Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL JOURNAL

REVIEW
MK. PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PTE ( Pendidikan Teknik
Elektro)

SKOR NILAI :

Nama : Eki Sohbanta Bintang


Nim : 5213131025
DOSEN PENGAMPU : Rina Suryani, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


Kata Pengantar

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review dari mata kuliah Kurikulum
dan Buku Teks
Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
tugas ini. Secara khusus juga penulis berterimakasih kepada Dosen dari mata kuliah
Kepemimpinan yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan CJR ini.
Penulis menyadari bahwa laporan CJR ini jauh dari kata sempurna, oleh kerena itu penulis
mengharapkan adanya masukan yang membangun dari pihak yang membaca laporan CJR ini

Lubuk Pakam, Maret 2022

Eki Bintang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang pembuatan critical ini guna memenuhi kontrak kuliah yang diberikan dosen yang
berjumlah enam tugas,salah satunya tugas tersebut adalah Critical Jurnal Review. Kritik jurnal
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan cara membaca suatu jurnal untuk melihat suatu
hasil penelitian maupun informasi yang terdapat dalam jurnal dan melihat apakah jurnal tersebut
telah memenuhi sistematika penulisan jurnal dengan tepat serta memperhatikan dari aspek
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan benar.

Kritik jurnal juga dilakukan dengan membandingkan antara satu jurnal dengan jurnal yang
lainnya untuk dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal tersebut.Pentingnya
mahasiswa mengkritik sebuah jurnal adalah agar mahasiswa menjadi terbiasa sehingga menjadi
seseorang yang kritisi dalam segala hal.Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas,
menganalisa, serta ember kritik pada jurnal.Mengkritik jurnal juga dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa karena informasi yang terdapat di dalamnya.

B. Tujuan
a. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari sumber bacaan
yang relevan.
b. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal.
c. Untuk menambah pengetahuan tentang suatu hal yang ada pada jurnal tersebut.

C. Manfaat
a. Menambah ilmu pengetahuan dalam pembuatan Critical Jurnal Review
b. Dapat mengetahui kelebihan maupun kekurangan dalam Jurnal tersebut
c. Secara tidak langsung kita dapat memahami materi-materi yang ada dalam jurnal tersebut

REVIEW JURNAL
A. REVIEW JURNAL PERTAMA
1 JUDUL ONLINE TEACHING: A BEHAVIORAL REASONING THEORY
APPROACH
2 JURNAL Proceedings of EDULEARN 18 Conference On Education and New
Learning Technologies
3 DOWNLOAD https://www.researchgate.net/publication/326714011
4 VOLUME DAN HALAMAN 10 dan 6473 – 6479
5 TAHUN 2018
6 PENULIS André Schneider , Marios Karapanos , Thomas Borchert , Sarah
Uhlig , Susanne Günther
7 REVIEWER Aulia Rahma
8 TANGGAL 19 Maret 2021
9 ABSTRAK PENELITIAN Makalah ini membahas tentang adopsi teknologi pendidikan dari
perspektif behavioral teori penalaran dan menarik implikasi untuk
promosi dan pengembangan berbantuan teknologi mengajar dan
belajar.
- TUJUAN PENELITIAN Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui ajaran online : teori
penilai perilaku pendekatan
- SUBJEK PENELITIAN Teknologi pendidikan
- ASSESMENT DATA Penelitian dilakukan dengan studi elisitasi kualitatif untuk
mengembangkan inventaris pengukuran untuk survei utama
- KATA KUNCI Behavioral reasoning theory, adoption, educational technology.
10 PENDAHULUAN Universitas melihat diri mereka sebagai pengguna penting dari
kemungkinan digital dan sebagai penggerak digital perkembangan.
Akibatnya, pengajaran dan pembelajaran dengan bantuan teknologi
menjadi tren yang berkelanjutan dan salah satu bidang utama dalam
penelitian pendidikan saat ini dan pembuatan kebijakan saat ini.
- LATAR BELAKANG Perkenalkan teknologi pendidikan ke dalam kehidupan universitas
DAN TEORI sehari-hari untuk instruktur dan siswa, keadaan pembangunan saat
ini terus jauh dari harapan. Beberapa lembaga melapor sukses besar
dalam mengembangkan dan memperluas platform e-learning
mereka, yang lain masih mengalami kesulitan dalam hal kesediaan
untuk mengadopsi. Penelitian sebelumnya tentang penerimaan e-
learning telah dilakukan didominasi oleh kerangka kerja yang
berfokus pada teknologi seperti IS Success Model atau Technology
Acceptance Model (TAM)
TAM mengidentifikasi kegunaan yang dirasakan dan kemudahan
penggunaan yang dirasakan sebagai anteseden utama penerimaan
teknologi. Teori penalaran perilaku (BRT) juga mengacu pada teori
perilaku tradisional, seperti seperti teori tindakan beralasan (TRA)
dan teori perilaku terencana (TPB)
11 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian yang sedang
berlangsung yang bertujuan untuk mengadopsiteknologi pendidikan
berdasarkan teori behavioristik.
- LANGKAH Mewawancarai 17 profesor dan dosen untuk mengidentifikasi alasan
PENELITIAN yang mendukung dan menentang pendidika penggunaan kursus
online dalam konteks universitas.
- HASIL PENELITIAN Hasil kami menunjukkan bahwa staf pengajar pertama dan
terpenting menghargai peningkatan kualitas pengajaran, diikuti
dengan penghematan waktu, insentif keuangan, dan kesempatan
untuk mencoba metode pengajaran baru. Pada saat yang sama, guru
takut kekurangan sumber daya dan interaksi sosial serta risiko
kegagalan yang terkait dengan pembelajaran online dibandingkan
pengajaran di kelas. Selain itu, beberapa responden khawatir mereka
tidak memiliki spesialis yang diperlukan pengetahuan. Oleh karena
itu, kami merekomendasikan untuk melebihi fokus utamanya pada
teknologi atau didaktik pertimbangan saat memperkenalkan
teknologi ke pengaturan pendidikan dan untuk memasukkan konteks
tertentu alasan sebagai faktor utama dalam perilaku manusia.
Meskipun sebagian besar alasan yang dinyatakan dalam wawancara
secara eksklusif dinyatakan sebagai alasan untuk atau menentang
pemilihan kursus online, beberapa alasan muncul di kedua sisi.
Misalnya, sementara beberapa responden mengaitkan kursus online
dengan peluang penghematan waktu dan efisiensi yang lebih besar,
subjek lain melihat masalah kurangnya waktu atau sumber daya.
Kami menyimpulkan bahwa, kesediaan untuk menawarkan kelas
online dipengaruhi oleh keyakinan dan pengalaman pribadi.
Terlepas dari penggunaan pertanyaan terbuka, analisis frekuensi
mengungkapkan serangkaian alasan yaitu dibagikan di antara para
peserta.
- DISKUSI PENELITIAN Pada langkah penelitian berikutnya, kami akan meninjau literatur
relevan yang membahas instrumen yang sesuai untuk mengukur
alasan yang disebutkan di atas. Kami selanjutnya akan menerapkan
pendekatan empiris untuk menguji BRT. Kami berharap untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang proses
mental yang terlibat di dalamnya adopsi teknologi pendidikan dan
penggunaan efektifnya dalam pengaturan pendidikan.
- DAFTAR PUSTAKA D. L. Schwartz and K. Hartman, “It’s not Video Anymore:
Designing Digital Video for Learning and Assessment,” in Video
Research in the Learning Sciences, R. Goldman, R. Pea, B. Barron,
and S. J. Derry, Eds. New York: Erlbaum, 2007, pp. 335–348.
J. D. Westaby, “Behavioral reasoning theory: Identifying new
linkages underlying intentions and behavior,” Organizational
Behavior and Human Decision Processes, vol. 98, no. 2, pp. 97–120,
Nov. 2005
12 ANALISA JURNAL Asumsi dasar teori penalaran perilaku (BRT) adalah bahwa alasan
spesifik konteks berfungsi sebagai hubungan penting antara
keyakinan, motif global, niat, dan perilaku. Namun, BRT melampaui
pemahaman ini dengan memasukkan alasan-alasan yang mendukung
dan menentang suatu perilaku tertentu, yaitu mempengaruhi niat
secara langsung dan tidak langsung melalui konstruksi global. Jadi
BRT memungkinkan proses psikologis yang berbeda, atau jalur
dalam pengambilan keputusan perilaku, yang mungkin berbeda-beda
tergantung pada konteks keputusan. BRT mendalilkan perilaku itu
(yaitu, adopsi pendidikan teknologi) dapat diprediksi oleh motif
global mereka. Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol
didefinisikan sebagai motif global yang merupakan faktor-faktor
substantif yang luas, yang mempengaruhi perilaku di domain yang
berbeda. Norma subyektif terdiri dari tekanan sosial yang dirasakan
seseorang dari orang yang relevan untuk terlibat dalam a perilaku
tertentu. Ini terdiri dari keyakinan individu tentang apakah orang
lain penting kepada individu berpikir mereka harus terlibat dalam
perilaku. Dalam TPB, norma subjektif adalah salah satu dari tiga
norma penentu utama niat . Oleh karena itu, jika orang yang relevan
dengan individu tersebut percaya bahwa e-learning adalah tindakan
yang dapat diterima atau bahkan diinginkan, individu akan memiliki
niat yang lebih kuat untuk menggunakan pendidikan teknologi.
Hipotesis 1 (H1). Guru yang merasakan tekanan sosial dari rekan-
rekan yang relevan di Berkenaan dengan penggunaan teknologi
pendidikan, mereka akan memiliki niat adopsi yang lebih kuat
menggunakan teknologi pendidikan. Sikap mewakili evaluasi positif
atau negatif global seseorang terhadap perilaku yang berlaku dan
apa adanya dilihat sebagai penentu utama dari keputusan individu
Hipotesis 2 (H2). Guru dengan sikap yang agak positif terhadap
penggunaan teknologi pendidikan akan memiliki niat adopsi yang
lebih kuat untuk menggunakan pendidikan teknologi. Kontrol
perilaku yang dirasakan mengacu pada individu persepsi untuk
berhasil melaksanakan suatu perilaku. Tingkat kontrol perilaku yang
dirasakan tinggi sama dengan keyakinan tinggi dalam kesuksesan
dan, oleh karena itu, harus mendukung niat individu untuk
melakukan perilaku, dan meningkatkan ketekunannya
Hipotesis 3 (H3). Guru yang merasakan kontrol perilaku yang lebih
besar atas penggunaan teknologi pendidikan akan memiliki niat
adopsi yang lebih kuat untuk menggunakan pendidikan teknologi.
Dalam konteks ini, alasan yang mendukung keputusan dapat masuk
akal juga meningkatkan persepsi individu tentang tekanan sosial dan
kontrol perilaku yang dirasakan atas diberikan perilaku .
Hipotesis 4 (H4). Alasan penggunaan teknologi pendidikan terkait
dengan global motif, seperti norma subjektif (a), sikap terhadap
perilaku (b), dan persepsi kontrol (c).
Hipotesis 5 (H5). Alasan penggunaan teknologi pendidikan terkait
dengan motif global, seperti norma subjektif (a), sikap terhadap
perilaku (b), dan kontrol yang dirasakan (c).
Niat dianggap sebagai prediktor terbaik dari perilaku selanjutnya .
Menjadi penentu utama, niat dapat mempengaruhi sejauh mana
individu akan melakukan upaya untuk melakukan perilaku tersebut.
Namun, BRT juga berpendapat bahwa penalaran individu
memengaruhi niat perilaku mereka secara langsung.
Hipotesis 6 (H6). Alasan dosen yang mendukung adopsi teknologi
pendidikan mempengaruhi niat adopsi mereka secara positif; dan
Hipotesis 7 (H7). Alasan dosen menolak adopsi teknologi
pendidikan mempengaruhi niat adopsi mereka secara negatif.
Singkatnya, BRT harus berfungsi sebagai kerangka teoritis yang
berharga untuk memahami mental pemrosesan mengadopsi
teknologi pendidikan dengan lebih baik. Diberikan pengetahuan
tentang proses berpikir Dibalik adopsi teknologi pendidikan, e-
learning dapat lebih berkembang dan efektif dipasarkan.
- KEKUATAN Penelitian ini sangat bagus , dimana penjelasannya sangat jelas,
PENELITIAN penelitian dilakukan melalui perencanaan.
- KELEMAHAN Selain mempunyai kelebihan, penelitian ini juga memiliki
PENELITIAN kekurangan yaitu pada bahasanya yang sulit diemnegerti .
13 KESIMPULAN Tak dapat dipungkiri, proses belajar mengajar berbantuan teknologi
memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan secara keseluruhan dan mengatasi beberapa kekurangan
struktural saat ini di sekolah dan universitas. Untuk membuka
potensi penuh mereka, praktisi pendidikan dan pengambil keputusan
harus melakukannya menyadari bagaimana pengaturan pendidikan
yang dibantu teknologi dianggap oleh pelajar dan pelajar instruktur.
pengajaran digital diakui sebagai pengayaan bagi yang lebih tinggi
pendidikan, tetapi jarang digunakan dalam praktik, terutama karena
kekurangan sumber daya.
14 SARAN Mempertimbangkan pengaturan saat merancang pendidikan dengan
bantuan teknologi agar penggunaan efektif teknologi dalam
pendidikan
15 REFERENSI D. L. Schwartz and K. Hartman, “It’s not Video Anymore:
Designing Digital Video for Learning and Assessment,” in Video
Research in the Learning Sciences, R. Goldman, R. Pea, B. Barron,
and S. J. Derry, Eds. New York: Erlbaum, 2007, pp. 335–348.
J. D. Westaby, “Behavioral reasoning theory: Identifying new
linkages underlying intentions and behavior,” Organizational
Behavior and Human Decision Processes, vol. 98, no. 2, pp. 97–
120, Nov. 2005
J. D. Westaby, T. M. Probst, and B. C. Lee, “Leadership decision-
making: A behavioral reasoning theory analysis,” The Leadership
Quarterly, vol. 21, no. 3, pp. 481–495, Jun. 2010.
F. D. Davis, “A Technology Acceptance Model For Empirically
Testing New End-User Information Systems: Theory And Results.,”
Massachusetts Institute of Technology, 1985.

B. REVIEW JURNAL PEMBANDING SATU

1 JUDUL PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM


PROSES PEMBELAJARAN

2 JURNAL Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial


3 DOWNLOAD http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/viewFile/94/94
4 VOLUME DAN HALAMAN Vol 1 dan 64-74
5 TAHUN 2016
6 PENULIS Novi Irwan Nahar
7 REVIEWER Aulia Rahma
8 TANGGAL 20 Maret 2021
9 ABSTRAK PENELITIAN Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang lebih
mengutamakan pada perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat
adanya stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
yang bertujuan merubah tingkah laku dengan cara interaksi antara
stimulus dan respon. Menurut Watson tingkah laku siswa
merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan,
sedangkan menurut Pavlov merujuk pada sejumlah prosedur
pelatihan antara satu stimulus dan rangsangan muncul untuk
menggantikan stimulus lain dalam mengembangkan respon, terakhir
menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons terjadi
karena melalui interaksi dengan lingkungan yang kemudian
menimbulkan perubahan tingkah laku. Dengan demikian, teori
belajar behavioristik lebih memfokuskan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik.

- TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk merubah tingkah laku dengan cara
interaksi antara stimulus dan respon
- SUBJEK PENELITIAN Peserta didik
- ASSESMENT DATA Teori belajar behaviorisme berorientasi pada hasil yang dapat
diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara obyektif.
- KATA KUNCI Teori Belajar, Behavioristik, Pembelajaran
10 PENDAHULUAN Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan
dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori belajar dengan langkah-
langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran
serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberikan
kemudahan kepada siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajari
- LATAR BELAKANG Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa
DAN TEORI adalah teori belajar behavioristik. Di lihat dari pengertiannya teori
belajar behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus
pada prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran
atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah
guru bersikap otoriter dan sebagai agen induktrinasi dan propaganda
dan sebagai pengendali masukan prilaku.Hal ini karena teori belajar
behavioristik menganggap manusia itu bersifat pasif dan segala
sesuatunya tergantung pada stimulus yang didapatkan.
11 METODE PENELITIAN Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian literatur, yang
bertujuan untuk mencari teori-teori yang di gunakan sebagai sumber
rujukan dan di gunakan sebagai referensi.
- LANGKAH Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis yang pertama adalah
PENELITIAN mencari referensi dengan menggunakan keyword dari judul artikel,
setelah menemukan referensi yang sesuai penulis menelaah teori
kemudian menjambarkan dengan kalimat sendiri.
- HASIL PENELITIAN Teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon,
sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut siswa
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Menurut Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut, yaitu: (1)
teori belajar behavioristik beranggapan yang dinamakan belajar
adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar
jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku,
(2) teori ini beranggapan yang terpenting dalam belajar adalah
adanya stimulus dan respons, karena hal ini yang dapat diamati,
sedangkan apa yang terjadi dianggap tidak penting karena tidak
dapat diamati, dan (3) penguatan, yakni apa saja yang dapat
menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam
belajar. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa ke
arah yang lebih baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami
peserta didik yang beranjak dewasa. Perkembangan perilaku
merupakan objek pengamatan dari aliran- aliran behaviorisme.
Perilaku dapat berupasikap, ucapan, dan tindakan seseorang
sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi. Oleh sebab
itu, psikologi pendidikan mengkaji masalah yang memengaruhi
perilaku orang ataupun kelompok dalam proses belajar.
- DISKUSI PENELITIAN Penulis tidak mencantumkan
- DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta.
12 ANALISA JURNAL Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari
tingkah laku manusia.Menurut Desmita (2009:44) teori belajar
behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku
manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan
materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain,
mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan
dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini
mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respons (Slavin, 2000).Seseorang dianggap telah belajar apabila
dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang
menjadi aliranpsikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan dan praktik pendidikan serta pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya
mendudukkan siswa yang belajarsebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnyaperilakuakan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman (Rusli dan Kholik, 2013)
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas
terhadap teori psikologi daya dan teori mental state. Hal ini karena
aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.
Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbulah aliran
baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak dapat diterangkan
melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah
respons-respons psikologis.
Menurut teori behavioristik tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi- reaksi
behavioristik dengan stimulusnya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respons. Proses terjadi antara stimulus dan respons tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak
dapat diukur. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru dan apa
yang diterima harus dapat diamati dan diukur. Hal ini menurut
Sujanto (2009:118), teori belajar behaviorisme objekilmu jiwaharus
terlihat, dapat di indera, dan dapat diobservasi. Metode yang dipakai
yaitu mengamati serta menyimpulkan.

Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik

Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga dengan teori


pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari
pengkondisian lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi
dengan lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati
dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental.
Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai
ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia
bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman- pengalaman
batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari.
Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme
mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-
perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Ketiga,
behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua
orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha
kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-
kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan
hati.

Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari
beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran,
karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan
penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar behavioristik
cenderungmengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori
belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu
membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik
memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar
merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa
diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang
harus dipahami oleh siswa.

- KEKUATAN Teori-teori belajar behavioristik dijelaskan oleh penulis melalui


PENELITIAN berbagai referensi sumber buku, lengkap dengan tokoh-tokoh yang
mencentuskannya. Dengan begitu pembaca lebih mudah mengenal
dan memahami hasil dari pemikiran para tokoh-tokoh tersebut untuk
menerapkan langkah-langkah selanjutnya.
- KELEMAHAN Selain mempunyai kelebihan, penelitian ini juga memiliki
PENELITIAN kekurangan yaitu pada penulisannya yang kurang tepat.
13 KESIMPULAN Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan
pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Teori belajar behavioristik berpengaruh
terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal dengan aliran- aliran behavioristik. Teori belajar
behavioristik dengan model hubungan stimulus-respons
mendudukkan siswa yang belajarsebagai individu yang
pasif.Respons atauperilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan. Menurutaliran-aliran behavioristik,
belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan
yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak
atau hubungan antara stimulus dan respons.
Fokus utama dalam teori belajar behavioristik adalah perilaku yang
terlihat dan penyebab luar yang menstimulasinya. Belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran
yang didasarkan pada tingkah laku diperoleh dari pengkondisian
lingkungan. Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan
siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik
merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa yang tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada
teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif,
sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Hal yang
paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan
respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa
semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk
melihat terjadinya perubahan tingkah laku.
14 SARAN Sebagai calon pendidik hendaknya kita mampu menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan efektif, lalu menerapkan metode
dan teori yang tepat, sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik. Oleh karena itu sebagai calon pendidik hendaknya kita
mempelajari teori-teori pembelajaran yang ada, agar kita mampu
menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat
15 REFERENSI Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Andriyani, Fera. 2015. Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan
Islam tentang Behavioristik.(Jurnal Pendidikan dan Pranata
Islam).Edisi 10 No. 2 Hal. 165- 180.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi
Aksara.
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pengantar
Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Mukinan.1997.Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G
IKIP.
Nasution. 2006. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali.Undiksha
Press.
Rusli dan Kholik. 2013. Theory of Learning According to
Educational
Nusantara ( Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial ) Volume 1 Desember
2016
Zulhammi.2015. Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam
Perspektif Pendidikan Islam.(Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1
Hal.105-127.
Psychology.(Jurnal
Humaniora). Vol. 4 No. 2 Hal 62- 67.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice.
Massachusetts: Allyn and Bacon.
Sugandi, Ahmad. 2007.Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Sujanto, Agus. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi
Aksara.Zulhammi.2015. Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik
dalam Perspektif Pendidikan Islam.(Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1
Hal.105-127.

C. REVIEW JURNAL PEMBANDING DUA

1 JUDUL TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


2 JURNAL Jurnal Sosial Humaniora
3 DOWNLOAD https://ojs.unida.ac.id/index.php/JSH/article/view/468
4 VOLUME DAN HALAMAN 4 dan 62 – 67
5 TAHUN 2013
6 PENULIS RK Rusli1a dan MA Kholik1
7 REVIEWER Aulia Rahma
8 TANGGAL 20 Maret 2021
9 ABSTRAK PENELITIAN Edward Thorndike (1874-1949) terkenal dalam psikologi untuk
karyanya pada teori yang mengarah pada pengembangan
"pengkondisian operan" dalam aliran belajar behaviorisme,
sedangkan pengkondisian klasik tergantung pada pengembangan
asosiasi antara peristiwa. Pengkondisian operan melibatkan belajar
dari konsekuensi perilaku kita. Skinner bukan psikolog pertama
yang mempelajari pembelajaran dengan konsekuensi karena
memang teori Skinner dari pengkondisian operan dibangun pada
ide-ide dari Edward Thorndike.
- TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau teori belajar dalam
perilaku, kognitif, konstruktif, manusia, dan tradisi sosial untuk
mengidentifikasi prinsip-prinsip belajar lokal untuk teori teori yang
mungkin mewakili contohcontoh spesifik dari prinsip-prinsip
universal, pada dasarnya diperlukan untuk fasilitasi pembelajaran
pada umumnya.
- SUBJEK PENELITIAN Peserta Didik
- ASSESMENT DATA Penelitian tekstual melalui metodologi lensa
- KATA KUNCI Teori perilaku belajar, psikologi pendidikan.
10 PENDAHULUAN Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan
masalah penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta didik
agar dapat menguasai atau memahami sesuatu merupakan upaya diri
peserta didik sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah
proses pendewasaan (dari ketidak-dewasaan menjadi dewasa)
- LATAR BELAKANG Pendidik berupaya agar dapat memahami atau dikuasai oleh peserta
DAN TEORI didik yang belum dewasa. Perilaku sebelum menguasai atau
memahami dibanding dengan perilaku sesudah menguasai atau
memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok behavioris.
Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang
sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis.
Psikologis adalah psikologi yang khusus menggarap masalah tenaga
batin, dorongan, dan motif yang memengaruhi perilaku
orangseorang ataupun kelompok. Salah satu psikologi pendidikan
adalah dasar perilaku manusia. Pendidikan berupaya
mengembangkan perilaku kehidupan yang baik. Pendekatan perilaku
ini melahirkan beberapa teori dan konsep dari banyak peneliti.
Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
11 METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif berdasarkan studi
pustaka .
- LANGKAH Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis yang pertama adalah
PENELITIAN mencari referensi dengan menggunakan keyword dari judul Materi
pada penelitian ini adalah materi konsep. Konsep yang diambil
didasarkan pada pijakan teori-teori khususnya yang berhubungan
dengan teori belajar.
- HASIL PENELITIAN Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman. Menurut teori ini, yang penting dalam belajar
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pembelajar,sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan
pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Dari
hal tersebut yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pembelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dalam
pembentukan perilaku menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia
mudah dibentuk menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan
yang relevan. Thorndike dan Watson mengatakan kaum
behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat
sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan
perilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk
memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Ada tiga
hukum belajar yang utama menurut Thorndike, yakni (1) hukum
efek, (2) hukum latihan, dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler,
1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu
dapat memperkuat respons. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di
antaranya adalah Thorndike, Wats, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan
Skinner. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek serta rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan.
- DISKUSI PENELITIAN Penulis tidak mencantumkan
- DAFTAR PUSTAKA Djali. 2011. Psikologi Penddidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Gage NL dan DC Berliner, 1984. Educational Psychology.
Houghton Mifflin, Boston.
12 ANALISA JURNAL Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan serta pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responsnya mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respons (Slavin 2000).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan
perubahan perilakunya. Faktor lain yang dianggap penting oleh
aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Begitu pula bila respons dikurangi atau dihilangkan
(negative reinforcement) maka respons juga semakin kuat.Beberapa
prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1)
Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary
Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency
Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responsses (Gage dan Berliner, 1984). Tokoh - tokoh
aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark
Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respons terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Prinsip-Prinsip Teori Behavior
Prinsip-prinsi teori behavior adalah sebagai berikut:
1) objek psikologi adalah tingkah laku;
2) semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek;
3) mementingkan pembentukan kebiasaan.
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons.
Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan
kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila
pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar
disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error.
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error, yaitu adanya aktivitas,
berbagai respons terhadap berbagai situasi, eliminasi terhadap
berbagai respons yang salah, kemajuan reaksireaksi mencapai
tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum. Hukum kesiapan
(Law of Readiness) ialah jika suatu organisme didukung oleh
kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan
tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau
digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum akibat
hubungan stimulus dan respons cenderung diperkuat bila akibat
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
- KEKUATAN - Penelitian ini sangat bagus , dimana penjelasannya sangat
PENELITIAN jelas
- Pengumpulan datanya yang terstruktur Dan tidak lupa
melampirkan abstrak dan kata kunci yang menjadi syarat
untuk sebuah jurnal.
- KELEMAHAN Kelemahan dari jurnal ialah dari pembahasannya dalam
PENELITIAN penelitiannya yang kurang akurat
13 KESIMPULAN Berikut beberapa simpulan mengenai behavioristik.
(1) Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
(2) Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah
apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respons
berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur.
(3) Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik
adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, jika respons dikurangi atau dihilangkan (negative
reinforcement) maka respons justru malah semakin kuat juga.
(4) Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Wats, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
(5) Ada tiga hukum belajar yang utama menurut Thorndike, yakni
(1) hukum efek, (2) hukum latihan, dan (3) hukum kesiapan (Bell,
Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal
tertentu dapat memperkuat respons.
(6) Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan Nama teori belajar,
karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek serta rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan. Dalam arti tersebut, teori belajar lebih menekankan
pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk
reaktif yang memberi respons terhadap lingkungan.
(7) Belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi
antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons. Teori belajar ini
disebut teori “connectionism”. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan
Error, yaitu adanya aktivitas, berbagai respons terhadap berbagai
situasi, eliminasi terhadap berbagai respons yang salah, dan
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
14 SARAN Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku kehidupan yang
baik. Pendekatan perilaku ini melahirkan beberapa teori dan konsep
dari banyak peneliti. Pendidik berupaya agar dapat memahami
peserta didik yang belum dewasa. Perilaku sebelum menguasai atau
memahami dibanding dengan perilaku sesudah menguasai atau
memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok behavioris.
Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang
sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis.
Psikologi dalam pendidikan menggarap masalah tenaga batin,
dorongan, dan motif yang memengaruhi perilaku orangseorang
ataupun kelompok dalam proses belajar, baik sebelum, ketika,
ataupun setelah pembelajaran dilaksanakan.
15 REFERENSI Djali. 2011. Psikologi Penddidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Gage NL dan DC Berliner, 1984. Educational Psychology.
Houghton Mifflin, Boston.
Gredel B. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Rajawali, Jakarta.
Slavin RE. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice.
Allyn & Bacon, Boston.
Yudhawati. 2011. Psikologi Pendidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai