah bearing yang didesain pada poros
vertikal untuk menahan beban yang paralel terhadap sumbu poros tersebut.
c) Thrust bearing: adalah bearing yang didesain untuk menahan beban
horisontal yang paralel dengan sumbu poros horisontal.
Didalam guide bearing tersebut terdapat sensor suhu untuk mengatur
temperatur oli.
16
Gambar 3.3 Sensor RTD PT 100
(Sumber : electro.com)
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa platinum memiliki koefisien yang paling kecil
yang menghasilkan kurva yang paling linear. Inilah sebabnya platinum paling banyak
digunakan dalam dunia industri. Berdasarkan koefisien temperatur tersebut maka nilai
resistansi total RTD pada temperatur °C ditunjukkan pada persamaan 3.1.
17
18
1. Rentang pengukuran
RTD dapat mengukur suhu hingga 1000⁰ C, akan tetapi sulit mendapatkan
pengukuran yang akurat dari RTD dengan suhu diatas 400⁰ C. Termokopel
dapat mengukur suhu sampai 1700⁰ C. Umumnya RTD digunakan pada suhu
dibawah 850⁰ C, dan bila suhu diatas 850⁰ C biasanya menggunakan
termokopel. Pengukuran suhu di industri biasanya 200⁰ C sampai 400⁰ C,
sehingga RTD mungkin menjadi pilihan terbaik dalam kisaran suhu tersebut.
2. Waktu respon (response time)
RTD mempunyai respon yang cepat terhadap perubahan suhu akan tetapi
kemampuan termokopel dalam merespon suhu jauh lebih cepat.
3. Getaran (vibration)
Termokopel tidak terpengaruh terhadap getaran, sedangkan RTD terpengaruh
bila ada getaran atau goncangan, sehingga bila RTD diperlukan maka RTD
thin-film biasa digunakan karena RTD thin-film lebih tahan terhadap getaran
bila dibandingkan dengan RTD standar.
4. Pemanasan sendiri (self-heating)
Sebuah RTD terdiri dari kawat atau pelapis yang sangat halus dan
membutuhkan tegangan dari power supply, sedangkan termokopel tidak
memerlukan. Meskipun arus yang diperlukan hanya sekitar 1 mA sampai 10
mA, hal ini dapat menyebabkan elemen platina RTD “memanas”. Sehingga
mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran. Hal ini mungkin terjadi bila kabel
ekstensi panjang digunakan, sehingga daya yang lebih besar mungkin
diperlukan untuk mengatasi hambatan atau resistansi kabel, dan hal ini
mengakibatkan masalah pemanasan sendiri (self-heating) meningkat.
5. Akurasi pengukuran
Secara umum RTD lebih akurat daripada termokopel. RTD menghasilkan
akurasi hingga 0,1°C sedangkan termokopel hanya 1°C.
6. Stabilitas
Stabilitas jangka panjang dari RTD sangat baik, yang berarti pembacaan yang
akan berulang dan stabil dalam waktu yang lama. Sedangkan termokopel
cenderung tidak stabil karena EMF yang dihasilkan oleh termokopel dapat
berubah dari waktu ke waktu karena oksidasi, korosi, dan perubahan lain
dalam sifat metalurgi dari elemen sensor atau penginderaan.
19
7. Harga
Meskipun ini bukan masalah teknis tapi mungkin ini penting, termokopel
memiliki harga yang jauh lebih murah daripada RTD.
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada unit 3, 4, 5 dan 6 ULPL Tes terdapat 4 bagian utama bearing yakni
turbine guide bearing, turbine thrust bearing, generator side bearing dan
generator oposite bearing. Hal ini dapat dilihat bagiannya masing-masing pada
overview unit 3, 4,5 dan 6 pada Gambar 4.1 berikut.
21
Gambar 4.1 Overview unit 3, 4, 5, dan 6
(Sumber : Doc. Pribadi)
(a) (b)
(c) (c)
Gambar 4.2 Bearing, (a) Turbine guide bearing, (b) Turbine thrust bearing, (c) Side bearing,
(d) Oposide bearing
(Sumber : Doc. Pribadi)
22
24
1. Unit 3
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 63,18
RT = 100 (1 + 0,00385(63,18))
RT = 124,32 Ω
2. Unit 4
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 61,38
RT = 100 (1 + 0,00385(61,38))
RT = 123,63 Ω
3. Unit 5
R0 = 100, 𝛼 = 0.00385, T = 62,20
RT = 100 (1 + 0,00385(62,20))
RT = 123,95 Ω
4. Unit 6
R0 = 100, 𝛼 = 0.00385, T = 61,10
RT = 100 (1 + 0,00385(61,10))
RT = 123,52 Ω
100
80
63.18 61.38 62.2 61.1 Temperatur (℃)
60 Resistansi (Ω)
40
20
0
Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6
27
1. Unit 3
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 61,02
RT = 100 (1 + 0,00385(61,02))
RT = 123,49 Ω
2. Unit 4
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 60,52
RT = 100 (1 + 0,00385(60,52))
RT = 123,30 Ω
3. Unit 5
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 62,20
RT = 100 (1 + 0,00385(62,20))
RT = 123,95 Ω
4. Unit 6
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 61,60
RT = 100 (1 + 0,00385(61,60))
RT = 123,71 Ω
29
100
80
61.02 60.52 62.2 61.6 Temperatur (℃)
60 Resistansi (Ω)
40
20
0
Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6
30
1. Unit 3
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 58,23
RT = 100 (1 + 0,00385(58,23))
RT = 122,42 Ω
2. Unit 4
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 58,39
RT = 100 (1 + 0,00385(58,39))
RT = 122,48 Ω
3. Unit 5
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 57,6
RT = 100 (1 + 0,00385(57,6))
RT = 122,18 Ω
4. Unit 6
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 58,42
RT = 100 (1 + 0,00385(58,42))
RT = 122,49 Ω
32
Tabel 4.6 Perbandingan RT dan Temperatur pada generator turbine side bearing
Pembanding Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6
Temperatur (℃) 58,23 58,39 57,6 58,42
Resistansi (Ω) 122,42 122,48 122,18 122,49
100
80
58.23 58.39 58.42 Temperatur (℃)
57.6
60 Resistansi (Ω)
40
20
0
Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6
Gambar 4.6 Perbandingan RT dan Temperatur pada generator turbine side bearing
(Sumber : Doc. Pribadi)
33
1. Unit 3
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 57,65
RT = 100 (1 + 0,00385(57,65))
RT = 122,19 Ω
2. Unit 4
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 57,45
RT = 100 (1 + 0,00385(57,45))
RT = 122,12 Ω
3. Unit 5
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 57,01
RT = 100 (1 + 0,00385(57,01))
RT = 121,95 Ω
4. Unit 6
R0 = 100, 𝛼 = 0,00385, T = 57,08
RT = 100 (1 + 0,00385(57,08))
RT = 121,98 Ω
35
Tabel 4.8 Perbandingan RT dan Temperatur pada generator turbine opposite bearing
Pembanding Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6
Temperatur (℃) 57,65 57,45 57,01 57,08
Resistansi (Ω) 122,19 122,12 121,95 121,98
100
80
Temperatur (℃)
57.65 57.45 57.01 57.08
60 Resistansi (Ω)
40
20
0
Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6
Gambar 4.7 Perbandingan RT dan Temperatur pada generator turbine side bearing
(Sumber : Doc. Pribadi)
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada bearing terdapat sistem pendingin oli bearing yaitu air dari pipa
penstock yang bertujuan untuk mendinginkan oli pada guide bearing agar
suhu tetap stabil dan tidak terjadi overheat. Dalam proses pendinginan
tersebut digunakan sensor PT 100 yang berada pada bearing agar dapat
mengukur suhu oli. Suhu normal yang dibutuh kan oli yaitu 32 ℃ - 59 ℃,
batas aman suhu pada bearing di bawah 65 ℃ jika suhu berada diatas 65 ℃
alarm otomatis akan berbunyi dan jika suhu berada pada 70 ℃ otomatis turbin
akan mati atau trip. Adapun 3 faktor yang mempengharuhi suhu pada oli yaitu
kualitas air, kualitas air dan tidak terpenuhinya kebutuhan air.
2. RTD PT 100 digunakan untuk mendeteksi suhu pada oli bearing. Prinsip
kerja RTD yakni saat temperatur elemen RTD meningkat, maka resistansi
elemen tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu
logam yang menjadi elemen resistor RTD berbanding lurus dengan
resistansinya.
3. RTD PT 100 memiliki banyak keunggulan yang membuatnya banyak dipilih
dalam dunia industri. Keungulan RTD diantaranya yaitu, akurasinya tinggi,
perubahan resistansinya dapat diperkirakan, stabilitas jangka panjang dalam
rentang suhu yang luas, data berkualitas tinggi yang tepat, data yang dapat
dipercaya yang mudah diinterpretasikan, cocok untuk pemantauan jangka
panjang karena pembacaan yang stabil dan tanpa penyimpangan pembacaan
data dan dan apat digunakan dengan kabel yang panjang (di atas 600m).
5.2 Saran
1. Hendaknya manual book didokumentasikan dengan baik agar saat terjadi
masalah dapat diselesaikan dengan cepat karena manual book merupakan
kunci utama yang diperlukan saat dilakukannya troubleshooting.
2. Perlu adanya penambahan fasilitas seperti perpustakaan serta ruangan
diskusi bagi mahasiswa/siswa yang sedang melakukan kegiatan kerja
praktek/magang.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan
39
40