Anda di halaman 1dari 84

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING VOLUME

ZAT CAIR MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK


PADA MINI PLANT DUA TANGKI

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhisebagian persyaratan dalam mendapatkan


gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh:
Hasyim Ashari
3332120706

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya sebagai penulis Skripsi berikut:


Judul : Rancang Bangun Sistem Monitoring Volume Zat Cair
Menggunakan Sesnor Ultrasonik pada Mini Plant Dua
Tangki
Nama Mahasiswa : Hasyim Ashari
NPM : 3332120706
Fakultas/Jurusan : Teknik Elektro
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi tersebut di atas adalah benar-
benar hasil karya asli saya dan tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali
dinyatakan melalui rujukan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila
dikemudian hari ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahwa sebagian atau seluruh
karya ini bukan karya saya, maka saya bersedia dituntut melalui hukum yang
berlaku. Saya juga bersedia menanggung segala akibat hukum yang timbul dari
pernyataan yang secara sadar dan sengaja saya nyatakan melalui lembar ini.

Cilegon, 2019

Hasyim Ashari
3332120706

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini ditetapkan bahwa Skripsi berikut


Judul :Rancang Bangun Sistem Monitoring Zat Cair Menggunakan
Sensor Ultrasonik pada Mini Plant Dua Tangki.
Nama Mahasiswa : Hasyim Ashari
NPM : 3332120706
Fakultas/Jurusan : Teknik Elektro
Telah diuji dan dipertahankan pada tanggal 10 April 2019 melalui sidang skripsi di
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon dan dinyatakan
LULUS.

Dewan Penguji
Tanda Tangan
Pembimbing I : Heri Haryanto, S.T., M.T. ……………..
Penguji I : Ir. Ri Munarto, M.Eng. ……………..
Penguji II : Dr. Romi Wiryadinata, M.Eng. ……………..

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Dr. Ir. Supriyanto, M.Sc., IPM.


NIP. 197605082003121002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING ZAT
CAIR MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK PADA MINI PLANT
DUA TANGKI. Shalawat serta salam selalu menyertai Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi S1 dan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Disamping itu untuk menambah pengetahuan
terhadap ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan dan menerapkan teori-
teori ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari pihak
lain. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu
serta membatu dalam pelaksanaan, penulisan, dan penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1. Kedua orang tua tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan nasehat,
semangat, doa, dan materi yang tak terhingga nilainya.
2. Dr. Ir. Supriyanto., M.Sc., IPM. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Heri Haryanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen-dosen dan staff akademik Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang banyak memberikan masukan serta bantuan dalam
skripsi.
5. Rekan-rekan dari Himpunan Mahasiswa Elektro Untirta yang telah memberikan
bantuan moral dan motivasi kepada penulis.
6. Keluarga besar Teknik Elektro angkatan 2012, dan pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
Terima kasih untuk kebersamaan, semangat, dan bantuannya selama ini.

iv
Penulis menyadari penelitian ini masih belum sempurna, namun penulis
berharap penelitian ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis
sendiri. Oleh karena itu penulis menerima dengan senang hati, kritik, saran, maupun
masukkan lainnya yang dapat menyempurnakan penelitian ini.

Cilegon, 2018

Penulis

v
ABSTRAK

Sistem kendali dua tangki tidak dapat memantau jumlah volume zat cair yang
sedang diproses. Pada instrumen ini pemantauan jumlah volume dapat dilakukan
pada peranti dan pada komputer melalui software LabView. Sensor ultrasonik HC-
SR04 digunakan untuk mengukur ketinggian air. Ketinggian air yang didapat
kemudian dihitung menggunakan rumus bangun ruang. Jenis wadah yang dapat
digunakan berupa silinder dan kubus simetris. Keypad 4x4 digunakan untuk
memasukkan variabel perhitungan. Digital to Analog Converter MPC4725
digunakan untuk merubah data digital hasil pembacaan volume ke dalam bentuk
analog berupa tegangan untuk kemudian diolah oleh Digital Acquisition NI DAQ
6008. Hasil pembacaan tegangan oleh DAQ diubah melalui front panel dari
software LabView berupa jumlah volume yang diukur. Sensor HC-SR04
menghasilkan rata-rata error sebesar 4,23%. Pengujian wadah kubus menghasilkan
error 4,79% dan wadah silinder menghasilkan error 5.35%. Pengujian objek zat
cair berupa air, air berwarna, minyak, pertalite dan pelumas menghasilkan error
1,68%, 2,25%, 2,28%, 3,84% dan 10,08%. Perbedaan pembacaan di instrumen
dengan software LabView memiliki error 3,29%.

Kata kunci: Sistem Kendali Dua Tangki, Ultrasonik, DAC, DAQ

vi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


ABSTRACT

Two-tank liquid level control can’t monitor liquid volume. Volume of the liquid
able to monitoring with this instrument via LabView. HC-SR04 ultrasonic sensor
used to measure depth of the liquid. Measured height of the liquid later used to
calculate the volume. 4x4 matrix keypad used to input other variable. Digital to
analog converter MPC4725 used to convert digital data from instrument into analog
voltage signal into digital acquisition NI DAQ 6008. Read voltage from DAQ then
convert into volume using LabView front panel. HC-SR04 sensor generate average
4.23% of error. Instrumen then tested with cylindric and cube container produce
each 4,79% and 5,35% of error. Another test do for liquid object such as water,
colored water, palm oil, pertalite and motor oil then result each 1,68%, 2,25%,
2,28%, 3,84% dan 10,08%. of error. A different result between instrument and
LabView has 3,29% margins.

Keywords: Two-tank liquid level control, Ultrasonic, Digital to Analog Converter,


DAQ

vii Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


DAFTAR ISI

Judul
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 4
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ultrasonik ...................................................................................................... 6
2.2 Bangun Ruang ............................................................................................... 7
2.3 Sensor ............................................................................................................ 8
2.3.1 Sensor Ultrasonik .................................................................................... 8
2.3.2 Jenis Sensor Ultrasonik......................................................................... 10
2.3.3 Sensor Ultrasonik HC-SR04 ................................................................. 12
2.3.4 Karakteristik Sensor .............................................................................. 14
2.4 Instrumentasi ............................................................................................... 14
2.5 Mikrokontroler ............................................................................................ 16
2.5.1 Arduino Nano ....................................................................................... 17
2.5.2 EEPROM .............................................................................................. 18
2.6 Sistem Antarmuka dan Input/Output ........................................................... 19

viii Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


2.6.1 Keypad .................................................................................................. 19
2.6.2 Data Acquisition (DAQ) ....................................................................... 20
2.6.3 HMI (Human Machine Interface) ......................................................... 21
2.7 LabVIEW .................................................................................................... 21
2.7.1 Front Panel ........................................................................................... 22
2.7.2 Diagram Blok ........................................................................................ 23
2.8 Kajian Pustaka ............................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian ................................................................................. 25
3.2 Instrument Penelitiian.................................................................................. 28
3.2.1 Perangkat Keras .................................................................................... 28
3.2.2 Perangkat Lunak ................................................................................... 29
3.3 Perancangan Penelitian ................................................................................ 29
3.3.1 Perancangan Alat .................................................................................. 29
3.3.2 Perancangan Perangkat Keras ............................................................... 30
3.3.3 Perancangan Perangkat Lunak .............................................................. 40
3.3.4 Alat Ukur .............................................................................................. 44
3.4 Tempat dan Waktu Skripsi .......................................................................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil............................................................................................................. 46
4.2 Pengujian Sensor Ultrasonik HC-SR04 ...................................................... 47
4.3 Pengujian NI DAQ 6008 ............................................................................. 52
4.4 Pengujian Digital-Analog Converter MPC4725 ......................................... 53
4.5 Pengujian Sistem Minimum Arduino Nano ................................................ 54
4.6 Pengujian LCD 20x4 ................................................................................... 55
4.7 Pengujian Kinerja Alat ................................................................................ 55
4.7.1 Pengujian Jenis Wadah ......................................................................... 57
4.7.2 Pengujian Jenis Objek yang Diukur...................................................... 60
4.8 Pengujian Sistem Monitoring ...................................................................... 65
4.9 Pembahasan ................................................................................................. 66
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 68

ix Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


5.2 Saran ............................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

x Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Perambatan Gelombang Ultrasonik....................................... 7


Gambar 2.2 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik Terhadap Objek ............................... 8
Gambar 2.3 Bagian Penyusun Transduser Ultrasonik ........................................... 9
Gambar 2.4 Sensor Ultrasonik jenis ..................................................................... 10
Gambar 2.5 Timing diagram pengoperasian sensor ultrasonik HC-SR04 ............ 12
Gambar 2.6 Prinsip kerja HC-SR04 ...................................................................... 13
Gambar 2.7 Sensor ultrasonik HC-SR04: ............................................................. 13
Gambar 2.8 Tipe Bidang Aplikasi dari Sistem Instrumentasi............................... 16
Gambar 2.9 Arduino Nano .................................................................................... 18
Gambar 2.10 Prinsip Kerja EEPROM .................................................................. 18
Gambar 2.11 Tampak Depan Keypad Matriks ..................................................... 20
Gambar 2.12 Konfigurasi Pin NI DAQ 6008........................................................ 21
Gambar 2.13 Front Panel Labview ....................................................................... 22
Gambar 2.14 Blok Diagram Labview ................................................................... 23
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian ......................................................................... 26
Gambar 3.2 Diagram Blok Instrumen ................................................................... 30
Gambar 3.3 Rancanan Hardware .......................................................................... 30
Gambar 3.4 Skematik Keseluruhan Instrumen ..................................................... 31
Gambar 3.5 Rancanan Sensor ............................................................................... 33
Gambar 3.6 Tampilan Fisik Sensor Ultrasonik SR-HC04 .................................... 33
Gambar 3.7 Skematik Sensor Ultrasonik .............................................................. 34
Gambar 3.8 Tampilan Fisik LCD 20x4 ................................................................ 35
Gambar 3.9 Tampilan Fisik I2C ............................................................................ 35
Gambar 3.10 Skematik LCD ................................................................................. 36
Gambar 3.11 Tampilan Fisik Keypad ................................................................... 37
Gambar 3.12 Skematik Keypad ............................................................................ 38
Gambar 3.13 Skematik Saklar.............................................................................. 38
Gambar 3.14 DAC MPC4725 ............................................................................... 39
Gambar 3.15 Skematik DAC ................................................................................ 40
Gambar 3.16 Diagram Blok Perancangan Sistem Menu ...................................... 41

xi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Gambar 3.17 Antarmuka Arduino IDE ................................................................. 42
Gambar 3.18 HMI pada LabVIEW ....................................................................... 43
Gambar 3.19 Virtual Instruments pada LabVIEW ............................................... 44
Gambar 3.20 Osiloskop Owon SDS7102E ........................................................... 44
Gambar 3.21 Multimeter Zotek ZT102 ................................................................. 45
Gambar 4.1 Hasil Perancangan ............................................................................ 46
Gambar 4.2 Hasil Perancangan Perangkat Keras pada Instrumen ........................ 47
Gambar 4.3 Pengujian Pin..................................................................................... 47
Gambar 4.4 Pengujian Sinyal pada Pin Trigger.................................................... 48
Gambar 4.5 Pengujiaan Sinyal pada Pin Echo ..................................................... 49
Gambar 4.6 Grafik Duty Cycle dengan Jarak Terukur .......................................... 49
Gambar 4.7 Pengujian Validasi Data Sensor ........................................................ 50
Gambar 4.8 Hasil Perancangan Sensor ................................................................. 51
Gambar 4.9 Grafik Validasi Data Sensor .............................................................. 51
Gambar 4.10 Pengujian NI DAQ 6008 ................................................................. 52
Gambar 4.11 Pengujian Digital-Analog Converter .............................................. 53
Gambar 4.12 Pengujian Tegangan Minimum Pada .............................................. 54
Gambar 4.13 Pengujian LCD 16x4 ....................................................................... 55
Gambar 4.14 Peletakan Instrumen Pada Wadah ................................................... 56
Gambar 4.15 Pengujian Kinerja Alat .................................................................... 56
Gambar 4.16 Grafik Pengukuran Volume Berdasarkan Jenis Wadahnya ............ 60
Gambar 4.17 Grafik Pengujian Objek Air ............................................................ 61
Gambar 4.18 Grafik Pengujian Objek Air Berwarna ............................................ 62
Gambar 4.19 Grafik Pengukuran Volume Zat Cair .............................................. 63
Gambar 4.20 Grafik Pengujian Objek Pertalite .................................................... 64
Gambar 4.21 Grafik Pengujian Objek Pelumas .................................................... 65
Gambar 4.22 Pengujian Sistem Monitoring ......................................................... 66

xii Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hardware Pendukung Penelitian ........................................................... 29


Tabel 3.2 Spesifikasi Arduino Nano ..................................................................... 32
Tabel 3.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik SR-HC04 .............................................. 34
Tabel 3.4 Spesifikasi LCD 20x4 ........................................................................... 35
Tabel 3.5 Spesifikasi I2C ....................................................................................... 36
Tabel 3.6 Spesifikasi DAC MPC4725 .................................................................. 39
Tabel 4.1 Validasi Sensor ..................................................................................... 50
Tabel 4.2 Pengujian NI DAQ 6008 ....................................................................... 52
Tabel 4.3 Pengujian Digital-Analog Converter MP4725 ..................................... 53
Tabel 4.4 Uji Tegangan Sistem Minimum Arduino ............................................. 54
Tabel 4.5 Hasil Data Pengukuran Pada Wadah Kubus ......................................... 58
Tabel 4.6 Hasil Data Pengukuran Wadah Silinder ............................................... 59
Tabel 4.7 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Air ............................................... 60
Tabel 4.8 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Air Berwarna ............................... 61
Tabel 4.9 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Minyak ........................................ 62
Tabel 4.10 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Tepung ...................................... 63
Tabel 4.11 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Beras ......................................... 64
Tabel 4.12 Pengujian Sistem Monitoring ............................................................. 66

xiii Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


BAB 1I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian level air pada dua tangki merupakan tolak ukur klasik dalam
permasalahan sistem kendali. Penggunaan dua tangki banyak ditemukan dalam
banyak sistem nyata seperti distilasi, proses boiler, kilang minyak dan masih
banyak lagi. Permasalahan pada proses ini adalah untuk mengatur level air dan laju
air diantara kedua tangki. Sistem kendali di butuhkan agar air yang dialirkan dapat
mengisi tangki dan dialirkan pada tangki berikutnya secara sistematis. Penelitian
ini memberikan gambaran tentang pengendalian level air pada dua tangki beserta
perangkat kerasnya untuk diteliti. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
mengendalikan sistem dua tangki, namun penelitian ini membahas rancang bangun
sistem kendali dan monitoring dua tangki pada skala laboratorium. Penggunaan
Labview untuk membuat Human Machine Interface (HMI) dan National
Instruments Data Acqusition (NI DAQ) 6008 sebagai data akusisi pada penelitian
ini terbukti dapat mengatasi permasalahan sistem dua tangki dengan baik [1].
Sistem Dunia elektronika sekarang ini mengalami perkembangan yang begitu
pesat. Berbagai komponen- komponen berkembang dari segi efisiensi, fungsi,
manfaat dan fisik [2]. Air adalah kebutuhan yang dalam segala aspek pada
kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan peran penampung air menjadi penting dan
diperlukan suatu mekanisme pengukuran untuk mengetahui ketersedian air pada
wadah tersebut. Seringkali mekanisme tersebut masih berupa cara-cara manual,
misalnya dengan mendatangi, melihat atau melakukan pengukuran langsung pada
tempat penampung air tersebut. Cara ini merupakan cara yang gampang dan murah,
tetapi akan sedikit sulit jika misalnya letak penampungan air tersebut jauh dan sulit
dijangkau, misalnya di puncak bangunan atau di tebing sungai. Untuk mengatasi
keadaan ini diperlukan peralatan pengukur ketinggian air secara otomatis, misalnya
dengan membuat semacam peralatan pengukur ketinggian air memakai pelampung,
display digital dan pompa air dengan pengendalian secara otomatis dari
mikrokontroler [3].

1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


2

Instrumentasi merupakan salah satu ilmu teknik yang makin terasa


keperluannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan nilai pengukuran
yang lebih akurat. Keberhasilan para ilmuwan dan ahli teknologi seluruhnya
tergantung pada kemampuannya memilih dan keberhasilan memanfaatkan secara
optimum sistem-sitem instrumen [4]. Instrumentasi adalah dasar untuk melakukan
proses kontrol di industri [5]. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari
produksi dalam suatu industri, diperlukan sistem otomasi yang handal dan akurat.
Salah satu sistem instrumentasi yang memerlukan keakuratan yaitu sistem kendali
ketinggian air dalam suatu tangki [6].
Sistem serupa sudah pernah dibuat dengan menggunakan probe [1] dan
menggunakan Arduino Uno [6]. Pengendalian level air pada dua tangki merupakan
tolak ukur klasik dalam permasalahan sistem kendali. Penggunaan dua tangki
banyak ditemukan dalam banyak sistem nyata seperti distilasi, proses boiler, kilang
minyak dan masih banyak lagi. Permasalahan pada proses ini adalah untuk
mengatur level air dan laju air diantara kedua tangki. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui volume air yang berada pada tangki 1 dan tangki 2. Sensor level air
mempunyai keluaran berupa output digital bernilai 0 dan 1 yang berasal dari saklar
elektrik berupa transistor. Pengujian pertama dilakukan dengan cara
menghubungkan probe kedalam air untuk mengetahui rangkaian pengkondisi sinyal
transistor telah bekerja sesuai perintah. Sensor level air berfungsi sebagai indikator
berapa volume air yang berada padaa tiap-tiap tangki. Sensor level berperan penting
dalam menjaga sistem agar stabil untuk menghindari kapasitas yang kurang atau
berlebih dari volume air. Sensor level teridiri dari rangkaian saklar elektrik berupa
transistor yang terhubung dengan probe yang akan bekerja apabila probe terjadi
kontak dengan air.
Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, peneliti bertitik fokus pada
level terhadap tangki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah timbul saat level
cairan yang diinginkan pada set point tertentu tidak akurat. Sehingga
mempengaruhi keluaran dari proses yang dilakukan. Disamping itu penggunaan
sensor level cairan dengan probe memiliki kelemahan saat media yang diukur
dalam skala besar karena memiliki resistansi yang besar, sehingga arus listrik tidak
mengalir dengan sempurna. Pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


3

merancang sensor level cairan dengan jarak per 3,5 cm yang membuat sistem tidak
fleksibel. Akurasi pengukuran dari level cairan sangat penting pada industri dan
pasar konsumen..
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara,
dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya
kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu
antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang
suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang
memantulkannya [7]. Penulis memilih sensor ultrasonik mengingat jenis sensor ini
tidak bersentuhan langsung [8]. Gelombang ultrasonik dibangkit kan kristal
piezoelektrik yang terbuat dari bahan alam kuarsa, garam rochelle atau tourmaline.
Kristal tersebut digetarkan menggunakan rangkaian osilator. Frekuensi yang
ditimbulkan tergantung pada osilatornya yang disesuiakan frekuensi kerja dari
masing- masing transduser. Frekuensi yang dibangkitkan mulai 20 kHz hingga
sekitar 20 MHz. Frekuensi kerja yang digunakan dalam gelombang ultrasonik
bervariasi tergantung pada medium yang dilalui [9]. Jenis objek yang dapat diindera
diantaranya adalah objek padat, cair, butiran maupun tekstil [7]. Sensor ultrasonik
ini seringkali digunakan untuk mengindera cairan didalam tangki [10].
Dengan mempertimbangkan permasalahan yang sudah ada, maka penulis
merancang sebuah alat ukur yang memiliki ketelitian yang baik, fleksibel
digunakan pada jenis wadah pengukuran simetris dan fleksibel digunakan untuk
semua jenis cairan. Penulis juga merancang untuk alat ukur dapat berkomunikasi
dengan data akuisisi NI DAQ 6008 agar meningkatkan hasil keluaran dari sistem
kendali yang sebelumnya telah dirancang dan dibuat oleh peneliti. Kemudian
menjadi latar belakang untuk merancang dan mengembangkan skripsi dengan judul
“Rancang Bangun Sistem Monitoring Volume Zat Cair Menggunakan Sensor
Ultrasonik pada Mini Plant Dua Tangki”.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai yang di jelaskan pada uraian latar belakang tersebut, maka pada
penelitian ini dirumuskan beberapa masalah yang diperhatikan:

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


4

1. Bagaiman agar dapat mengukur volume cairan tanpa harus bersentuhan


dengan cairan tersebut.
2. Bagaimana cara agar sensor dapat mengukur volume wadah kubus dan
silinder.
3. Bagaimana cara agar sensor dapat membaca berbagai jenis cairan.
4. Bagaimana cara memroses hasil pengukuran dari sensor.
5. Bagaimana cara menampilkan hasil pengukuran di dalam komputer sebagai
proses monitoring.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut
1. Mengukur volume cairan dengan menggunakan sensor ultrasonik.
2. Mengukur volume jenis wadah kubus dan simetris.
3. Mengukur bebearapa jenis cairan berbeda.
4. Menghubungkan sensor dengan mikrokontroler agar dapat mengukur hasil
pengukuran.
5. Menampilkan hasil pengukuran ke dalam computer.

1.4 Manfaat Penelitian


Merujuk pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan
manfaat dari penelitian ini dapat membuat suatu instrumen ukur volume zat cair
yang akurat dan portable.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini membahas sistem monitoring volume cairan.
2. Penelitian ini menggunakan mikrokontroler Arduino Nano.
3. Penelitian ini menggunakan aplikasi LabView 2018 student edition untuk
menampilkan pembacaan volume.
4. Penelitian ini menggunakan instrument NI-DAQ USB 6008 untuk akusisi
data.
5. Penelitian ini mengukur jenis wadah kubus dan silinder simetris.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


5

1.6 Sistematika Penulisan


Skripsi ini disajikan dalam 5 (lima) bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, manfaat
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi uraian landasan teori dan kajian pustaka, pada sub bab landasan teori
berisi mengenai dasar-dasar teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti
pengertian pengendalian beban listrik, penggunaan PLC sebagai pusat control
dan jurnal-jurnal yang membahas penelitian ini sebelumnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Berisi uraian metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah
dijelaskan pada rumusan masalah, dengan melakukan eksperimen dengan alat
yang telah dibuat, studi literatur untuk mendapatkan karakteristik komponen
dan konsultasi kepada pihak-pihak yang telah mengerti dan menguasai pokok
bahasan yang berkaitan dengan penelitian ini dan juga akan dibahas mengenai
instrumen yang digunakan dan perancangan alat penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini menjelaskan tentang unjuk kerja alat sebagai hasil dari perancangan
sistem. Pengujian akhir ini dilakukan dengan menyatukan seluruh bagian dari
sistem sehingga dapat diketahui apakah sistem dapat berfungsi dengan baik.
Hasil pengujian tersebut kemudian dianalisa untuk mengetahui tingkat
keberhasilan sistem yang telah dibuat.

BAB V PENUTUP
Berisi uraian mengenai kesimpulan dan saran yang diperoleh setelah
dilakukan penelitian. Kesimpulan diambil dari intisari bab-bab sebelumnya
dan juga hasil dari penelitian.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


BAB 2II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ultrasonik
Berdasarkan fungsinya, gelombang dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut:
1 Gelombang infrasonik, yaitu gelombang yang frekuensinya kurang dari 20Hz
2 Gelombang audiosonik, yaitu gelombang yang frekuensinya antara 20Hz
sampai 20kHz, gelombang ini dapat didengar manusia.
3 Gelombang ultrasonik, yaitu gelombang yang frekuensinya lebih dari 20kHz.
Gelombang ultrasonik dapat dimanfaatkan untuk industri, seperti untuk
mengaduk susu agar larut, mensterilkan makanan dalam kaleng dan meratakan
timah dengan besi yang dilebur [11].
Gelombang ultrasonik sangat berguna untuk mendeteksi dan mengevaluasi
objek dalam berbagai bentuk medium: gas, cair, padat, kecuali pada ruang hampa
udara. Gelombang ultrasonik sudah diaplikasikan dan menjadi alat yang berguna
untuk puluhan tahun kebelakang, terutama digunakan untuk diagnosa medis di
rumah sakit dan ujicoba di industri, karena gelombang elektromagnetik beratenuasi
secara terus-menerus di tubuh manusia dan objek logam. Keamanan pada
gelombang elektronik yang utama, secara umum lebih baik dimandingkan dengan
sinar X, juga penerapan pengukuran dan hasil citranya dapat ditampilkan dengan
peralatan yang lebih murah dibandingkan metode lainnya. Kecepatan propagasi
dari gelombang ultrasonik merupakan fitur yang berguna untuk pengukuran dan
pencitraan, yang mana waktu tempuh dari gelombang mudah untuk dihitung antara
objek dan transduser ultrasonik, yang bisa digunakan untuk menciptakan cita dua
dimensi bahkan citra tiga dimensi. Kecepatan propagasi dari gelombang ultrasonik
beriksar antara 300m/s sampai 10.000m/s, yang mana sangat rendah dibanding
gelombang elektromagnetik, yang mana memiliki kecepatan 104m/s sampai 106m/s
[12].
Frekuensi kerja yang digunakan dalam gelombang ultrasonik bervariasi
tergantung pada medium yang dilalui, mulai dari kerapatan rendah pada fasa gas,

6 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


7

cair hingga padat. Jika gelombang ultrasonik berjalan melaui sebuah medium,
Secara matematis besarnya jarak dapat dihitung dengan persamaan (2.1)
𝑣.𝑡
𝑠 = (2.1)
2

s = jarak terukur (meter)


v = kecepatan gelombang (m/s)
t = waktu tempuh (s)
Ketika gelombang ultrasonik menumbuk suatu penghalang maka sebagian
gelombang tersebut akan dipantulkan sebagian diserap dan sebagian yang lain akan
diteruskan. Proses ini ditunjukkan pada Gambar 2.1 [13].

Gambar 2.1 Ilustrasi Perambatan Gelombang Ultrasonik

Bunyi atau frekuensi datang dipantulkan oleh bahan/medium(dalam hal ini


cairan). Kemudian bunyi pantul akan kembali sedangkan bunyi yang diteruskan
merupakan frekuensi yang merambat melalui medium.

2.2 Bangun Ruang


Geometri melibatkan investigasi tentang bentuk dan struktur. Geometri
membantu kita untuk menggambarkan dan mendefinisikan dunia secara sistematis.
Bangun ruang merupakan salah satu konsep penting dalam geometri dimana
merupakan sebuah bangun yang memiliki isi/volume. Beberapa contoh bangun
ruang adalah tabung, tabung memiliki ciri-ciri antara lain terdapat dua rusuk, bagian
alas dan atas berbentuk lingkaran dan memiliki tiga bidang sisi dan terdiri dari dua
bidang sisi lingkaran atas dan lingkaran bawah serta satu bidang selimut[14].
Volume tabung ditunjukkan pada persamaan (2.2)
𝑣 = 𝜋𝑟 2 𝑡 (2.2)
v = volume (liter) t = tinggi (dm)
r = jari-jari (dm)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


8

2.3 Sensor
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran
mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau
pengendalian. Sensor merupakan bagian dari antarmuka antara dunia fisik dan
dunia perangkat listrik, seperti komputer. Bagian lain dari antarmuka ini terwakili
oleh aktuator, yang mengubah sinyal listrik menjadi fenomena fisik [15].

2.3.1 Sensor Ultrasonik


Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara yang
ditunjukan pada Gambar 2.2, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara
yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar
penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan
ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan
jarak atau tinggi objek yang memantulkannya [7].

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Sensor Ultrasonik Terhadap Objek

Pada Gambar 2.3 menunjukan konstruksi transducer ultrasonic terdiri dari


bagian utama yaitu elemen aktif, dan wear plate (plat logam). Element aktif dari
transducer ultrasonic adalah piezoelectric yang berfungsi untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk gelombang suara ultrasonic.
Piezoelectric yang digunakan dalam transducer ultrasonik pada umumnya
berbahan keramik, akan tetapi untuk aplikasi atau keperluan khusus yang
membutuhkan performansi tinggi elemen piezoelectric pada transducer ultrasonik
ini dibuat dari bahan polymer atau komposit. Pada beberapa transducer selain
elemen piezoelectric juga ditambahkan backing yang berfungsi untuk
mengendalikan atau meredam getaran frekuensi ultrasonik dari element aktif

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


9

piezoelectric agar tidak tembus ke bagian belakang transducer, sehingga pancaran


energi ultrasonic hanya kedepan saja. Wear plate (plat logam) dalam transducer
ultrasonic berfungsi untuk melindungi elemen piezoelectric pada saat transducer
bekerja. Wear plate ini harus mampu bekerja pada getaran dengan frekuensi tinggi
(frekuensi ultrasonik) dan tahan terhadap korosi, karena transducer ultrasonik
sering digunakan pada perangkat tanpa pelindung (sensor dalam posisi terbuka)
[16].

Gambar 2.3 Bagian Penyusun Transduser Ultrasonik

Bagian-bagian dari sensor ultrasonik adalah sebagai berikut:


a. Piezoelektrik
Peralatan piezoelektrik secara langsung mengubah energi listrik menjadi
energy mekanik. Tegangan input yang digunakan menyebabkan bagian keramik
meregang dan memancarkan gelombang ultrasonik. Tipe operasi transmisi elemen
piezoelektrik sekitar frekuensi 32 kHz. Efisiensi lebih baik, jika frekuensi osilator
diatur pada frekuensi resonansi piezoelektrik dengan sensitifitas dan efisiensi paling
baik. Jika rangkaian pengukur beroperasi pada mode pulsa elemen piezoelektrik
yang sama dapat digunakan sebagai transmitter dan reiceiver. Frekuensi yang
ditimbulkan tergantung pada osilatornya yang disesuiakan frekuensi kerja dari
masingmasing transduser. Karena kelebihannya inilah maka tranduser piezoelektrik
lebih sesuai digunakan untuk sensor ultrasonic [17].
b. Transmitter
Transmitter adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai pemancar gelombang
ultrasonik dengan frekuensi sebesar 40 kHz yang dibangkitkan dari sebuah osilator.
Untuk menghasilkan frekuensi 40 KHz, harus di buat sebuah rangkaian osilator dan
keluaran dari osilator dilanjutkan menuju penguat sinyal. Besarnya frekuensi
ditentukan oleh komponen kalang RLC / kristal tergantung dari disain osilator yang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


10

digunakan. Penguat sinyal akan memberikan sebuah sinyal listrik yang diumpankan
ke piezoelektrik dan terjadi reaksi mekanik sehingga bergetar dan memancarkan
gelombang yang sesuai dengan besar frekuensi pada osilator [17].
c. Receiver
Receiver terdiri dari transduser ultrasonik menggunakan bahan piezoelektrik,
yang berfungsi sebagai penerima gelombang pantulan yang berasal dari transmitter
yang dikenakan pada permukaan suatu benda atau gelombang langsung LOS (Line
of Sight) dari transmitter. Oleh karena bahan piezoelektrik memiliki reaksi yang
reversible, elemen keramik akan membangkitkan tegangan listrik pada saat
gelombang datang dengan frekuensi yang resonan dan akan menggetarkan bahan
piezoelektrik tersebut [17].

2.3.2 Jenis Sensor Ultrasonik


Sensor ini merupakan sensor ultrasonik yang berfungsi untuk mengubah
besaran bunyi menjadi besaran listrk dan sebaliknya. Sensor ping ini dapat
mendeteksi jarak dari suatu obyek dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik
dengan frekuensi 40 KHz dan kemudian mendeteksi pantulannya. Sensor ini dapat
mengukur jarak antara 3 cm sampai 300 cm. Keluaran dari sensor ini berupa pulsa
yang lebarnya merepresentasikan jarak. Lebar pulsanya bervariasi dari 115 us
sampai 18,5 ms. Pada dasarnya, sensor PING terdiri dari sebuah chip pembangkit
sinyal 40 KHz, sebuah speaker ultrasonik dan mikropon ultrasonik. Speaker
ultrasonik akan berfungsi sebagai pengubah sinyal 40 KHz menjadi besaran
bunyi/suara dan mikropon ultrasonik akan berfungsi untuk mendeteksi pantulan
suaranya. Terdapat dua jenis sensor ultrasonik yang beredar di pasaran yang
ditunjukkan pada Gambar 2.4, yaitu:

(a) (b) (c)


Gambar 2.4 Sensor Ultrasonik jenis (a) Parallax PING (b) SRF04 (c) HC-SR04

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


11

a. Sensor Ultrasonik PING (Parallax)


Sensor ini adalah sensor 40 KHz produksi parallax yang banyak digunakan
untuk aplikasi atau untuk robot cerdas. Kelebisan sensor ini adalah hanya
membutuhkan 1 sinyal selain jalur 5 v dan ground dengan spesifikasi sensor sebagai
berikut:
 Kirasan pengukuran 3 cm sampai 3 m.
 Echo hold off 750 us dari of trigger pulse.
 Delay before next measurement 200 us.
 Input trigger – positive TTL pulse, 2 us min, 5 us tipikal.
 Brust indicator LED menampilkan aktivitas sensor.
b. Sensor Ultrasonik Devantech SRF04
Sensor Devantech SRF04 adalah salah satu sensor jarak yang digunakan pada
kontes robot cerdas di Indonesia. Sensor ini memberikan informasi jarak berkirah
3 cm sampai 3 m dengan spesifikasi sensor sebagai berikut:
 Catu Daya: 5 VDC.
 Frekuensi burst: 40 KHz.
 Kisaran pengukuran 3 cm sampai 3 m.
 Input trigger: pulsa positif level TTL selebar 10us.
 Output: pulsa level TTL, lebar pulsa positive proporsional terhadap jarak.
c. Sensor Ultrasonik HC-SR04
Sensor jenis HC-SR04 merupakan jenis sensor ultrasonik yang banyak
ditemukan dipasaran. Sensor ini memiliki spesifikasi yang hampir sama dengan
sensor devantech. Sensor ini memberikan informasi jarak berkirah 3 cm sampai 4
m dengan spesifikasi sensor sebagai berikut:
 Catu Daya: 5 VDC.
 Frekuensi burst: 40 KHz.
 Kisaran pengukuran 3 cm sampai 4 m.
 Input trigger: pulsa positif level TTL selebar 10us.
 Output: pulsa level TTL, lebar pulsa positif proporsional terhadap jarak.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


12

2.3.3 Sensor Ultrasonik HC-SR04


Sensor jarak ultrasonik HC-SR04 mampu melakukan fungsi pengukuran non-
kontak dengan jarak 2cm - 400cm dengan akurasi 3mm. Modul ini mencakup
tramiter, receiver dan sirkuit kontrol. Prinsip kerjanya menggunakan pemicu sinyal
level tinggi pada 10us. Modul ini secara otomatis mengirimkan delapan sinyal
40kHz dan mendeteksi keteika ada sinyal pantulan, jika sinyal pantulan kembali,
waktu dari sinyal level tinggi adalah waktu tempuh saat sinyal dikirim sampai
kembali [18]. Ketika gelombang tersebut terpantul, maka penerima pada sensor
akan memberikan sinyal pulsa ke mikrokontroler [6]. Timing diagram
pengoperasian sensor ultrasonik HC-SR04 diperlihatkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Timing diagram pengoperasian sensor ultrasonik HC-SR04

HC-SR04 memiliki 2 komponen utama sebagai penyusunnya yaitu ultrasonic


transmitter dan ultrasonic receiver. Fungsi dari ultrasonik transmitter adalah
memancarkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 40 KHz kemudian ultrasonik
receiver menangkap hasil pantulan gelombang ultrasonik yang mengenai suatu
objek. Waktu tempuh gelombang ultrasonik dari pemancar hingga sampai ke
penerima sebanding dengan 2 kali jarak antara sensor dan bidang pantul seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2.6 [19].

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


13

Gambar 2.6 Prinsip kerja HC-SR04

Prinsip pengukuran jarak menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04 adalah,


ketika pulsa trigger diberikan pada sensor, transmitter akan mulai memancarkan
gelombang ultrasonik, pada saat yang sama sensor akan menghasilkan output TTL
transisi naik menandakan sensor mulai menghitung waktu pengukuran, setelah
receiver menerima pantulan yang dihasilkan oleh suatu objek maka pengukuran
waktu akan dihentikan dengan menghasilkan output TTL transisi turun. Jika waktu
pengukuran adalah t dan kecepatan suara adalah 340 m/s, Jarak sinyal diukur
dengan persamaan 2.2.

𝑠 = 𝑡 𝑥 340 𝑚/𝑠 2 (2.2)

Dimana :
s = Jarak antara sensor dengan objek (meter)
t = Waktu tempuh gelombang ultrasonik dari transmitter ke receiver (sekon)
Sensor ini memiliki empat pin diantaranya tegangan, ground, input dan
output. Konfigurasi pin dan tampilan sensor jarak HC-SR04 ditunjukkan pada
Gambar 2.7.

(a) (b)
Gambar 2.7 Sensor ultrasonik HC-SR04: (a) tampak depan (b) tampak belakang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


14

2.3.4 Karakteristik Sensor


Karakteristik efektif alat ukur garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu karakteristik statis dan dinamis. secara umum karakteristik statis juga
kualitas pengukuran dibawah kondisi-kondisi dinamis. Dalam kenyataannya
persamaan-persamaan diferensial daya guna dinamis mengabaikan pengaruh
gesekan kering, gerak-balik (blacklash) histerisis, sebaran statistik dan sebagainya,
walaupun persamaan-persamaan tersebut mempunyai pengaruh pada tingkah laku
dinamis. Tentu saja pendekatan ini merupakan perkiraan, namun sangat membantu
dala [4].

2.4 Instrumentasi
Instrumentasi merupakan penggunaan piranti ukur (instrumen) untuk
menentukan harga besaran yang berubah-ubah, yang seringkali pula untuk
keperluan pengemudian besaran yang perlu di batas-batas harga tertentu. Juga bisa
disebut sebagai Semua piranti (kimia, listrik, hidrolik, magnit, mekanik, optik,
pneumatik) yang digunakan untuk: menguji, mengamati, mengukur, memantau,
mengubah, membangkitkan, mencatat, menera, memelihara, atau mengemudikan
sifat-sifat badani (fisik) gerakan atau karakteristik lain [4].
Ada banyak perkembangan yang signifikan dalam lingkup instrumentasi
dalam kurun waktu belakangan ini. Saat ini, instrumentasi mencakup pada sistem
deteksi, akusisi, kontrol, dan data analis pada semua daerah ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan didalam kehidupan keseharian kita, tidak dapat dipisahkan dari
instrumentasi. Contohnya, sebuah jam, yang berfungsi menunjukan pengukuran
waktu dan digunakan semua orang. Contoh lainnya adalah, pengemudi kendaraan
yang membutuhkan panel instrumen untuk berkendara lebih baik. Mobil modern
yang didesain mengikuti perkembangan zaman harus dilengkapi dengan berbagai
sensor dan indikator. Contoh sensor yang biasa ditemukan di kendaraan seperti
pendeteksi knocking, tekanan intake ke ruang bakar, level ketinggian dan
temperatur cairan pendingin, level ketinggian dan temperatur pelumas, tekanan dan
laju intake udara, level ketinggian fluida rem dan bahan bakar, throttle position dan
kecepatan putaran mesin, krukas dan roda. Sebagai tambahan, terdapat fasilitas
yang disediakan dengan sistem mikro-elektro-mekanik (MEMS) untuk

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


15

mengoperasikan airbags untuk keselamatan berkendara, GPS sebagai informasi


geografis serta komputer terpadu untuk mengendalikan juga mengoptimalkan
kenyamanan sistem pengondisian udara (AC) dan pengoperasian mesin pada
kondisi beban dan kecepatan yang berbeda.
Instruentasi juga menjadi hal yang sangat penting terhadap industri modern.
Gambar 2.8 menunjukan berbagai tipe aplikasi bidang dari sistem instrumentasi.
Dimasa sekarang, penggunaan sistem instrumentasi di beberapa bidang seperti
pembangkit listrik, industri proses, mesin produksi otomatis, dsb., telah mengalami
perubahan dari konsep terdahulu. Selain itu, sistem instrumentasi berperan sebagai
lanjutan dari campur tangan pengamatan manusia yang tidak jarang membantu
menampilkan informasi dari situasi yang kompleks.
Instrumentasi sekarang ini menjadi disipilin yang berbeda. Contohnya,
penggunaan instrumentasi didalam sistem yang masif membuktikan sebagai solusi
yang efektif, efisien, dan hemat. Sistem instrumentasi selalu terbukti menghasilkan
quality control yang lebih baik, pemanfaatan plant yang lebih baik, prduktifitas
sumberdaya yang lebih baik, penghematan material dan energi serta reduksi data
yang akurat dan lebih cepat secara signifikan.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


16

Gambar 2.8 Tipe Bidang Aplikasi dari Sistem Instrumentasi

Tujuan dari eksperimen yang dilakukan terlalu banyak untuk dipaparkan.


Walaupun begitu, beberapa faktor yang biasa digunakan untuk melakukan
pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran sebagai parameter sistem informasi.
2. Kendali dari berbagai operasi atau proses.
3. Simulasi dari kondisi system.
4. Percobaan pembelajaran desain.
5. Melakukan berbagai manipulasi.
6. Menguji material serta pemeliharaan dari standar dan spesifikasi produk.
7. Validasi dari fenomena fisis/teori sains.
8. Quality-Control pada industri [20].

2.5 Mikrokontroler
Mikrokontroler (pengendali mikro) pada suatu rangkaian elektronik berfungsi
sebagai pengendali yang mengatur jalannya proses kerja dari rangkaian elektronik.
Di dalam sebuah IC mikrokontroler terdapat CPU, memori, timer, saluran
komunikasi serial dan paralel, port input/output, ADC, dll. Mikrokontroler
digunakan dalam system elektronik modern, seperti : sistem manajemen mesin

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


17

mobil, keyboard komputer, instrument pengukuran elektronik (seperti multimeter


digital, synthesizer frekuensi, dan osiliskop), televisi, radio, telepon digital, mobile
phone, microwave oven, IP Phone, printer, scanner, kulkas, pendingin ruangan,
CD/DVD player, kamera, mesin cuci, PLC (Programmable Logic Controller),
robot, sistem otomasi, system akuisisi data, system keamanan, peralatan medis
(MRI, CT SCAN, ECG, EEG, USG) [21].

2.5.1 Arduino Nano


Arduino adalah suatu perangkat prototype elektronik berbasis mikrokontroler
yang fleksibel dan open-source, pernagkat keras dan perangkat lunaknya mudah
digunakan [21]. Di luar itu kekuatan utama arduino adalah jumlah pemakai yang
sangat banyak sehingga tersedia pustaka kode program (code library) maupun
modul pendukung (hardware support modules) dalam jumlah yang sangat banyak.
Hal ini memudahkan para pemula untuk mengenal dunia mikrokontroler. Arduino
didefinisikan sebagai sebuah platform elektronik yang open source, berbasis pada
software dan hardware yang fleksibel dan mudah digunakan, yang ditujukan untuk
seniman, desainer, hobbies dan setiap orang yang tertarik dalam membuat sebuah
objek atau lingkungan yang interaktif.
Arduino sebagai sebuah platform komputasi fisik (Physical Computing) yang
open source pada board input ouput sederhana, yang dimaksud dengan platform
komputasi fisik disini adalah sebuah sistem fisik yang interaktif dengan
penggunaan software dan hardware yang dapat mendeteksi dan merespon situasi
dan kondisi [22].
Arduino Nano yang ditunjukkan oleh Gambar 2.9 adalah salah satu papan
pengembangan mikrokontroler yang berukuran kecil, lengkap dan mendukung
penggunaan breadboard. Arduino Nano diciptakan dengan basis mikrokontroler
ATmega328 (untuk Arduino Nano versi 3.x) atau ATmega 168 (untuk Arduino
versi 2.x). Arduino Nano kurang lebih memiliki fungsi yang sama dengan Arduino
Duemilanove, tetapi dalam paket yang berbeda. Arduino Nano tidak menyertakan
colokan DC berjenis Barrel Jack, dan dihubungkan ke komputer menggunakan port
USB Mini-B. Arduino Nano dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Gravitech
[23].

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


18

Gambar 2.9 Arduino Nano

2.5.2 EEPROM
EEPROM (Electricaly Erased and Programmable Read-Only Memory) adalah
sebuah jenis ROM, ROM (Read-Only Memory) adalah memori yang hanya dapat
membaca nilai yang tersimpan pada sel memori, nilai memori ini tidak berubah saat
dibaca nilainya. ROM bersifat non-volatil yang berarti nilainya tidak akan hilang
saat tegangan untuk mencatu ROM hilang.
Sel memori ini biasa terdiri dari satu sampai dua buah transistor. Batas tegangan
(Voltage Treshold) akan menentukan dimana nilai "1" atau "0". Selama periode
pembacaan, tegangan diposisikan pada gate dari sel. Sesuai dengan batas tegangan
yang telah diprogram, transistor kemudian akan menentukan mengalir atau
tidaknya sebuah arus. Kemudian pendeteksi arus akan merubah ada/tidak adanya
arus menjadi nilai "1" atau "0". Gambar 2.10 menunjukan prinsip dasar bagaimana
ROM bekerja[24].

Gambar 2.10 Prinsip Kerja EEPROM

Mikrokontroler pada modul papan Arduino dan Genuino berbasis AVR memiliki
EEPROM, yaitu memori yang menyimpai nilai tertentu saat modul dimatikan
(seperti harddisk kecil). Dengan menggunakan library tertentu pengguna dapat

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


19

membaca dan menulis byte-byte tersebut. Mikrokontroler yang mendukung pada


modul Arduino dan Genuino mempunyai nilai EEPROM yang berbeda, dalam hal
ini 512 pada ATmega168 [25].

2.6 Sistem Antarmuka dan Input/Output


Sistem antarmuka adalah salah satu layanan yang disediakan sistem operasi
sebagai sarana interaksi antara pengguna dengan sistem operasi. Antarmuka adalah
komponen sistem operasi yang bersentuhan langsung dengan pengguna. Terdapat
dua jenis antarmuka, yaitu Command Line Interface(CLI) dan Graphical User
Interface(GUI).
Input/Ouput (I/O) adalah unit yang digunakan untuk memasukkan data dari
luar ke dalam mikroprosesor ini, contohnya data yang berasal dari sensor.
Sementara unit output (keluaran) biasanya digunakan untuk menampilkan data,
atau dengan kata lain untuk menangkap data yang dikirimkan oleh mikroprosesor,
contohnya data yang akan ditampilkan pada layar.
2.6.1 Keypad
Keypad merupakan entity input yang digunakan sebagai media untuk
memasukkan password untuk pengaturan terhadap elektronik secara manual dan
untuk menonaktifkan semua peralatan yang terdapat pada smart house. Setiap
penekanan angka pada keypad akan mengeluarkan data yang akan diproses oleh
mikrokontroler, setiap penekanan 1 kali akan mengeluarkan data sebanyak 7 bit
yang akan disesuaikan dari pembuatan password yang tersusun dalam modul
program yang di rancang [26].

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


20

Gambar 2.11 Tampak Depan Keypad Matriks

Keypad seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.11 diperlukan untuk


berinteraksi dengan sistem, misal kita akan menyetting set-point suatu kontrol
umpan balik pada saat program masih berjalan. Sebenarnya tiap pemrograman
memiliki cara yang berbeda untuk berinteraki dengan sistem. Bahkan untuk keypad
pun secara hardware tiap pemrograman bisa berbeda. Keypad lebih sering
digunakan oleh program, karena software dan hardware-nya, pada dasarnya keypad
adalah push-button yang dirangkai secara matriks [26].

2.6.2 Data Acquisition (DAQ)


Data Acquisition (DAQ) adalah proses pengukuran sinyal seperti tegangan,
arus, resistansi atau lain lain dan membawa informasi tersebut ke dalam komputer
untuk diproses, dianalisa, disimpan atau dilakukan pengolahan data. Fenomena
fisik menggambarkan sinyal yang akan diukur seperti kecepatan, suhu, flow dan
sebagainya. DAQ dan I/O devices terdiri dari beberapa kemampuan kombinasi dari
analog dan digital input-output, termasuk pengkondisi sinyal, analog-to-digital
converter (ADC), digital-to-analog converer (DAC), dan timing I/O [27]. Skripsi
ini menggunakan Natioanl Instruments Data Acqusition 6008 (NI DAQ 6008)
sebagai DAQ seperti pada Gambar 2.12. Beberapa fitur penting dari NI DAQ 6008
adalah:
1. Analog input (AI): 8 input dengan kopling sinyal tunggal yang
direferensikan atau 4 input dengan sinyal kopling diferensial. Rentang
tengangan yang dapat diatur ±20V dengan maksimal sampling
10kS/s (12 bit).
2. Analog output (AO): 2 output dengan rentang tegangan 0-5V, tingkat output
150 Hz.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


21

3. Digital input (DI) dan Digital output (DO): 12 channels yang bisa dipakai
sebagi input atau output. Input low mulai dari -0,3V sampai 0,8V, dan input
high dari 2V sampai 5,8V.
4. Counter: 32 bits, menghitung sinyal low.
5. Sumber tegangan on-boar: 2,5V dan 5V.
6. Power: dengan kabel USB.
7. Software aplikasi: LabVIEW, C, atau Visual Studio. Platforms: Windows,
Mac, Linux.

Gambar 2.12 Konfigurasi Pin NI DAQ 6008 [28]

2.6.3 HMI (Human Machine Interface)


HMI adalah piranti lunak antarmuka antara mesin atau plant dengan operator
atau pengamat. Umumnya terdiri dari komputer pusat atau beberapa komputer
terpisah berfungsi untuk memonitor dan mengontrol suatu sistem. Tujuan
pemakaian HMI adalah mengumpulkan dan menampilkan informasi dari proses
pada plant, selain itu HMI berguna sebagai sarana bagi operator untuk mengakses
sistem otomasi di lapangan (operasional, perawatan, troubleshooting dan
pengembangan) [29].

2.7 LabVIEW
LabVIEW (Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench)
adalah suatu bahasa pemrograman berbasis grafis yang dikembangkan oleh

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


22

National Instruments (NI) yang mendesain suatu sistem dan digunakan di


akademisi dan industri untuk pemrosesan dan visualisasi data dalam bidang akuisisi
data, remote control, simulasi, kendali dan instrumen, serta otomatisasi industri.
Labview menggunakan pemrograman data flow, yang aliran data menentukan
pelaksanaan (eksekusi). Program labview disebut virtual instrument (VI), karena
tampilan dan operasinya meniru instrument fisik, seperti osiloskop dan milimeter.
Setiap VI menggunakan fungsi-fungsi yang menggerakkan masukan dari
antarmuka pengguna atau sumber lain dan menampilkan informasi tersebut atau
memindahkannya ke file lain atau ke komputer lain. VI berisi tiga komponen yaitu
front panel, blok diagram dan icon connector panel [30]

2.7.1 Front Panel


Front panel merupakan interface antara pengguna (user) dengan program.
Didalam front panel terdapat kendali (input) dan indikator (output). Kendali pada
front panel dapat berupa knob, tombol, dial dan lainnya. Sedangkan untuk indikator
(output) dapat berupa LED, grafik dan tampilan lainnya seperti pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Front Panel Labview

Kendali mensimulasikan alat input instrument da data suplai ke diagram blok


VI. Indikator mensimulasikan perangkat output instrument dan menampilkan
diagram blok data yang diakuisisi[30].

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


23

2.7.2 Diagram Blok


Diagram blok digunakan untuk membuat rangkaian fungsi-fungsi dengan cara
memasukkan fungsi-fungsi yang diinginkan dan menghubungkannya satu dengan
lainnya. Blok diagram berisi pemrograman grafis yang berupa Objek-objek front
panel seperti terminal pada diagram blok. VI pada Gambar 2.14 menunjukkan
beberapa objek diagram blok seperti terminal-terminal, fungsi-fungsi, dan alur [30].

Gambar 2.14 Blok Diagram Labview

2.8 Kajian Pustaka


Perkembangan teknologi kendali pada dunia industri mengalami
perkembangan yang pesat. Penelian pun dilakukan guna mengembangkan sistem
yang telah ada. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penilitian yang sebelunya
telah dilakukan.
Penelitian pengukuran level air telah dilakukan oleh Amelia Awaliah, Adnan
Rafi dkk. pada tahun 2017 menggunakan Arduino Uno. Penelitian ini dapat
mengukur tinggi air 5cm sampai dengan 25 cm dengan rata rata error 4,93% [6].
Pada tahun 2017 R S Sunmonu, M A Sodunke dkk. melakukan pengujian serupa
dengan hasil error maksimal 0,17% [31]. Pula pada tahun 2015 M Suleiman, GI
Saidu dkk. melakukan penelitian dengan hasil 3,04% error [32].
Penelitian pengukuran volume air telah dilakukan oleh Ulfah Mediaty Arief
pada tahun 2011 menggunakan ATmega16 menggunakan aplikasi program AVR
dengan kesimpulan pengukuran maksimal pada bejana 60 cm dan dengan
presisi 2 cm [13]. Pada tahun 2017 Mateus Santos Rogienfisz, Laura Silva De Assis

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


24

dkk. melakukan penelitian serupa menggunakan Arduino Mega 2560 dengan


persentase error 0,05% sampai 3,30% dan rata-rata kesalahan 1,606% [10].
Penelitian pengolahan data dari arduino ke komputer telah dilakukan oleh
Bayu Sunarso dengan menggunakan mikrokontroler Atmega 8535 dan port serial
RS-232 dengan kesimpulan dapat mengukur jarak 10cm sampai 280cm dan
persentase error 0.39% [9]. Penelitian serupa juga dilakukan Shamim Pathan,
Praseed Kumar dkk. pada tahun 2016 menggunakan Arduino Uno menggunakan
koneksi USB langsung ke komputer menggunakan antarmuka LINX ke LabView
untuk mendeteksi level bawah dan level atas air agar pompa mati atau bekerja [33].
Pula pada tahun 2017 Riadh Adnan Kadhim, Abdul Kareem Kasim Abdul Raheem
dkk. melakukan penelitian menggunakan Arduino Uno menggunakan USB
langsung ke komputer menggunakan antarmuka LINX ke LabView untuk
menentukan level tinggi dan rendah air [34]

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


BAB 3III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Dalam skripsi ini, penelitian yang dilakukan membutuhkan alur penelitian
agar pada proses penelitian ini dapat berjalan secara sistematis. Alur penelitian
dapat mempermudah dalam membuat perancangan sistem, hardware dan program,
pengujian sistem dan analisis data, dari semua itu akan didapatkan hasil dan
pembahasan dalam penerapan sistem sehingga didapatkan kesimpulan. Adapun
penelitian tersebut dapat digambarkan secara umum dalam bentuk diagram alir
pada Gambar 3.1.

Mulai

Perancangan Perancangan Arduino Perancangan


Arduino dengan dengan Sensor Arduino dengan
Keypad Ultrasonik HC-SR04 LCD

Penyesuaian
Penyesuaian Penyesuaian Hardware
Hardware Hardware dengan library
dengan library dengan library

Hardware Hardware Hardware


berfungsi berfungsi berfungsi
dengan baik? Tidak dengan baik? Tidak dengan baik?

Ya Ya Ya

Menyatukan
program dan
hardware

25 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


26

Membuat menu
pohon

Menu berfungsi
dengan baik? Tidak

Ya

Membuat program input


variable yang dapat
disimapan di EEPROM

Program
berfungsi dengan
baik? Tidak

Ya

Menentukan jarak minimal


pembacaan sensor

Rancang
Bangun

Pengujian dan
Analisa

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

Berikut merupakan penjelasan dari diagram alir penelitian pada Gambar 3.1
adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur menggunakan referensi yang dapat berupa jurnal penelitian dan
buku yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas. Hal tersebut

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


27

dilakukan dengan membaca dan mengambil teori dan buku rujukan, internet
dan referensi lainnya yang berhubungan dengan perancangan alat ini. Studi
literatur diperdalam mengenai sistem kerja dari perancangan yang
berhubungan dengan sensor ultrasonic, program menu pohon dan library untuk
EEPROM.
2. Pada perancangan instrumen ukur volume dengan sensor ultrasonik, perlu
adanya penyesuaian antara perangkat keras dengan library/program yang
membuat perangkat keras berfungsi dengan baik.
3. Perancangan Arduino sebagai mikroprosesor yang berfungsi untuk mengolah
pemrograman dengan perangkat keras pendukung dilakukan agar instrumen
dapat bekerja sesuai perancangan. Keypad dengan jenis 4x4 matriks yang
berfungsi sebagai input variabel dan kontrol menu. Sensor ultrasonik HC-SR04
untuk mengukur jarak, dan LCD matriks 20x4 pixel yang dihubungkan dengan
modul serial I2C untuk menampilkan karakter dan nilai.
4. Pemrograman dilakukan dengan Arduino IDE menggunakan bahasa C++
dengan menambahkan library tertentu agar instrumen dapat bekerja dengan
baik. Selanjutnya semua hasil pemrograman disatukan dan di desain
sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan.
5. Menu pohon dibuat agar pengguna dimudahkan dalam mengoprasikan
perangkat (mengubah variabel dan/atau menampilkan pembacaan sensor
secara aktual). EEPROM internal pada Arduino digunakan agar input variabel
dapat disimpan dan dibaca kembali saat instrumen diaktifkan.
6. Menentukan nilai minimal dan maksimal jarak pembacaan pada sensor dengan
melakukan percobaan pada kondisi tertentu dengan datasheet sebagai acuan.
Merancang instrumen sesuai dengan kebutuhan dan penelitian yang telah
dilakukan agar instrumen dapat bekerja sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Menguji perangkat dengan melakukan perbandingan nilai volume yang diukur
dengan alat tera manual kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran pada
instrumen ukur. Pengujian dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu pengujian
berdasarkan jenis wadah dan pengujian berdasarkan jenis objek ukur.
Pengujian jenis wadah menggunakan dua jenis wadah yaitu kubus dan silinder.
Wadah kubus yang diuji memiliki dimensi panjang 30,7 cm, lebar 17,3 cm dan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


28

tinggi 21.59 cm. Wadah silinder yang diuji memiliki dimensi jari-jari 5,5 cm
dan tinggi 94,4 cm. Pengujian jenis wadah dilakukan dengan objek air
menggunakan gelas tera dan dilakukan pengujian setiap 500 ml sampai wadah
penuh.
Pengujian berdasarkan jenis objek ukur dilakukan dengan menggunakan
wadah silinder dengan dimensi jari-jari 2,8 cm dan tinggi 48,2 cm Hasil dari
pengamatan akan didapatkan nilai persentase kesalahannya dari setiap
percobaan yang dilakukan. Pengujian jenis objek dilakukan dengan gelas tera
dan dilakukan pengujian setiap 100ml sampai wadah penuh.
8. Tahap akhir adalah hasil dan pembahasan mengenai alat yang dibuat, apakah
hasil yang didapat setelah pengujian dan analisa alat ini sesuai dengan apa yang
dicapai. Jika masih banyak kekurangan peneliti akan memberikan saran agar
alat ini dapat menjadi lebih baik lagi untuk pengembangannya.

3.2 Instrument Penelitiian


Skripsi ini membutuhkan beberapa instrumen yang dapat mendukung dan
mempermudah kinerja dalam proses pengerjaan skripsi ini. Instrumen yang
dibutuhkan berupa perangkat keras dan perangkat lunak.

3.2.1 Perangkat Keras


Perangkat keras (hardware) yang digunakan pada penelitian ini meliputi
mikrokontroler, input-an dan output-an yang diselesaikan dalam perancangan
skripsi. Hardware yang digunakan berupa komputer personal, mikrokontroler,
sensor, LCD dan keypad. Spesifikasi instrumen yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.1.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


29

Tabel 3.1 Hardware Pendukung Penelitian


Jenis Hardware Spesifikasi
Intel Pentium G4560 3.50GHz, 8.00 GB
Komputer Personal
RAM, Windows 10 64bit
14 pin I/O (6 pin PWM), 8 pin Analog
Arduino Nano
Input, 512byte EEPROM
Sensor Ultrasonik Jarak ukur 2cm-4m, frekuensi kerja 40kHz,
HC-SR04 sudut ukur 15⁰
LCD 20x4 karakter, 8bit paralel-interface,
LCD
1/16 duty cycle
Keypad 4x4 matrix keypad
8 analog inputs (12-bit, 10 kS/s); 2 static
NI DAQ 6008 analog outputs (12-bit); 12 digital I/O; 32-
bit counter

3.2.2 Perangkat Lunak


Perangkat lunak (software) yang digunakan pada skripsi ini merupakan
perangkat yang disesuaikan dengan kebutuhan skripsi. Software yang digunakan
berupa NI Labview 2014 Home and Student Edition, NI-DAQmx 5.0, Arduino IDE
dan ISIS 7 Profesional 7.9 SPI.

3.3 Perancangan Penelitian


Perancangan skripsi merupakan penjelasan yang membahas tentang sistem
yang akan dibuat secara keseluruhan, mencakup perancangan alat, perancangan
hardware dan perancangan software.

3.3.1 Perancangan Alat


Perancangan penelitian merupakan penjelasan yang membahas tentang alat
yang akan dibuat secara keseluruhan baik yang mencakup perangkat keras
(hardware), maupun pemrograman dan perangkat lunak (software). Gambar 3.2
merupakan blok diagram pada rancang bangun sistem monitoring cairan
menggunakan sensor ultrasonik.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


30

Legenda
Catu daya Arus listrik
Arus data

Sensor Ultrasonik

Mikroprosesor Keypad

Layar LCD

Gambar 3.2 Diagram Blok Instrumen

3.3.2 Perancangan Perangkat Keras


Perangkat keras pada Instrumen ini menggunakan sensor ultrasonik HC-
SR04 dan keypad matriks 4x4 sebagai input, Arduino Nano sebagai pemroses
program dan terdapat LCD 20x4 dihubungkan dengan I2C sebagai output berupa
karakter dan nilai hasil pengukuran. Sumber catu daya menggunakan arus searah
dengan tegangan 5-12Volt atau dengan konektor miniUSB.

Gambar 3.3 Rancanan Hardware

Terdapat saklar dan LED masing masing berfungsi untuk


menghidup/mematikan instrumen dan sebagai indikator daya. Digunakan spacer
sebagai penambah jarak antara sensor dan penampang agar dapat membaca jarak

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


31

minimal pembacaan sensor. Peletakan hardware pada instrumen ditunjukan pada


Gambar 3.3.
Pada skematik perancangan ini dilakukan dengan menggabungkan semua
skematik hardware yang telah dilakukan untuk membantu dalam penjelasan kinerja
alat dari perancangan. Sistem keseluruhan dari alat ini ditunjukkan pada Gambar
3.4.

Gambar 3.4 Skematik Keseluruhan Instrumen

3.3.2.1 Perancangan Arduino Nano


Arduino Nano seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 adalah board
mikrokontroler berbasis ATmega328P. Board ini memiliki 14 pin digital yaitu
6 pin dapat digunakan sebagai output PWM (Pulse Width Modulation), 6 input
analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB (Universal Serial Bus), konektor
sumber tegangan, header ICSP (In Circuit Serial Programming) dan tombol reset.
Arduino Uno dibangun berdasarkan apa yang diperlukan untuk mendukung
mikrokontroler.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


32

Gambar 3.4 Bentuk Fisik Arduino Nano

Arduino Uno berfungsi sebagai mikrokontroler yang digunakan untuk


mengelola data dari keluaran sensor dan instrumen yang akan digunakan. Arduino
dipilih karena selain mudah digunakan, juga harganya yang lebih terjangkau.
Spesifikasi dari Arduino Uno yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Spesifikasi Arduino Nano


Mikrokontroler ATmega328
Tegangan pengoperasian 5V
Tegangan input yang disarankan 7 - 12 V (Rekomendasi)
Batas tegangan input 6 - 20 V
Jumlah input I/O digital 14 pin (6 pin untuk PWM)
Jumlah pin input analog 6 pin
Arus DC tiap pin I/O 40 mA
Arus DC tiap pin 3,3 V 50 mA
Memori Flash 32 KB
SRAM 2 KB
EEPROM 1 KB
Clock Speed 16 Mhz

3.3.2.2 Perancangan Sensor Ultrasonik SR-HC04


Sensor ultrasonik SR-HC04 berfungsi untuk mengukur ketinggian air yang
berada di dalam wadah. SR-HC04 memiliki karakteristik jarak pembacaan minimal
sebesar 2cm, untuk itu sensor ditempatkan didalam instrumen dengan piezoelektrik
transmitter dan receiver menghadap kebawah ditambah dengan spacer sepanjang
4cm dihubunngkan pada penampang akrilik dengan tebal 5mm. Gambar rancangan
sensor pada instrumen ditunjukan pada Gambar 3.5.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


33

Gambar 3.5 Rancanan Sensor

Sensor ini hanya membutuhkan sinyal sebesar 10uS kemudian transmitter akan
mengirimkan delapan siklus gelombang ultrasonik sebesar 40kHz yang dipantulkan
melalui piezoelektrik dan ditangkap oleh receiver dan dirubah menjadi sinyal TTL
sesuai dengan jarak yang diukur. Jarak dapat diukur dengan satuan centimeter (cm)
atau inch. Jarak yang diukur dalam centimeter dapat dihitung dengan persamaan
(3.1) atau dengan persamaan (3.2) jika jarak diukur dalam inci.
𝑙 = 𝑇 ∗ 58 (3.1)
𝑙 = 𝑇 ∗ 148 (3.2)
l = Jarak yang diukur (cm/inci)
T = Waktu yang ditemput (uS)

Gambar 3.6 Tampilan Fisik Sensor Ultrasonik SR-HC04

Berdasarkan Gambar 3.6 SR-HC04 memiliki 4 pin. Pin VCC dihubungkan


pada pin 5V pada arduino dan pin GND pada sensor dihubungkan ke pin GND
arduino. Pin TRIG membutuhkan input TTL 10uS dan pin ECHO mengirimkan
sinyal uS ke arduino sesuai jarak yang terukur. Spesifikasi pin sensor SR-HC04
ditunjukan pada Tabel 3.3.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


34

Tabel 3.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik SR-HC04


Pin Penjelasan
VCC Catu daya sensor, 5V
Trig Sinyal masukan sensor, 10uS
Sinyal keluaran sensor, besaran tergantung
Echo
jarak yang terukur, dalam uS
Gnd Pin netral catu daya

Sensor SR-HC04 memiliki 4 pin yaitu VCC, GND, TRIG dan ECHO.
Perancangan SR-HC04 dihubungkan langsung ke arduino nano sebagai input-an.
Pin VCC dihubungkan ke pin +5V arduino dan pin GND dihubungkan ke pin GND
arduino sebagai sumber daya sensor. Pada sensor utama/sensor 1, pin TRIG
dihubungkan pada pin D8 sementara pin ECHO dihubungkan pada pin D9 pada
arduino. Pada sensor 2/eksternal pin TRIG sensor dihubungkan pada pin D13 dan
pin ECHO dihubungkan ke pin D12 pada arduino. Skematik hubungan pin sensor
1 dan sensor 2 ke arduino ditunjukan dengan Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Skematik Sensor Ultrasonik

3.3.2.3 Perancangan LCD


Aplikasi LCD yang digunakan ialah LCD dot matrik dengan jumlah karakter
4 x 20 seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.7. LCD berfungsi sebagai penampil
yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan hasil pengukuran, pemilihan
menu dan menampilkan variabel saat di-input.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


35

Gambar 3.8 Tampilan Fisik LCD 20x4

Perancangan LCD pada penelitian ini menggunakan model dengan latar


warna biru dengan lampu latar putih. LCD ini dapat menampilkan 4 baris 20
karakter warna putih ditunjukkan Gambar 3.8. Spesifikasi LCD dapat dilihat pada
Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Spesifikasi LCD 20x4


Spesifikasi Keterangan
Tegangan Kerja 5V
Tampilan Karakter 20 x 4 Karakter, 5x8pixel/karakter
Kontroler HD44780
Input 4 atau 8bit Antarmuka

LCD yang digunakan dihubungkan dengan I2C (Inter Integrated Circuit)


yang ditunjukkan pada Gambar 3.9 bertujuan untuk meminimalkan penggunaaan
pin pada saat menggunakan display LCD 20 x 4. Pin yang digunakan pada LCD
adalah 14 pin, namun menggunakan modul I2C hanya perlu menyediakan 4 pin
yaitu VCC, ground, SDA (Serial Data) dan SCL (Serial Clock). Pada sisi belakang
I2C terdapat sebuah potensiometer yang berfungsi untuk mengatur kontras warna
karakter pada LCD.

Gambar 3.9 Tampilan Fisik I2C

Modul I2C yang digunakan pada penelitian ini menggunakan I2C PCF8754A.
Spesifikasi I2C (Inter Integrated Circuit) LCD dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


36

Tabel 3.5 Spesifikasi I2C


Spesifikasi Keterangan
Tegangan Kerja 5V
0x27 keadaan default,alamat dapat
Alamat I2C
diprogram 0x20 sampai 0x27

Skematik LCD 20x4 dengan I2C dapat dilihat pada Gambar 3.10. Yang
dimaksud dengan I2C LCD adalah modul LCD yang dikendalikan secara serial
sinkron dengan protokol I2C.

Gambar 3.10 Skematik LCD

Normalnya, modul LCD dikendalikan secara paralel baik untuk jalur data
maupun kontrolnya. Namun, jalur paralel akan memakan banyak pin di sisi
kontroler. Setidaknya membutuhkan 6 atau 7 pin untuk mengendalikan sebuah
modul LCD sedangkan dalam sebuah Arduino Uno memiliki pin digital sebanyak
13 buah.
Dengan mengubah jalur kendali LCD dari paralel ke serial (I2C) sehingga
hanya akan membutuhkan 4 jalur kabel. VCC dan GND untuk menghubungi LCD
serta SDA dan SCL. Arduino sendiri sudah mendukung protokol I2C. Arduino Uno,
port I2C terletak pada pin A4 untuk jalur SDA dan pin A5 untuk jalur SCL. Modul
I2C converter ini menggunakan IC PCF8574 sebagai kontrolernya. IC ini adalah
sebuah 8 bit I/O expander for I2C bus yang pada dasarnya merupakan sebuah shift
register.
3.3.2.4 Perancangan Keypad
Aplikasi keypad yang digunakan ialah keypad matriks 4 x 4 berfungsi sebagai
kontrol menu dan sebagai input variabel. Keypad yang ditunjukan pada Gambar
3.11 diletakan didepan instrumen untuk memudahkan pengguna dalam
menggunakan instrumen.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


37

Gambar 3.11 Tampilan Fisik Keypad

Keypad memilik 8 pin yang masing masing terdiri dari 4 pin tiap kolom dan
4 pin tiap baris. Pin kolom sebagai inputan akan memberikan sinyal high bergantian
dari kolom 1, kolom 2, dst. secara berulang sampai ada tombol yang ditekan,
kemudian jika ada satu tombol yang ditekan, maka akan ada satu sinyal high yang
dialirkan melalui pin baris dan akan meregister apa yang ditekan.
Keypad matriks 4 x 4 memiliki 8 pin masing masing 4 pin baris dan 4 pin
kolom. Ke-4 pin baris dihubungkan ke arduino sebagai output sinyal high secara
kontinyu dan bergantian, sedangakan pin kolom dihubungkan ke arduino sebagai
input yang jika satu tombol di tekan makan ada aliran sinyal high menuju arduino.
Pin baris 1 sampai 4 dihubungkan pada pin D7, D6, D5 dan D4 kemudian pin kolom
1 sampai 4 dihubungkan pada pin D3, D2, A0 dan A1. Skematik hubungan pin
keypad dengan arduino ditunjukan pada Gambar 3.12.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


38

Gambar 3.12 Skematik Keypad

3.3.2.5 Perancangan Saklar Daya


Instrumen ini dilengkapi dengan saklar sebagai pemutus daya dengan
arduino, saklar yang digunakan berjenis SPDT (Single Pole-Double Throw). Saklar
ini dihubungkan dengan adaptor 12V. Sebagai indikator alat menyala, disisipkan
sebuah LED 5mm berwarna biru dan diberikan resistor sebagai penahan tegangan.
lalu keluaran dari saklar dihubungkan ke pin VREF arduino. Skematik hubungan
saklar, LED, resistor dan arduino ditunjukan pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Skematik Saklar

3.3.2.6 Perancangan Digital-Analog Converter


Digital output yang keluar dari arduino diperlukan sebagai masukan ke
Digital-Analog Convverter (DAC). DAC berfungsi untuk mengubah data digital
yang dikirmkan dari mikrokontroler diubah menjadi sinyal analog dalam bentuk
tegangan. DAC yang dipilih adalah MPC4725 yang merupakan DAC 12-bit yang
berarti DAC ini mampu mengkonversi data digital sebanyak 4096 bit data digital.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


39

Gambar 3.14 DAC MPC4725

Gambar 3.14 menunjukan tampilan fisik DAC MPC4725. DAC ini memiliki
pin VCC dan GND sebagai catu daya, pin SDA sebagai masukan data secara serial,
pin SCL sebagai masukan clock serial data serta OUT dan GND sebagai keluaran
tegangan dari DAC. Adapun spesifikasi DAC dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Spesifikasi DAC MPC4725


Spesifikasi Keterangan
Tegangan Kerja 5V
0x60 dan 0x61, bisa memakai alamat 0x60-
Alamat I2C
0x63
Resolusi 12-bit, 4096 data digital

Saat data digital masuk ke DAC dan mengeluarkan tegangan, kemudian


tegangan yang keluar dari DAC kemudian diproses oleh NI DAQ 6008 kekomputer
melalui aplikasi LabVIEW.Masing-masing pin output dari DAC masuk ke pin AI+
DAQ dan pin ground dari DAC masuk ke AI- DAQ. Skematik DAC ditunjukkan
pada Gambar 3.15.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


40

Gambar 3.15 Skematik DAC

3.3.3 Perancangan Perangkat Lunak


Perancangan software yang dibutuhkan untuk membangun sistem yang
diinginkan. Perancangan software yang dibahas berupa perancangan sistem menu,
sistem HMI dan perancangan virtual instruments.

3.3.3.1 Perancangan Sistem Menu


Sistem menu berfungsi sebagai antarmuka agar instrumen dapat digunakan
secara mobile. Untuk memudahkan pengguna dalam mengoprasikan instrumen
kemudian dirancang sebuah sistem menu. Pada menu volume monitor ditampilkan
hasil pengukuran tinggi yang dibaca oleh sensor kemudian dikalikan dengan
variabel lain(panjang dan lebar pada kubus atau jari-jari pada silinder)
menggunakan rumus bangun ruang. Variabel panjang, lebar dan jari-jari didapatkan
oleh fungsi get dari EEPROM. Pada menu input varible digunakan fungsi read
untuk membaca tombol yang ditekan oleh keypad. Saat mengkonfirmasi niali
variabel, kemudian variabel disimpan ke dalam sel EEPROM menggunakan fungsi
write. Kemudian pada menu equation setting digunakan fungsi read untuk
membaca tombol yang akan ditekan, tombol yang ditekan akan menentukan rumus
bangun ruang yang akan digunakan sesuai dengan jenis wadah yang akan diukur.
Terdapat dua rumus bangun ruang yaitu rumus kubus dan silinder. Pada menu
setting parameter digunakan fungsi digitalWrite dari sensor untuk menampilkan
pembacaan ketinggian. Pada menu About digunakan fungsi lcd.print untuk
menampilkan tentang perancang. Diagram blok sistem menu ditunjukan pada
Gambar 3.16.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


41

Equation Setting
Volume Monitor Input Variable About
Setting Parameter

Input Setting
Sensor 1 Sensor 1 Sensor 2
Sensor 1

Input Setting
Sensor 2 Input Tinggi Input Tinggi Sensor 2
Kubus Kubus

Input Panjang Input Panjang


Kubus Kubus

Input Lebar Input Lebar


Silinder Silinder

Input Diameter Input Diameter


1 1

Input Diameter Input Diameter


2 2

Input Tinggi Input Tinggi


Silinder Silinder

Gambar 3.16 Diagram Blok Perancangan Sistem Menu

Pada menu Volume Monitor ditampilkan hasil pengukuran volume, setiap


sensor memiliki menu untuk menampilkan hasil pengukuran volume masing
masing. Pada menu Input Variable pengguna dapat memasukan nilai variabel
terukur, nilai ini kemudian akan disimpan ke dalam EEPROM dan dipanggil
kembali untuk dihitung dengan rumus yang ada pada program, setiap sensor
memiliki menu untuk memasukan masing-masing variabel terukur. Pada menu
Equation Setting pengguna dapat menentukan jenis bangun ruang, Setiap sensor
memiliki menu untuk memilih jenis bangun ruang. Jenis bangun ruang yang dipilih
akan menentukan rumus yang dipilih untuk menghitung variabel terukur yang ada
pada EEPROM. Bangun ruang yang dapat dipilih adalah kubus, silinder, dan ember.
Pada menu Setting Parameter menampilkan hasil pengukuran tinggi media yang
diukur. Lalu pada menu About ditampilkan tentang perancang instrumen.

3.3.3.2 Perancangan Program Arduino


Perangkat lunak yang digunakan pada perancangan alat ini adalah Arduino
IDE (Integrated Development Environment) dengan library tambahan keypad.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


42

Arduino IDE merupakan software yang digunakan untuk melakukan pemrograman


modul Arduino yang mana didalamnya sudah terdapat hal-hal yang diperlukan
untuk menulis program, menyusun menjadi kode biner dan mengunggah ke dalam
memori mikrokontroler.

Gambar 3.17 Antarmuka Arduino IDE

Program Arduino IDE sendiri menggunakan bahasa C. Penggunaan Arduino


IDE dimudahkan dengan library yang diberikan secara gratis oleh pengguna
Arduino lainnya, sehingga pengguna Arduino lebih mudah memprogram Arduino
board yang mereka miliki. Bagian-bagian pada Arduino IDE yang cukup menarik
dan mudah digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.17. Arduino IDE terdiri atas tiga
bagian yaitu.
1. Editor, merupakan bagian di mana pengguna dapat mengetikkan program
(sketch).
2. Compile atau Verify, merupakan bagian yang akan mengubah kode program
menjadi bahasa mesin.
3. Upload, merupakan bagian untuk memasukkan kode program ke modul
Arduino.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


43

3.3.3.3 Perancangan Sistem HMI


Sistem HMI berfungsi untuk memudahkan user dalam mengamati hasil
pengukuran yang berlangsung. HMI dibuat dengan menggunakan Labview yang
terintegrasi oleh NI DAQ 6008 dan mini plant level dua tangki selama proses input
dan output berlangsung. HMI yang telah dirancang dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 HMI pada LabVIEW

HMI yang dirancang pada Gambar 3.17 mempunya sebuah blok sistem yang
berfungsi untuk memudahkan proses pengamatan. Blok sistem tersebut berupa
output yang terukur pada instrumen.

3.3.3.4 Perancangan Virtual Instruments pada LabView


Virtual Instruments berisi blok-blok diagram program pada Labview. Untuk
bisa membuat sistem bekerja dengan baik diperlukan program yang dapat
melakukan perintah yang diinginkan. Virtual instruments berisi blok digram yang
dapat digunakan untuk membuat program agar sistem bekerja dengan baik. Virtual
Instruments yang telah dirancang dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


44

Gambar 3.19 Virtual Instruments pada LabVIEW

3.3.4 Alat Ukur


Perancangan ini menggunakan alat ukur untuk melakukan penelitian, yaitu
osiloskop dan multimeter. Berikut adalah penjelasan dari alat ukur yang digunakan
selama penelitian.

3.3.4.1 Osiloskop
Osiloskop pada penelitian ini digunakan untuk mengukur dan menampilkan
gelombang serta nilai-nilai output dari sensor HC-SR04. Penelitian ini
menggunakan osiloskop tipe digital atau DSO (Digital Storage Osciloscope) merek
Owon SDS7102E seperti pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20 Osiloskop Owon SDS7102E

3.3.4.2 Multimeter
Berdasarkan tampilan display atau meter yang digunakan maka multimeter
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu analog dan digital. Penelitian ini menggunakan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


45

multimeter digital merek Zotek ZT102 seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.21.
Multimeter ini berfungsi untuk mengukur tegangan pada catu daya berupa baterai
dan Arduino Uno.

Gambar 3.21 Multimeter Zotek ZT102

3.4 Tempat dan Waktu Skripsi


Skripsi rancang bangun sistem monitoring volume cairan menggunakan
sesnor ultrasonik pada mini plant dua tangki dilakukan di laboratorium konversi
energi Central of Excellence (COE) Fakultas Teknik Sultan Ageng Tirtayasa.
Skripsi ini dilakukan dari bulan Maret 2018 sampai bulai Januari 2019.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


BAB 4IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pengujian instrumen volume zat cair dilakukan dalam beberapa tahapan,
dimulai dengan pengujian sistem minimum mikrokontroler, pengujian sensor
sampai pengujian kinerja sensor. Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian
sistem secara keseluruhan berupa pengujian kinerja instrumen dengan cara
membandingkan nilai volume zat cair yang ditera dengan gelas ukur dengan alat
yang dirancang sehingga didapatkan nilai akurasinya. Selanjutnya dilakukan
pengujian pengiriman data ke data akusisi untuk ditampilkan ke komputer.
Monitoring pada sistem pengukuran volume ini memiliki dua bagian utama
yaitu instrumen ukur dan NI DAQ 6008. Hasil perancangan alat ukur volume dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

(a) (b)
Gambar 4.1 Hasil Perancangan (a) Instrumen Tampak Depan (b) Instrumen Tampak
Samping

Instrumen ini dirancang berdasarkan perancangan yang telah dilakukan


ditunjukan pada Gambar 3.3, instrumen ini didesain menggunakan kotak plastik
ukuran 11.5cm × 17.5cm. Tampak depan instrumen terdiri dari LCD dan keypad
kemudian bagian samping instrumen terdapat lampu indikator, saklar, konektor
catu daya, konektor sensor, konektor mini USB ke arduino dan pin analog output.
Sensor diletakan didalam kotak dengan transmitter dan reciever keluar menghadap

46 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


47

ke bawah. Untuk dapat mengukur jenis wadah, maka dirancang sebuah pelat untuk
menyangga instrumen ke wadah yang akan diukur, kotak instrumen diberi jarak ke
pelat penampang menggunakan spacer 4cm. Hasil perancangan hubungan antar
hardware dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Hasil Perancangan Perangkat Keras pada Instrumen

4.2 Pengujian Sensor Ultrasonik HC-SR04


Untuk menguji sensor ultrasonik HC-SR04 dilakukan beberapa pengujian,
yaitu pengujian sinyal dari pin sensor dan validasi sensor. Untuk menguji sinyal
dari pin sensor, dilakukan dua tahap pengujian untuk mengetahui sinyal yang
dikirim ke transmitter dan sinyal yang diterima dari receiver. Proses pengambilan
data tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.3.

(a) (b)
Gambar 4.3 Pengujian Pin (a) Trigger pada Senssor (b) Echo pada Sensor

Pengujian ini dilakukan dengan osiloskop Owon SDS7102E dihubungkan ke


pin trigger dan pin echo yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3. Pengujian sinyal yang

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


48

dikirim ke transmitter dengan cara menghubungkan pin trigger pada sensor ke


probe osiloksop dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pengujian Sinyal pada Pin Trigger

Berdasarkan Gambar 4.4, dengan menghubungkan pin echo ke probe


osiloskop, sensor ultrasonik HC-SR04 mengeluarkan sinyal ultrasonik ke
transmitter memiliki periode 58,75ns, frekuensi 17,3MHz dan amplitudo 70mV.
Berdasarkan datasheet, sensor HC-SR04 mengirimkan delapan sinyal ultrasonik
dalam sekali siklus yang berarti kedelapan sinyal ultrasonik tersebut dikirimkan
dalam periode 470ns. Pengujian sinyal yang dipantulkan ke receiver pada pin echo
di sensor dapat dilihat pada Gambar 4.5.

(a) (b)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


49

(c)
Gambar 4.5 Pengujiaan Sinyal pada Pin Echo (a) Saat Jarak 6,42cm (b) Saat Jarak
31,74cm (c) Saat Jarak 45,07cm

Pada Gambar 4.5, sinyal ultrasonik yang dipancarkan melalui transmitter dan
dipantulkan menuju receiver berupa sinyal square dengan amplitudo sebesar 5V,
frekunesi 50 Hz dan periode 20ms. Sinyal akan berubah duty cylce nya saat jarak
pantulnya berubah. Grafik hubungan duty cylce dengan jarak terukur ditunjukkan
pada Gambar 4.6.

Sensor Ultrasonik HC-SR04


25%
31.74, 15%
20%
Duty Cycle

15% 45.07, 22%


10% 6.42, 2%
5%
0%
0 10 20 30 40 50
Jarak Terukur (cm)

Gambar 4.6 Grafik Duty Cycle dengan Jarak Terukur

Pada Gambar 4.6 , terlihat pada saat instrumen mengukur jarak 6,42cm
didapat duty cycle sebesar 2%, kemudian saat jarak 31,74cm duty cycle-nya sebesar
15% dan pada jarak 45,07cm sinyalnya memiliki duty cycle sebesar 22%.
Selanjutnya dilakukan pengujian proses validasi sensor untuk mengetahui
persentase kesalahan yang dihasilkan oleh sensor, proses pengambilan data validasi
sensor ditunjukan Gambar 4.7.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


50

Gambar 4.7 Pengujian Validasi Data Sensor

Pada Gambar 4.7 dilakukan pengujian dengan menempatkan penggaris


sepanjang 400cm kemudian sensor dihadapkan searah dengan penggaris. Hasil
pengujian yang terukur di LCD di catat kemudian dibandingkan dengan jarak yang
diukur pada penggaris. Sensor ultrasonik HC-SR04 dapat mengukur jarak 2-400cm
sesuai datasheet. Maka dilakukan pengujian jarak 2, 3,5 10, 15, 20, 20, 25, 30, 50,
100, 150, 200, 250, 300, 350 dan 400cm. Data validasi sensor ditunjukan pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Validasi Sensor


Jarak
Rata-rata Persentase
Diukur Jarak Terukur (cm)
(cm) Kesalahan
(cm)
2 2,14 2,69 2,58 2,47 23,50%
3 3,25 3,59 3,59 3,476667 15,89%
5 5,03 5,13 5,03 5,063333 1,27%
10 10,06 9,66 10,05 9,923333 0,77%
15 14,99 14,98 14,99 14,98667 0,09%
20 19,96 19,96 20,31 20,07667 0,38%
25 24,58 24,6 24,58 24,58667 1,65%
30 29,31 29,32 29,31 29,31333 2,29%
50 48,82 48,86 48,43 48,70333 2,59%
100 96,98 96,48 96,87 96,77667 3,22%
150 144,62 145,93 145,49 145,3467 3,10%
200 195,52 195,6 194,99 195,37 2,32%
250 244,14 242,45 242,39 242,9933 2,80%
300 292,06 290,84 292,13 291,6767 2,77%
350 340,43 341,17 342,89 341,4967 2,43%
400 389,93 388,48 390,52 389,6433 2,59%
Rata-rata 4,23%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


51

Pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil persentasi kesalahan terbesar pada
jarak 2cm yaitu 23,50% dan pada jarak 3cm memiliki persentasi kesalahan 15,89%.
Kemudian pada jarak 5-50 cm memiliki persentase kesalahan relatif kecil antara
0,09-2,59%. Selanjutnya pada jarak 100-400cm memiliki persentase kesalahan
antara 2,32-3,22%. Rata rata pembacaan sensor menghasilkan persentasi kesalahan
4,23%. Hasil perancangan sensor pada box instrumen ditunjukkan pada Gambar
4.8.

Gambar 4.8 Hasil Perancangan Sensor

Dengan hasil pembacaan demikian penguji mendesain instrumen dengan spacer


berketinggian 4cm dan pelat penyangga setebal 0.5 cm untuk meminimalisir selisih
pembacaan sensor. Dengan demikian pembacaan sensor terkompensasi 4.5 cm agar
mendapatkan nilai pembacaan yang baik. Grafik data validasi sensor ditunjukan
oleh Gambar 4.9.
Validasi Sensor
450
389.6433333
400
341.4966667
350 29.31333333 291.6766667
Jarak Terukur (cm)

300 24.58666667
242.9933333
250 20.07666667
195.37
200 14.98666667
9.923333333 145.3466667
150 96.77666667
5.063333333
100 3.476666667 48.70333333
50 2.47
0
2 3 5 10 15 20 25 30 50 100150200250300350400
Jarak Diukur (cm)
Gambar 4.9 Grafik Validasi Data Sensor

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


52

4.3 Pengujian NI DAQ 6008


Pengujian pada DAQ dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa
persentase keslahan yang dihasilkan oleh DAQ. Pengujian dilakukan dengan
membuat tegangan variabel dari pin 5v arduino dihubungkan dengan
potensiometer. Kemudian keluaran tegangan dari potensiometer diukur dengan
multimeter Zotek ZT102 sebagai acuan. Kemudian keluaran tersebut dimasukan ke
pin AI0 dan diamati di software LabView sebagai perbandingan seperti pada
Gambar 4.10.

(a) (b)
Gambar 4.10 Pengujian NI DAQ 6008 (a) Tegangan Terukur (b) Tegangan Diukur

Pengujian dilakukan sebanyak lima kali variabel tegangan dengan lima


sampel berbeda. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengujian NI DAQ 6008


Tegangan Tegangan Diukur (Volt)
Persentase
Terukur Rata-
1 2 3 4 5 Kesalahan
(Volt) rata
1,008 1,008 1,009 1,035 1,009 1,015 1,015 0,7092%
2,010 2,037 2,047 2,011 2,019 2,014 2,026 0,7701%
3,009 3,064 3,021 3,013 3,013 3,021 3,026 0,5749%
4,002 4,000 4,010 4,005 4,008 4,013 4,007 0,1298%
4,684 4,681 4,683 4,689 4,691 4,678 4,684 0,0085%
Rata-rata 0,44%
Persentase kesalahan yang didapatkan dari pembacaan tegangan oleh DAQ
tertinggi sebesar 0,77% pada tegangan terukur 2V dan terkecil sebesar 0,0085%
pada tegangan maksimal 4,684V. Rata rata kesalahan pembacaan DAQ sebesar
0,44%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


53

4.4 Pengujian Digital-Analog Converter MPC4725


Pengujian Digital-Analog Converter (DAC) dilakukan untuk mengetahui
presentase kesalahan yang dihasil oleh DAC. Pengujian dilakukan dengan cara
mengukur keluaran tegangan DAC dan membandingkan dengan tegangan yang
seharusnya keluar dari DAC. Tegangan yang seharusnya keluar dari DAC dihitung
sesuai dengan jumlah data digital pada pembacaan volume. Pengujian tegangan
yang keluar pada DAC dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Pengujian Digital-Analog Converter

Pengujian tegangan yang keluar dari DAC dilakukan sebanyak lima kali.
Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengujian Digital-Analog Converter MP4725


Volume Tegangan
pada yang harus Persentase
Tegangan terbaca (Volt)
Instrumen diterima Kesalahan
(liter) (Volt)
0,03 0,00366211 0,0033 0,0046 0,0033 0,0033 0,0033 2,79%
0,13 0,01586914 0,0148 0,0199 0,0148 0,0161 0,0199 7,76%
0,24 0,02929688 0,0288 0,0288 0,0288 0,0288 0,0288 1,70%
0,36 0,04394531 0,0448 0,0456 0,0443 0,0456 0,0456 2,81%
0,47 0,05737305 0,0584 0,0583 0,0584 0,0584 0,0584 1,76%
0,51 0,06225586 0,0648 0,0648 0,0648 0,0648 0,0648 4,09%
Rata-rata 3,48%
Persentase kesalahan tertinggi sebesar 7,76% didapat saat instrumen
mengukur zat cair dengan volume 0,13 liter. Saat instrumen mengukur objek 0,24
liter, didapatkan persentase kesalahan terkecil sebesar 1,7%. Persentase kesalahan
rata-rata pengujian DAC sebesar 3,48%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


54

4.5 Pengujian Sistem Minimum Arduino Nano


Pengujian pada sistem minimum ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan
tegangan yang mampu dihasilkan untuk menyuplai tegangan mikrokontroler
Arduino Nano dan tegangan yang keluar pada Pin 5 V. Pengujian dilakukan dengan
cara mengukur tegangan output pada Pin 5V dan tegangan sumber pada Pin Vin
menggunakan multimeter digital Zotek ZT102 seperti Gambar 4.12.

(a) (b)
Gambar 4.12 Pengujian Tegangan Minimum Pada (a) Pin 5V Arduino (b) Pin Vin
Arduino

Hasil pengujian tegangan minimum pada Arduino ditunjukkan pada


Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Uji Tegangan Sistem Minimum Arduino


Pengujian Tegangan Pengujian Tegangan Keluaran
Sumber/Pin Vin (V) Arduino/Pin 5V (V)
1 14,83 5,037
2 14,9 5,037
3 14,9 5,036
4 14,91 5,036
5 14,92 5,036
Rata-rata 14,892 5,0364
Hasil yang didapat dari pengujian tegangan sumber yang masuk ke pin Vin
yang berasal dari baterai didapatkan tegangan rata-rata sebesar 12,892V. Pengujian
tegangan output pada pin 5 V yang merupakan supply tegangan yang dibutuhkan
oleh sensor dan LCD. Tegangan output rata-rata yang dihasilkan adalah 5,0364V,
dengan tegangan pada pin 5V mendekat maka arduino bekerja dengan baik.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


55

4.6 Pengujian LCD 20x4


Pengujian LCD 20x4 ini bertujuan untuk memastikan bahwa LCD 20x4
yang digunakan dapat berjalan dengan baik. Indikator keberhasilan dari pengujian
LCD 20x4 adalah cukup dengan menampilkan sebuah tulisan sesuai dengan yang
diinginkan pada layar LCD.

Gambar 4.13 Pengujian LCD 16x4

Di dalam proses pengujian LCD 20x4 ini ditampilan menu utama pada layar
LCD seperti pada Gambar 4.13. Tahap proses pengujian dengan cara mengunduh
kode program yang sebelumnya telah dibuat kedalam mikrokontroler. Proses
dikatakan berhasil apabila layar LCD 20x4 dapat menampilkan data-data sesuai
dengan program yang dibuat.

4.7 Pengujian Kinerja Alat


Pengujian kinerja alat bertujuan untuk mengetahui kinerja instrumen yang
sudah dirancang. Proses pengujian alat ini dilakukan dengan dua cara yaitu menguji
volume isinya terhadap beberapa media ukur dan membandingkan beberapa jenis
isinya. Pengujian volume isinya terhadap beberapa media ukur yaitu silinder dan
kubus. Pengujian beberapa jenis isi wadah dibagi menjadi air, air berwarna, minyak,
beras dan tepung. Pengujian dilakukan dengan cara meletakan pelat penyangga
instrumen pada bibir wadah yang akan diuji dengan sensor tegak lurus mengarah
kedalam wadah. Peletakan instrumen terhadap wadah ditunjukan pada Gambar
4.14.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


56

(a) (b)
Gambar 4.14 Peletakan Instrumen Pada Wadah (a) Jenis Kubus (b) Jenis Silinder

Selanjutnya wadah diisi menggunakan gelas ukur, kemudian volume yang


terbaca pada instrumen dibandingkan dengan ukuran pada gelas ukur. Proses
pengujian kinerja alat dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15 Pengujian Kinerja Alat

Nilai volume yang didapat dari rumus bangun ruang silinder dan kubus yang
diproses di arduino. Nilai panjang dan lebar pada bangun ruang kubus atau nilai
jari-jari di masukan terlebih dahulu pada instrumen yang kemudian disimpan di
dalam EEPROM internal arduino. Dengan menggunakan persamaan,, maka dapat
didapatkan nilai volumenya. Berikut merupakan contoh perhitungan volume isi
didalam wadah.
Berdasarkan Persamaan (2.2) maka dapat dihitung nilai volume. Diketahui
sebuah wadah silinder diukur ketinggiannya t1 52,7cm dari sensor dan jari jari r
2,8cm. Saat wadah diisi, sensor mendapatkan tinggi t2 20cm dengan tinggi sensor

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


57

ke pelat penyangga tp 4,5cm maka didapatkan nilai tinggi air ta, tinggi wadah tw dan
volume v, dengan penjabaran sebagai berikut:
𝑡𝑤 = 𝑡1 − 𝑡𝑝
𝑡𝑤 = 52,7 – 4,5 cm
𝑡𝑤 = 48,2 𝑐𝑚
Nilai tinggi wadah tw didapatkan dari pengukuran tinggi pada saat wadah
tidak ada isi t1 dikurangi dengan tinggi dari sensor ke pelat penyangga tp.
𝑡𝑎 = 𝑡𝑤 – 𝑡2
𝑡𝑎 = 48,2 – 20 𝑐𝑚
𝑡𝑎 = 28,2 𝑐𝑚
Nilai tinggi air ta didapatkan dari selisih pengukuran tinggi wadah dengan
tinggi jarak yang diukur saat terdapat isi didalam wadah t2.
𝑣 = 𝜋 × 𝑟 × 𝑟 × 𝑡𝑎
22
𝑣 = × 2,8 × 2,8 × 28,2
7
𝑣 = 694.56𝑐𝑚3
𝑣 = 0,69𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
Dengan mengoperasikan rumus bangun ruang tersebut, didapatkan nilai
volume isi dari wadah tersebut sebesar 0,69 liter.

4.7.1 Pengujian Jenis Wadah


Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai terukur dengan
nilai terukur pada dua jenis wadah, kubus dan silinder.
a. Wadah Kubus
Pada pengujian ini dilakukan pengujian wadah kubus sesuai dengan metode
penelitian. Pada pengujian dengan wadah kubus diperoleh data yang ditampilkan
pada Tabel 4.5.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


58

Tabel 4.5 Hasil Data Pengukuran Pada Wadah Kubus


Volume Volume Terukur (ml)
Persentase
diukur
Rata- Kesalahan
(ml) 1 2 3 4 5
rata
0,5 0,47 0,47 0,48 0,47 0,47 0,47 5,93%
1,0 0,77 0,78 0,77 0,76 0,77 0,77 29,87%
1,5 1,46 1,49 1,49 1,49 1,49 1,48 1,08%
2,0 1,98 1,96 1,93 1,90 2,15 1,98 0,81%
2,5 2,58 2,45 2,60 2,40 2,40 2,49 0,56%
3,0 2,92 2,92 3,08 3,08 3,08 3,02 0,53%
3,5 3,19 3,14 3,14 3,19 3,14 3,16 10,76%
4,0 3,68 3,63 3,64 3,63 3,63 3,64 9,83%
4,5 4,40 4,34 4,40 4,34 4,33 4,36 3,16%
5,0 5,02 5,05 4,97 5,05 5,01 5,02 0,40%
5,5 5,49 5,52 5,50 5,52 5,49 5,50 0,07%
6,0 5,77 5,77 5,77 5,76 5,77 5,77 4,02%
6,5 6,04 6,04 5,99 6,04 6,04 6,03 7,79%
7,0 6,53 5,48 6,54 6,54 6,53 6,32 10,69%
7,5 7,47 7,47 7,47 7,47 7,41 7,46 0,56%
8,0 7,94 7,93 7,93 7,93 7,81 7,91 1,16%
8,5 8,40 8,40 8,40 8,35 8,35 8,38 1,43%
9,0 8,46 8,62 8,46 8,46 8,46 8,49 5,98%
9,5 8,97 8,95 8,95 8,89 8,89 8,93 6,38%
10,0 9,66 9,66 9,61 9,61 9,60 9,63 3,86%
10,5 10,37 10,37 10,37 10,32 10,32 10,35 1,45%
11,0 10,85 10,78 10,78 10,79 10,79 10,80 1,87%
11,5 11,31 11,25 11,25 11,31 11,31 11,29 1,90%
Rata-rata 4,79%
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh data persentase kesalahan tertinggi sebesar
29,87% pada volume diukur 1 liter. Sedangkan saat volume diukur 5,5 liter
didapatkan persentase kesalahan terendah sebesar 0,07%. Pada pengujian wadah
kubus rata-rata kesalahan yang didapatkan sebesar 4,79%.
b. Wadah Silinder
Pada pengujian ini dilakukan pengujian wadah silinder sesuai dengan
metode penelitian. Pada pengujian dengan wadah silinder diperoleh data yang
ditampilkan pada Tabel 4.6.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


59

Tabel 4.6 Hasil Data Pengukuran Wadah Silinder


Volume Volume Terukur (ml)
Persentase
diukur Rata-
1 2 3 4 5 Kesalahan
(ml) rata
0,5 0,46 0,46 0,46 0,45 0,46 0,46 9,17%
1,0 0,95 0,95 0,95 0,94 0,94 0,95 5,71%
1,5 1,43 1,42 1,42 1,42 1,42 1,42 5,49%
2,0 1,90 1,90 1,90 1,89 1,90 1,90 5,37%
2,5 2,39 2,39 2,38 2,39 2,38 2,39 4,78%
3,0 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 4,90%
3,5 3,34 3,34 3,35 3,35 3,34 3,34 4,67%
4,0 3,84 3,80 3,79 3,82 3,83 3,82 4,82%
4,5 4,30 4,26 4,30 4,30 4,30 4,29 4,85%
5,0 4,75 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76 5,09%
5,5 5,27 5,27 5,27 5,26 5,27 5,27 4,40%
6,0 5,69 5,68 5,69 5,68 5,68 5,68 5,56%
6,5 6,21 6,17 6,17 6,17 6,17 6,18 5,21%
7,0 6,65 6,64 6,65 6,65 6,65 6,65 5,29%
7,5 7,12 7,11 7,12 7,12 7,11 7,12 5,40%
8,0 7,60 7,59 7,59 7,60 7,59 7,59 5,35%
8,5 8,13 8,13 8,14 8,14 8,13 8,13 4,50%
9,0 8,54 8,53 8,50 8,50 8,49 8,51 5,73%
Rata-rata 5,35%
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh data persentase kesalahan tertinggi sebesar
9,17% pada volume diukur 0,5 liter. Sedangkan saat volume diukur 5,5 liter
didapatkan persentase kesalahan terendah sebesar 4,4%. Pada pengujian wadah
silinder rata-rata kesalahan yang didapatkan sebesar 5,35%. Grafik percobaan
pengukuran volume berdasarkan jenis wadahnya dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


60

Pengukuran Volume
10.00

Volume diukur (liter)


8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0.51.01.52.02.53.03.54.04.55.05.56.06.57.07.58.08.59.0
Volume Terukur (liter)
Wadah Silinder Wadah Kubus

Gambar 4.16 Grafik Pengukuran Volume Berdasarkan Jenis Wadahnya

4.7.2 Pengujian Jenis Objek yang Diukur

Pada pengujian ini akan diuji instrumen yang dirancang untuk mengukur
berbagai jenis objek. Objek yang digunakan didalam penguijian ini adalah air, air
berwarna dan minyak.
a. Air
Pada pengujian ini dilakukan pengujian objek air sesuai dengan metode
penelitian. Pada pengujian dengan objek ukur air, diperoleh data yang ditampilkan
pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Air


Volume Terukur (l)
Volume Persentase
diukur (l) Rata- Kesalahan
1 2 3 4 5
rata
0,1 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 9,09%
0,2 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,00%
0,3 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,00%
0,4 0,41 0,40 0,41 0,40 0,40 0,40 0,99%
0,5 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,00%
0,6 0,61 0,61 0,61 0,61 0,61 0,61 1,64%
0,7 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 2,94%
0,8 0,81 0,82 0,81 0,81 0,81 0,81 1,48%
0,9 0,89 0,89 0,90 0,89 0,90 0,89 0,67%
1,0 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00%
Rata-rata 1,68%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


61

Pada pengujian objek ukur air, persentase kesalahan tertinggi sebesar 9,09%
saat volume diukur 0,1liter. Kemudian saat pengujian volume 0,2; 0,3 dan lliter
didapatkan persentase kesalahan terkecil sebesar 0,00%. Rata-rata persentase
kesalahan pada pengujian objek ukur air adalah 1,68%. Grafik pengujian objek air
dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Grafik Pengujian Objek Air


1.10 1.00
1.00 0.89
Volume Terukur (liter)

0.90 0.81
0.80 0.68
0.70 0.61
0.60 0.50
0.50 0.40
0.40 0.30
0.30 0.20
0.20 0.11
0.10
0.00
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1
Volume Diukur (liter)

Gambar 4.17 Grafik Pengujian Objek Air

b. Air Berwarna
Pada pengujian ini dilakukan pengujian objek air berwarna sesuai dengan
metode penelitian. Pada pengujian dengan objek ukur air berwarna, diperoleh data
yang ditampilkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Air Berwarna


Volume Terukur (l)
Volume Persentase
diukur (l) Rata- Kesalahan
1 2 3 4 5
rata
0,1 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 9,09%
0,2 0,21 0,21 0,21 0,20 0,20 0,21 2,91%
0,3 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 0,31 3,23%
0,4 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 2,44%
0,5 0,52 0,52 0,51 0,51 0,51 0,51 2,72%
0,6 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,00%
0,7 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,00%
0,8 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 1,27%
0,9 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 0,00%
1,0 1,02 1,00 1,01 1,01 1,00 1,01 0,79%
Rata-rata 2,25%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


62

Pada pengujian objek ukur air berwarna, persentase kesalahan tertinggi


sebesar 9,09% saat volume diukur 0,1liter. Kemudian saat pengujian volume 0,6;
0,7 dan 0,9liter didapatkan persentase kesalahan terkecil sebesar 0,00%. Rata-rata
persentase kesalahan pada pengujian objek ukur air berwarna adalah 2,25 %. Grafik
pengujian objek air berwarna dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Grafik Pengujian Objek Air Berwarna


1.10 1.01
1.00 0.90
Volume Terukur (liter)

0.90 0.79
0.80 0.70
0.70 0.60
0.60 0.51
0.50 0.41
0.40 0.31
0.30 0.21
0.20 0.11
0.10
0.00
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1
Volume Diukur (liter)

Gambar 4.18 Grafik Pengujian Objek Air Berwarna


c. Minyak
Pada pengujian ini dilakukan pengujian objek minyak sesuai dengan metode
penelitian.. Pada pengujian dengan objek ukur minyak, diperoleh data yang
ditampilkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Minyak


Volume Terukur (l)
Volume Persentase
diukur (l) Rata- Kesalahan
1 2 3 4 5
rata
0,1 0,11 0,11 0,11 0,10 0,10 0,11 5,66%
0,2 0,21 0,21 0,20 0,21 0,21 0,21 3,85%
0,3 0,31 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31 1,96%
0,4 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 2,56%
0,5 0,49 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,40%
0,6 0,59 0,59 0,59 0,59 0,60 0,59 1,35%
0,7 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 2,94%
0,8 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 0,76 5,26%
0,9 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 3,45%
1,0 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 0,99 1,42%
Rata-rata 2,89%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


63

Pada pengujian objek ukur minyak, persentase kesalahan tertinggi sebesar


5,06% saat volume diukur 0,1liter. Kemudian saat pengujian volume 0,6; 0,7 dan
0,5liter didapatkan persentase kesalahan terkecil sebesar 0,40%. Rata-rata
persentase kesalahan pada pengujian objek ukur air berwarna adalah 2,89%.
Gambar 4.17 menunjukan grafik pembacaan volume dari tiga objek ukur (air, air
berwarna dan minyak. Grafik pengujian minyak dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Grafik Pengujian Objek Minyak


1.10 0.99
Volume Terukur (liter)

1.00 0.87
0.90 0.76
0.80 0.68
0.70 0.59
0.60 0.50
0.50 0.39
0.40 0.31
0.30 0.21
0.20 0.11
0.10
0.00
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1
Volume Diukur (liter)

Gambar 4.19 Grafik Pengukuran Volume Zat Cair

d. Pertalite
Pada pengujian ini dilakukan pengujian objek pertalite sesuai dengan metode
penelitian. Pada pengujian dengan objek ukur bensin, diperoleh data yang
ditampilkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Bensin


Volume Volume Terukur (ml)
Persentase
diukur Rata-
1 2 3 4 5 Kesalahan
(ml) rata
0,1 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 11,11%
0,2 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 17,65%
0,3 0,31 0,30 0,30 0,29 0,29 0,30 0,67%
0,4 0,40 0,39 0,41 0,41 0,41 0,40 0,99%
0,5 0,51 0,51 0,51 0,51 0,51 0,51 1,96%
0,6 0,60 0,61 0,60 0,61 0,61 0,61 0,99%
0,7 0,72 0,70 0,70 0,70 0,71 0,71 0,85%
0,8 0,80 0,80 0,80 0,78 0,78 0,79 1,01%
0,9 0,90 0,91 0,92 0,92 0,93 0,92 1,75%
1,0 1,01 1,01 1,03 1,01 1,01 1,01 1,38%
Rata-rata 3,84%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


64

Pada pengujian objek ukur tepung, persentase kesalahan tertinggi sebesar


66,67% saat volume diukur 0,1liter. Kemudian saat pengujian volume 0,8liter
didapatkan persentase kesalahan terkecil sebesar 0,00%. Rata-rata persentase
kesalahan pada pengujian objek ukur tepung adalah 11,49%. Grafik pengujian
objek pertalite dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Grafik Pengujian Objek Pertalite


1.20
1.10 1.01
Volume Terukur (liter)

1.00 0.92
0.90 0.79
0.80 0.71
0.70 0.61
0.60 0.51
0.50 0.40
0.40 0.30
0.30 0.17
0.20 0.09
0.10
0.00
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1
Volume Diukur (liter)

Gambar 4.20 Grafik Pengujian Objek Pertalite

e. Pelumas
Pada pengujian ini dilakukan pengujian objek pelumas sesuai dengan metode
penelitian.. Pada pengujian dengan objek ukur beras, diperoleh data yang
ditampilkan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Data Pengukuran Objek Ukur Pelumas


Volume Volume Terukur (ml)
Persentase
diukur Rata-
1 2 3 4 5 Kesalahan
(ml) rata
0,1 0,11 0,11 0,11 0,10 0,10 0,11 5,66%
0,2 0,20 0,20 0,23 0,23 0,23 0,22 8,26%
0,3 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 16,67%
0,4 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 14,89%
0,5 0,58 0,59 0,58 0,59 0,59 0,59 14,68%
0,6 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 14,29%
0,7 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79 11,39%
0,8 0,80 0,80 0,79 0,80 0,80 0,80 0,25%
0,9 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 8,16%
1,0 1,07 1,07 1,07 1,07 1,07 1,07 6,54%
Rata-rata 10,08%

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


65

Pada pengujian objek ukur beras, persentase kesalahan tertinggi sebesar


25,00% saat volume diukur 0,1liter. Kemudian saat pengujian volume 0,2liter
didapatkan persentase kesalahan terkecil sebesar 0,00%. Rata-rata persentase
kesalahan pada pengujian objek ukur beras adalah 6,27%. Grafik pengujian objek
pelumas dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Grafik Pengujian Objek Pelumas


1.20 1.07
1.10 0.98
Volume Terukur (liter)

1.00
0.90 0.79 0.80
0.80 0.70
0.70 0.59
0.60 0.47
0.50 0.36
0.40
0.30 0.22
0.20 0.11
0.10
0.00
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1
Volume Diukur (liter)

Gambar 4.21 Grafik Pengujian Objek Pelumas

4.8 Pengujian Sistem Monitoring


Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan hasil pembacaan pada
instrumen dengan hasil pembacaan pada LabView sebagai sistem monitoring. Hasil
pengujian ini menjadi tolak ukur keberhasilan sistem. Metode yang digunakan
dalam pengujian ini dengan cara mengamati volume yang diukur dari instrumen
dengan volume yang diukur dari LabView. Pengujian sistem monitoring
ditunjukkan pada Gambar 4.19.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


66

(a) (b)
Gambar 4.22 Pengujian Sistem Monitoring (a) pada HMI pada Komputer (b) pada
Instrumen

Hasil pengamatan volume yang diukur dari instrumen dan monitoring


dikomputer kemudian dibandingkan. Persentase kesalahan yang ditunjukkan oleh
Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Pengujian Sistem Monitoring


Persentase
Volume pada Instrumen (liter) Volume pada LabView
Kesalahan
0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,149 0,170 0,149 0,149 0,170 4,81%
0,24 0,20 0,20 0,20 0,20 0,253 0,212 0,212 0,212 0,212 5,71%
0,55 0,55 0,55 0,55 0,55 0,567 0,567 0,546 0,525 0,567 0,74%
0,70 0,70 0,70 0,70 0,70 0,734 0,713 0,713 0,713 0,713 2,43%
0,84 0,84 0,84 0,84 0,84 0,859 0,880 0,859 0,859 0,859 2,76%
Rata-rata 3,29%
Persentase kesalahan terkecil sistem sebesar 0,74% saat instrumen mengukur
objek didalam wadah sebesar 0,55 liter. Kemudian persentase kesalahan tertinggi
sebesar 4,81% saat instrumen mengukur objek didalam wadah sebesar 0,15 liter.
Rata-rata persentase kesalahan sistem sebesar 3,29%.

4.9 Pembahasan
Sensor ultrasonik HC-SR04 memancarkan gelombang ultrasonik 40kHz yang
dipicu oleh 8 siklus sinyal sonik dan mengeluarkan gelombang ultrasonik melalui
piezoelectric transmitter dari modul sensor. Sinyal ultrasonik dipantulkan dan
kembali melalui receiver dengan bentuk sinyal 5V PWM, duty-cycle berubah

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


67

seiring dengan berubahnya jarak pantul. Gelombang ultrasonik yang dihasilkan


oleh modul efektif untuk menghitung jarak karena sifat ultrasonik yang memantul.
Sensor ini memiliki persentase kesalahan 1,27% saat pengukuran jarak 5cm
sedangkan pada jarak 3cm memiliki 15,89% persentase kesalahan. Dengan
demikian peletakan sensor dirancang 4,5cm diharapkan agar instrumen memiliki
persentase kesalahan yang rendah saat mengukur volume.
Data akusisi NI DAQ 6008 memiliki persentase kesalahan pembacaan
tegangan rata-rata sebesar 0,44%. Digital-Analog Converter MPC4725 memiliki
persentase kesalahan keluaran tegangan rata-rata sebesar 3,48%. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi pada setiap komponen sistem.
Pengujian sistem minimum bertujuan untuk mengetahui kestabilan tegangan
untuk menyuplai tegangan mikrokontroler arduino nano. Pada Tabel 4.2 nilai rata-
rata tegangan sumber atau pin Vin sebesar 14,892V. Kemudian pin 5V
mengeluarkan tegangan rata rata 5,0364V yang menunjukan bahwa arduino
berfungsi dengan baik.
Pada proses pengujian kinerja alat, instrumen melakukan percobaan
berdasarkan jenis wadahnya. Pada jenis wadah kubus, rata-rata persentase
kesalahan pembacaan volume sebesar 4,79%. Kemudian saat dilakukan percobaan
di wadah jenis silinder, rata-rata persentase kesalahan pembacaan volume sebesar
5,35%.
Pengujian kinerja alat kedua yaitu dengan mengukur volume dari jenis objek
berbeda. Pada percobaan menggunakan tepung, persentase kesalahan rata-rata
sebesar 11,49%. Lalu percobaan menggunakan objek ukur beras mendapatkan nilai
persentase kesalahan 6,27%. Kemudian saat wadah diisi dengan air, persentase
kesalahan rata-rata yang didapat 1,68%. Selanjutnya pengujian dengan air berwarna
mendapatkan nilai 2,25% rata-rata persentase kesalahan. Terakhir pada saat
menggunakan minyak sebagai objek pengukuran, didapatkan nilai rata-rata
persentase kesalahan sebesar 2,89%.
Akhirnya pengujian sisstem dilakukan untuk mengetahui persentase kesalhan
pembacaan volume dari instrumen ke LabView di komputer sebagai media
monitoring. Persentase kesalahan sistem sebesar 3.29%.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


BAB 5V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
1. Sensor ultrasonik HC-SR04 dapat digunakan untuk mengukur volume dan
bekerja dengan baik untuk membaca objek dari suatu wadah.
2. Sensor ultrasonik HC-SR04 akan bekerja maksimal pada jarak 5cm.
3. Instrumen yang dirancang mampu mengukur zat cair pada wadah silinder
simetris dan wadah kubus simetris.
4. Instrumen dapat mengukur objek berupa zat cair dengan persentase
kesalahan rata-rata 4,15%.
5. Insttrumen yang dirancang dapat dihubungkan ke komputer untuk
menampilkan hasil pembacaan volume dengan LabView melalui NI DAQ
6008 dengan persentase kesalahan rata-rata 3,29%.
5.2 Saran
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu ada
beberapa saran diperlukan untuk penyempurnaan alat pada penelitian selanjutnya.
Adapun saran-saran tersebut diantaranya :
1. Penggunaan mikrokontroler arduino dengan jumlah memori yang besar agar
sistem dapat bekerja secara optimal.
2. Penggunaan EEPROM eksternal supaya arduino dapat bertahan lebih lama.
3. Menggunakan DAC dengan ketelitian lebih baik untuk mengurangi nilai
error pada monitoring.

68 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


DAFTAR PUSTAKA

1. A. W. R. Putra and H. Haryanto, “Rancang Bangun Sistem Kendali dan


Monitoring pada Mini Plant Level Dua Tangki Menggunakan NI DAQ 6008,”
Semin. Nas. Tek. Elektro UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pp. 78–90, 2018.
2. Y. A. Tuwaidan, E. V. C. Poekoel, D. J. Mamahit, and M. Eng, “Rancang
Bangun Alat Ukur Desibel ( dB ) Meter Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno
R3,” E-Jurnal Tek. Elektro dan Komput., vol. 1, no. 1, pp. 37–43, 2015.
3. Sutono, “Sistem Monitoring Ketinggian Air,” Maj. Ilm. UNIKOM, vol. 13, no.
1, pp. 45–54, 2014.
4. Poerwanto, J. Hidayanti, and Anizar, Instrumentasi & Alat Ukur, 1st ed.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
5. W. C. Dunn, Fundamentals of Industrial Instrumentation and Process Control.
2005.
6. A. Alawiah, A. Rafi, and A. Tahtawi, “Sistem Kendali dan Pemantauan
Ketinggian Air pada Tangki Berbasis Sensor Ultrasonik,” J. Ilm. Manaj.
Inform. dan Komput., vol. 1, no. 1, pp. 2549–211, 2017.
7. M. T. Setiawan, Iwan , S.T., Buku Ajar Sensor dan Tranduser. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2009.
8. R. Gogawale, S. Sonawane, and O. Swami, “Petrol Level Detection Using
Ultrasonic Sensor,” Int. Eng. Res. J., vol. 2, no. 2, pp. 848–850, 2016.
9. Surarso and Bayu, “Sistem Akuisis Data Komputer Pada Sensor Ultrasonic
Ranger Untuk Pengukuran,” Berk. Fis., vol. 16, no. 4, pp. 139–144, 2013.
10. M. S. Rogienfisz, L. S. De Assis, and R. Henriques, “Liquid Monitoring
System in Industrial Tanks with Ultrasonic Sensor,” Simp. Bras.
TELECOMUNICACOES E Process. SINAIS, vol. 35, no. September, pp. 481–
482, 2017.
11. R. K. Pustaka, “Mudah Menguasai Fisika SMP Kelas 2.” Kawan Pustaka,
Jakarta Selatan, 2006.
12. K. Nakamura, “Ultrasonic transducers: Materials and design for sensors,
actuators and medical applications,” Ultrasonic Transducers: Materials and
Design for Sensors, Actuators and Medical Applications. pp. 1–722, 2012.

69 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


70

13. U. M. Arief, “Pengujian Sensor Ultrasonik PING untuk Pengukuran Level


Ketinggian dan Volume Air,” Elektr. Enj., vol. 9, no. 2, pp. 72–77, 2011.
14. J. Takaria, “Pemahaman Konsep Volume Bangun Ruang Melalui Hukum
Kekekalan Isi,” J. Pedagog. dan Din. Pendidik., vol. 7, no. Agustus, pp. 79–
89, 2017.
15. J. S. Wilson, “Sensor Technology Handbook,” Sensor Technology Handbook.
2005.
16. “Transducer Ultrasonic.” [Online]. Available: http://elektronika-
dasar.web.id/transducer-ultrasonic/. [Accessed: 14-Nov-2018].
17. H. Santoso, “Cara Kerja Sensor Ultrasonik, Rangkaian, & Aplikasinya,” Elang
Sakti, 2015. [Online]. Available: http://www.elangsakti.com/2015/05/sensor-
ultrasonik.html. [Accessed: 14-Nov-2018].
18. Indoware and SparkFun Electronics Data Sheet, “Ultrasonic Ranging Module
HC - SR04,” 2013.
19. F. Nugraha K, “Sensor Ultrasonik HC-SR04,” 2016.
20. B. C. Nakra and K. K. Chaudhry, Instrimentation Measurement and Analysis,
Third Edit. Tata McGraw Hill Education Private Limited, 2009.
21. A. Darmawan and H. Andriyanto, Arduino Belajar Cepat Dan Pemrograman.
Bandung: Informatika, 2015.
22. S. Aslamia, “Robot Pendeteksi Manusia Sebagai Sistem Keamanan Ruangan
Menggunakan Sensor PIR dengan Media Komunikasi XBEE Berbasis Arduino
Leonardo,” Politeknik Negeri Sriwijaya, 2015.
23. S. Nurliana, “Rancang Bangun Alat Pemberi Isyarat Kecepatan Maksimum
Melalui SMS Gateway Berbasis Mikrokontroler pada Helm,” Politeknik
Negeri Sriwijaya, 2016.
24. B. Matas, C. De Suberbasaux, and J. Karcher, Memory. Scottsdale: Integrated
Circuit Engineering, 1997.
25. Arduino Inc., “Arduino - EEPROM,” Arduino, 2018. [Online]. Available:
http://arduino.cc/es/Reference/EEPROM. [Accessed: 04-Dec-2018].
26. S. Nadiya, “Pemanfaatan Sensor Ultrasonik dalam Penukuran Debit Air pada
Saluran Irigasi Berbasis Mikrokontroler ATMEGA8535 Menggunakan Media
Penyimpanan SD CARD,” Universitas Negeri Lampung, 2016.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


71

27. R. Tiwari, T. Rajinder, and S. R. K, “A Real Time Based Intelligent System


Designed for the Process Automation & Control Applications,” Eur. J. Acad.
Essays, vol. 1, no. 2, pp. 40–47, 2014.
28. N. Instrument, “NI USB-6008/6009 User Guide.”
29. H. Haryanto and S. Hidayat, “Perancangan HMI (Human Machine Interface)
Untuk Pengendalian Kecepatan Motor DC,” Setrum Sist. Kendali-Tenaga-
Elektronika-Telekomunikasi-Komputer, vol. 1, no. 2, pp. 58–65, 2016.
30. B. Hamed, “Application of a LabVIEW for Real-Time Control of Ball and
Beam System,” Int. J. Eng., vol. 2, no. 4, pp. 401–407, 2010.
31. R. S. Sunmonu, M. A. Sodunke, O. S. Abdulai, and E. A. Agboola,
“Development of an Ultrasonic Sensor Based Water Level,” Int. J. Res.
Electron. Electr. Eng., no. 5, pp. 1–11, 2017.
32. M. Suleiman, G. I. Saidu, M. I. Ilyasu, O. A. Adeboye, and M. Hamza,
“Ultrasonic Fluid Level Measuring Device,” Int. J. Recent Dev. Eng. Technol.,
vol. 4, no. 1, pp. 1–5, 2015.
33. S. Pathan, P. Kumar, S. Tendolkar, V. Patil, S. Lucas, and A. Daithankar,
“Automatic control of a pump system for water level using Microcontroller and
LabVIEW TM,” Int. Res. J. Eng. Technol., vol. 3, no. 5, pp. 2673–2676, 2016.
34. R. A. Kadhim, A. Kareem, K. Abdul, S. Abdul, H. Gitaffa, and E. E.
Departments, “Implementing of Liquid Tank Level Control Using Arduino-
Labview Interfaceing With Ultrasonic Sensor,” Kufa J. Eng., vol. 8, no. 2, pp.
29–41, 2017.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Anda mungkin juga menyukai