Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM MESIN LISTRIK

MODUL 2

KARAKTERISTIK START DAN PENGATURAN ARAH

PUTARAN PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

(ROTOR SANGKAR)

LABORATORIUM TENAGA

Disusun oleh:
MOHAMMAD DANDI SETIADI
3332180035
ML - 4

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2021
BAB 1
METODOLOGI PRAKTIKUM

1.1 Prosedur Percobaan


1.1.1 Start Motor Hubungan Wye (Bintang)
a. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan
percobaan lalu rangkai seperti pada gambar 1.1 dibawah ini untuk start
hubungan wye secara langsung.

Gambar 1.1 Rangkaian Utama.[1]

Gambar 1.2 Rangkaian Pada Trainer.[1]


b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.
c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital
Power Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital
Power Meter yang akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi
sistem power tiga fasa.
d. Tekan tombl power yang ada di modul digital power meter ke posisi
“ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk
konfigurasi sistem power tiga fasa hubung bintang.
e. Mengatur tegangan output agar line-to-line 380V tiga fasa.
f. Mengubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan lagsung
berputar setelah saklar dimasukan.
g. Mencatat arus start (Istart) dan arus keadaan tunak/steady state (In)
yang timbul pada cara start seperti itu.

I start = A
In = A

1.1.2 Start Motor Hubungan Delta (Segitiga)

a. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan


percobaan lalu rangkai seperti pada gambar 1.3 dibawah ini untuk
start hubungan Delta secara langsung.
Gambar 1.3 Rangkaian Utama .[1]

Gambar 1.4 Rangkaian Pada Trainer.[1]

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.


c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital Power
Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power Meter yang
akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem power tiga
fasa.
d. Menekan tombol power yang ada di modul digital power meter ke
posisi “ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk
konfigurasi sistem power tiga fasa hubung Delta.
e. Mengatur tegangan output agar line-to-line 220V AC.
f. Mengubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan lagsung
berputar setelah saklar dimasukan.
g. Mencatat arus start(Istart) dan arus keadaan tunak/steady state (In) yang
timbul pada cara start seperti itu.

1.1.3 Run Motor Hubung Delta Dengan Brake Machine


a. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan
percobaan lalu rangkai seperti pada Gambar 1.5 dibawah ini.

Gambar 1.5 Rangkaian Utama Unit.[1]

Gambar 1.6 Rangkaian Pada Trainer.[1]


b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.

c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital Power
Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power Meter yang
akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem power tiga
fasa.

d. Menekan tombl power yang ada di modul digital power meter ke posisi
“ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk konfigurasi
sistem power tiga fasa.

e. Mengatur tegangan output agar line-to-line 220V AC.

f. Setting nilai overload relay sesuai dengan table 3.1.

g. Memberikan sumber tegangan pada modul unit control brake machine,


kemudian tekan saklar ‘ON’ dengan posisi potensiometer pada modul
unit control brake machine di posisi telah memberikan pengereman dan
juga atur torsinya sesuai table 3.1.

h. Kemudian putar posisi saklar utama ke posisi ‘OFF’ motor kemudian


berhenti.

1.1.4 Run Motor Hubung Wye Dengan Tahanan Tambahan


a. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan
percobaan lalu rangkai seperti pada Gambar 1.7 dibawah ini.
Gambar 1.7 Rangkaian Utama.[1]

Gambar 1.8 Rangkaian Pada Trainer.[1]

b. Setelah pengawatan selesai dilakukan, periksakan kepada asisten.

c. Setelah disetujui, tekan tombol power yang ada di modul Digital Power
Meter ke posisi ON. Kemudian setting modul Digital Power Meter yang
akan digunakan terlebih dahulu untuk konfigurasi sistem power satu
fasa.

d. Menekan tombol power yang ada di modul digital power meter ke


posisi “ON”. Kemudian setting modul digital power meter untuk
konfigurasi sistem power tiga fasa hubung bintang

e. Mengatur 3-pole rheostat ke posisi 0, (Rv=0 ohm artinya Rv terhubung


singkat)

f. Mengatur tegangan output agar line-to-line 380V AC 3 fasa.

g. Mengubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan langsung


berputar setelah saklar dimasukan.

h. Mencatat arus start (Istart Y) dan arus steady (InY) yang mengalir.
I start Y = A

In = A
i. Mengubah posisi saklar utama ke posisi “OFF”. Motor kemudian
akan berhenti
j. Mengatur 3-pole rheostat ke posisi MAX
k. Mengubah posisi saklar utama ke posisi “ON”. Motor akan langsung
berputar kah setelah saklar dimasukan?
l. Mencatat arus start (Istart Y) dan arus steady (InY) yang mengalir.
I start Y = A

In = A
m. Mengulangi percobaan diatas dengan mengisikan Tabel 3.2.

1.1.5 Mengatur Arah Putaran Motor


a. Siapkan seluruh perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
percobaan seperti Gambar 1.9 dibawah ini.

Gambar 1.9. Rangkaian Utama.[1]


b. Buatlah pengawatan rangkaian seperti pada Gambar 1.10. dibawah
ini dengan hubungan motor induksi yang digunakan adalah
hubungan wye.

Gambar 1.10. Rangkaian Pada Trainer.[1]

c. Setelah pengaeatan selesai dilakukan periksakan kepada asisten lab


d. Mengatur tingkat tegangan keluaran tiga fasa catu daya sehingga
besarnya 220 volt line-to-neutral.
e. Setelah rangkaian selesai dibuat dan tingkat tegangan keluaran catu
daya sudah sesuai dengan yang diminta, ubah posisi saklar utama
keposis ‘ON’.
f. Motor akan berputar pada arah tertentu. Amati arah putar motor. Searah
atau berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam.
g. Setelah selesai, matikan motor dengan mengubah posisi saklar utama
keposisi ‘OFF’.
h. Sekarang kita kan membalikan arah putaran motor induksi yang
digunakan. Tukarkan ketiga terminal masukan motor sehingga
rangkaianya menjadi seperti pada Gambar 1.11 dibawah ini:
Gambar 1.11. Rangkaian Utama.[1]

i. Ulangi prosedur untuk start motor seperti diatas. Dan amati arah
perputaran motor. Searah atau berlawanankan dengan arah putaran
jarum jam?
j. Berubah atau tetapkah arah putaran motor dibandingkan dengan
sebelum terminal dimasukan motor dipertukarkan? Mengapa?
k. Selanjutnya akan kita coba lagi mengubah arah putaran motor
induksi. Tukarkan hanya dua terminal dari tiga terminla masukan
motor sehingga rangkaiannya seperti pada Gambar 1.12 di bawah ini:
Gambar 1.12. Rangkaian Utama.[1]

l. Ulangi prosedur penyalaan motor seperti diatas. Dan amati ke arah


manakah motor berputar. Apakah searah dengan arah jarum jam atau
berlawanan ?
m. Berubahkah atau tetapkan arah perputaran motor dibandingkan
dengan sebelum terminal dipertukarkan? Megapa?
n. Kemudian ubah posisi daklar utama ke posisi ‘OFF’, motor akan
berhenti.
BAB II
TUGAS
2.1 Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud motor induksi 3 Fasa!
Jawab:
Motor induksi tiga fasa merupakan motor AC yang masukannya
menggunakan catu daya tiga fasa Karena sumbernya harus tiga fasa yang
jarang tersedia di rumah tangga, motor jenis ini jarang digunakan untuk
peralatan rumah tangga. Motor induksi tiga fasa lebih umum digunakan
untuk keperluan industri dengan daya besar yang menjanjikan efisiensi
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan miIotor induksi satu
fasa.[1]
2. Sebutkan Jenis motor induksi 3 Fasa!
Jawab:
Ada dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu:
1. Motor induksi tiga fasa sangkar tupai (squirrel-cage motor)
2. Motor induksi tiga fasa rotor belitan ( wound-rotor motor ) kedua
motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai
konstruksi stator yang sama tetapi berbeda dalam konstruksi
rotor.
3. Gambarkan rangkaian start (bintang) dan delta (segitiga)!
Jawab:
Gambar Rangkaian Start (bintang) seperti pada gambar 1.2 dan
Rangkaian Delta (segitiga) seperti gambar 1.4.
4. Mengapa terdapat rangkaian start delta!
Jawab:
Adanya rangkaian start delta pada motor adalah sebagai penyesuai
sumber listrik di lokasi dan dimanfaatkan untuk mengurangi beban power
supply saat pertama kali motor dihidupkan.
2.2 Tugas Modul

1. Mengapa pada saat tahanan maksimal arus steady motor makin mengecil?

Jawab:

Hal tersebut dapat terjadi karena, semakin besar tahanan belitannya maka
rpm/kecepatan putarnya akan semakin lambat. Sehingga arus yang
dihasilkan semakin mengecil.

2. Untuk mengubah arah putaran motor tiga fasa mengapa hanya 2 fasa yang
dirubah?
Jawab:
Karena hanya dengan pertukaran 2 fasa saja sudah menimbulkan
perpindahan arah putaran motor.
BAB III
ANALISIS
3.1 Dasar Teori

Motor induksi tiga fasa merupakan motor AC yang masukannya


menggunakan catu daya tiga fasa Karena sumbernya harus tiga fasa yang jarang
tersedia di rumah tangga, motor jenis ini jarang digunakan untuk peralatan rumah
tangga. Motor induksi tiga fasa lebih umum digunakan untuk keperluan industri
dengan daya besar yang menjanjikan efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan miIotor induksi satu fasa. Konstruksi motor induksi tiga fasa dapat
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu rotor dan stator. Stator mengandung
belitan-belitan yang diletakkan dalam alur inti besi. Setiap motor dibelit untuk
jumlah kutub tertentu sesuai dengan kecepatan putar yang diinginkan. Ada dua
jenis rotor yang digunakan untuk motor induksi tiga fasa. Jenis rotor yang
digunakan membedakan tipe motor induksi. Pada percobaan kali ini, akan
digunakan jenis rotor sangkar.[1]
Rotor sangkar terdiri atas batang-batang penghantar yang dihubung-
singkat oleh cincin-cincin di ujung-ujungnya, sehingga membentuk bangunan
rotor yang kokoh dan berhambatan rendah. Batang penghantar tersebut
diletakkan di dalam alur inti besi rotor yang terdiri atas lempengan besi sehingga
membentuk silinder. Batang penghantar dibuat dari tembaga, alumunium, atau
campuran. Bentuk lain rotor sangkar adalah rotor yang sepenuhnya merupakan
besi tuang padat.[1]
Prinsip kerja motor induksi tiga fasa tidak jauh berbeda dengan motor
induksi satu fasa yang sudah dibahas sebelumnya: Belitan stator terbagi rata-rata
pada permukaan dalam stator. Arus tiga fasa yang mengalir di dalam belitan
stator akan menimbulkan tegangan imbas pada rotor. Karena konstruksi batang-
batang penghantar rotor yang dihubung-singkat, akan ada arus yang mengalir di
rotor. Sedangkan untuk rotor sangkar dengan tipe besi tuang padat, akan timbul
arus pusar pada rotor. Interaksi antara medan stator dengan arus rotor akan
menghasilkan gaya yang membuat rotor berputar.[1]
3.2 Analisa Percobaan
Berikut adalah percobaan-percobaan yang dilakukan praktikum kali ini.
3.2.1 Start Motor Hubungan Wye (bintang)
Percobaan pertama pada praktikum kali ini adalah Start Motor Hubungan
Wye (bintang). Pertama – tama merangkai rangkaian pengawatan dengan
menghubungkan 3 kabel safety connection leads L1, L2 dan L3 yang ada pada
Three Phase Supply Unit ke Digital Power Meter V1, V2 dan V3. Lalu,
dihubungkan ke Main Switch L1, L2 dan L3. Kemudian, ada S1 yakni input dan
S2 output ke motor. Selanjutnya, pada motor dilakukan pengawatan hubung
bintang.
Setelah dirangkai seluruh rangkaian pengawatannya, aktifkan saklar pada
Three Phase Supply Unit sebagai sumber rangkaian pengendalinya. Lalu,
aktifkan Digital Power Meter sebagai alat pengukuran. Selanjutnya, mengatur
konfigurasi sesuai dengan 3 fasa dan mengatur pengaturan tegangannya sebesar
380V. Kemudian, untuk menjalankan/memutar motor dilakukan dengan
mengaktifkan saklar Main Switch dan motor langsung berputar. Langkah terakhir
adalah mengukur Arus Start dan Arus Steady State pada percobaan pertama ini.
Setelah diukur, didapatkan hasil Arus Start sebesar 0,494A dan Arus Steady State
sebesar 0,583A.
3.2.2 Start Motor Hubungan Delta (Segitiga)
Percobaan kedua pada praktikum kali ini adalah Start Motor Hubungan
Delta (segitiga). Pada dasarnya percobaan ini mempunyai rangkaian pengendali
yang sama dengan percobaan sebelumnya. Hanya saja yang berbeda adalah
rangkaian utama pada motor yang berhubung Delta (segitiga) dan pengaturan
tegangannya. Jika pada percobaan sebelumnya pengaturan tegangan sebesar
380V, maka pada percoban ini sebesar 220V.
Setelah dirangkai seluruh rangkaian pengawatannya, aktifkan saklar pada
Three Phase Supply Unit sebagai sumber rangkaian pengendalinya. Lalu,
aktifkan Digital Power Meter sebagai alat pengukuran. Kemudian, untuk
menjalankan/memutar motor dilakukan dengan mengaktifkan saklar Main
Switch dan motor langsung berputar. Langkah terakhir adalah mengukur Arus
Start dan Arus Steady State pada percobaan kedua ini. Setelah diukur, didapatkan
hasil Arus Start sebesar 0,721A dan Arus Steady State sebesar 1,016A.
3.2.3 Run Motor Hubung Delta Dengan Brake Machine
Percobaan ketiga pada praktikum kali ini adalah Run Motor Hubung
Delta Dengan Brake Machine. Terdapat perbedaan percobaan kali ini dengan
percobaan sebelumnya, yakni pada percobaan ketiga ini outputnya langsung ke
Brake Machine. Kemudian, mengatur Overload Relay nya sebesar 2,5A (tidak
melebihi sehingga tidak trip). Selanjutnya, mengatur konfigurasi sesuai dengan
3 fasa dan mengatur pengaturan tegangannya sebesar 220V.
Setelah dirangkai seluruh rangkaian pengawatannya, aktifkan saklar pada
Three Phase Supply Unit sebagai sumber rangkaian pengendalinya. Lalu,
aktifkan Unit Control Brake Machine sebagai alat pengukuran sekaligus
mengatur besar torsinya. Kemudian, aktifkan Main Switch nya dan motor
langsung berputar. Berikut merupakan tabel dengan berbagai besaran torsi yang
telah ditentukan pada Blanko Percobaan.

Tabel 3.1 Tabel Hubung Delta Dengan Brake Machine.

Setting Overload Relay Torque (N.m) RPM


0.11 2992
0.50 2976
2.5 A
1.2 2960

Dapat dilihat pada tabel diatas, pertama dengan mengatur torsi sebesar
0,11 N.m didapatkan RPM sebesar 2992, kedua dengan mengatur torsi sebesar
0,50 N.m didapatkan RPM sebesar 2976, dan yang ketiga dengan mengatur torsi
sebesar 1,2 N.m didapatkan RPM sebesar 2960. Dari hasil tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin besar torsi maka RPM akan semakin melemah.
Berikut Grafik pada data tabel diatas.
Chart Title
3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0
2,5 2,5 2,5

Torsi RPM

3.2.4 Run Motor Hubung Wye Dengan Tahanan Tambahan


Percobaan keempat pada praktikum kali ini adalah Run Motor Hubung
Wye Dengan Tahanan Tambahan. Pada percobaan keempat ini, ditambahkan
tahanan tambahan pada belitan stator. Yang dimana, tahanan pada belitan stator
ini berfungsi untuk memperkecil putaran dan juga kegunaannya yang tidak
memerlukan arus besar. Pada rangkaian, kapasitornya pun dihubung secara
paralel dengan 2 resistor yang digabungkan. Artinya, jika per resistor sebesar 66
Ohm maka resistor diatur sebesar 132 Ohm dan diukur pada output resistor
tersebut. Berikut merupakan tabel dengan resistansi yang berbeda beda.
Tabel 3.2 Tabel Hubung Wye Dengan Tahanan Tambahan

Pengaturan Rv 0 66 132 264 330

(Ohm)
Rv 0 20 40 80 End
(%) Limit
Stop
Arus start Δ A 0,505 0,344 0,497 0,226 0,108

Arus nΔ A 0,262 0,243 0,229 0,195 0,332


Dapat dilihat pada tabel diatas, dilakukan pengaturan tahanan tambahan
yang berbeda-beda dari 0 sampai 330. Pertama, diatur tahanan tambahan 0 Ohm
didapatkan Arus Start sebesar 0,505 dan Arus Steady State sebesar 0,262. Kedua,
diatur tahanan tambahan 66 Ohm yang berarti 132 Ohm, didapatkan Arus Start
sebesar 0,344 dan Arus Steady State sebesar 0,243. Ketiga, diatur tahanan
tambahan 132 Ohm yang berarti 264 Ohm, didapatkan Arus Start sebesar 0,497
dan Arus Steady State sebesar 0,229. Keempat, diatur tahanan tambahan 264
Ohm yang berarti 528 Ohm, didapatkan Arus Start sebesar 0,226 dan Arus Steady
State sebesar 0,195. Dan yang terakhir, diatur tahanan tambahan 330 Ohm yang
berarti End Limit Stop, didapatkan Arus Start sebesar 0,108 dan Arus Steady
State sebesar 0,332. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar
tahanan tambahan pada belitan maka RPM/Kecepatan akan semakin lambat.
Oleh karena itu, hal tersebut berbanding lurus dengan Arus Start dan Arus Steady
State yang semakin mengecil ketika tahanan tambahan semakin besar. Berikut
Grafik pada data tabel diatas.

Chart Title
350

300

250

200

150

100

50

0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4 Category 5

Tahanan Arus Start Arus Steady State

3.2.5 Mengatur Arah Putaran Motor


Percobaan terakhir pada praktikum kali ini adalah Mengatur Arah Putaran
Motor pada Hubungan Wye. Pada dasarnya rangkaiannya masih sama dengan
percobaan hubung Wye sebelumnya. Kemudian, mengatur konfigurasi
tegangannya yakni VL-L 380V dan VL-N 220V. Lalu, aktifkan Main Switch nya
untuk melihat arah putaran motor.
Setelah diamati pada video yang telah disediakan oleh Asisten Lab, arah
putaran motor mengarah ke kanan atau searah jarum jam. Selanjutnya, di tukar
salah satu fasanya kemudian amati kembali. Setelah diamati, arah putaran motor
berbalik mengarah ke kiri atau berlawanan arah jarum jam. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan menukar salah satu fasanya dapat mengubah arah
putaran motor.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini :

1. Dengan mengatur torsi sebesar 0,11 N.m didapatkan RPM sebesar 2992,
kedua dengan mengatur torsi sebesar 0,50 N.m didapatkan RPM sebesar
2976, dan yang ketiga dengan mengatur torsi sebesar 1,2 N.m didapatkan
RPM sebesar 2960. Dari hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin besar torsi maka RPM akan semakin melemah.
2. dilakukan pengaturan tahanan tambahan yang berbeda-beda dari 0 sampai
330. Pertama, diatur tahanan tambahan 0 Ohm didapatkan Arus Start
sebesar 0,505 dan Arus Steady State sebesar 0,262. Kedua, diatur tahanan
tambahan 66 Ohm yang berarti 132 Ohm, didapatkan Arus Start sebesar
0,344 dan Arus Steady State sebesar 0,243. Ketiga, diatur tahanan
tambahan 132 Ohm yang berarti 264 Ohm, didapatkan Arus Start sebesar
0,497 dan Arus Steady State sebesar 0,229. Keempat, diatur tahanan
tambahan 264 Ohm yang berarti 528 Ohm, didapatkan Arus Start sebesar
0,226 dan Arus Steady State sebesar 0,195. Dan yang terakhir, diatur
tahanan tambahan 330 Ohm yang berarti End Limit Stop, didapatkan
Arus Start sebesar 0,108 dan Arus Steady State sebesar 0,332. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar tahanan tambahan pada
belitan maka RPM/Kecepatan akan semakin lambat. Oleh karena itu, hal
tersebut berbanding lurus dengan Arus Start dan Arus Steady State yang
semakin mengecil ketika tahanan tambahan semakin besar.
3. Arah putaran motor mengarah ke kanan atau searah jarum jam pada
percobaan terakhir. Selanjutnya, di tukar salah satu fasanya kemudian
amati kembali. Setelah diamati, arah putaran motor berbalik
mengarah ke kiri atau berlawanan arah jarum jam.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Tim Asisten Laboratorium Tenaga, Modul Praktikum Mesin Listrik, Cilegon:
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
2021.

Anda mungkin juga menyukai