Anda di halaman 1dari 70

ML /ver 1.

4/2021

MODUL PRAKTIKUM MESIN LISTRIK

Disusun Oleh :
Ir. RI Munarto, M.Eng
Asisten Laboratorium Tenaga

LABORATORIUM TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
PERATURAN PRAKTIKUM

I. FORMAT PENULISAN LAPORAN


a. Margin: Top = 4 cm, Bottom = 3 cm
Left = 4 cm, Right = 3cm
b. Kertas A4.
c. Judul Time New Roman 14 Pt, Bold.
d. Italic untuk penggunaan bahasa Inggris.
e. Isi Times New 12 Pt.
f. Spasi 1,5 tidak ada space setelah dan sebelum paragraph.
g. Gambar.

Gambar 1.1 Stabilitas Relatif [1]


Gambar dan nama gambar harus proporsional, jelas dengan ukuran yang tidak
berlebihan, letak center, diberikan sumber referensi dari mana diperoleh gambar
tersebut, berlaku untuk persamaan, dan bunyi hukum.
h. Setiap bab berisi
1. BAB I MEDOTODOGI PRAKTIKUM
Berisi langkah kerja atau prosedur percobaan pada saat praktikum minimal
2 lembar.
2. BAB II TUGAS
Berisi tugas pendahuluan, tambahan, dan modul minimal 2 lembar.
3. BAB III ANALISIS
Berisi analisis atau penjelasan praktikum yang dilakukan didasari teori
yang berasal dari sumber yang terpercaya minimal 3 lembar.
4. BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dari percobaan yang dilakukan, merupakan jawaban dari
tujuan pada saat praktikum minimal 1 lembar.
5. DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar rujukan atau pustaka yang telah digunakan pada laporan
praktikum. Rujukan yang diperbolehkan meliputi jurnal ilmiah, prosiding
seminar, text book, majalah ilmiah dan sumber lain yang dapat
dipertanggung jawabkan. Adapun tata cara penulisan referensi tergantung
pada style penulisan sitasi yang digunakan adalah IEEE.
6. LAMPIRAN
Berisikan blanko percobaan dan grafik.

2. PERATURAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK SECARA DARING


1. Praktikan wajib on cam dan memakai kemeja saat praktikum.
2. Dilarang berisik, gaduh, bercanda, makan dan minum selama daring.
3. Terlambat maksimal 10 menit, tiap menit point penilaian berkurang 1
lebih dari 10 menit, tidak diizinkan join meet.
4. Praktikan wajib membuka modul.
5. Praktikan wajib menonton video praktikum via Youtube Lab JTE sebelum
pertemuan secara daring.
6. Praktikan wajib menguasai modul yang akan dipraktikumkan.
7. Bobot nilai :
a. Tes Lisan (10%)
b. Laporan (40%)
c. Praktikum (20%)
d. Responsi (30%)
8. Tes lisan akan diberi sebelum praktikum dimulai.
9. Pengumpulan laporan maksimum 2 x 24 jam setelah praktikum berakhir.
Jika telat maksimal 2x24jam dengan pengurangan point yang telah
ditentukan (1x24jam pertama -5, 1x24 berikutnya -5+10)
10. Softcopy laporan dikirimkan ke email labtenagauntirta@gmail.com
Laporan dikirimkan melalui email dengan subjek:
[ML][Kode Asisten][Modul] nama praktikan.
Contoh :[ML][AM][1] Fulan
Kode:
[AM] untuk Amil Mukrod
[AL] untuk Muhamad Abil Latif
[MW] untuk Masaji Wijaya
[IJ] untuk Ibnu Muniron Jamiludin
11. Tidak ada revisi.
12. Tidak ada Change shift.
13. Bagi praktikan yang berhalangan (izin, sakit, terlambat, dll) dan tidak
mendapatkan change shift, boleh mengikuti praktikum susulan (inhal).
Inhal akan diadakan diakhir praktikum sebelum responsi.
14. Responsi wajib diikuti untuk semua praktikan tanpa terkecuali. Bagi yang
berhalangan maka dipastikan tidak lulus praktikum.
15. Praktikan yang tidak patuh pada peraturan akan dikenakan sanksi dan atau
dikeluarkan dari Meet.
16. Untuk praktikan yang inhal, wajib untuk menghubungi asisten yang
bersangkutan.
17. Inhal diperbolehkan maksimal 2 kali.
PANDUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1. Perhatikan tempat – tempat sumber listrik (stop kontak dan circuit


breaker) dan cara menghidupkan-mematikannya. Bila melihat ada
kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten.
2. Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik
secara tidak sengaja, misalnya kabel yang terkelupas.
3. Dilarang melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain.
4. Dilarang melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api
atau panas yang berlebihan pada diri sendiri atau orang lain.
5. Selalu waspada terhadap bahaya listrik, api atau panas berlebih pada setiap
aktivitas di laboratorium.
6. Menjauh dari ruang laboratorium apabila terjadi bahaya api atau panas
berlebih.
7. Dilarang membawa barang yang mudah terbakar (korek api, gas dll.) dan
benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke dalam laboratorium bila
tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan.
8. Dilarang menggunakan perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung,
gelang dll.
9. Hindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri
atau orang lain.
10. Keringkan bagian tubuh yang basah misalnya keringat atau sisa air wudhu.
MODUL I
KARAKTERISTIK START DAN PENGATURAN ARAH
PUTARAN MOTOR INDUKSI SATU FASA

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu merangkai dan mengoperasikan motor induksi 1 fasa
sesuai dengan gambar.
2. Mahasiswa memahami cara kerja motor induksi 1 fasa.
3. Mahasiswa memahami cara start pada motor induksi 1 fasa.
4. Mahasiswa dapat mengoperasikan motor induksi 1 fasa pada arah putaran
searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.

B. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


1. Single phase supply unit (PTE-052-02)
2. Variable AC power supply (PTE-052-03)
3. Main switch (PTE-046-22)
4. Single phase capasitor AC motor (PTE-046-04)
5. Digital power meter (PTE-046-28)
6. Capavitive load (PTE-045-025)
7. Safety connecting leads

C. DASAR TEORI
1. Karakteristik Start Pada Motor Induksi Satu Fasa
Motor induksi satu fasa merupakan motor serba guna yang banyak
digunakan pada alat-alat rumah tangga. Masukan motor induksi jenis ini
hanya membutuhkan arus bolak-balik satu fasa yang banyak tersedia di
rumah. Karena itu, motor induksi satu fasa digunakan sebagai penggerak
mesin cuci, pompa air, dan alat-alat lain.
Cara kerja motor induksi adalah dengan memanfaatkan gaya Lorentz
yang ditimbulkan akibat adanya arus yang mengalir di stator dan rotor.
Arus yang mengalir pada rotor menimbulkan medan magnet yang
berputar. Medan magnet ini menyebabkan terimbasnya tegangan induksi
pada rotor. Karena rotor dihubung-singkat, maka akan timbul arus pada
rotor. Interaksi antara medan stator dan arus rotor ini yang menyebabkan
timbulnya gava Lorentz sehingga motor berputar.
Secara sekilas, prinsip induksi elektromagnet yang terjadi antara
belitan stator dan rotor mirip dengan cara kerja pada transformator.
Berbeda dengan jenis motor lain, motor induksi hanya membutuhkan
satu masukan yang diberikan pada belitan stator. Arus pada rotor
didapatkan dengan cara induksi elektromagnet. Oleh karena itu, motor
AC jenis ini dinamakan motor induksi. Catatan penting yang perlu
diketahui dalam mengoperasikan motor induksi adalah harus adanya
perbedaan kecepatan antara medan putar stator dengan kecepatan aktual
rotor. Bila kecepatan keduanya sama, tidak akan ada tegangan induksi
yang timbul di stator. Perbedaan kecepatan ini dinamakan slip yang
besarnya satu pada saat mulai, dan mendekati nol pada saat berputar.
slip =

Dimana : Ns= kecepatan medan putar stator


Nr= kecepatan aktual rotor

Untuk membuat motor induksi dapat berputar, diperlukan adanya


medan putar yang bergerak searah yang timbul pada stator. Medan putar
searah ini baru bisa timbul apabila ada dua belitan atau lebih yang
berbeda fasanya. Pada motor induksi satu fasa hanya ada satu belitan
yang tidak memungkinkan timbulnya medan putar searah. Bila hanya ada
satu belitan, medan yang ditimbulkan hanyalah medan bolak-balik yang
bisa diartikan sebagai dua buah medan putar yang bergerak berlawanan
arah.
Pada saat start, ketika slip 1, tidak ada torka (gaya putar, momen
gaya) yang timbul pada motor. Keadaan ini membuat motor induksi satu
fasa tidak dapat melakukan start sendiri. Agar bisa langsung berputar,
perlu adanya torka atau dorongan awal yang diberikan kepada rotor
motor tersebut. Setelah motor berputar, maka medan putar yang timbul
akan berputar satu arah sesuai dengan arah putaran motor induksi satu
fasa tersebut.
Penggunaan Cara start yang memerlukan penggerak mula pada
motor induksi satu fasa tentunya tidak praktis. Ada cara lain yang bisa
diqunakan agar motor induksi satu fasa bisa melakukan start sendiri.
Untuk dapat melakukan start sendiri, ada beberapa cara yang bisa
digunakan. Cara tersebut antara lain adalah penggunaan kapasitor start,
penggunaan tahanan bantu, dan penggunaan motor induksi jenis kutub
belah (split pole).
Dua cara yang pertama pada intinya adalah menambahkan belitan
tambahan pada stator yang berbeda fasanya dengan belitan utama.
Perbedaan fasa ini bisa didapatkan dengan bantuan kapasitor seperti cara
pertama, atau dengan tahanan bantu seperti cara kedua. Motor induksi
satu fasa jenis kutub belah memiliki konstruksi yang berbeda dengan dua
jenis sebelumnya. Walaupun berbeda, prinsip kerjanya sama saja, yaitu
berusaha memuiculkan medan putar.
Pada percobaan ini, kita akan menggunakan motor induksi satu
fasa yang menggunakan belitan tambahan. Pada belitan tambahan ini bisa
dipasang sebuah kapasitor yang membuat arus yang mengalir di belitan
tambahan berbeda fasanya 90° dengan belitan utama. Dengan adanya dua
belitan yang berbeda fasa, akan timbul medan putar searah yang
memungkinkan motor melakukan start sendiri. Setelah motor induksi
satu fasa tersebut berputar pada arah tertentu, belitan tambahan tersebut
bisa dilepaskan.

2. Karakteristik Start Pada Motor Induksi Satu Fasa


Putaran motor induksi satu fasa terjadi karena adanya gaya Lorentz
yang dihasilkan akibat interaksi antara arus yang mengalir di rotor
dengan medan putar yang dihasilkan stator. Gaya Lorentz merupakan
besaran vektor yang memiliki besar dan juga memiliki arah. Perkalian
vektor yang menghasilkan gaya Lorentz diberikan pada persamaan di
bawah ini.

F = i dl x B

Dengan: F = vector gaya Lorentz


i = arus rotor
B = medan putar stator

Jika arah vektor arus rotor menuju ke arah pembaca, sedangkan arah
vektor medan putar stator menuju ke arah kanan, maka arah vektor gaya
Lorentz adalah menuju ke atas. Diagram vektor ketiga komponen dapat
dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1 kaidah gaya lorenz

Untuk mengubah arah putaran pada motor induksi satu fasa,


komponen yang diubah arahnya adalah medan putar stator. Seperti sudah
pernah dibahas sebelumnya, medan putar stator pada motor induksi satu
fasa didapatkan akibat adanya belitan tambahan yang berbeda fasanya.
Perbedaan fasa terjadi karena pemasangan kapasitor start. Untuk
mengubah arah medan putar stator, hubungan antara belitan tambahan
dengan belitan utama harus ditukar. Dengan adanya pertukaran ini, arus
yang mengalir di belitan tambahan akan berbalik arah dibandingkan
sebelumnya, sehingga resultan medan putar stator yang timbul juga ikut
berbalik arah.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Start motor induksi satu fasa tanpa bantuan kapasitor dan belitan bantu.
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.2 dibawah ini. Pada
rangkaian dibawah ini, motor induksi satu fasa dioperasikan hanya
dengan menggunakan satu belitan utama pada statornya.

Gambar 1.2 Pengawatan Rangkaian Pada Trainer


Gambar 1.3 Rangkaian Percobaan

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.


c. Setelah disetujui, atur catu daya AC 1 fasa agar mengeluarkan
tegangan sebesar 220V line to netral.
d. Ubah posisi saklar utama ke posisi ON. Amati yang terjadi. Apakah
motor tersebut berputar?
e. Dengan bantuan tangan, putarlah motor secara hati-hati searah jarum
jam. Amati apa yang terjadi, berputarkah motor? Bila berputar, kea
rah manakah dia berputar?
f. Apabila motor berputar, berhentikan motor tersebut dengan
mematikan saklar utama ke posisi OFF. Setelah itu ubah kembali
posisi saklar utama ke posisi ON. Dengan bantuan tangan, putarlah
motor secara hati-hati berlawanan jarum jam Amati apa yang terjadi,
berputarkah motor? Bila berputar, kea rah manakah dia berputar?

2. Start motor induksi satu fasa dengan bantuan kapasitor dan belitan bantu
a. Modifikasi rangkaian pada percobaan sebelumnya menjadi seperti
gambar 1.4 dibawah ini.

Gambar 1.4

Gambar 1.5

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.


c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power satu fasa.
d. Atur catu daya AC 1 fasa agar mengeluarkan tegangan sebesar 220V
line to netral.
e. Ubah posisi saklar utama ke posisi ON. Amati yang terjadi. Apakah
motor tersebut langsung berputar?
f. Sekarang ganti nilai C sesuai dengan tabel 1.1, kemudian lakukan
pengukuran untuk melenkapi data pada tabel. Untuk nilai C yang
variabel 2-10µF menggunakan Modul Capacitive Load.

E. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Mengapa motor kapasitor tidak bisa start sendiri tanpa kapasitor?
2. Pengaruh nilai kapasitansi dari kapasitor dalam belitan bantu terhadap
starting?
3. Bagaimana besar arus yang disupply dan perubahan arus dibelitan bantu
terhadap kenaikan kapasitansi dari kapasitor?

F. BLANKO PERCOBAAN

Tabel 1.1 blanko percobaan


C (µF) 2 4 6 8 10
I (Ampere)
Pf
P(Watt)
MODUL II
KARAKTERISTIK START DAN PENGATURAN ARAH
PUTARAN PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA (ROTOR
SANGKAR)

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengerti cara kerja dari motor induksi tiga fasa rotor sangkar.
2. Memahami cara-cara melakukan start dan karakteristik start pada motor
induksi tiga fasa rotor sangkar.
3. Mengetahui efek dari penambahan tahanan pada belitan stator motor
kondisi start.
4. Melakukan pengukuran untuk berbagai besar tahanan yang di hubungkan
di lilitan stator pada saat start.
5. Menjalankan motor induksi rotor sangkar dengan motor starter &
protective circuit breaker.
6. Memahami cara kerja motor induksi tiga fasa rotor sangkar
7. Mengetahui cara mengatur arah putaran pada motor induksi tiga fasa rotor
sangkar

B. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


1. Three Phase Variable AC Power Supply (PTE-052-11)
2. Three Phase Supply Unit With FCCB (PTE-052-01)
3. Three Phase Squirrel Cage AC Machine (PTE-046-05)
4. Main Switch (PTE-046-22)
5. Motor Starter & Protective Circuit Breaker (PTE-046-25)
6. Digital Power Meter (PTE-046-28)
7. 3 Pole Rheostat For Three Phase Slip-Ring AC Machine (PTE-046-12)
8. Brake Machine (PTE-046-10)
9. Unit Control Brake Machine (PTE-046-11)
10. Safety Connecting Leads
11. Saferty Cross Connector

C. DASAR TEORI
1. Karakteristik Start Pada Motor Induksi tiga fasa
Pada percobaan sebelumnya, sudah dibahas cara kerja motor induksi
satu fasa. Sekarang pembahasan dialihkan menuju ke motor induksi tiga
fasa. Motor induksi tiga fasa merupakan motor AC yang masukannya
menggunakan catu daya tiga fasa Karena sumbernya harus tiga fasa yang
jarang tersedia di rumah tangga, motor jenis ini jarang digunakan untuk
peralatan rumah tangga. Motor induksi tiga fasa lebih umum digunakan
untuk keperluan industri dengan daya besar yang menjanjikan efisiensi
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan miIotor induksi satu fasa.
Konstruksi motor induksi tiga fasa dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu rotor dan stator. Stator mengandung belitan-belitan yang diletakkan
dalam alur inti besi. Setiap motor dibelit untuk jumlah kutub tertentu
sesuai dengan kecepatan putar yang diinginkan. Ada dua jenis rotor yang
digunakan untuk motor induksi tiga fasa. Jenis rotor yang digunakan
membedakan tipe motor induksi. Pada percobaan kali ini, akan digunakan
jenis rotor sangkar.
Rotor sangkar terdiri atas batang-batang penghantar yang dihubung-
singkat oleh cincin-cincin di ujung-ujungnya, sehingga membentuk
bangunan rotor yang kokoh dan berhambatan rendah. Batang penghantar
tersebut diletakkan di dalam alur inti besi rotor yang terdiri atas
lempengan besi sehingga membentuk silinder. Batang penghantar dibuat
dari tembaga, alumunium, atau campuran. Bentuk lain rotor sangkar
adalah rotor yang sepenuhnya merupakan besi tuang padat.
Prinsip kerja motor induksi tiga fasa tidak jauh berbeda dengan
motor induksi satu fasa yang sudah dibahas sebelumnya: Belitan stator
terbagi rata-rata pada permukaan dalam stator. Arus tiga fasa yang
mengalir di dalam belitan stator akan menimbulkan tegangan imbas pada
rotor. Karena konstruksi batang-batang penghantar rotor yang dihubung-
singkat, akan ada arus yang mengalir di rotor. Sedangkan untuk rotor
sangkar dengan tipe besi tuang padat, akan timbul arus pusar pada rotor.
Interaksi antara medan stator dengan arus rotor akan menghasilkan gaya
yang membuat rotor berputar.
Seperti sudah dibahas sebelumnya, hal terpenting dari motor induksi
agar dapat berputar adalah adanya medan putar stator yang bergerak
searah. Kemudian juga harus ada perbedaan relatif antara kecepatan
medan putar stator dengan kecepatan aktual rotor agar tegangan imbas
tetap timbul pada rotor.
Medan putar searah tidak terjadi pada motor induksi satu fasa karena
hanya ada satu belitan pada stator. Untuk melakukan start, motor induksi
perlu dibantu dengan belitan tambahan. Pada motor induksi tiga fasa, ada
tiga buah belitan stator yang masing- masing memiliki beda fasa sebesar
1200. Medan listrik yang ditimbulkan oleh setiap belitan akan membentuk
resultan medan. Medan listrik resultan ini akan berputar dalam satu arah
dengan perioda sesuai dengan perioda arus masukan.
Karena medan putar searah dapat timbul dengan sendirinya pada
motor induksi tiga fasa, berarti tidak diperlukan alat bantu start seperti
pada motor satu fasa. Masalah yang timbul pada start motor induksi tiga
fasa rotor sangkar adalah arus start yang cukup besar. Untuk
mengantisipasi hal itu, perlu dilakukan langkah-langkah start agar tidak
membahayakan motor pada saat start.
Pada percobaan ini, akan dilakukan beberapa langkah start yang
mungkin dikerjakan pada motor induksi tiga fasa rotor sangkar. Cara start
yang akan dilakukan adalah menggunakan tegangan bertahap dan start
wye-delta. Di samping itu juga akan diamati efek yang terjadi untuk
perilaku start yang salah.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar hubung wye secara langsung
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada gambar 2.1 untuk start hubungan wye secara
langsung.

Gambar 2.1 Rangkaian Utama Unit 2

Gambar 2.2 Rangkaian Pada Trainer

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.


c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power tiga fasa.
d. Tekan tombl power yang ada di modul digital power meter ke posisi
“ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk konfigurasi
sistem power tiga fasa hubung bintang.
e. Atur tegangan output agar line-to-line 380V tiga fasa.
f. Ubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan lagsung berputar
setelah saklar dimasukan.
g. Catat arus start(Istart) dan arus keadaan tunak/steady state (In) yang
timbul pada cara start seperti itu.
I start = A
In = A

2. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar hubung Delta secara langsung
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada gambar 2.3 untuk start hubungan Delta secara
langsung.

Gambar 2.3 Rangkaian Utama Unit 2


Gambar 2.4 Rangkaian Pada Trainer

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.


c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power tiga fasa.
d. Tekan tombl power yang ada di modul digital power meter ke posisi
“ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk konfigurasi
sistem power tiga fasa hubung Delta.
h. Atur tegangan output agar line-to-line 220V AC.
i. Ubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan lagsung berputar
setelah saklar dimasukan.
j. Catat arus start(Istart) dan arus keadaan tunak/steady state (In) yang
timbul pada cara start seperti itu.
I start = A
In = A

3. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar hubungan delta langsung dengan
motor starter.
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada Gambar 2.5 dibawah ini.
Gambar 2.5 Rangkaian Utama Unit 2

Gambar 2.6 Rangkaian Pada Trainer

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.


c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power tiga fasa.
d. Tekan tombl power yang ada di modul digital power meter ke posisi
“ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk konfigurasi
sistem power tiga fasa.
e. Atur tegangan output agar line-to-line 220V AC.
f. Setting nilai overload relay sesuai dengan table 2.1.
g. Berikan sumber tegangan pada modul unit control brake machine,
kemudian tekan saklar ‘ON’ dengan posisi potensiometer pada modul
unit control brake machine di posisi telah memberikan pengereman
dan juga atur torsinya sesuai table 2.1.
h. Kemudian putar posisi saklar utama ke posisi ‘OFF’ motor kemudian
berhenti.
4. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar dengan menggunakan tahanan
tambahan pada belitan stator.
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada Gambar 2.7 dibawah ini.

Gambar 2.7 Rangkaian Utama Unit 3

Gambar 2.8 Rangkaian Pada Trainer


b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.
c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power satu fasa.
d. Tekan tombl power yang ada di modul digital power meter ke posisi
“ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk konfigurasi
sistem power tiga fasa hubung bintang
e. Atur 3-pole rheostat ke posisi 0, (Rv=0 ohm artinya Rv terhubung
singkat)
f. Atur tegangan output agar line-to-line 380V AC 3 fasa.
g. Ubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan langsung
berputar setelah saklar dimasukan.
h. Catat arus start (Istart Y) dan arus steady (InY) yang mengalir.
I start Y = A
In = A

i. Ubah posisi saklar utama ke posisi “OFF”. Motor kemudian akan


berhenti
j. Atur 3-pole rheostat ke posisi MAX
k. Ubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan langsung
berputar kah setelah saklar dimasukan?
l. Catat arus start (Istart Y) dan arus steady (InY) yang mengalir.
I start Y = A
In = A

m. Ulangi percobaan diatas dengan mengisikan Tabel 2.2.


5. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan seperti Gambar 2.9 dibawah ini.
Gambar 2.9. Rangkaian Utama Unit 3

a. Buatlah pengawatan rangkaian seperti pada Gambar 2.10. dibawah ini


dengan hubungan motor induksi yang digunakan adalah hubungan
wye.

Gambar 2.10. Rangkaian Pada Trainer

b. Setelah pengaeatan selesai dilakukan periksakan kepada asisten lab


c. Atur tingkat tegangan keluaran tiga fasa catu daya sehingga besarnya
220 volt line-to-neutral.
d. Setelah rangkaian selesai dibuat dan tingkat tegangan keluaran catu
daya sudah sesuai dengan yang diminta, ubah posisi saklar utama
keposis ‘ON’.
e. Motor akan berputar pada arah tertentu. Amati arah putar motor.
Searah atau berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam.
f. Setelah selesai, matikan motor dengan mengubah posisi saklar utama
keposisi ‘OFF’.
g. Sekarang kita kan membalikan arah putaran motor induksi yang
digunakan. Tukarkan ketiga terminal masukan motor sehingga
rangkaianya menjadi seperti pada Gambar 2.11 dibawah ini:

Gambar 2.11. Rangkaian Utama Unit 3

h. Ulangi prosedur untuk start motor seperti diatas. Dan amati arah
perputaran motor. Searah atau berlawanankan dengan arah putaran
jarum jam?
i. Berubah atau tetapkah arah putaran motor dibandingkan dengan
sebelum terminal dimasukan motor dipertukarkan? Mengapa?
j. Selanjutnya akan kita coba lagi mengubah arah putaran motor induksi.
Tukarkan hanya dua terminal dari tiga terminla masukan motor
sehingga rangkaiannya seperti pada Gambar 2.12 di bawah ini:

Gambar 2.12. Rangkaian Utama Unit 3

k. Ulangi prosedur penyalaan motor seperti diatas. Dan amati ke arah


manakah motor berputar. Apakah searah dengan arah jarum jam atau
berlawanan ?
l. Berubahkah atau tetapkan arah perputaran motor dibandingkan dengan
sebelum terminal dipertukarkan? Megapa?
m. Kemudian ubah posisi daklar utama ke posisi ‘OFF’, motor akan
berhenti.

E. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Mengapa pada saat tahanan maksimal arus steady motor makin mengecil?
2. Untuk mengubah arah putaran motor tiga fasa mengapa hanya 2 fasa yang
dirubah?
F. BLANKO PERCOBAAN
Tabel 2.1. Tabel hubungan delta langsung dengan motor starter
Setting Overload Relay Torque (N.m) RPM
0.11
2.5 A 0.50
1.2

Tabel 2.2 tabel tahanan tambahan motor tiga fasa


Pengaturan Rv 0 66 132 264 330
(Ohm)
Rv 0 20 40 80 End
(%) Limit
Stop
Arus start Δ A
Arus nΔ A
MODUL III
KARAKTERISTIK START, PENGATURAN ARAH PUTARAN
DAN KARATERISTIK n = f(Rv) PADA MOTOR INDUKSI
TIGA FASA SLIP RING

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami cara kerja motor induksi tiga fasa rotor slip-ring.
2. Mengetahui cara-cara start pada motor induksi tiga fasa rotor slip-ring.
3. Menjawab pertanyaan secara konprehensif.
4. Mengetahui cara mengubah arah putaran motor induksi tiga fasa slip ring.
5. Menentukan karateristik putaran terhadap perubahan nilai resistansi pada
rotor untuk motor induksi tiga fasa slip ring.

B. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


1. Three Phase Variable AC Power Supply PTE - 052-11
2. Three Phase Supply Unit With FCCB PTE - 052-01
3. Three Phase Slip-ring AC Machine PTE - 046-07
4. Main Switch PTE - 046-22
5. 3 Pole Rheostat fot three Phase Slip-ring AC Machine PTE - 046-12
6. Digital Power Meter PTE - 046-28
7. Brake Machine PTE - 046-10
8. Unit Control Brake Machine PTE - 046-11
9. Safety Connecting Leads
10. Safety Cross Connector

C. DASAR TEORI
Motor induksi tiga fasa yang akan dibahas kali ini adalah motor induksi
jenis slip-ring. Pada pembahasan sebelumnya, motor induksi yang digunakan
memiliki rotor yang terdiri atas batang-batang konduktor yang dinamakan
rotor sangkar. Sedangkan pada motor induksi slip-ring, rotor terdiri atas
belitan yang bisa dihubungkan dengan peghambat luar yang diam melalui
sebuah perangkat yang dinamakan slip-ring.
Dengan dimungkinkan rotor ditambahkan penghambat luar, maka
resistansi rotor dapat dibuat tinggi pada saat start. Hal ini tidak ditemui pada
rotor sangkar yang memiliki hambatan sangat rendah. Dengan bertambahnya
hambatan rotor pada saat normal, penghambat luar yang terpasang pada rotor
melalui slip-ring (cincin geser) harus dikurangi agar rugi-rugi yang terjadi
pada motor tidak besar.
Adanya penghambat luar juga dapat meningkatkan torka awal yang
dibutuhkan untuk memutar beban besar. Karena karakteristiknya yang seperti
ini, motor induksi slip-ring sering digunakan untuk beban yang membutuhkan
torka awal besar.
Pada intinya pembalikan arah putaran dilakukan dengan cara membalikan
arah pergerakan medan putar. Medan putar pada motor tiga fasa merupakan
medan resultan setiap belitan yang berbeda fasanya sebesar 120o . untuk
membalik arah pergerakan medan putar, perlu dilakukan langkah untuk
membalik urutan fasa.
Pembalikan urutan fasa dapat dilakukan dengan cara menukar hubungan
dua buah dari tuga buah masukan pada sistem tiga fasa. Dengan adanya
penukaran dua buah masukan, urutan fasa yang semula RST bisa beubah
menjadi RTS. Pengubahan urutan fasa mengakibatkan arah pergerakan medan
putar, yang pada akhirnya mengubah arah pergerakan motor.
Belitan rotor yang ujungnya terminal K-L-M dihubungkan dengan resistor
luar yang besarnya bisa diatur. Dengan mengatur resistansi luar berarti
mengatur besarnya resistor total yang merupakan jumlah resistansi rotor dan
resistansi luar ( R rotor + R luar) sehingga arus rotor I2 dapat diatur.
Dengan pengaturan resistansi luar yang berdampak pada perubahan arus
maka akan mempengaruhi kecepatan putar pada rotor.
Pada percobaan ini kita akan coba dengan beberapa step nilai resistansi
luar yang akan dipasangkan pada terminal K-L-M dengan memperhatikan
putaran rotor untuk setiap perubahan resistansi luar dari motor induksi tiga
fasa slip-ring.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubung Wye dengan rotor hubung
singkat.
a. Siapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
seperti gambar 7.1 di bawah ini.

Gambar 3. 1 Rangkaian Unit 3


b. Buatlah pengawatan rangkaian percobaan untuk start hubungan Wye
seperti tertera pada gambar 3.2 di bawah ini.

Gambar 3. 2 Rangkaian Pengawatan Unit 3


c. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada Asisten.
d. Setelah disetujui tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke Posisi “ON”. Kemudian setting Modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power tiga fasa hubungan bintang.
e. Atur catu daya agar mengeluarkan tegangan line-to-line 380 VAC tiga
fasa.
f. Setelah semua rangkaian selesai dibuat dan catu daya menunjukan
nilai tegangan keluaran yang diinginkan, ubah posisi saklar utama ke
posisi “ON”.
g. Motor akan langsung berputar setelah saklar dimasukan.
h. Catat arus arus start (Istart) dan arus keadaan tunak (In).
(Catatan: arus start berlangsung sangat singkat. Perhatikan
dengan baik pada saat mencatat arus start ini).
i. Matikan sumber tegangan dengan memutar saklar utama ke posisi
“OFF”.

2. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubungan Wye dengan hambatan
mula.
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan.
b. Buatlah rangkaian percobaan untuk hubungan Wye seperti tertera
pada gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3. 3 Rangkaian Hubung Wye

c. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada Asisten.


d. Atur catu daya agar mengeluarkan tegangan line-to-line 380 VAC tiga
fasa.
e. Atur posisi pangaturan saklar pada rheostat 3 kutub untuk motor slip
ring pada posisi maksimal.
f. Setelah semua rangkaian selesai dibuat dan catu daya menunjukan
nilai tegangan keluaran yang diinginkan, ubah posisi saklar utama ke
posisi “ON”.
g. Motor akan langsung berputar setelah saklar dimasukan.
h. Catat arus arus start (Istart) dan arus keadaan tunak (In) dari dua
kondisi rheostat yang berbeda pada Tabel 3.1.
i. Matikan sumber tegangan dengan memutar saklar utama ke posisi
“OFF”.
j. Bandingkan hasil percobaan ini dengan hasil percobaan 3.1.

3. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubung Delta dengan rotor hubung
singkat.
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan.
b. Buatlah rangkaian percobaan untuk hubungan Delta seperti tertera
pada gambar 7.4 di bawah ini.
Gambar 3. 4 Rangkaian Hubung Star-Delta

c. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada Asisten.


d. Setelah disetujui tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke Posisi “ON”. Kemudian setting Modul Digital Power
Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem
power tiga fasa hubungan bintang.
e. Atur catu daya agar mengeluarkan tegangan line-to-line 220 VAC tiga
fasa.
f. Setelah semua rangkaian selesai dibuat dan catu daya menunjukan
nilai tegangan keluaran yang diinginkan, ubah posisi saklar utama ke
posisi “ON”.
g. Motor akan langsung berputar setelah saklar dimasukan.
h. Catat arus arus start (Istart) dan arus keadaan tunak (In).
Istart = A
In = A

(Catatan: arus start berlangsung sangat singkat. Perhatikan


dengan baik pada saat mencatat arus start ini).
i. Matikan sumber tegangan dengan memutar saklar utama ke posisi
“OFF”.

4. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubungan Delta dengan hambatan
mula.
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan.
b. Buatlah rangkaian percobaan untuk hubungan Delta seperti tertera
pada gambar 3.5 di bawah ini.

Gambar 3. 5 Rangkaian Hubung Delta

c. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada Asisten.


d. Atur catu daya agar mengeluarkan tegangan line-to-line 380 VAC tiga
fasa.
e. Atur posisi pangaturan saklar pada rheostat 3 kutub untuk motor slip
ring pada posisi maksimal.
f. Setelah semua rangkaian selesai dibuat dan catu daya menunjukan
nilai tegangan keluaran yang diinginkan, ubah posisi saklar utama ke
posisi “ON”.
g. Motor akan langsung berputar setelah saklar dimasukan.
h. Catat arus arus start (Istart) dan arus keadaan tunak (In) dari dua
kondisi rheostat yang berbeda pada Tabel 3.2.
i. Matikan sumber tegangan dengan memutar saklar utama ke posisi
“OFF”.
j. Bandingkan hasil percobaan ini dengan hasil percobaan 3.4.

5. Pengaturan arah putaran motor induksi tiga fasa slip-ring hubungan Wye
dengan hambatan mula.
a. Siapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
seperti pada gambar 3.6 dibawah ini.

Gambar 3. 6 Rangkaian Pengawatan

b. Buatlah pengawatan rangkaian seperti pada gambar 3.7 dibawah ini.


Gambar 3. 7 Gambar Pengawatan Hubung Wye

c. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada Asisten.


d. Atur tingkat tegangan keluaran tiga fasa catu daya agar menjadi
sebesar 380 Volt line-to-line.
e. Atur posisi pangaturan saklar pada rheostat 3 kutub untuk motor slip
ring pada posisi maksimal.
f. Setelah semua rangkaian selesai dibuat dan catu daya menunjukan
nilai tegangan keluaran yang diinginkan, ubah posisi saklar utama ke
posisi “ON”.
g. Motor akan berputah pada arah tertentu. Setelah motor berputar, ubah
kembali posisi pengaturan saklar pada rheostat 3 kutub untuk motor
induksi slip ring menjadi posisi minimal.
h. Amati arah putaran motor. Searah atau berlawanankah dengan arah
putaran jarum jam?
i. Setelah selesai, matikan motor dengan mengubah posisi saklar utama
ke posisi ‘OFF’.
j. Sekarang kita akan membalikan putaran motor induksi yang
digunakan. Tukarkan ketiga terminal masukan motor sehingga
rangkaiannya menjadi seperti gambar 7.8 di bawah ini.
Gambar 3. 8 Rangkaian Ubah Arah Putar

k. Ulangi prosedur penyalaan motor seperti di atas, dan amati arah


putaran motor.searah atau berlawanankan putaran motor dengan arah
putaran jarum jam? Mengapa?.
l. Berubahkan arah putaran motor, atau tetapkah motor berputar pada
arah yang sama seperti sebelumnya? mengapa ?.
m. Selanjutnya akan kita coba lagi mengubah arah putaran motor induksi.
Tukarkan hanya dua dari tiga terminal masukan motor sehingga
rangkaiannya pada gambar 3.9 di bawah ini:
Gambar 3. 9 Rangkaian Ubah Arah Putar

n. Ulangi prosedur penyalaan motor seperti di atas, dan amati arah


putaran motor.searah atau berlawanankan putaran motor dengan arah
putaran jarum jam?
o. Berubahkan arah putaran motor, atau tetapkah motor berputar pada
arah yang sama seperti sebelumnya? mengapa ?.
p. Setelah melakukan percobaan ini putar sakelar utama ke posisi ‘OFF’.

6. Karakteristik n = f (Rv) pada Motor Induksi tiga Fasa Slip-ring.


a. Siapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
seperti gambar 3.10 di bawah ini.
Gambar 3.10 Rangkaian Utama
b. Buatlah pengawatan rangakaian percobaan seperti pada Gambar 12.2
di bawah ini.

Gambar 3.11Rangkaian Pengawatan pada Trainer


c. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada Asisten.
d. Atur catu daya tiga fasa agar mengeluarkan tegangan line-to-Neutral
sebesar 220 VAC.
e. Berikan sumber tegangan pada modul unit control brake machine,
kemudian tekan saklar ‘ON’. Atur potensiometer yang ada pada unit
control brake machine pada kondisi tidak memberikan efek rem sama
sekali, sehingga seolah berjalan pada kondisi tanpa beban.
f. Kemudian atur 3 pole rheostat ke posisi maksimum ( step = 1).
g. Ubah posisi saklar utama ke posisi ‘ON’. Motor akan mulai berputar
dan mencapai kecepatan tertentu.
h. Lengkapi tabel 3.3 dengan melakukan pengukuran untuk setiap nilai
resistansi yang diberikan.

E. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Apa pengaruh besar nilai resistansi pada rotor motor slip ring terhadap
besar arus start.
2. Bagaimana cara mengatur arah putaran motor tiga fasa slip ring? Jelaskan!
3. Dari tabel 3.3 buatlah grafik kecepatan (Nm) sebagai fungsi dari resistansi
(Rv)!
4. Bagaimana caranya agar kecepatan motor dapat dikendalikan?
5. Bagaimana pengaruh kenaikan resistansi pada rotor terhadap kecepatan
motor induksi tiga fasa slip-ring?
F. BLANKO PERCOBAAN
Tabel 3.1 hubungan Wye
R.max 0.75 R.max 0.5 R.max 0.25 R.max
Istart (A)
In (A)

Tabel 3.2 hubungan Delta


R.max 0.75 R.max 0.5 R.max 0.25 R.max
Istart (A)
In (A)

Tabel 3.3 karakteristik n = f(Rv)


Step 1 2 3 4 5 6
Rv(Ohm)
N (RPM)
MODUL IV
MOTOR DC PENGUAT TERPISAH TERPISAH

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui perubahan putaran motor DC penguat terpisah tanpa beban
terhadap pengaturan arus medan.
2. Mengetahui perubahan putaran motor DC penguat terpisah tanpa beban
terhadap pengaturan arus jangkar.
3. Mendapatkan kurva karakteristik motor DC penguat terpisah tanpa beban
(n fungsi If dan n fungsi Ia).
4. Mengetahui pengaruh perubahan torsi beban pada motor DC penguat
terpisah berbeban terhadap kecepatan, arus medan dan arus jangkar motor
DC penguat terpisah berbeban.
5. Mendapatkan hubungan torsi beban terhadap daya beban motor DC
penguat terpisah berbeban

B. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang di gunakan adalah :
1. Seperangkat alat komputer (Laptop)
2. Software Matlab Simulink

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. MOTOR DC PENGUAT TERPISAH TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New” → klik “Blank
Model”.
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja. Cara cepat :
ketikkan “DC Machine” pada kotak pencarian Simulink Library
Browser, tekan ENTER, lalu setelah pilih “DC Machine”, tekan Ctrl +
I.
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Torque TL, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih dua parameter yang terdapat pada kolom sebelah
kiri yaitu “speed wm (rad/s) dan “Armature Curent ia (A)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Current Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Current Measurement
10. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
11. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit
dengan cara klik “VariableStepAuto” pada pojok kanan bawah → klik
ikon setting → pada kotak pilihan “solver” sebelah kanan, pilih
discrete. Setelah itu klik 2x Power GUI, pada kotak pilihan
“Simulation type”, pilih ”discrete”.

Gambar 3.1 Percobaan Motor DC Penguat terpisah Tanpa Beban

2. MOTOR DC PENGUAT TERPISAH DENGAN BEBAN


a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New” → klik “Blank
Model”.
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja. Cara cepat :
ketikkan “DC Machine” pada kotak pencarian Simulink Library
Browser, tekan ENTER, lalu setelah pilih “DC Machine”, tekan Ctrl +
I.
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Torque TL, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant (dapat di-rename “Load”) dengan cara klik
Simulink → Commonly Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih tiga parameter yang terdapat pada kolom sebelah
kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)” dan “Field
Current if (A)”, kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source(Dapat di-rename VT /
VF).
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Current Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Current Measurement
10. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
11. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit.
Gambar 3.2 Percobaan Motor DC Penguat terpisah Dengan Beban
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Untuk Vf Tetap, Dan Vt Berubah
Vt (Volt) Ia (A) Vf (Volt) If (A) n (rpm)
70 50
80 50
90 50
100 50
110 50

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Untuk Vt Tetap, Dan Vf Berubah


Vt (Volt) Ia (A) Vf (Volt) If (A) n (rpm)
90 40
90 50
90 60
90 70
90 80
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan
Beban (Nm) n (rpm) If (mA) Ia (A)
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
2.0
MODUL V
MOTOR DC PENGUAT SHUNT

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mendapatkan kurva karakteristik hubungan antara Vt terhadap RPM, Ia,
If, dan Torsi.
2. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi pada Generator DC
3. Mendapatkan kurva karakteristik hubungan antara beban terhadap RPM,
Ia, If, dan Torsi.
4. Mengetahui efisiensi Motor DC Penguat Shunt

B. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang di gunakan adalah :
1. Seperangkat alat komputer (Laptop)
2. Software Matlab Simulink

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. MOTOR DC PENGUAT SHUNT TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB.
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New” → klik
“Blank Model”.
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Torque TL, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan
cara klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu
persatu). Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada
kolom sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia
(A)”, “Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik
SimPowerSystem → Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks →
Display
10. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 4.1 Motor DC Penguat Shunt Tanpa Beban


2. MOTOR DC PENGUAT SHUNT DENGAN BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB.
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New” → klik “Blank
Model”.
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Torque TL, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant (dapat di-rename “Load”) dengan cara klik
SimPowerSystem → Simulink → Commonly Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik SimPowerSystem → Simulink →
Commonly Used Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”,
“Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
10. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 4.2 Motor DC Penguat Shunt Dengan Beban


D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Motor DC Penguat Shunt Tanpa Beban
Vt RPM Ia If Torsi
240
180
120
60
30

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Motor Dc Penguat Shunt Dengan Beban


Load (Nm) RPM Ia If Torsi
0.2
0.4
0.6
0.8
1
MODUL VI
GENERATOR PENGUAT TERPISAH

A. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui klasifikasi Generator DC
2. Memahami hubungan penguatan terpisah dengan Ia, If, Vt, dan Torsi pada
Generator DC
3. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi pada Generator DC

B. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang di gunakan adalah :
1. Seperangkat alat komputer (Laptop)
2. Software Matlab Simulink

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. GENERATOR PENGUAT TERPISAH TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dan rename “Putaran Input” dengan cara klik
Simulink → Commonly Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad
(2*3.14)/60………………..…………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”,
“Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
10. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 5.1 Generator Penguat terpisah Tanpa Beban


2. GENERATOR PENGUAT TERPISAH DENGAN BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad
(2*3.14)/60…………………………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”,
“Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
10. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
11. Masukkan Series RLC Branch dengan cara klik SimPowerSystem
→ Element → Pilih Series RLC Branch → klik 2x komponen
tersebut → Branch Type → Pilih R.
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 5.1 Generator Penguat terpisah Dengan Beban

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Generator Penguat terpisah Tanpa Beban
N (rpm) Vf (A) RPM Ia Torsi Vt (Volt)

10

20

1750 30

40

50
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Generator Penguat terpisah Dengan Beban
N (rpm) Beban (R) If (A) IA (A) Torsi VT (volt)
10
1500 20
30
10
1000 20
30
10
750 20
30
MODUL VII
GENERATOR DC PENGUAT SHUNT

A. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui klasifikasi Generator DC
2. Memahami hubungan antara RPM dengan Ia, If, dan Torsi Pada Generator
DC
3. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi pada Generator DC

B. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang di gunakan adalah :
1. Seperangkat alat komputer (Laptop)
2. Software Matlab Simulink

C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. GENERATOR DC PENGUAT SHUNT TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad :
(2*3.14)/60…………………………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”,
“Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
8. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
9. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 6.1 Generator DC Shunt Tanpa Beban


2. GENERATOR DC PENGUAT SHUNT DENGAN BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada Mechanical Input
pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad
(2*3.14)/60…………………………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m), kemudian Klik
2x Bus Selector
6. Pada Jendela Bus Selector, pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri, kemudian klik select.
7. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik SimPowerSystem →
Measurement → Voltage Measurement
8. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
9. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
10. Masukkan Series RLC Branch dengan cara klik SimPowerSystem →
Element → Pilih Series RLC Branch → klik 2x komponen tersebut →
Branch Type → Pilih R.
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit
Gambar 6.2 Generator DC Shunt Dengan Beban

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Generator DC Shunt Tanpa Beban
N (rpm) If (A) Ia (A) Torsi Vt (Volt)
1750
1500
1000

Tabel 6.2 Hasil Pengamatan Generator DC Shunt Dengan Beban


N (rpm) Beban (R) If (A) Ia (A) Torsi Vt (Volt)
10
1750 20
30
10
1500 20
30
10
1000 20
30
MODUL VIII
TRANSFORMATOR 1 FASA

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan tegangan sekunder pada transformator dengan mengatur tegangan
primer transformator pada tegangan tertentu.
2. Mengetahui perbandingan lilitan antara sisi primer dan sisi sekunder dari
transformator.

B. DASAR TEORI
Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang
berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian
listrik ke rangkaian listrik lainnya,dengan frekuensi yang sama dan perbandingan
transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetis,dimana perbandingan tegangan antara sisi primer
dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan
berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. Dalam bidang teknik listrik
pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :
1. Transformator Daya
2. Transformator Distribusi
3. Transformator Pengukuran, yang terdiri dari trafo arus dan
trafo tegangan
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik
maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau
disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder
jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer
keseluruhan (secara magnetisasi)
e = (-) N (Volt) ( 2.1 )

Dimana :
e = gaya gerak listrik (Volt)
N = jumlah lilitan

= perubahan fluks magnet (weber/sec)

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common
magnetic circuit).

Keadaan Transformator Tanpa Beban


Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga
sinusoidal dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal

900 dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga
berbentuk sinusoidal.
Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Transformantor Dalam Keadaan Tanpa


Beban

Gambar 2.3 Vektor Transformator Tanpa Beban


Gambar 2.4 Gelombang Io Tertinggal 900 Dari V1

Ф = Фmax sin ωt (weber) (2.2)


Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum Faraday):

e1 = -N1 (2.3)

e1 = -N1 (2.4)
e1 = - N1 ω cos ωt (Volt) (2.5)

e1 = N1ω Фmax sin (ωt – 90) (tertinggal 90o dari Ф) ( 2.6 )


Dimana :
e1 = gaya gerak listrik (Volt)
N1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω = kecepatan sudut putar (rad/sec)
Φ = fluks magnetik (weber)
Gambar 2.5 Gelombang e1 Tertinggal 900 Dari Φ
Harga Efektif :

E1 = (2.7)

E1 = (2.8)

E1 = (2.9)

E1 = (2.10)
E1 = 4,44 N1 f (Volt) (2.11)
Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga menimbulkan :
e2 = - N2 (2.12)

e2 = N2 ω Фmax cos ωt (2.13)


Harga Efektifnya :
E2 = 4,44 N2f Фmax (Volt) (2.14)

Sehingga perbandingan antara rangkaian primer dan sekunder adalah :


= =a (2.14)
Dimana :
E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a = faktor transformasi

Keadaan Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 =

Gambar .6 Transformator Berbeban

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Berbeban


Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2,
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer
I1 = I0 + I ’ (Ampere) (2.15)
2
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga :

I1 = Im + I2’ (Ampere) (2.16)


Dimana :
I1 = arus pada sisi primer (ampere)
I2 = arus yang menghasilkan Φ'2 (ampere)
I0 = arus penguat (ampere)
Im = arus pemagnetan (ampere)
Ic = arus rugi rugi inti (ampere)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan
oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1 – N2 I2 (2.17)
N1 IM = N1 (IM + I2’) – N2 I2 (2.18)
N1 I2’ = N2 I2 (2.19)
Karena Im dainggap kecil, maka I2’ = I1 Sehingga :
N1 I1 = N2 I2 (2.20)

= (2.21)

Transformator 1 Phasa
1. Prinsip Dasar Transformator
Transformator adalah alat yang berfungsi memindahkan daya listrik dari satu
untaian primer ke untaian sekunder secara induksi elektromagnetik dan berdasarkan
percobaan Faraday. Apabila lilitan primer dihubungkan dengan tegangan bolak-
balik, pada inti transformator akan mengalir garis-garis gaya magnit atau flux
magnet. Karena arus yang mengalir bilak balik, maka flux yang terjadi pada inti
juga bolak balik yang berarti jumlah garis-garis gaya magnet pada inti transformator
setiap saat berubah. Karena pada inti terdapat lilitan yaitu : Lilitan Primer (N1) dan
Lilitan Sekunder (N2), maka berdasarkan hukum Faraday pada masing-masing
lilitan tersebut akan membangkitkan ggl induksi E1 dan E2. Besarnya ggl induksi
E1 dan E2 adalah :
E1 = 4.44 f N1 φm (2.22)
E2 = 4.44 f N2 φm (2.23)
Perbandingan antara E1 dan E2 disebut perbandingan transformator yang
besarnya adalah sebagai berikut :
a = E1/E2 = N1/N2 (2.21)
2. Inti Transformator
Agar jumlah garis gaya magnet pada inti sebesar mungkin maka inti terbuat
dari bahan feromagnetis. Untuk mengurangi kerugaian yang disebabkan oleh arus
pusar (arus eddy) inti transformator dibuat berlapis-lapis. Sedangkan untuk
mengurangi kerugian akibat pengaruh histerisis. Bahan dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk kurva histerisis sekurus mungkin (dibuat dari bahan besi
lunak).

3. Polaritas Transformator
Ada 2 macam polaritas transformator yaitu penjumlahan dan polaritas
pengurangan. Untuk mengetahui polaritas tersebut dilakukan tes polaritas.

4. Harga Ekivalen
a. Harga Ekivalen dipandang dari sisi primer
Harga komponen-komponen kelistrikan pada transformator dipandang dari
sisi primer adalah sebagai berikut :
Ro1 = R1 + R2’ Xo1 = X1 + X2’
Ro1 = R1 + a2R2 Xo1 = X1 + a2X2
Zo1 = Z1 + Z2’ Zo1 = Z1 + a2Z2
Atau Zo1 =

Keterang :
Ro1 : Hambatan total transformator dipandang dari sisi primer
Xo1 : Reaktansi total transformator dipandang dari sisi primer
Zo1 : Impedansi total transformator dipandang dari sisi primer

b. Harga Ekivalen dipandang dari sisi sekunder


Harga komponen-komponen kelistrikan pada transformator dipandang dari
sisi sekunder adalah sbb :
Ro2 = R2 + R1’ Xo2 = X2 + X1’
Ro2 = R2 + R1/a Xo2 = X2 + X1/a
Zo2 = Z2 + Z1’ Zo2 = Z2 + a2Z1/a

Atau Zo2 =

Keterangan :
Ro2 : Hambatan total transformator dipandang dari sisi sekunder
Xo2 : Reaktansi total transformator dipandang dari sisi sekunder
Zo2 : Impedansi total transformator dipandang dari sisi sekunder

5. Rugi-rugi dan Efisiensi Transformator


a. Tes Hubung Terbuka
b. Pengujian Hubung Singkat

C. ALAT DAN BAHAN


1. Power Supply
2. Ki Rangkaian
3. Kabel probe
4. Multimeter
5. Resistor 94 Ω
6. Trafo 1 fasa Step up: 500/1000, Step down: 1000/500
D. Prosedur Percobaan

1. Siapkan Alat dan Bahan

2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 8.1 dan 8.2 dibawah ini:

3. Atur nilai tegangan primer seperti pada Tabel 8.1.


4. Catat hasil penunjukan voltmeter pada sisi sekunder sesuai dengan nilai
tegangan primer pada langkah nomor 3.
5. Ulangi langkah 2-5 untuk rangkaian percobaan Gambar 8.1 (transformator step
up) dan Gambar 8.2 (transformator step down).

Gambar 8.1 Transformator Step Up

Gambar 8.2 Transformator Step Down


E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 8.1 Hasil Pengamatan Percobaan Transformasi Transformator
Jenis VP (V) VS (V) IP (A) IS (A) Ax *) A *) Efesiensi
Trafo
4
6
Step-Up 8
10
12
4
6
Step-
8
down
10
12

*) nilai dari hasil perhitungan

F. ANALISA HASIL PENGAMATAN


1. Perbandingan transformator dapat diperoleh berdasarkan hasil pengamatan :

(8.1)

(8.2)

2. Buatkan persentase kesalahan hasil pengukuran terhadap perbandingan


transformasi yang dapat diperoleh dari perbandingan lilitan transformator,
3. Buatkan grafik hubungan tegangan primer terhadap tegangan sekunder yang
terukur dalam satu grafik untuk ketiga pengamatan transformasi transformator
tersebut menggunakan EXCEL.
G. TUGAS TAMBAHAN

1. Apabila transformator yang diuji dianggap ideal dan jika diketahui


sisi primer memiliki 440 lilitan dan 40 lilitan pada sisi sekunder, serta
diketahui sisi primer mendapat supply tegangan sebesar 110 V, maka
hitunglah :
a. Besar fluks maksimum yang dihasilkan ?
b. Besar tegangan induksi pada sisi sekunder ?

Anda mungkin juga menyukai