Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM MESIN LISTRIK

UNIT 7

GENERATOR DC PENGUAT SHUNT

LABORATORIUM TENAGA

Disusun oleh:
MOHAMMAD DANDI SETIADI
3332180035
ML - 4

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
BAB I

METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Prosedur Percobaan


Berikut merupakan prosedur percobaan pada praktikum kali ini.
1.1.1 GENERATOR DC PENGUAT SHUNT TANPA BEBAN
a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada Mechanical
Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used Blocks
3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM
60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad :
(2*3.14)/60…………………………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m), kemudian
Klik 2x Bus Selector.
6. Pada Jendela Bus Selector, hapus signal1 dan signal2 dengan cara klik
signal1 dan signal2, klik “remove” (lakukan satu persatu). Setelah itu
pilih semua parameter yang terdapat pada kolom sebelah kiri yaitu

1
2

“speed wm (rad/s), “Armature Curent ia (A)”, “Field Current if (A)”


dan “Electrical Torque Te (n m)”, kemudian klik select.
7. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik SimPowerSystem
→ Measurement → Voltage Measurement
8. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
9. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 1.1 Generator DC Shunt Tanpa Beban.[1]

1.1.2 GENERATOR DC PENGUAT SHUNT DENGAN BEBAN


a. Bukalah Simulink pada MATLAB
b. Buatlah lembar kerja baru dengan cara klik icon “New”
c. Pada jendela Simulink Library Browser, pilihlah SimPowerSystem →
Machines kemudian drag “DC Machine” ke lembar kerja
d. Klik 2x pada DC Machine
e. Pada tab configuration, pilih preset model nomer 2 dan pada Mechanical
Input pilih Speed w, kemudian klik OK
f. Buka Simulink Library Browser kembali,
1. Masukkan Constant dengan cara klik Simulink → Commonly Used
Blocks
2. Masukkan Gain dengan cara klik Simulink → Commonly Used Blocks
3

3. Klik 2x Gain, kemudian isikan rumus Rad to RPM


60/(2*3.14)…………………………….(1)
Adapun rumus untuk RPM to Rad
(2*3.14)/60…………………………….(2)
4. Masukkan Bus Selector dengan cara klik Simulink → Commonly
Used Blocks
5. Sambungkan Bus Selector ke output pada DC Machine (m), kemudian
Klik 2x Bus Selector
6. Pada Jendela Bus Selector, pilih semua parameter yang terdapat pada
kolom sebelah kiri, kemudian klik select.
7. Masukkan Voltage Measurement dengan cara klik SimPowerSystem
→ Measurement → Voltage Measurement
8. Masukkan Display dengan cara klik Simulink → Sinks → Display
9. Masukkan Scope dengan cara klik Simulink → Sinks → Scope
10. Masukkan Series RLC Branch dengan cara klik SimPowerSystem →
Element → Pilih Series RLC Branch → klik 2x komponen tersebut →
Branch Type → Pilih R.
g. Masukkan Power GUI dan rubahlah jenis sinyal menjadi diskrit

Gambar 1.2 Generator DC Shunt Dengan Beban.[1]


BAB II
TUGAS
2.1 Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan generator shunt?
Jawab:
Generator DC Shunt merupakan generator DC penguat sendiri atau lilitan
penguat magnetnya dihubung paralel dengan lilitan jangar. Artinya, cara
memperoleh arus kemagnetan dari dalam generator itu sendiri, maka
dengan sendirinya arus kemagnetan akan terpengaruh oleh nilai – nilai
tegangan dan arus yang terdapat pada generator.
2. Gambarkan rangkaian ekivalen generator penguat terpisah dan generator
shunt?
Jawab:

Gambar 2.1 Generator DC Penguat Terpisah.[2]

Gambar 2.2 Generator DC Penguat Shunt.[2]


3. Sebuah generator shunt 50kW, 200V, E 240V, tentukan Ra jika Ish = 2A
dan gambarkan rangkaian ekivalennya.
Jawab:

4
5
BAB III
ANALISIS

3.1 Dasar Teori


Generator DC Shunt merupakan generator DC penguat sendiri atau lilitan
penguat magnetnya dihubung paralel dengan lilitan jangar. Artinya, cara
memperoleh arus kemagnetan dari dalam generator itu sendiri, maka dengan
sendirinya arus kemagnetan akan terpengaruh oleh nilai – nilai tegangan dan arus
yang terdapat pada generator.
3.2 Analisa Percobaan
Berikut merupakan analisa percobaan pada praktikum kali ini.
3.2.1 GENERATOR DC PENGUAT SHUNT TANPA BEBAN

Pada percobaan pertama kali ini yakni Generator DC Penguat Shunt Tanpa
Beban. Sebelum memulai analisa, buat rangkaian terlebih dahulu seperti gambar
1.1 diatas. Rangkaian diatas dirangkai secara paralel, sehingga berlaku Hukum Kirchoff
Arus. Untuk membuat rangkaian tersebut, pertama – tama buka software Simulink
pada Matlab. Kemudian, mengikuti langkah – langkah sesuai prosedur percobaan
sampai akhir percobaan pertama ini.
Setelah yakin dirangkai dengan baik dan benar pada Simulink Matlab, hal
yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah nilai RPM. Sesuai pada tabel blanko
percobaan, nilai RPM diubah – ubah sampai 3x. Kemudian, untuk mengetahui nilai
dari If, Ia, Torsi dan VT dilakukan simulasi dengan cara klik “Run”. Sehingga
didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Generator DC Shunt Tanpa Beban


N (rpm) If (A) Ia (A) Torsi Vt (Volt)
1750 0,06527 0,06527 0,005257 14,7
1500 0,003174 0,003174 1,243e-05 0,6124
1000 6,808e-06 6,808e-06 5,72e-11 0,0008741

6
7

Setelah dimasukkan nilai RPM yang berubah – ubah pada rangkaian,


didapatkan data seperti tabel 3.1 diatas. Terlihat bahwa nilai If sama dengan nilai
Ia, hal tersebut terjadi karena pada hubung paralalel/shunt berlaku Hukum Kirchoff
Arus, yakni Itot = I1 + I2. Untuk mendapat kesimpulan maka di buat grafik
hubungan antara RPM, If, Ia, Torsi dan VT di bawah ini.

 Hubungan RPM, If dan Ia

Hubungan RPM, If dan Ia


2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

RPM If Ia

Gambar 3.1 Grafik Hubungan RPM, If dan Ia.

Dari grafik hubungan RPM dengan If dan Ia diatas, terlihat bahwa nilai If dan
Ia akan semakin besar dengan meningkatnya nilai RPM. Hal tersebut bisa terjadi
karena selain berlakunya Hukum Krichoff Arus, sesuai dengan prinsipnya bahwa RPM
yang besar maka akan menghasilkan arus yang besar pula. Oleh karena itu, kesimpulan
pada percobaan ini adalah hubungan antara RPM, If dan Ia berbanding lurus.
8

 Hubungan RPM Dengan Torsi

Hubungan RPM Dengan Torsi


2000

1500

1000

500

RPM Torsi

Gambar 3.2 Grafik Hubungan RPM Dengan Torsi.

Dari grafik hubungan RPM dengan Torsi diatas, terlihat bahwa nilai Torsi
semakin besar apabila RPMnya juga semakin besar. Hal tersebut dapat terjadi
karena sesuai dengan prinsipnya bahwa, dengan meningkatnya RPM maka Torsi
atau Putaran Awal akan besar pula. Oleh karena itu, kesimpulan pada percobaan ini
hubungan antara RPM dengan Torsi adalah berbanding lurus.

 Hubungan RPM Dengan VT

Hubungan RPM Dengan VT


2000

1500

1000

500

RPM VT

Gambar 3.3 Grafik Hubungan RPM Dengan VT.


9

Dari grafik hubungan RPM dengan VT diatas, terlihat bahwa nilai VT


semakin besar apabila RPMnya juga semakin besar. Hal tersebut dapat terjadi
karena sesuai dengan prinsipnya bahwa, dengan meningkatnya RPM maka
Tegangan yang dihasilkan akan semakin besar pula. Oleh karena itu, kesimpulan
pada percobaan ini hubungan antara RPM dengan VT adalah berbanding lurus.

3.2.2 GENERATOR DC PENGUAT SHUNT DENGAN BEBAN


Pada percobaan kedua ini yakni Generator DC Penguat Shunt Dengan
Beban. Sebelum memulai analisa, buat rangkaian terlebih dahulu seperti gambar
diatas. Pada percobaan kedua ini ditambahkan beban R pada rangkaian. Untuk
membuat rangkaian tersebut, pertama – tama buka software Simulink pada Matlab.
Kemudian, mengikuti langkah – langkah sesuai prosedur percobaan sampai akhir
percobaan kedua ini.
Setelah yakin dirangkai dengan baik dan benar pada Simulink Matlab, hal
yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah mengatur nilai RPM sesuai pada tabel
blanko dengan 3 kali perubahan yakni sebesar 1750, 1500 dan 1000 serta mengatur
Beban R. Lalu, untuk mengetahui nilai dari If, Ia, Torsi dan VT dilakukan simulasi
dengan cara klik “Run”. Sehingga didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Generator DC Shunt Dengan Beban


N (rpm) Beban (R) Ia (A) If (A) Torsi Vt (Volt)
10 0,357 0,01397 0,005272 2,918
20 0,347 0,02932 0,01255 6,353
1750
30 0,3161 0,03802 0,01483 8,343
10 0,01594 0,000844 1,66e-05 0,151
20 0,01641 0,001596 3,232e-05 0,2963
1500
30 0,0145 0,001995 3,57e-05 0,3752
10 3,584e-05 2,775e-06 1,227e-10 0,0003306
20 3,07e-05 4,276e-06 1,62e-10 0,0005284
1000
30 2,572e-05 4,974e-06 1,57e-10 0,0006224
10

Setelah dimasukkan nilai RPM dan Beban R tertentu pada rangkaian,


didapatkan data seperti tabel 3.2 diatas. Terlihat bahwa terdapat perbedaan pada
nilai If dan Ia, yang sebelumnya keduanya memiliki nilai yang sama, namun pada
percobaan kedua ini If dan Ia memiliki nilai yang berbeda karena adanya beban.
Untuk mendapat kesimpulan pada percobaan kali ini maka di buatlah grafik
hubungan antara RPM dan Beban terhadap If, Ia, Torsi dan VT di bawah ini.

 Hubungan RPM dan Beban Terhadap Ia dan If

Hubungan RPM dan Beban Terhadap Ia dan If


2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

RPM Beban Ia If

Gambar 3.4 Grafik Hubungan RPM dan Beban Terhadap Ia dan If

Dari grafik hubungan RPM dan Beban terhadap Ia dan If diatas, terlihat
ketika Beban meningkat maka nilai Ia semakin menurun sedangkan nilai If semakin
meningkat. Jika dibandingkan, pada Motor DC hubungan Beban terhadap Ia
berbanding lurus. Sedangkan pada Generator DC sebaliknya. Hal tersebut dapat
terjadi karena, Beban pada Generator adalah Beban dalam dari Generator itu sendiri
sedangkan pada Motor DC yakni Beban yang menerima arus dari sumber. Oleh
karena itu, hubungan Beban terhadap Ia dan If pada Generator DC adalah
berbanding terbalik. Namun, apabila RPMnya dikecilkan maka Ia dan If juga akan
ikut mengecil.
11

 Hubungan RPM dan Beban Terhadap Torsi

Hubungan RPM dan Beban Terhadap Torsi


2000

1500

1000

500

RPM Beban Torsi

Gambar 3.5 Grafik Hubungan RPM dan Beban Terhadap Torsi

Dari grafik hubungan RPM dan Beban terhadap Torsi diatas, terlihat bahwa
ketika nilai Beban meningkat, maka nilai Torsi semakin meningkat. Hal tersebut
dapat terjadi karena, peningkatan nilai Torsi terjadi mengikuti nilai VT. Karena
nilai VTnya meningkat maka Torsi pun ikut meningkat. Oleh karena itu, hubungan
Beban terhadap Torsi adalah berbanding lurus. Namun, jika RPMnya dikecilkan
maka Torsipun akan ikut mengecil.

 Hubungan RPM dan Beban Terhadap VT

Hubungan RPM dan Beban Terhadap VT


2000

1500

1000

500

RPM Beban VT

Gambar 3.6 Grafik Hubungan RPM dan Beban Terhadap VT.


12

Dari grafik hubungan RPM dan Beban terhadap VT diatas, terlihat bahwa
ketika nilai Beban meningkat, maka nilai VT juga semakin meningkat. Hal tersebut
terjadi karena berlakunya Hukum Ohm, yakni Itot = Ia + Ish. Oleh karena itu,
hubungan Beban terhadap VT adalah berbanding lurus. Namun, apabila RPM nya
dikecilkan maka nilai VT akan mengecil.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan pada praktikum kali ini.

1. Dari grafik hubungan RPM dengan If dan Ia, terlihat bahwa nilai If dan Ia
akan semakin besar dengan meningkatnya nilai RPM. Hal tersebut bisa
terjadi karena selain berlakunya Hukum Krichoff Arus, sesuai dengan
prinsipnya bahwa RPM yang besar maka akan menghasilkan arus yang besar pula.
Oleh karena itu, kesimpulan pada percobaan ini adalah hubungan antara
RPM, If dan Ia berbanding lurus.
2. Dari grafik hubungan RPM dengan Torsi, terlihat bahwa nilai Torsi
semakin besar apabila RPMnya juga semakin besar. Hal tersebut dapat
terjadi karena sesuai dengan prinsipnya bahwa, dengan meningkatnya
RPM maka Torsi atau Putaran Awal akan besar pula. Oleh karena itu,
kesimpulan pada percobaan ini hubungan antara RPM dengan Torsi
adalah berbanding lurus.
3. Dari grafik hubungan RPM dengan VT, terlihat bahwa nilai VT
semakin besar apabila RPMnya juga semakin besar. Hal tersebut dapat
terjadi karena sesuai dengan prinsipnya bahwa, dengan meningkatnya
RPM maka Tegangan yang dihasilkan akan semakin besar pula. Oleh
karena itu, kesimpulan pada percobaan ini hubungan antara RPM dengan
VT adalah berbanding lurus.
4. Dari grafik hubungan RPM dan Beban terhadap Ia dan If, terlihat ketika
Beban meningkat maka nilai Ia semakin menurun sedangkan nilai If
semakin meningkat. Jika dibandingkan, pada Motor DC hubungan Beban
terhadap Ia berbanding lurus. Sedangkan pada Generator DC sebaliknya.
Hal tersebut dapat terjadi karena, Beban pada Generator adalah Beban
dalam dari Generator itu sendiri sedangkan pada Motor DC yakni Beban
yang menerima arus dari sumber. Oleh karena itu, hubungan Beban

13
14

terhadap Ia dan If pada Generator DC adalah berbanding terbalik. Namun,


apabila RPMnya dikecilkan maka Ia dan If juga akan ikut mengecil.
5. Dari grafik hubungan RPM dan Beban terhadap Torsi, terlihat bahwa
ketika nilai Beban meningkat, maka nilai Torsi semakin meningkat. Hal
tersebut dapat terjadi karena, peningkatan nilai Torsi terjadi mengikuti
nilai VT. Karena nilai VTnya meningkat maka Torsi pun ikut meningkat.
Oleh karena itu, hubungan Beban terhadap Torsi adalah berbanding lurus.
Namun, jika RPMnya dikecilkan maka Torsipun akan ikut mengecil.
6. Dari grafik hubungan RPM dan Beban terhadap VT, terlihat bahwa ketika
nilai Beban meningkat, maka nilai VT juga semakin meningkat. Hal
tersebut terjadi karena berlakunya Hukum Ohm, yakni Itot = Ia + Ish. Oleh
karena itu, hubungan Beban terhadap VT adalah berbanding lurus. Namun,
apabila RPM nya dikecilkan maka nilai VT akan mengecil.
DAFTAR PUSTAKA

[1 Tim Asisten Laboratorium Tenaga, Modul Praktikum Mesin Listrik, Cilegon:


] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
2021.

[2 M. Dr. IrWAHYUNI MARTININGSIH, "Generator DC2," 29 Maret 2021.


] [Online]. Available:
https://spada.untirta.ac.id/pluginfile.php/446283/mod_resource/content/1/Gen
erator%20DC2.pdf. [Accessed 05 Juni 2021].

Anda mungkin juga menyukai