4/2021
Disusun Oleh :
Ir. RI Munarto, M.Eng
Asisten Laboratorium Tenaga
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu merangkai dan mengoperasikan motor induksi 1 fasa
sesuai dengan gambar.
2. Mahasiswa memahami cara kerja motor induksi 1 fasa.
3. Mahasiswa memahami cara start pada motor induksi 1 fasa.
4. Mahasiswa dapat mengoperasikan motor induksi 1 fasa pada arah putaran
searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.
C. DASAR TEORI
1. Karakteristik Start Pada Motor Induksi Satu Fasa
Motor induksi satu fasa merupakan motor serba guna yang banyak
digunakan pada alat-alat rumah tangga. Masukan motor induksi jenis ini
hanya membutuhkan arus bolak-balik satu fasa yang banyak tersedia di
rumah. Karena itu, motor induksi satu fasa digunakan sebagai penggerak
mesin cuci, pompa air, dan alat-alat lain.
Cara kerja motor induksi adalah dengan memanfaatkan gaya Lorentz
yang ditimbulkan akibat adanya arus yang mengalir di stator dan rotor.
Arus yang mengalir pada rotor menimbulkan medan magnet yang
berputar. Medan magnet ini menyebabkan terimbasnya tegangan induksi
pada rotor. Karena rotor dihubung-singkat, maka akan timbul arus pada
rotor. Interaksi antara medan stator dan arus rotor ini yang menyebabkan
timbulnya gava Lorentz sehingga motor berputar.
Secara sekilas, prinsip induksi elektromagnet yang terjadi antara
belitan stator dan rotor mirip dengan cara kerja pada transformator.
Berbeda dengan jenis motor lain, motor induksi hanya membutuhkan
satu masukan yang diberikan pada belitan stator. Arus pada rotor
didapatkan dengan cara induksi elektromagnet. Oleh karena itu, motor
AC jenis ini dinamakan motor induksi. Catatan penting yang perlu
diketahui dalam mengoperasikan motor induksi adalah harus adanya
perbedaan kecepatan antara medan putar stator dengan kecepatan aktual
rotor. Bila kecepatan keduanya sama, tidak akan ada tegangan induksi
yang timbul di stator. Perbedaan kecepatan ini dinamakan slip yang
besarnya satu pada saat mulai, dan mendekati nol pada saat berputar.
slip =
F = i dl x B
Jika arah vektor arus rotor menuju ke arah pembaca, sedangkan arah
vektor medan putar stator menuju ke arah kanan, maka arah vektor gaya
Lorentz adalah menuju ke atas. Diagram vektor ketiga komponen dapat
dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Start motor induksi satu fasa tanpa bantuan kapasitor dan belitan bantu.
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.2 dibawah ini. Pada
rangkaian dibawah ini, motor induksi satu fasa dioperasikan hanya
dengan menggunakan satu belitan utama pada statornya.
2. Start motor induksi satu fasa dengan bantuan kapasitor dan belitan bantu
a. Modifikasi rangkaian pada percobaan sebelumnya menjadi seperti
gambar 1.4 dibawah ini.
Gambar 1.4
Gambar 1.5
F. BLANKO PERCOBAAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengerti cara kerja dari motor induksi tiga fasa rotor sangkar.
2. Memahami cara-cara melakukan start dan karakteristik start pada motor
induksi tiga fasa rotor sangkar.
3. Mengetahui efek dari penambahan tahanan pada belitan stator motor
kondisi start.
4. Melakukan pengukuran untuk berbagai besar tahanan yang di hubungkan
di lilitan stator pada saat start.
5. Menjalankan motor induksi rotor sangkar dengan motor starter &
protective circuit breaker.
6. Memahami cara kerja motor induksi tiga fasa rotor sangkar
7. Mengetahui cara mengatur arah putaran pada motor induksi tiga fasa rotor
sangkar
C. DASAR TEORI
1. Karakteristik Start Pada Motor Induksi tiga fasa
Pada percobaan sebelumnya, sudah dibahas cara kerja motor induksi
satu fasa. Sekarang pembahasan dialihkan menuju ke motor induksi tiga
fasa. Motor induksi tiga fasa merupakan motor AC yang masukannya
menggunakan catu daya tiga fasa Karena sumbernya harus tiga fasa yang
jarang tersedia di rumah tangga, motor jenis ini jarang digunakan untuk
peralatan rumah tangga. Motor induksi tiga fasa lebih umum digunakan
untuk keperluan industri dengan daya besar yang menjanjikan efisiensi
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan miIotor induksi satu fasa.
Konstruksi motor induksi tiga fasa dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu rotor dan stator. Stator mengandung belitan-belitan yang diletakkan
dalam alur inti besi. Setiap motor dibelit untuk jumlah kutub tertentu
sesuai dengan kecepatan putar yang diinginkan. Ada dua jenis rotor yang
digunakan untuk motor induksi tiga fasa. Jenis rotor yang digunakan
membedakan tipe motor induksi. Pada percobaan kali ini, akan digunakan
jenis rotor sangkar.
Rotor sangkar terdiri atas batang-batang penghantar yang dihubung-
singkat oleh cincin-cincin di ujung-ujungnya, sehingga membentuk
bangunan rotor yang kokoh dan berhambatan rendah. Batang penghantar
tersebut diletakkan di dalam alur inti besi rotor yang terdiri atas
lempengan besi sehingga membentuk silinder. Batang penghantar dibuat
dari tembaga, alumunium, atau campuran. Bentuk lain rotor sangkar
adalah rotor yang sepenuhnya merupakan besi tuang padat.
Prinsip kerja motor induksi tiga fasa tidak jauh berbeda dengan
motor induksi satu fasa yang sudah dibahas sebelumnya: Belitan stator
terbagi rata-rata pada permukaan dalam stator. Arus tiga fasa yang
mengalir di dalam belitan stator akan menimbulkan tegangan imbas pada
rotor. Karena konstruksi batang-batang penghantar rotor yang dihubung-
singkat, akan ada arus yang mengalir di rotor. Sedangkan untuk rotor
sangkar dengan tipe besi tuang padat, akan timbul arus pusar pada rotor.
Interaksi antara medan stator dengan arus rotor akan menghasilkan gaya
yang membuat rotor berputar.
Seperti sudah dibahas sebelumnya, hal terpenting dari motor induksi
agar dapat berputar adalah adanya medan putar stator yang bergerak
searah. Kemudian juga harus ada perbedaan relatif antara kecepatan
medan putar stator dengan kecepatan aktual rotor agar tegangan imbas
tetap timbul pada rotor.
Medan putar searah tidak terjadi pada motor induksi satu fasa karena
hanya ada satu belitan pada stator. Untuk melakukan start, motor induksi
perlu dibantu dengan belitan tambahan. Pada motor induksi tiga fasa, ada
tiga buah belitan stator yang masing- masing memiliki beda fasa sebesar
1200. Medan listrik yang ditimbulkan oleh setiap belitan akan membentuk
resultan medan. Medan listrik resultan ini akan berputar dalam satu arah
dengan perioda sesuai dengan perioda arus masukan.
Karena medan putar searah dapat timbul dengan sendirinya pada
motor induksi tiga fasa, berarti tidak diperlukan alat bantu start seperti
pada motor satu fasa. Masalah yang timbul pada start motor induksi tiga
fasa rotor sangkar adalah arus start yang cukup besar. Untuk
mengantisipasi hal itu, perlu dilakukan langkah-langkah start agar tidak
membahayakan motor pada saat start.
Pada percobaan ini, akan dilakukan beberapa langkah start yang
mungkin dikerjakan pada motor induksi tiga fasa rotor sangkar. Cara start
yang akan dilakukan adalah menggunakan tegangan bertahap dan start
wye-delta. Di samping itu juga akan diamati efek yang terjadi untuk
perilaku start yang salah.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar hubung wye secara langsung
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada gambar 2.1 untuk start hubungan wye secara
langsung.
2. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar hubung Delta secara langsung
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada gambar 2.3 untuk start hubungan Delta secara
langsung.
3. Start motor induksi 3 fasa rotor sangkar hubungan delta langsung dengan
motor starter.
a. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
lalu rangkai seperti pada Gambar 2.5 dibawah ini.
Gambar 2.5 Rangkaian Utama Unit 2
h. Ulangi prosedur untuk start motor seperti diatas. Dan amati arah
perputaran motor. Searah atau berlawanankan dengan arah putaran
jarum jam?
i. Berubah atau tetapkah arah putaran motor dibandingkan dengan
sebelum terminal dimasukan motor dipertukarkan? Mengapa?
j. Selanjutnya akan kita coba lagi mengubah arah putaran motor induksi.
Tukarkan hanya dua terminal dari tiga terminla masukan motor
sehingga rangkaiannya seperti pada Gambar 2.12 di bawah ini:
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami cara kerja motor induksi tiga fasa rotor slip-ring.
2. Mengetahui cara-cara start pada motor induksi tiga fasa rotor slip-ring.
3. Menjawab pertanyaan secara konprehensif.
4. Mengetahui cara mengubah arah putaran motor induksi tiga fasa slip ring.
5. Menentukan karateristik putaran terhadap perubahan nilai resistansi pada
rotor untuk motor induksi tiga fasa slip ring.
C. DASAR TEORI
Motor induksi tiga fasa yang akan dibahas kali ini adalah motor induksi
jenis slip-ring. Pada pembahasan sebelumnya, motor induksi yang digunakan
memiliki rotor yang terdiri atas batang-batang konduktor yang dinamakan
rotor sangkar. Sedangkan pada motor induksi slip-ring, rotor terdiri atas
belitan yang bisa dihubungkan dengan peghambat luar yang diam melalui
sebuah perangkat yang dinamakan slip-ring.
Dengan dimungkinkan rotor ditambahkan penghambat luar, maka
resistansi rotor dapat dibuat tinggi pada saat start. Hal ini tidak ditemui pada
rotor sangkar yang memiliki hambatan sangat rendah. Dengan bertambahnya
hambatan rotor pada saat normal, penghambat luar yang terpasang pada rotor
melalui slip-ring (cincin geser) harus dikurangi agar rugi-rugi yang terjadi
pada motor tidak besar.
Adanya penghambat luar juga dapat meningkatkan torka awal yang
dibutuhkan untuk memutar beban besar. Karena karakteristiknya yang seperti
ini, motor induksi slip-ring sering digunakan untuk beban yang membutuhkan
torka awal besar.
Pada intinya pembalikan arah putaran dilakukan dengan cara membalikan
arah pergerakan medan putar. Medan putar pada motor tiga fasa merupakan
medan resultan setiap belitan yang berbeda fasanya sebesar 120o . untuk
membalik arah pergerakan medan putar, perlu dilakukan langkah untuk
membalik urutan fasa.
Pembalikan urutan fasa dapat dilakukan dengan cara menukar hubungan
dua buah dari tuga buah masukan pada sistem tiga fasa. Dengan adanya
penukaran dua buah masukan, urutan fasa yang semula RST bisa beubah
menjadi RTS. Pengubahan urutan fasa mengakibatkan arah pergerakan medan
putar, yang pada akhirnya mengubah arah pergerakan motor.
Belitan rotor yang ujungnya terminal K-L-M dihubungkan dengan resistor
luar yang besarnya bisa diatur. Dengan mengatur resistansi luar berarti
mengatur besarnya resistor total yang merupakan jumlah resistansi rotor dan
resistansi luar ( R rotor + R luar) sehingga arus rotor I2 dapat diatur.
Dengan pengaturan resistansi luar yang berdampak pada perubahan arus
maka akan mempengaruhi kecepatan putar pada rotor.
Pada percobaan ini kita akan coba dengan beberapa step nilai resistansi
luar yang akan dipasangkan pada terminal K-L-M dengan memperhatikan
putaran rotor untuk setiap perubahan resistansi luar dari motor induksi tiga
fasa slip-ring.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubung Wye dengan rotor hubung
singkat.
a. Siapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
seperti gambar 7.1 di bawah ini.
2. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubungan Wye dengan hambatan
mula.
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan.
b. Buatlah rangkaian percobaan untuk hubungan Wye seperti tertera
pada gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3. 3 Rangkaian Hubung Wye
3. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubung Delta dengan rotor hubung
singkat.
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan.
b. Buatlah rangkaian percobaan untuk hubungan Delta seperti tertera
pada gambar 7.4 di bawah ini.
Gambar 3. 4 Rangkaian Hubung Star-Delta
4. Start motor induksi tiga fasa slip-ring hubungan Delta dengan hambatan
mula.
a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan.
b. Buatlah rangkaian percobaan untuk hubungan Delta seperti tertera
pada gambar 3.5 di bawah ini.
5. Pengaturan arah putaran motor induksi tiga fasa slip-ring hubungan Wye
dengan hambatan mula.
a. Siapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan
seperti pada gambar 3.6 dibawah ini.
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui perubahan putaran motor DC penguat terpisah tanpa beban
terhadap pengaturan arus medan.
2. Mengetahui perubahan putaran motor DC penguat terpisah tanpa beban
terhadap pengaturan arus jangkar.
3. Mendapatkan kurva karakteristik motor DC penguat terpisah tanpa beban
(n fungsi If dan n fungsi Ia).
4. Mengetahui pengaruh perubahan torsi beban pada motor DC penguat
terpisah berbeban terhadap kecepatan, arus medan dan arus jangkar motor
DC penguat terpisah berbeban.
5. Mendapatkan hubungan torsi beban terhadap daya beban motor DC
penguat terpisah berbeban
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. MOTOR DC PENGUAT TERPISAH TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New” → klik “Blank
Model”.
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja. Cara cepat :
ketikkan “DC Machine” pada kotak pencarian Simulink Library
Browser, tekan ENTER, lalu setelah pilih “DC Machine”, tekan Ctrl +
I.
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Torque TL, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih dua parameter yang terdapat pada kolom sebelah
kiri yaitu “speed wm (rad/s) dan “Armature Curent ia (A)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Current Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Current Measurement
10. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
11. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit
dengan cara klik “VariableStepAuto” pada pojok kanan bawah → klik
ikon setting → pada kotak pilihan “solver” sebelah kanan, pilih
discrete. Setelah itu klik 2x Power GUI, pada kotak pilihan
“Simulation type”, pilih ”discrete”.
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mendapatkan kurva karakteristik hubungan antara Vt terhadap RPM, Ia,
If, dan Torsi.
2. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi pada Generator DC
3. Mendapatkan kurva karakteristik hubungan antara beban terhadap RPM,
Ia, If, dan Torsi.
4. Mengetahui efisiensi Motor DC Penguat Shunt
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. MOTOR DC PENGUAT SHUNT TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB.
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New” → klik
“Blank Model”.
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Torque TL, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan
cara klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu
persatu). Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada
kolom sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia
(A)”, “Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik
SimPowerSystem → Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks →
Display
10. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit
A. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui klasifikasi Generator DC
2. Memahami hubungan penguatan terpisah dengan Ia, If, Vt, dan Torsi pada
Generator DC
3. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi pada Generator DC
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. GENERATOR PENGUAT TERPISAH TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dan rename “Putaran Input” dengan cara klik
Simulink → Commonly Used Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad
(2*3.14)/60………………..…………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”,
“Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan DC Voltage Source dengan cara klik SimPowerSystem
→ Electrical Source → DC Voltage Source
8. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
9. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
10. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Generator Penguat terpisah Tanpa Beban
N (rpm) Vf (A) RPM Ia Torsi Vt (Volt)
10
20
1750 30
40
50
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Generator Penguat terpisah Dengan Beban
N (rpm) Beban (R) If (A) IA (A) Torsi VT (volt)
10
1500 20
30
10
1000 20
30
10
750 20
30
MODUL VII
GENERATOR DC PENGUAT SHUNT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui klasifikasi Generator DC
2. Memahami hubungan antara RPM dengan Ia, If, dan Torsi Pada Generator
DC
3. Mengetahui dan menghitung rugi-rugi pada Generator DC
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. GENERATOR DC PENGUAT SHUNT TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada
Mechanical Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad :
(2*3.14)/60…………………………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m),
kemudian Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara
klik signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu).
Setelah itu pilih semua parameter yang terdapat pada kolom
sebelah kiri yaitu “speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”,
“Field Current if (A)” dan “Electrical Torque Te (n m)”,
kemudian klik select.
7. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik
SimPowerSystem → Measurement → Voltage Measurement
8. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
9. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Generator DC Shunt Tanpa Beban
N (rpm) If (A) Ia (A) Torsi Vt (Volt)
1750
1500
1000
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan tegangan sekunder pada transformator dengan mengatur tegangan
primer transformator pada tegangan tertentu.
2. Mengetahui perbandingan lilitan antara sisi primer dan sisi sekunder dari
transformator.
B. DASAR TEORI
Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang
berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian
listrik ke rangkaian listrik lainnya,dengan frekuensi yang sama dan perbandingan
transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetis,dimana perbandingan tegangan antara sisi primer
dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan
berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. Dalam bidang teknik listrik
pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :
1. Transformator Daya
2. Transformator Distribusi
3. Transformator Pengukuran, yang terdiri dari trafo arus dan
trafo tegangan
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik
maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau
disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder
jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer
keseluruhan (secara magnetisasi)
e = (-) N (Volt) ( 2.1 )
Dimana :
e = gaya gerak listrik (Volt)
N = jumlah lilitan
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common
magnetic circuit).
900 dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga
berbentuk sinusoidal.
Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban
e1 = -N1 (2.3)
e1 = -N1 (2.4)
e1 = - N1 ω cos ωt (Volt) (2.5)
E1 = (2.7)
E1 = (2.8)
E1 = (2.9)
E1 = (2.10)
E1 = 4,44 N1 f (Volt) (2.11)
Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga menimbulkan :
e2 = - N2 (2.12)
= (2.21)
Transformator 1 Phasa
1. Prinsip Dasar Transformator
Transformator adalah alat yang berfungsi memindahkan daya listrik dari satu
untaian primer ke untaian sekunder secara induksi elektromagnetik dan berdasarkan
percobaan Faraday. Apabila lilitan primer dihubungkan dengan tegangan bolak-
balik, pada inti transformator akan mengalir garis-garis gaya magnit atau flux
magnet. Karena arus yang mengalir bilak balik, maka flux yang terjadi pada inti
juga bolak balik yang berarti jumlah garis-garis gaya magnet pada inti transformator
setiap saat berubah. Karena pada inti terdapat lilitan yaitu : Lilitan Primer (N1) dan
Lilitan Sekunder (N2), maka berdasarkan hukum Faraday pada masing-masing
lilitan tersebut akan membangkitkan ggl induksi E1 dan E2. Besarnya ggl induksi
E1 dan E2 adalah :
E1 = 4.44 f N1 φm (2.22)
E2 = 4.44 f N2 φm (2.23)
Perbandingan antara E1 dan E2 disebut perbandingan transformator yang
besarnya adalah sebagai berikut :
a = E1/E2 = N1/N2 (2.21)
2. Inti Transformator
Agar jumlah garis gaya magnet pada inti sebesar mungkin maka inti terbuat
dari bahan feromagnetis. Untuk mengurangi kerugaian yang disebabkan oleh arus
pusar (arus eddy) inti transformator dibuat berlapis-lapis. Sedangkan untuk
mengurangi kerugian akibat pengaruh histerisis. Bahan dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk kurva histerisis sekurus mungkin (dibuat dari bahan besi
lunak).
3. Polaritas Transformator
Ada 2 macam polaritas transformator yaitu penjumlahan dan polaritas
pengurangan. Untuk mengetahui polaritas tersebut dilakukan tes polaritas.
4. Harga Ekivalen
a. Harga Ekivalen dipandang dari sisi primer
Harga komponen-komponen kelistrikan pada transformator dipandang dari
sisi primer adalah sebagai berikut :
Ro1 = R1 + R2’ Xo1 = X1 + X2’
Ro1 = R1 + a2R2 Xo1 = X1 + a2X2
Zo1 = Z1 + Z2’ Zo1 = Z1 + a2Z2
Atau Zo1 =
Keterang :
Ro1 : Hambatan total transformator dipandang dari sisi primer
Xo1 : Reaktansi total transformator dipandang dari sisi primer
Zo1 : Impedansi total transformator dipandang dari sisi primer
Atau Zo2 =
Keterangan :
Ro2 : Hambatan total transformator dipandang dari sisi sekunder
Xo2 : Reaktansi total transformator dipandang dari sisi sekunder
Zo2 : Impedansi total transformator dipandang dari sisi sekunder
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 8.1 dan 8.2 dibawah ini:
(8.1)
(8.2)