Diajukan Oleh:
Arif Fadillah
NIM: 1805033002
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai derajat Ahli Madya
(A.Md) Politeknik Negeri Medan
Diajukan Oleh:
Arif Fadillah
NIM: 1805033002
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir dengan judul “PERBAIKAN ANOMALI HOTSPOT PADA CLAMP
DROPPER FASA S PENGAHANTAR SUTT 150KV PAYAGELI -
SELAYANG 1 DI PT. PLN (PERSERO) UNIT LAYANAN TRANSMISI DAN
GARDU INDUK BINJAI” guna melengkapi salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan program Diploma III Teknik Listrik di Politeknik Negeri Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan yang sangat berarti, baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
ii
10. Bapak Arie Yudho Baskoro selaku Supervisor JARGI di PT. PLN (Persero)
GI Binjai.
11. Bapak Jemino selaku Pejabat Pelaksana K3 di PT. PLN (Persero) ULTG
Binjai.
12. Seluruh staff pegawai PT. PLN (Persero) ULTG Binjai yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu
13. Kedua orang tua, Alm Bapak Surya Kaya Harahap dan Ibu Siti Khairunnisa
yang selalu mendukung, mendoakan dan mendidik penulis dengan penuh
kasih sayang.
14. Rekan-rekan praktek kerja lapangan di PT. PLN (Persero) ULTG Binjai, atas
nama Fransius P. Nainggolan, Esra Suranta Pinem, Filia Lumbantobing,
Khalil Akbar Manullang, Sisi Alisyah dan Rebekha Harianja yang selalu ada
saat penulis membutuhkan bantuan, dukungan dan semangat dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
15. Seluruh mahasiswa Prodi Listrik Polmed angkatan 2018 khususnya kelas EL-
6E atas dukungan yang diberikan kepada penulis dan segenap kalangan yang
turut berperan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, yang tak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Arif Fadillah
NIM: 1805033002
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB 2...................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
iv
2.2.5 Komponen-Komponen Yang Dilakukan Pengukuran Suhu ............ 10
BAB 3.................................................................................................................... 19
BAB 4.................................................................................................................... 22
PEMBAHASAN ................................................................................................... 22
BAB 5.................................................................................................................... 33
PENUTUP ............................................................................................................. 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 35
v
DAFTAR TABEL
Tabel 5 Hasil thermovisi kembali pada clamp dropper Payageli - Selayang 1 .... 31
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 19 Foto pengukuran suhu ulang pada clamp dropper setelah perbaikan 32
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
Sistem transmisi tenaga listrik di PT. PLN (Persero) tidak dapat terlepas dari
anomali-anomali. Maka dari itu diperlukan pemeliharaan sistem transmisi. Salah
satu jenis anomali adalah hotspot. Hotspot adalah suatu titik panas yang berlebih
pada suatu objek dan memiliki Δt > 10˚C dibandingkan objek lain yang sama di
sekitarnya. Hotspot dapat dideteksi dengan melaksanakan pengukuran suhu
menggunakan thermovisi pada peralatan yang berpotensi terjadi hotspot. Dampak
yang terjadi jika terdapat hotspot diantaranya adalah semakin besar rugi-rugi daya,
selain itu panas yang tinggi dapat menyebabkan konduktor meleleh dan dalam
waktu yang lama bisa berakibat konduktor putus. Maka dari itu kondisi hotspot
perlu segera dilakukan perbaikan. Pada anomali hotspot yang terjadi di clamp
dropper fasa S penghantar Payageli – Selayang 1, Δt fasa S terhadap fasa R
adalah 52,7 ˚C dan terhadap fasa T adalah 47,6 ˚C. Ini berarti peralatan berada
pada kategori III dengan rekomendasi perbaiki atau ganti secepatnya maksimal 1
minggu. Maka dari itu dilakukan perbaikan pada clamp dropper fasa S dengan
mengganti clamp dropper karena clamp dropper yang lama ukurannya tidak
sesuai dengan diameter konduktor sehingga terjadi hotspot. Setelah dilakukan
penggantian clamp dropper, peralatan diuji kembali dengan melakukan
pengukuran suhu dengan thermovisi. Didapat hasil Δt fasa S terhadap fasa R
adalah 0 ˚C dan terhadap fasa T adalah 1,6 ˚C. Perbaikan hotspot berhasil
dilakukan karena Δt fasa S terhadap fasa lainnya < 10˚C.
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Anomali hotspot adalah salah satu jenis anomali yang disebabkan oleh gangguan
internal pada sistem transmisi. Anomali hotspot merupakan suatu titik panas yang
berlebih pada komponen jaringan Transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Anomali
hotspot sering terjadi pada titik joint maupun clamp pada SUTT dan atau SUTET
yang disebabkan oleh peningkatan nilai arus atau pun nilai tahanan yang tinggi
pada titik joint atau pun clamp tersebut. Nilai tahanan yang tinggi tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti joint atau pun clamp tidak terpasang dengan
benar, clamp yang terpasang tidak sesuai dengan diameter konduktor sehingga
terpasang longgar, clamp yang kotor oleh polutan, dan jenis sambungan
konduktor yang berbeda.
Beberapa dampak dari hotspot adalah terjadi rugi-rugi daya pada penghantar
tersebut, konduktor meleleh dan dalam waktu yang lama dapat berakibat
konduktor putus. Maka dari itu kondisi hotspot yang terjadi perlu segera
dilakukan perbaikan agar kondisi sistem transmisi tetap handal.
1
terhadap fasa T adalah 47,6 °C. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat
mengganggu kehandalan sistem penyaluran jika konduktor sampai putus karena
meleleh.
Berdasakan hal tersebut maka dilakukan perbaikan hotspot yang terjadi pada
Clamp Dropper Fasa S Penghantar Payageli – Selayang 1 untuk mengembalikan
kondisi peralatan ke kondisi semula. Denah lokasi penghantar terdapat pada
lampiran 1.
Hanya membahas mengenai anomali hotspot yang terjadi pada jaringan transmisi.
Tidak membahas anomali-anomali lain selain hotspot.
2
1.6 Sistematika Laporan
Sistematika penulisan yang akan dibahas dalam laporan ini terbagi dalam 5 bab,
yaitu:
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini berisi kajian pustaka dan landasan teori dalam pembuatan laporan tugas
akhir ini
BAB 3. METODE
Bab ini berisi uraian tentang alur Rancang Bangun, dilengkapi dengan diagram
alir, seperti: deskripsi alat (alat apa yang hendak dibuat) mulai dari rancangan
awal, bahan yang digunakan, langkah pengerjaan, sampai selesai alat tersebut,
serta metode pengujiannya.
Memuat hasil yang telah diperoleh dari tugas akhir ini. Untuk mendukung
pemaparan dapat pula dilengkapi dengan tabel ataupun gambar/grafik/diagram.
BAB 5. PENUTUP
Bab ini berisi mengenai simpulan dan saran dari laporan tugas akhir ini.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dicky Arnold Sihombing (2020), dalam tugas akhir yang berjudul “Studi
Perbaikan Anomali Hotspot Pada Clamp Deadend Crossbar Phasa R Glugur-
Payageli 2 PT. PLN (Persero) Gardu Induk Payageli”.
Dalam tugas akhir ini dikatakan Pengukuran suhu dengan thermography akan
selalu memberikan nilai absolut dari objek terukur. Untuk menentukan dengan
benar apakah suhu objek terlalu panas (overheating), dilakukan pendekatan yang
harus dilakukan dalam menyikapi hasil ukur yang didapat dengan cara
membandingkan hasil ukur objek lain yang sama disekitarnya (objek tetangga).
Pada suhu operasinya, peralatan listrik yang rusak atau bekerja dalam kondisi
tidak normal akan memberikan hasil ukur yang berbeda dengan peralatan listrik
lain yang sama di sekitarnya.
Desi Fartika (2020), dalam proyek akhir yang berjudul “Menentukan Dan Melihat
Titik Hotspot Pada Tower 150 kV Di Pasar Kemis Baru-Pasar Kemis Lama
Dengan Menggunakan Metode Thermovisi”.
Pengukuran thermovisi adalah salah satu teknik dari jarak jauh untuk melihat suhu
dengan menggunakan alat thermal imagers yang kemudian ditangkap dan
ditampilkan ke sebuah display dengan menggunakan teknologi inframerah.
Ghofur Barum Kosasih (2017), dalam skripsi yang berjudul “Analisa Rugi-Rugi
Daya Pada Saluran Transmisi Tegangan Tinggi 150kV Pada Gardu Induk Jajar –
Gondangrejo”.
Dalam skripsi ini dikatakan untuk menghitung rugi-rugi daya pada penghantar
jaringan tiga fasa dari gardu induk jajar ke gardu induk gondangrejo
menggunakan persamaan Plosses = 3.I2.R.
4
Dalam proyek akhir ini dikatakan Pendeteksian dengan alat thermovisi adalah
sebuah alat yang berguna untuk mengecek suhu yang panas sekali maupun suhu
normal maka nantinya dapat ditampilkan pada alat tersebut.
Penyebab hotspot di titik sambungan dengan temperatur yang tidak sama di setiap
clamp sambungan bisa disebabkan oleh nilai arus yang tidak seimbang tetapi
tahanan kontak clamp sama atau arus yang seimbang tetapi tahanan kontak clamp
berbeda maka akan terjadi Δt pada antar fasanya.
Penyebab kenaikan nilai tahanan ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti mur baut
yang kendur, korosi pada clamp, banyaknya polutan yang terjadi pada clamp dan
ketidaksesuaian ukuran konduktor dengan clamp. Sedangkan kenaikan arus
dipengaruhi oleh fluktuasi pemakaian beban oleh masyarakat.
Kondisi hotspot harus segera dilakukan perbaikan karena memiliki dampak yang
merugikan pada kehandalan sistem transmisi. Kondisi hotspot mengakibatkan
rugi-rugi daya pada penghantar membesar, selain itu kondisi hotspot juga dapat
mengakibatkan konduktor meleleh yang jika berlangsung dalam waktu yang lama
konduktor bisa putus.
Clamp pada SUTT dan atau SUTET adalah suatu komponen yang digunakan
untuk memegang konduktor. Clamp dropper adalah clamp yang digunakan pada
konduktor guna menurunkan konduktor dari tower menuju peralatan switching di
switchyard. Jenis clamp yang digunakan pada dropper adalah clamp T. Pada
gambar 1 adalah contoh gambar clamp dropper.
5
Gambar 1 Clamp dropper
Pemeliharaan SUTT dan atau SUTET memegang peranan sangat penting dalam
menunjang kualitas dan keandalan penyediaan tenaga listrik kepada konsumen.
Pemeliharaan SUTT dan atau SUTET adalah proses kegiatan yang bertujuan
mempertahankan atau menjaga kondisi SUTT dan atau SUTET, sehingga dalam
pengoperasiannya SUTT dan atau SUTET dapat selalu berfungsi sesuai dengan
karakteristik desainnya dan mencegah terjadinya gangguan yang merusak.
Efektifitas dan efisiensi dari pemeliharaan SUTT dan atau SUTET dapat dilihat
dari:
6
Gambar 2 Metode pemeliharaan SUTT dan atau SUTET
7
pada peta kerawanan instalasi (polusi tinggi, rawan petir dan tegakan)
serta setelah gangguan yang memerlukan investigasi lanjutan di lapangan.
1) In service Measurement
2) Shutdown Testing
1) Planned
8
Planned adalah pemeliharaan yang dilakukan karena peralatan mengalami
kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya, dengan
tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula melalui perbaikan (repair)
ataupun penggantian (replace) secara terencana. Acuan tindak lanjut yang
digunakan pada Planned Corrective Maintenance berdasarkan hasil
pemeriksaan Ground patrol, Climb Up Inspection dan pengujian pada
Predictive Maintenance.
2) Unplanned
9
Gambar 3 Kamera thermovisi Satir D300
Radiasi sinar infra merah dapat digunakan untuk bermacam-macam, antara lain
melihat dalam kegelapan dan menentukan suhu dari suatu benda dari jarak jauh.
Teknik melihat suhu dari jauh ini dikenal dengan thermography. Dengan cara ini
maka dapat diketahui bagian-bagian suatu peralatan yang mengalami panas
berlebih di luar kebiasaan. Tingginya suhu dapat dilihat pada skala warna. Bila
suhu tertinggi yang terekam masih di bawah yang diijinkan, maka evaluasi foto
dianggap normal. Namun bila terjadi pemanasan lebih setempat, sehingga terdapat
perbedaan suhu yang signifikan dari gradasi warna antar bagian peralatan,
berapapun besarnya maka keadaan ini harus segera ditangani, karena pasti terjadi
penyimpangan.
10
2.2.4.1 Bare Conductor OHL
Konduktor sebagai media pembawa arus pada SUTT dan atau SUTET dengan
kapasitas arus sesuai spesifikasi atau ratingnya yang direntangkan lewat tiang-
tiang SUTT dan atau SUTET melalui insulator-insulator sebagai penyekat
konduktor dengan tiang. Pada tiang tension, konduktor dipegang oleh strain
clamp dan atau compression dead end clamp, sedangkan pada tiang suspension
dipegang oleh suspension clamp. Bahan konduktor yang dipergunakan untuk
saluran energi listrik perlu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1) Konduktivitas Tinggi
2) Kekuatan tarik menarik tinggi
3) Berat jenis yang rendah
4) Ekonomis
5) Lentur atau tidak mudah patah.
Biasanya konduktor pada SUTT dan atau SUTET merupakan konduktor berkas
(stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar
dibanding konduktor pejal dan mempermudah dalam penanganannya.
Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai kuat mekanik
tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium yang mempunyai
konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih menyukai bagian luar konduktor
11
dari pada bagian sebelah dalam konduktor, maka pada sebagian besar SUTT
maupun SUTET menggunakan konduktor jenis ACSR.
Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis
ACSR, yaitu konduktor jenis ACSR yang konduktor steelnya dilapisi dengan
aluminium. Berikut ini pada gambar 4 adalah gambar konduktor ACSR.
Pada saluran transmisi yang mempunyai kapasitas penyaluran atau beban sistem
tinggi maka dipasang konduktor jenis TACSR. Konduktor jenis ini mempunyai
kapasitas lebih besar tetapi berat konduktor tidak mengalami perubahan yang
banyak, tetapi berpengaruh terhadap sagging. Berikut pada gambar 5 merupakan
gambar konduktor jenis TACSR.
12
2.2.4.1.2.3 Konduktor Jenis ACCC (Aluminium Conductor Composite Core)
Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa composite yang mempunyai kuat
mekanik tinggi, dikarenakan tidak dari bahan konduktif, maka bahan ini tidak
mengalami pemuaian saat dibebani arus maupun tegangan. Untuk konduktor jenis
ini tidak mengalami korosi cocok untuk daerah pinggir pantai, sedangkan bagian
luarnya berupa aluminium yang mempunyai konduktivitas tinggi. Konduktor jenis
ini dipilih karena memiliki karakteristik high conductivity dan low sag conductor.
Berikut ini pada gambar 6 merupakan gambar bagian-bagian ACCC.
13
a. Selongsong steel, berfungsi untuk menyambung steel atau bagian dalam
konduktor penghantar ACSR dan TACSR.
b. Selongsong aluminium berfungsi untuk menyambung aluminium atau
bagian luar konduktor penghantar ACSR dan TACSR.
c. Selongsong steel, berfungsi untuk menyambung Composite Carbon dalam
konduktor penghantar ACCC.
d. Selongsong aluminium berfungsi untuk menyambung aluminium atau
bagian luar konduktor penghantar ACCC.
3) Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT, dan lain-lain.
14
2.2.4.3 Jumper Joint
Jumper joint berfungsi sebagai pembagi arus pada titik sambungan konduktor.
Berikut ini pada gambar 8 merupakan contoh gambar jumper joint.
15
2.2.4.5 Strain Clamp
Komponen ini berfungsi sebagai pemegang konduktor pada tower tension. Pada
gambar 11 ditunjukkan contoh gambar Dead end compression.
Komponen ini berfungsi untuk melindungi alumunium konduktor dari putus urat
alumunium konduktor tersebut. Repair sleeve dipasang pada kondisi urat
alumunium konduktor putus maksimal 4 urat. Berikut pada gambar 12
ditampilkan gambar Repair Sleeve.
16
Gambar 12 Repair sleeve
t t1 - t2 ................................................................................................. (1)
17
2.2.7 Rugi-Rugi Daya Akibat Hotspot
Panas yang timbul pada jaringan transmisi mengakibatkan adanya rugi rugi daya
yang besar. Rugi-rugi daya bertambah besar karena meningkatnya nilai tahanan.
I = Arus (A)
R = Tahanan (Ω)
Untuk mencari nilai resistansi atau tahanan pada kawat penghantar dapat
digunakan rumus:
l
R ................................................................................................... (3)
A
Setelah mendapat nilai Resistansi penghantar ketika hotspot, maka rugi-rugi daya
pada penghantar ketika hotspot dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.
18
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini sebagai berikut:
1) Studi Literatur
Mengumpulkan bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan hotspot dari
buku-buku refrensi dan internet.
2) Tanya Jawab
Melakukan tanya jawab dengan mentor atau pembimbing lapangan dan
pembimbing akademik untuk menyelesaikan tugas akhir.
3) Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan dan ikut secara langsung di lapangan saat
pekerjaan perbaikan hotspot di clamp dropper fasa S penghantar Payageli
– Selayang 1 dilaksanakan.
4) Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas
akhir.
19
3) Dari hasil analisa tersebut didapatkan bahwa hasil ukur ∆t fasa S terhadap
fasa sebelahnya > 30˚C, sesuai dengan Standar Evaluasi hasil ukur
thermovisi, hasil tersebut masuk dalam kategori III dengan kondisi panas
berlebih (overheating) akut dan direkomendasikan untuk perbaiki atau
ganti secepatnya maksimal 1 minggu.
4) Pada 24 Maret 2021, dilakukan perbaikan hotspot pada Clamp Dropper
Fasa S Penghantar Payageli – Selayang 1 untuk mengembalikan kondisi
peralatan ke kondisi normal dengan cara mengganti clamp dropper yang
tidak sesuai dengan diameter konduktor dengan clamp dropper yang
sesuai dan juga mengganti konduktor lama yang rantas dengan konduktor
baru.
5) Hasil perbaikan dievaluasi dengan cara melakukan Pengukuran suhu ulang
dengan alat thermovisi pada clamp dropper fasa S untuk melihat apakah
masih ada hotspot atau tidak.
6) Didapat nilai ∆t fasa S terhadap fasa sebelahnya < 10 ˚C (Kategori I, awal
kondisi panas berlebih, dengan rekomendasi lanjutkan pengujian rutin 6
bulanan) dengan kesimpulan perbaikan hotspot sukses dilakukan.
20
3.3 Diagram Alir atau Flowchart
Berikut pada gambar 13 adalah diagram alir atau flowchart dari penelitian.
Mulai
Pengukuran Suhu
Kondisi Normal
Peralatan
yang dikukur
Perbaikan
Selesai
21
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada 23 Maret 2021 dilakukan pengukuran dengan alat thermovisi pada Clamp
Dropper Penghantar Payageli – Selayang 1. Alat yang digunakan adalah
thermovisi SATIR D300 dengan spesifikasi alat dilampirkan pada lampiran 2.
Didapatkan hasil pengukuran suhu ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2 Hasil thermovisi clamp dropper penghantar Payageli - Selayang 1
Tanggal Fasa Suhu Clamp ΔT (Suhu Clamp – Suhu Clamp Fasa Sebelah)
= 80,2 – 27,5
= 52,7 ˚C
22
= 80,2 – 32,6
= 47,6 ˚C
Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa terjadi anomali hotspot pada Clamp
Dropper fasa S dengan Δt > 30°C sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk
mengembalikan ke kondisi semula dan mencegah terjadinya gangguan yang
merusak pada jaringan Transmisi.
Berikut gambar 14, gambar 15, dan gambar 16 adalah foto hasil ukur dengan
thermovisi pada Clamp Dropper Penghantar Payageli – Selayang 1.
23
Gambar 16 Foto thermovisi clamp dropper fasa T
24
4.2 Rugi-Rugi Daya Akibat Hotspot
Data arus pada ketiga fasa didapatkan dari panel kubikel GI Payageli, data arus
ditunjukkan pada tabel 3 di bawah.
Tabel 3 Arus pada penghantar Payageli - Selayang 1
Dari data arus dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan arus yang terlalu besar
diantara ketiga fasanya, artinya hotspot pada fasa S diakibatkan oleh kenaikan
nilai tahanan pada fasa S tersebut.
Untuk menghitung rugi-rugi daya pada penghantar maka perlu dicari terlebih
dahulu nilai resistansi penghantar.
Maka:
ρ = 2,65 × 10-8 Ωm
l = 10.480 m
A = 3×10-4 m2
25
l
R
A
10.480 m
R 2,65 10 -8 m
3 10 - 4 m 2
27.772 10 8 m 2
R
3 10 4 m 2
R 0,925
Setelah didapatkan nilai tahanan penghantar maka perlu diketahui perubahan nilai
tahanan terhadap perubahan temperatur pada penghantar. Temperatur pada
penghantar saat pengukuran adalah 32,5°C dan temperatur pada kondisi hotspot
adalah 80,2°C.
Maka:
Rt1 = 0,925 Ω
α = 0,004 Ω/°C
t1 = 25°C
t2 = 80,2°C
Besar arus di penghantar fasa S pada saat kondisi hotspot adalah 83 A dengan
tegangan 150kV. Data arus didapatkan dari panel kubikel GI Payageli. Maka rugi-
rugi daya pada penghantar fasa S ketika hotspot adalah
Plosses S I 2 Rt2
Plosses S 83 A 1,10149
2
Plosses S 7.588,16 W
Plosses S 7,588 kW
26
Rugi - rugi daya fasa R
Plosses R I 2 Rt1
Plosses R 86 A 0,925
2
Plosses R 6.841,3 W
Plosses R 6,841 kW
Plosses T 7.163,2 W
Plosses T 7.163,2 kW
Dapat dilihat dari hasil perhitungan rugi-rugi daya diatas, walaupun fasa S
memiliki nilai arus paling kecil namun karena adanya hotspot pada fasa tersebut
maka rugi-rugi daya pada fasa tersebut yang paling besar. Dari rugi-rugi daya
pada ketiga fasa tersebut maka rugi-rugi total pada penghantar:
Setelah dilakukan analisa terhadap hasil pengukuran suhu dengan thermovisi pada
Clamp Dropper Fasa S Penghantar Payageli – Selayang 1, didapatkan hasil bahwa
terjadi hotspot pada clamp dropper tersebut dengan hasil pengujiannya berada
pada kategori III dan perlu dilakukan perbaikan atau ganti secepatnya maksimal 1
minggu. Hotspot yang terjadi juga telah menyebabkan konduktor dropper meleleh
dan rantas sehingga perlu juga dilakukan penggantian konduktor baru.
Maka dari itu pada tanggal 24 Maret 2021 dilakukan perbaikan anomali hotspot
pada Clamp Dropper Fasa S Penghantar Payageli – Selayang 1 dan juga
penggantian konduktor rantas untuk segera mengembalikan kondisi peralatan ke
kondisi semula.
27
Tabel 4 Alat, material dan peralatan K3 yang digunakan
Alat
No Nama peralatan Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Capstan atau BV 1 Set
2 Steel sling 3 ton 1 Buah
3 Webbing sling 1 ton 3 Buah
4 Katrol 3 Buah
5 Chain hoist 1,5 ton 1 Buah
6 Tool set 1 Set
7 Gerinda tangan 1 Set
8 Tackle 1 Buah
9 Cordless impact 1 Set
10 Kabel roll 50 meter 1 Buah
11 Tali tambang 15 meter 2 Buah
Material
No Nama bahan Spesifikasi Jumlah Satuan
2
1 Clamp T Horizontal 300mm 1 Set
Vertikal 400mm2
2 Konduktor TAL 400 mm2 1 Buah
Peralatan K3
No Alat K3 Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Ground flexible 1 Buah
2 Rambu bahaya 1 Set
3 Rantai pembatas 1 Buah
4 Full body harness 4 Buah
5 Sepatu safety
6 Sarung tangan kerja
7 Helm safety
8 Wearpack
Foto alat kerja, material, serta peralatan K3 dilampirkan pada lampiran 4.
Metode perbaikan yang dilakukan adalah turun konduktor dengan urutan proses
perbaikan sebagai berikut:
1) Manuver pemadaman pada line 1 penghantar Payageli – Selayang.
2) Melaksanakan safety briefing sebelum bekerja.
3) Memasang ground flexible atau ground lokal pada kedua sisi dari lokasi
kerja yaitu pada sisi tower 1 Payageli - Selayang dan pada sisi konduktor
dropper di antara Lightning Arrester (LA) dan Capasitive Voltage
Transformer (CVT).
28
4) Konduktor dropper yang terpasang pada peralatan switchyard dilepas.
5) Steel sling dipasang pada capstan atau BV dengan diputar pada capstan
atau BV.
6) Capstan atau BV dipasang pada tiang gantry untuk menurukan konduktor.
7) Pengawas Pekerjaan dan Pelaksana Pekerjaan menaiki tiang gantry dengan
membawa steel sling dan peralatan kerja.
8) Pelaksana pekerjaan memasang 3 katrol pada tiang gantry yang akan
dilalui oleh steel sling, salah satu katrol tepat tegak lurus di atas capstan,
katrol kedua lurus di samping katrol pertama, dan katrol ketiga di samping
katrol kedua dan tepat di depan konduktor fasa S.
9) Steel sling diikat dengan webbing sling dan webbing sling tersebut diikat
ke isolator dan konduktor.
10) Tackle dipasang untuk memegang konduktor dan dihubungkan ke Chain
Hoist yang terpasang di tiang gantry.
11) Konduktor yang telah dipegang oleh tackle ditarik oleh Chain Hoist
sehingga sagging pada isolator menjadi kendur.
12) Isolator diikat dengan tali tambang untuk mengontrol konduktor agar tidak
menabrak peralatan di switchyard saat diturunkan.
13) Shackle isolator dilepas dari gantry.
14) Tackle dilepas dari konduktor sehingga beban konduktor ditahan oleh
capstan atau BV.
15) Konduktor diturunkan secara perlahan dengan mengulur steel sling
menggunakan capstan hingga clamp dropper turun ke tanah.
16) Capstan dikunci agar tidak terus mengulur steel sling sehingga konduktor
hanya diturunkan sampai posisi clamp dropper dapat dilakukan perbaikan.
17) Sebelum mengganti clamp, clamp baru dibersihkan terlebih dahulu dengan
gerinda amplas untuk membersihkan dari debu dan polutan.
18) Clamp lama dibuka dan dilakukan penggantian clamp dropper dengan
clamp T ukuran 300mm2 untuk horizontal dan 400mm2 untuk vertikal.
19) Konduktor dropper diganti dengan konduktor TAL 400mm2 karena sudah
rantas akibat hotspot.
29
20) Isolator sekalian dilakukan pemeliharaan dengan dibersihkan dari kotoran
mengunakan sakaphen dan kain majun.
21) Clamp dan konduktor baru dipasang kemudian dinaikkan kembali
menggunakan capstan dengan cara menarik steel sling.
22) Shackle isolator dipasang kembali ke gantry.
23) Webbing sling dilepas dari konduktor dan isolator.
24) Pelaksana pekerjaan dan pengawas pekerjaan turun dari tiang gantry
dengan membawa semua peralatan kerja.
25) Semua peralatan disimpan dan pastikan tidak ada yang tertinggal di lokasi
kerja.
26) Ground flexible dilepas.
27) Pengawas pekerjaan menyampaikan ke penanggung jawab pekerjaan
bahwa pekerjaan telah selesai dan sistem siap untuk dipulihkan.
28) Manuver pemulihan line 1 penghantar Payageli – Selayang.
29) Dilakukan pengukuran suhu kembali setelah penghantar energize.
Dari hasil perbaikan yang dilakukan ditemukan hotspot terjadi karena clamp T
yang digunakan sebelumnya tidak sesuai dengan diameter konduktor sehingga
clamp longgar dan nilai tahanannya menjadi tinggi. Hal itu berakibat konduktor di
dalam clamp meleleh dan konduktor menjadi rantas. Kondisi clamp longgar dan
konduktor rantas dapat dilihat pada gambar 18.
Konduktor meleleh
Clamp longgar
Konduktor rantas
30
Dokumentasi proses perbaikan dilampirkan pada lampiran 5. Berita acara
perbaikan anomali hotspot dilampirkan pada lampiran 6.
Tanggal Fasa Suhu Clamp ΔT (Suhu Clamp – Suhu Clamp Fasa Sebelah)
= 25,1 – 25,1
= 0 °C
31
= 25,1 – 26,7
= -1,6 °C
Dari hasil pengukuran suhu kembali dengan thermovisi didapat hasil Δt fasa S
terhadap fasa sebelahnya < 10 °C, maka dari itu hasil pengukuran masuk kedalam
kategori I dengan rekomendasi lanjutkan pengujian rutin 6 bulanan, artinya
perbaikan anomali hotspot berhasil dilakukan karena tidak ditemukan lagi hotspot
pada peralatan setelah dilakukan perbaikan. Foto pengukuran suhu ulang dengan
thermovisi dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 19 Foto pengukuran suhu ulang pada clamp dropper setelah perbaikan
32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1) Hotspot yang terjadi pada Clamp Dropper disebabkan oleh Clamp yang
digunakan tidak sesuai ukurannya dengan diameter konduktor sehingga
nilai tahanan pada clamp menjadi tinggi.
2) Hotspot yang timbul mengakibatkan rugi-rugi daya membesar pada
penghantar sebesar 21,592 kW.
3) Metode perbaikan anomali hotspot yang dilakukan adalah dengan metode
turun konduktor yang kemudian clamp lama diganti dengan clamp baru
yang ukurannya sesuai dengan diameter konduktor.
4) Temperatur sebelum perbaikan hotspot pada clamp, suhu fasa R=27,5˚C
fasa S=80,2˚C fasa T=32,6˚C, setelah dilakukan perbaikan hotspot
temperatur clamp turun pada fasa R=25,1˚C fasa S=25,1˚C fasa T=26,7˚C
sehingga Δt fasa S setelah perbaikan terhadap fasa R adalah 0˚C dan
terhadap fasa T adalah 1,6˚C.
5.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Ashuri, 2020, Pedoman Penulisan Laporan PKL, Tugas Akhir, Dan Skripsi,
Politeknik Negeri Medan, Medan.
Kosasih, Gofur Barum, 2017, Analisa Rugi-Rugi Daya Pada Saluran Transmisi
Tegangan Tinggi 150kV Pada Gardu Induk Jajar – Gondangrejo,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Putra, Ramadhani Roni, 2018, Thermovisi Untuk Melihat Hotpoint Pada Gardu
Induk 150KV Palur, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sihombing, Dicky Arnold, 2020, Studi Perbaikan Anomali Hotspot Pada Clamp
Deadend Crossbar Phasa R Glugur-Payageli 2 PT. PLN (Persero) Gardu
Induk Payageli, Politeknik Negeri Medan, Medan.
Satir, 2021, SATIR D300 – SATIR Most Innovative Thermal Imaging Camera,
online https://satir.com/product/satir-d300, diakses 13 Agustus 2021.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah penghantar SUTT Payageli - Selayang
35
Lampiran 2 Technical Data atau Spesifikasi SATIR D300
36
Lampiran 2 lanjutan
37
Lampiran 3 Berita acara pengukuran suhu dan temuan hotspot
38
Lampiran 3 lanjutan
39
Lampiran 4 Foto alat kerja, material, dan peralatan K3
Foto tackle
40
Lampiran 4 lanjutan
41
Lampiran 4 lanjutan
Foto katrol
42
Lampiran 4 lanjutan
43
Lampiran 4 lanjutan
44
Lampiran 4 lanjutan
45
Lampiran 4 lanjutan
46
Lampiran 4 lanjutan
47
Lampiran 5 Foto proses pekerjaan perbaikan hotspot
48
Lampiran 5 lanjutan
Foto saat mengontrol konduktor dan isolator agar tidak menabrak peralatan
switchyard ketika diturunkan
49
Lampiran 5 lanjutan
Clamp longgar
Konduktor rantas
50
Lampiran 5 lanjutan
51
Lampiran 6 Berita acara perbaikan anomali hotspot
52
Lampiran 6 lanjutan
53
Lampiran 7 Surat pernyataan tanda tangan digital
54