REVIEW
MK. PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PTE ( Pendidikan Teknik
Elektro)
SKOR NILAI :
FAKULTAS TEKNIK
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review dari mata kuliah Kurikulum
dan Buku Teks
Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
tugas ini. Secara khusus juga penulis berterimakasih kepada Dosen dari mata kuliah
Kepemimpinan yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan CJR ini.
Penulis menyadari bahwa laporan CJR ini jauh dari kata sempurna, oleh kerena itu penulis
mengharapkan adanya masukan yang membangun dari pihak yang membaca laporan CJR ini
Eki Bintang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang pembuatan critical ini guna memenuhi kontrak kuliah yang diberikan dosen yang
berjumlah enam tugas,salah satunya tugas tersebut adalah Critical Jurnal Review. Kritik jurnal
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan cara membaca suatu jurnal untuk melihat suatu
hasil penelitian maupun informasi yang terdapat dalam jurnal dan melihat apakah jurnal tersebut
telah memenuhi sistematika penulisan jurnal dengan tepat serta memperhatikan dari aspek
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan benar.
Kritik jurnal juga dilakukan dengan membandingkan antara satu jurnal dengan jurnal yang
lainnya untuk dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal tersebut.Pentingnya
mahasiswa mengkritik sebuah jurnal adalah agar mahasiswa menjadi terbiasa sehingga menjadi
seseorang yang kritisi dalam segala hal.Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas,
menganalisa, serta ember kritik pada jurnal.Mengkritik jurnal juga dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa karena informasi yang terdapat di dalamnya.
B. Tujuan
a. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan mencari sumber bacaan
yang relevan.
b. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal.
c. Untuk menambah pengetahuan tentang suatu hal yang ada pada jurnal tersebut.
C. Manfaat
a. Menambah ilmu pengetahuan dalam pembuatan Critical Jurnal Review
b. Dapat mengetahui kelebihan maupun kekurangan dalam Jurnal tersebut
c. Secara tidak langsung kita dapat memahami materi-materi yang ada dalam jurnal tersebut
REVIEW JURNAL
A. REVIEW JURNAL PERTAMA
1 JUDUL ONLINE TEACHING: A BEHAVIORAL REASONING THEORY
APPROACH
2 JURNAL Proceedings of EDULEARN 18 Conference On Education and New
Learning Technologies
3 DOWNLOAD https://www.researchgate.net/publication/326714011
4 VOLUME DAN HALAMAN 10 dan 6473 – 6479
5 TAHUN 2018
6 PENULIS André Schneider , Marios Karapanos , Thomas Borchert , Sarah
Uhlig , Susanne Günther
7 REVIEWER Aulia Rahma
8 TANGGAL 19 Maret 2021
9 ABSTRAK PENELITIAN Makalah ini membahas tentang adopsi teknologi pendidikan dari
perspektif behavioral teori penalaran dan menarik implikasi untuk
promosi dan pengembangan berbantuan teknologi mengajar dan
belajar.
- TUJUAN PENELITIAN Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui ajaran online : teori
penilai perilaku pendekatan
- SUBJEK PENELITIAN Teknologi pendidikan
- ASSESMENT DATA Penelitian dilakukan dengan studi elisitasi kualitatif untuk
mengembangkan inventaris pengukuran untuk survei utama
- KATA KUNCI Behavioral reasoning theory, adoption, educational technology.
10 PENDAHULUAN Universitas melihat diri mereka sebagai pengguna penting dari
kemungkinan digital dan sebagai penggerak digital perkembangan.
Akibatnya, pengajaran dan pembelajaran dengan bantuan teknologi
menjadi tren yang berkelanjutan dan salah satu bidang utama dalam
penelitian pendidikan saat ini dan pembuatan kebijakan saat ini.
- LATAR BELAKANG Perkenalkan teknologi pendidikan ke dalam kehidupan universitas
DAN TEORI sehari-hari untuk instruktur dan siswa, keadaan pembangunan saat
ini terus jauh dari harapan. Beberapa lembaga melapor sukses besar
dalam mengembangkan dan memperluas platform e-learning
mereka, yang lain masih mengalami kesulitan dalam hal kesediaan
untuk mengadopsi. Penelitian sebelumnya tentang penerimaan e-
learning telah dilakukan didominasi oleh kerangka kerja yang
berfokus pada teknologi seperti IS Success Model atau Technology
Acceptance Model (TAM)
TAM mengidentifikasi kegunaan yang dirasakan dan kemudahan
penggunaan yang dirasakan sebagai anteseden utama penerimaan
teknologi. Teori penalaran perilaku (BRT) juga mengacu pada teori
perilaku tradisional, seperti seperti teori tindakan beralasan (TRA)
dan teori perilaku terencana (TPB)
11 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian yang sedang
berlangsung yang bertujuan untuk mengadopsiteknologi pendidikan
berdasarkan teori behavioristik.
- LANGKAH Mewawancarai 17 profesor dan dosen untuk mengidentifikasi alasan
PENELITIAN yang mendukung dan menentang pendidika penggunaan kursus
online dalam konteks universitas.
- HASIL PENELITIAN Hasil kami menunjukkan bahwa staf pengajar pertama dan
terpenting menghargai peningkatan kualitas pengajaran, diikuti
dengan penghematan waktu, insentif keuangan, dan kesempatan
untuk mencoba metode pengajaran baru. Pada saat yang sama, guru
takut kekurangan sumber daya dan interaksi sosial serta risiko
kegagalan yang terkait dengan pembelajaran online dibandingkan
pengajaran di kelas. Selain itu, beberapa responden khawatir mereka
tidak memiliki spesialis yang diperlukan pengetahuan. Oleh karena
itu, kami merekomendasikan untuk melebihi fokus utamanya pada
teknologi atau didaktik pertimbangan saat memperkenalkan
teknologi ke pengaturan pendidikan dan untuk memasukkan konteks
tertentu alasan sebagai faktor utama dalam perilaku manusia.
Meskipun sebagian besar alasan yang dinyatakan dalam wawancara
secara eksklusif dinyatakan sebagai alasan untuk atau menentang
pemilihan kursus online, beberapa alasan muncul di kedua sisi.
Misalnya, sementara beberapa responden mengaitkan kursus online
dengan peluang penghematan waktu dan efisiensi yang lebih besar,
subjek lain melihat masalah kurangnya waktu atau sumber daya.
Kami menyimpulkan bahwa, kesediaan untuk menawarkan kelas
online dipengaruhi oleh keyakinan dan pengalaman pribadi.
Terlepas dari penggunaan pertanyaan terbuka, analisis frekuensi
mengungkapkan serangkaian alasan yaitu dibagikan di antara para
peserta.
- DISKUSI PENELITIAN Pada langkah penelitian berikutnya, kami akan meninjau literatur
relevan yang membahas instrumen yang sesuai untuk mengukur
alasan yang disebutkan di atas. Kami selanjutnya akan menerapkan
pendekatan empiris untuk menguji BRT. Kami berharap untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang proses
mental yang terlibat di dalamnya adopsi teknologi pendidikan dan
penggunaan efektifnya dalam pengaturan pendidikan.
- DAFTAR PUSTAKA D. L. Schwartz and K. Hartman, “It’s not Video Anymore:
Designing Digital Video for Learning and Assessment,” in Video
Research in the Learning Sciences, R. Goldman, R. Pea, B. Barron,
and S. J. Derry, Eds. New York: Erlbaum, 2007, pp. 335–348.
J. D. Westaby, “Behavioral reasoning theory: Identifying new
linkages underlying intentions and behavior,” Organizational
Behavior and Human Decision Processes, vol. 98, no. 2, pp. 97–120,
Nov. 2005
12 ANALISA JURNAL Asumsi dasar teori penalaran perilaku (BRT) adalah bahwa alasan
spesifik konteks berfungsi sebagai hubungan penting antara
keyakinan, motif global, niat, dan perilaku. Namun, BRT melampaui
pemahaman ini dengan memasukkan alasan-alasan yang mendukung
dan menentang suatu perilaku tertentu, yaitu mempengaruhi niat
secara langsung dan tidak langsung melalui konstruksi global. Jadi
BRT memungkinkan proses psikologis yang berbeda, atau jalur
dalam pengambilan keputusan perilaku, yang mungkin berbeda-beda
tergantung pada konteks keputusan. BRT mendalilkan perilaku itu
(yaitu, adopsi pendidikan teknologi) dapat diprediksi oleh motif
global mereka. Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol
didefinisikan sebagai motif global yang merupakan faktor-faktor
substantif yang luas, yang mempengaruhi perilaku di domain yang
berbeda. Norma subyektif terdiri dari tekanan sosial yang dirasakan
seseorang dari orang yang relevan untuk terlibat dalam a perilaku
tertentu. Ini terdiri dari keyakinan individu tentang apakah orang
lain penting kepada individu berpikir mereka harus terlibat dalam
perilaku. Dalam TPB, norma subjektif adalah salah satu dari tiga
norma penentu utama niat . Oleh karena itu, jika orang yang relevan
dengan individu tersebut percaya bahwa e-learning adalah tindakan
yang dapat diterima atau bahkan diinginkan, individu akan memiliki
niat yang lebih kuat untuk menggunakan pendidikan teknologi.
Hipotesis 1 (H1). Guru yang merasakan tekanan sosial dari rekan-
rekan yang relevan di Berkenaan dengan penggunaan teknologi
pendidikan, mereka akan memiliki niat adopsi yang lebih kuat
menggunakan teknologi pendidikan. Sikap mewakili evaluasi positif
atau negatif global seseorang terhadap perilaku yang berlaku dan
apa adanya dilihat sebagai penentu utama dari keputusan individu
Hipotesis 2 (H2). Guru dengan sikap yang agak positif terhadap
penggunaan teknologi pendidikan akan memiliki niat adopsi yang
lebih kuat untuk menggunakan pendidikan teknologi. Kontrol
perilaku yang dirasakan mengacu pada individu persepsi untuk
berhasil melaksanakan suatu perilaku. Tingkat kontrol perilaku yang
dirasakan tinggi sama dengan keyakinan tinggi dalam kesuksesan
dan, oleh karena itu, harus mendukung niat individu untuk
melakukan perilaku, dan meningkatkan ketekunannya
Hipotesis 3 (H3). Guru yang merasakan kontrol perilaku yang lebih
besar atas penggunaan teknologi pendidikan akan memiliki niat
adopsi yang lebih kuat untuk menggunakan pendidikan teknologi.
Dalam konteks ini, alasan yang mendukung keputusan dapat masuk
akal juga meningkatkan persepsi individu tentang tekanan sosial dan
kontrol perilaku yang dirasakan atas diberikan perilaku .
Hipotesis 4 (H4). Alasan penggunaan teknologi pendidikan terkait
dengan global motif, seperti norma subjektif (a), sikap terhadap
perilaku (b), dan persepsi kontrol (c).
Hipotesis 5 (H5). Alasan penggunaan teknologi pendidikan terkait
dengan motif global, seperti norma subjektif (a), sikap terhadap
perilaku (b), dan kontrol yang dirasakan (c).
Niat dianggap sebagai prediktor terbaik dari perilaku selanjutnya .
Menjadi penentu utama, niat dapat mempengaruhi sejauh mana
individu akan melakukan upaya untuk melakukan perilaku tersebut.
Namun, BRT juga berpendapat bahwa penalaran individu
memengaruhi niat perilaku mereka secara langsung.
Hipotesis 6 (H6). Alasan dosen yang mendukung adopsi teknologi
pendidikan mempengaruhi niat adopsi mereka secara positif; dan
Hipotesis 7 (H7). Alasan dosen menolak adopsi teknologi
pendidikan mempengaruhi niat adopsi mereka secara negatif.
Singkatnya, BRT harus berfungsi sebagai kerangka teoritis yang
berharga untuk memahami mental pemrosesan mengadopsi
teknologi pendidikan dengan lebih baik. Diberikan pengetahuan
tentang proses berpikir Dibalik adopsi teknologi pendidikan, e-
learning dapat lebih berkembang dan efektif dipasarkan.
- KEKUATAN Penelitian ini sangat bagus , dimana penjelasannya sangat jelas,
PENELITIAN penelitian dilakukan melalui perencanaan.
- KELEMAHAN Selain mempunyai kelebihan, penelitian ini juga memiliki
PENELITIAN kekurangan yaitu pada bahasanya yang sulit diemnegerti .
13 KESIMPULAN Tak dapat dipungkiri, proses belajar mengajar berbantuan teknologi
memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan secara keseluruhan dan mengatasi beberapa kekurangan
struktural saat ini di sekolah dan universitas. Untuk membuka
potensi penuh mereka, praktisi pendidikan dan pengambil keputusan
harus melakukannya menyadari bagaimana pengaturan pendidikan
yang dibantu teknologi dianggap oleh pelajar dan pelajar instruktur.
pengajaran digital diakui sebagai pengayaan bagi yang lebih tinggi
pendidikan, tetapi jarang digunakan dalam praktik, terutama karena
kekurangan sumber daya.
14 SARAN Mempertimbangkan pengaturan saat merancang pendidikan dengan
bantuan teknologi agar penggunaan efektif teknologi dalam
pendidikan
15 REFERENSI D. L. Schwartz and K. Hartman, “It’s not Video Anymore:
Designing Digital Video for Learning and Assessment,” in Video
Research in the Learning Sciences, R. Goldman, R. Pea, B. Barron,
and S. J. Derry, Eds. New York: Erlbaum, 2007, pp. 335–348.
J. D. Westaby, “Behavioral reasoning theory: Identifying new
linkages underlying intentions and behavior,” Organizational
Behavior and Human Decision Processes, vol. 98, no. 2, pp. 97–
120, Nov. 2005
J. D. Westaby, T. M. Probst, and B. C. Lee, “Leadership decision-
making: A behavioral reasoning theory analysis,” The Leadership
Quarterly, vol. 21, no. 3, pp. 481–495, Jun. 2010.
F. D. Davis, “A Technology Acceptance Model For Empirically
Testing New End-User Information Systems: Theory And Results.,”
Massachusetts Institute of Technology, 1985.
- TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk merubah tingkah laku dengan cara
interaksi antara stimulus dan respon
- SUBJEK PENELITIAN Peserta didik
- ASSESMENT DATA Teori belajar behaviorisme berorientasi pada hasil yang dapat
diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara obyektif.
- KATA KUNCI Teori Belajar, Behavioristik, Pembelajaran
10 PENDAHULUAN Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan
dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori belajar dengan langkah-
langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran
serta penggunaan unsur desain pesan yang baik dapat memberikan
kemudahan kepada siswa dalam memahami sesuatu yang dipelajari
- LATAR BELAKANG Teori belajar yang menekankan terhadap perubahan perilaku siswa
DAN TEORI adalah teori belajar behavioristik. Di lihat dari pengertiannya teori
belajar behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus
pada prilaku nyata dan tidak terkait dengan hubungan kesadaran
atau konstruksi mental. Ciri utama teori belajar behavioristik adalah
guru bersikap otoriter dan sebagai agen induktrinasi dan propaganda
dan sebagai pengendali masukan prilaku.Hal ini karena teori belajar
behavioristik menganggap manusia itu bersifat pasif dan segala
sesuatunya tergantung pada stimulus yang didapatkan.
11 METODE PENELITIAN Penulisan artikel ini menggunakan metode kajian literatur, yang
bertujuan untuk mencari teori-teori yang di gunakan sebagai sumber
rujukan dan di gunakan sebagai referensi.
- LANGKAH Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis yang pertama adalah
PENELITIAN mencari referensi dengan menggunakan keyword dari judul artikel,
setelah menemukan referensi yang sesuai penulis menelaah teori
kemudian menjambarkan dengan kalimat sendiri.
- HASIL PENELITIAN Teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon,
sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut siswa
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Menurut Mukinan (1997:23), beberapa prinsip tersebut, yaitu: (1)
teori belajar behavioristik beranggapan yang dinamakan belajar
adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar
jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku,
(2) teori ini beranggapan yang terpenting dalam belajar adalah
adanya stimulus dan respons, karena hal ini yang dapat diamati,
sedangkan apa yang terjadi dianggap tidak penting karena tidak
dapat diamati, dan (3) penguatan, yakni apa saja yang dapat
menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam
belajar. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa ke
arah yang lebih baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami
peserta didik yang beranjak dewasa. Perkembangan perilaku
merupakan objek pengamatan dari aliran- aliran behaviorisme.
Perilaku dapat berupasikap, ucapan, dan tindakan seseorang
sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi. Oleh sebab
itu, psikologi pendidikan mengkaji masalah yang memengaruhi
perilaku orang ataupun kelompok dalam proses belajar.
- DISKUSI PENELITIAN Penulis tidak mencantumkan
- DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta.
12 ANALISA JURNAL Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari
tingkah laku manusia.Menurut Desmita (2009:44) teori belajar
behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku
manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan
materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain,
mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui
pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan
dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini
mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respons (Slavin, 2000).Seseorang dianggap telah belajar apabila
dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berkembang
menjadi aliranpsikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan dan praktik pendidikan serta pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya
mendudukkan siswa yang belajarsebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnyaperilakuakan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman (Rusli dan Kholik, 2013)
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas
terhadap teori psikologi daya dan teori mental state. Hal ini karena
aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.
Pandangan dalam psikologi dan naturalisme science, timbulah aliran
baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak dapat diterangkan
melalui jiwa itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah
respons-respons psikologis.
Menurut teori behavioristik tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi- reaksi
behavioristik dengan stimulusnya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respons. Proses terjadi antara stimulus dan respons tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak
dapat diukur. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru dan apa
yang diterima harus dapat diamati dan diukur. Hal ini menurut
Sujanto (2009:118), teori belajar behaviorisme objekilmu jiwaharus
terlihat, dapat di indera, dan dapat diobservasi. Metode yang dipakai
yaitu mengamati serta menyimpulkan.