Anda di halaman 1dari 63

AGROKLIMATOLOGI

DISUSUN OLEH:

AGUNG AYU PUTU YOLA AULIA

23110041

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

DHARMA WACANA METRO

2024
PERTEMUAN 1

A. Pengertian Agroklimatologi
Agroklimatotogi terdiri dari dua kata, yaitu Agro = pertanian dan Klimatologi
= ilmu iklim. Jadi Agroklimatogi adalah ilmu yang membahas berbagai aspek
iklim yang berhubungan dengan permasalahan pertanian. Klimatologi sendiri
adalah ilmu yang membahas dan menerangkan tentang klim bagaimana iklim
itu bisa berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Hal yang sangat erat
hubungannya dengan ilmu klimatologi adalah ilmu cuaca, dimana cuaca dan
iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer
dengan segala prosesnya. Iklim adalah karater, sintesis atau nilai statistic
cuaca jangka panjang di suatu tempat atau wilayah yang luas. Sedangkan
cuaca adalah kondisi atmosfer sesaat (jangka pendek) beserta perubahan yang
terjadi.
Agroklimatologi adalah cabang ilmu yang mempelajari semua faktor iklim
yang berhubungan dengan aspek pertanian. Agroklimatologi secara umum
dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Klimatologi Fisik
Klimatologi yang membahas perilaku dan gejala gejala cuaca yang
terjadi di atmosfer dengan menggunakan dasar dasar ilmu fisika dan
matematika. Tinjauannya ditekankan pada neraca energi dan neraca air
antara bumi dan atsmosfer
2. Klimatografi
Klimatologi yang pembahasannya secara deskriptif berdasarkan data,
peta, gambar dan foto. Pembahasannya tidak disertai analisis fisika
maupun matematika yang mendalam. Biasanya dikembangkan oleh para
pakar ilmu bumi (Geografis).
3. Klimatologi Dinamik
Klimatologi yang membahas pergerakan atmosfer dalam berbagai skala,
terutama pada peredaran atmosfer umum di berbagai wilayah seluruh
dunia
4. Klimatologi Terapan
Klimatologi yang membahas penerapan ilmu iklim untuk memcahkan
berbagai masalah praktis yang dihadapi masyarakat

B. Unsur-unsur dan Pengendali Iklim


Dalam klimatologi, iklim atau cuaca mempunyai beberapa unsure yang
sangat mempengaruhi atau bekerja secara simultan, yaitu bekerja sama saling
mendukung atau menghambat tergantung keadaan, antara lain:
1. Radiasi surya.
2. Suhu
3. Tekanan udara
4. Kelembapan udara
5. Awan
6. Presipitasti
7. Evapotranspirasi
Dari unsur-unsur cuaca tersebut ada faktor yang selalu atau pada umumnya
mempengaruhi besarnya intensitas dari masing-masing faktor tersebut, yaitu:
1. Rotasi dan revolusi bumi
2. Elevasi dan garis lintang
3. Topografi
4. Pusat tekanan udara tinggi dan rendah
5. Posisi terhadap sinar matahari

C. Peran Agroklimatologi Bagi Pertanian


Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jenis dan sifat iklim bisa menentukkan jenis tanaman yg
tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan.
Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan
akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul.
Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim
seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah
untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis
Indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan
sinar matahari.

Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan
merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi
tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan
mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman, Inu merupakan contoh global
pengaruh ikliim terhadap tanaman.

Di indonesia sendiri akibat dari perubahan iklim, yaitu timbulnya fenomena


El Nino dan La Nina. Fenomena perubahan iklim ini menyebabkan
menurunnya produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit bila tidak
mendapatkan hujan dalam 3 bulan berturut-turut akan menyebabkan
terhambatnya proses pembungaan sehingga produksi kelapa sawit untuk
jangka 6 sampai 18 bulan kemudian menurun. Selain itu produksi padi juga
menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau terendam banjir.
Akan tetapi pada saat fenomea La Nina produksi padi malah meningkat untuk
masa tanam musim ke dua.

Selain hujan, ternyata suhu juga bisa menentukkan jenis2 tanaman yg hidup
di daerah2 tertentu. Misalnya perbedaan tanaman yang tumbuh di daerah
tropis, gurun dan kutub. Indonesia merupakan daerah tropis, perbedaan suhu
antara musim hujan dan musim kemarau tidaklah seekstrim perbedaan suhu
musim panas dan musim kemarau di daerah2 sub tropis dan kutub. Oleh
karena itu untuk daerah tropis, klasifikasi suhu lebih di arahkan pada
perbedaan suhu menurut ketinggian tempat.
Perbedaan suhu akibat dari ketinggian tempat (elevasi) berpengaruh pada
pertumbuhan dan produksi tanaman. Sebagai contoh, tanaman strowbery akan
berproduksi baik pada ketinggian di atas 1000 meter, karena pada ketinggian
1000 meter pebedaan suhu antara siang dan malam sangat kontras dan
keadaan seperti inilah yg dibutuhkan oleh tanaman strawberry.

Jadi keeratan hubungan antara klimatologi dengan ilmu pertanian tercermin


dengan berkembangnya cabang klimatologi yang khusus dikaitkan dengan
kegiatan pertanian, yang disebut sebagai agroklimatologi. Agroklimatologi
atau klimatologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan
antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari
dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di
dalam kehidupan tanaman. Unsur-unsur iklim yang langsung mempengaruhi
pertumbuhan tanaman meliputi, curah hujan, kelembaban udara, suhu udara,
angin, cahaya dan panjang hari.
PERTEMUAN 2

A. Peranan Cuaca dan Iklim Terhadap Produksi Tanaman


Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan hasil akhir dari proses
fotosintesis dan berbagai fisiologi lainnya. Proses fotosintesis sebagai proses
awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika
yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian
energi kimia tersebut direduksi atau dirombak menjadi energi kinetik dan
energi termal melalui proses respirasi, untuk memenuhi kebutuhan internal
tanaman.

Selain radiasi surya, proses


fotosintesis sangat ditentukan oleh
ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan
suhu udara. Sedangkan proses
respirasi dan beberapa proses
metabolisme tanaman dipengaruhi
oleh suhu udara dan beberapa unsur
iklim lain. Selain proses metabolisme,
proses pembungaan, pengisian biji
dan pematangan biji atau buah Gambar 2 : Proses terbentuknya rumah kaca
tanaman padi juga sangat dipengaruhi
oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan
kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil
tanaman yang banyak ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji
atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama
radiasi surya dan suhu udara.

Berbagai proses fisiologi, pertumbuhan dan produksi tanaman sangat


dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu keadaan atmosfer dari saat ke saat selama
umur tanaman, ketersediaan air (kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh
curah hujan dalam periode waktu tertentu dan disebut sebagai unsur
iklim. Demikian juga, pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan
akumulatif dari proses fisiologi selama fase atau periode pertumbuhan
tertentu oleh sebab itu dalam pengertian yang lebih teknis dapat dinyatakan
bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh berbagai unsur
iklim (sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama pertumbuhan tanaman.

B. Hubungan Antara Unsur Iklim dan Hasil Tanaman


Secara teknis dalam budidaya tanaman,
hampir semua unsur iklim berpengaruh.
Namun masing-masing mempunyai
pengaruh dan peran yang berbeda teradap
berbagai aspek dalam budidaya tanaman.
Unsur iklim terhadap hasil tanaman
mempunyai pengaruh terhadap besarnya
jumlah produksi tanaman. Efektivitas dan
efisiensi pestisida untuk pengendalian
Gambar 3 : Skema hubungan antara iklim
hama dan penyakit pada tanaman juga
dan hasil tanaman
sangat ditentukan oleh curah hujan, suhu
udara dan kelembaban. Pengendalian hama terpadu (PHT) dengan
menggunakan musuh alami yang dimungkinkan atas dasar pengetahuan
tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca, suhu, curah hujan, kelembaban dan
faktor cuaca lainnya dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan pengendalian
hama penyakit, baik yang dilakukan dengan cara kimiawi, hayati maupun
kultur teknis.
C. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pertanian
Dampak perubahan iklim sangat
mempengaruhi kehidupan manusia.
Salah satu sektor yang paling
terpengaruh dengan perubahan
iklim adalah sektor pertanian.
Perubahan iklim akan berdampak
pada pergeseran musim, yakni
semakin singkatnya musim hujan
Gambar 4 : Peta distribusi hujan periode
namun dengan curah hujan yang lebih
tahun 1961-1990
besar. Sehingga, pola tanam juga akan
mengalami pergeseran. Perubahan iklim akan mempengaruhi hasil panen
yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin keringnya
lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem,
berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu,
kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang
sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di kutub yang
menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal ini dapat berujung
pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan
pangan menjadi sangat tidak pasti. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara
yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme pengganggu tanaman..
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
D. Pengaruh Faktor-faktor Iklim terhadap Hama dan Penyakit
Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh
faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur,
kelembaban udara relatif dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap
siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapause serangga.
Umumnya serangga-serangga hama yang kecil seperti kutu-kutuan menjadi
masalah pada musim kemarau atau rumah kaca karena tidak ada terpaan air
hujan. Pengaruh tidak langsungnya adalah kaitannya dengan musuh alami
hama baik predator, parasitoid dan patogen.

Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen,
virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi patogen. Pengaruh
perubahan iklim akan sangat spesifik untuk masing masing penyakit. Garret
et al. (2006) menyatakan bahwa perubahan iklim berpengaruh terhadap
penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi
tanaman dan patogen. Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap
ketahanan tanaman inang. Tanaman vanili yang stres karena terlalu banyak
cahaya akan rentan terhadap penyakit busuk batang yang disebabkan oleh
Fusarium. Ekspresi gejala beberapa penyakit karena virus tergantung dari
suhu. Dinamika lingkungan biotik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim.

E. Upaya Pencegahan
Untuk menekan dampak yang negatif akibat kejadian ekstrim atau
penyimpangan iklim, maka peningkatan kemampuan antisipasi sangat
diperlukan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi
penyimpangan iklim, langkah-langkah umum yang dapat dilakukan
diantaranya: (1) melakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif terhadap
penyimpangan iklim, (2) meningkatkan kemampuan peramalan sehingga
langkah-langkah antisipasi dapat dilakukan lebih awal, khususnya pada
daerah-daerah yang rawan, dan (3) menerapkan teknologi budidaya (dalam
bidang pertanian) yang dapat menekan risiko terkena dampak kejadian
puso. Secara umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara
teknis dan antisipasi sosial-kelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain :
a. Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi
banjir dan memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat
kekurangan air (kekeringan);
b. Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir;
c. Mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk
menyesuaikan pola tanam agar terhindar dari puso;
d. Meningkatkan sistem pengamatan cuaca sehingga antisipasi
penyimpangan iklim dapat diketahui lebih awal;
e. Memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk
penyusunan pola tanam dan memilih jenis tanaman yang sesuai;
f. Memilih tanaman yang sesuai dengan pola hujan;
g. Melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam
tanaman penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan
DAS (Daerah Aliran Sungai);
h. Pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air
bendungan atau checkdam, dan air daur ulang dari saluran pembuangan;
i. Efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air.

F. Pengaruh Iklim dalam Pertanian


1. Iklim
Iklim merupakan rerata curah hujan panjang, minimal per musim atau per
periode dan seterusnya. Sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu
waktu brjangkan pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan dan
maksimal semusim atau periode. Semua energi di alam raya termasuk
yang digunakan dalam proses genesis dan differensiasi tanah bersumber
dari enrgi panas matahari. Jumlah eneerrgi yang sampai ke permukaan
bumi tergantung pada kondisi cuaca, makin baik(cerah) cuaca makin
banyak enrgi yang sampai ke bumi, sebaliknya jika cuca buruk(berawan).
Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi matahari
menjadi enrgi mekanik atau panas. Apabila energi mekanik menimbulkan
gerakan udara atau angin yang memicu proses penguapan air melalui
mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non
tanaman(gabungannya disebut evapotranspirasi), maka energi panas
ditransformasikan oleh tetanaan menjadi energi kimiawi melalui
mekanisme fotosintesis yang kemudian digunakan oleh makhluk hidup
untuk aktivitasnya melalui mekanisme dekomposisi( humifikasi dan
mineralisasi) bahan organik, termasuk pencernaan usus manusia dan
hewan.

Diantara komponen iklim yang paling berperan adalha curah


hujan(presipitasi) dan tempratur. Berdasarkan nisbah antara P{Presipitasi
(hujan+ salju + embun)}; Et(evapotraspirasi), Walther Penck membagi
tanah didunia menjadi dua wilayah, yaitu:
a. Daerah humid( basah)apabila nisbah P: lebih besar 0,7 dan
b. Daerah arid( kering) apabila bernisbah kurang dari 0,7 Lang
membagi wilayah bumi berdasarkan nisbah R{curah hujan rerata
tahunan(mm)} : T {tempratur rerata tahunan (0C)} menjadi 4
wilayah, yaitu:
c. Daerah humid( lembab) apabila bernisbah antara 40- 160, yaitu
kawasan yang bercurah hujan lebih besar ketimbang
evapotranspirasi, sehingga proses mineralisasi lebih lambat
ketimbang humifikasi.Oleh karena itu, humus makin banyak
terbentuk dengan makin banyaknya hujan dan proses humifikasi
optimum pada nisbah 120. Tanah-tanah di wilayah ini terbagi
menjadi:
a) Tanah-tanah kuning atau merah dengan nisbah 40-60
b) Tanah-taanh coklat dengan nisbah 60-100 dan
c) Tanah-tanah hitam dengan nisbah 100-600
d) Daerah perhumid(sangat lembab), yaitu wilayah bernisbah leih
besar dari 160
d. Daerah Nival(basah), yaitu wialyah tanpa penguapaan sama sekali,
seperti di sebagian Eropa, Palestina dan Amerika Serikat.
Dua istilah yang sering juga dipergunakan adalah daerah pegunngan
dan tropika. Daerah pegunungan menurut Meyer adalah dataran
tinggi yang mempunyai nisbah N(jumlah hujan setahun) : S(defisit
kejenuhan=beda tekanan uap air maksimum pada tempratur tertentu
dan tekanan 76 cm Hg dengan kelembaban mutlak udara) untuk
semua bulan lebih dari 30 atau lembab sepanjang tahun. Daerah
Tropika menurut Thornwhite adalaah wilayah yang mempunyai
indek E-T lebih dari 128. Indeks E-T(Efisiensi Tempratur) adalah
jumlah nisbah{tempratur bulan (0F)-32} : 4 atahun selama
setahun(cit. Darmawijaya, 1990)

G. Pengaruh Insolasi Matahari


Radiasi matahari merupakan transfer energi dalam bentuk gelombang
elektromagnit yang dipancarkan oleh matahari. Sedangkan insolasi adalah
bagian dari radiasi matahari yang sampai pada permukaan bumi. Ini
mrupakan dasar dari segala energi eksogen yang mengubah aktivitas pada
bumi, dari gelombang panajang matahari yang di ubah menjadi gelombang
pendek dari matahari yang mengarah ke bumi
Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari
atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi.
Kedudukan matahari dalam setahun adalah :
 Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0º) tanggal 21
Maret
 Matahari beredar pada garis balik utara (23,5º LU) tanggal 21 Juni
 Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0º) tanggal 23
September
 Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5º LS) tanggal 22
Desember
 Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah
sebagai berikut.
 Daerah iklim tropis
Iklim Tropis terletak antara 0° - 23½° LU dan 0° - 23½° LS. Ciri – ciri
iklim tropis adalah sebagai berikut :
a. Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.
Umumnya suhu udara antara 20° - 23° C. Bahkan dibeberapa tempat
suhu tahunannya mencapai 30°C.
b. Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1° -
5° C, sedangkan amplitudo hariannya besar.
c. Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan
beraturan.
d. Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia.
 Daerah iklim subtropic
Iklim subtropis terletak antara 23½° - 40° LU dan 23½° - 40° LS. Daerah
ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri – ciri
iklim subtropis adalah sebagai berikut:
a. Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah
peralihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.
b. Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim
gugur, dan musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak
terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin.
c. Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
d. Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan
musim panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan
jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut Daerah
Iklim Tiongkok.

H. Pengaruh Curah Hujan


Sebagai pelarut dan pengangkut, maka air hujan akan mempengaruhi: (1)
komposisi kimiawi mineral-mineral penyusun tanah. (2) kedalaman dan
differensissasi profil tanah, dan (3) sifat fisisk tanah.
Adanya perubahan perbedaan komposisi kimiawi sebagai konsekuensi
berbedanya intensitas pelapukan terlihat pada tabel 1.1, yaitu:
1) Tanah daerah humid mempunyai bahan dan silikat larut, serta komponen
senyawa kimiawi utama yang selalu lebih rendah ketimbang tanah daerah
arid, dan
2) Nisbah besi-oksida: Al-oksida dan Mg-oksida : Ca-oksida pada tanah
daerah humid lebih dari satu, sedangkan pada tanah daerah arid kurang
dari satu.
Urutan nilai pelintian ini merupakan indikator makin intensetif pengaruh
curha hujan dalam melindi senyawa-senyawa kimiawi yang diwakili oleh
K2O, Na2O, CaO pada profil tanahnya ketimbang bahan induknya, sehingga
juga merupakan indikator:
1) Makin rendah kadarnya dan ketersediaan hara, kejenuhan basa-basa( Ca,
Mg, Na dan K), reaksi tanah(pH) dan muatan negati f koloid liat, apabila
tanah-tanah tersebut berasal dari bahan induk yang sama, secara umum
juga mencerminkan makin rendahnya kesuburan tanah
2) Makin banyaknya pembentukan liat oksida Al dan Fe yang bermuatan
negatif rendah bahkan dapat bermuatan positif sehingga berdaya- fiksiasi
tinggi terhadap anion-anion seperti fosfat, tetapi berdaya tukar rendah
terhadap terhadap kation-kation seperti K, ca dan Mg. Hal ini berdampak
negatif terhadap efisisensi pemupukan maupun ameliorasi(pembentukan
sifat kimiawi tanah)
3) Makin terdifferensiasinya horizon-horizon tanah baik secara kimawi
maupun fisik. Secara fisik, tanah-tanah akan mempunyai lapisan atas yang
gembur dan relatif tipis, tetapi secara keseluruhan akan bersolum tebal
bersifat kimiawi buruk dan bersifat fisis baik.
Curah hujan bekorelais erat dengan pembentukan tanah biomaass(bahan
organik) tanah, karena air merupakan komponene utama tetanaman maka
kurangnya curah hujan akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangnnya. Oleh karena itu, pada tanah-tanah daerah arid umumnya
dicirikan oleh rendahnya kadar BOT dan N, serta aktivitas mikrobia
heterotrofik, (pengguna bionass sebagai sumber energi dan nutrisi),
sebaliknya pada tanah-taanh daerah humid, bahkan pada kawasan-kawasan
rawa-rawa akan terbentuk tanah gambut yang ketebalannya dapat lebih dari
dua meter akibat terhambatnya mineralisasi dala proses dekomposisi
biomass(humifikasi lebih dominan)

I. Pengaruh Tempratur
Perbeedaan tempratur merupakan cerminan energi panas matahari yang
sampai ke suatu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu:
a. Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk
tanah, dengan mekanisme identik proses pelapukan bebatuan yang telah
diuraikan diatas,
b. Keanekaragaman hayati yang aktif, karena masing-masing kelompok
terutama mikrobia mempunyai tempratur optimum spesifik, sehingga
perbedaan tempratur akan menghasilkan jenis dan populasi mikrobia
yang berbeda pula. Umunya makin rendah atau tinggi tempratur dari titik
optimalnya akn diikuti oleh jenis dan populasi mikrobia yang makin
sedikit.
c. Kesempuranan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke
mineralisasinya.
Sebagai hasil dari fungsi 2 dan 3 ini maka kadar-kadar biomass tanah akan
brvariasi. Tanah yang terbentuk pada tempratur rendah (daerah kutub) akan
cenderung berkdar biomass rendah lagi mentah(fibrik), akibat tanaman yang
tumbuhumunya berbatang kecil dan lambatnya berkembang dan sedikitnya
populasi dan jenis mikrobia heterotrof yang aktif. Tanah yang terbentuk pada
tempratur tinggi(daerah arid) juga berkadar biomass rendah tapi
matang(saprik) karena cepat proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa
tanaman.
Tanah yang terbentuk pada daerah humid(sedang) akan mempunyai jenis dan
populasi mikrobia yang ideal, maka aktivitas biologis dalam dekomposisi
biomass juga akan ideal. Sumber biomassnya berlimpaha karena semua jenis
tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kadar biomass
tanah dan derajat kematangannya juga akan sedang(hemik), karena laju
proses humifikasi biomass seimbang dengan laju proses mineralisasinya.

Humifikasi adalah proses dekomposisi bahan organik tanah yang


menghasilkan senyawa-senyawa organik sederhana(seperti amina dari protein
monosakarida dari karbhohidrat) dan kumus sedangkan mineralisasi adalah
proses dekomposisi senyawa-senyawa organik sederhana menjadi senyawa-
senyawa atau ion-ion anorganik(seperti ammonium dan nitrat).
Aktifitas pembentukan tanah (pelapukan) akibat aktifitas iklim
1) Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh
perubahan volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi
lingkungan (berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman,
binatang, hujan dan petir), atau karena interupsi kedalam pori-pori atau
patahan batuan.
 Berkurangnya tekanan
Batuan beku yang penutupnya hilang, menyebabkan volume
berkurang sehingga lingkungannya berubah, akibat selanjutnya
tekanan pada batuan itu berubah. Oleh karena tekanan berubah maka
kemampuan memuai atau menyusut berbeda-beda pula pada
permukaan batuan, sehinga terjadilan retaka-retakan sejajar yang
menyebabkan pengelupasan batuan (ekfoliation)
 Insolasi
Batuan yang terkena panas matahari akan memuai, tetapi tingkat
pemuaian bagian luar dan bagian dalam tidak sama. Ketidaksamaan
tingkat pemuaian tersebut menyebabkan batuan mengalami pecah.
 Hidrasi
Oleh karena proses hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam pori-
pori atau bidang belah mineral. Peristiwa ini didahului oleh
pembentukan mineral baru. Masuknya air kedalam pori-pori atau
bidang belah mineral menyebabkan batuan menjadi lapuk.
 Akar tanaman
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan menyebabkan batuan
mengalami pelapukan fisik (pecah). Asam organik yang dikeluarkan
akan menyebabkan pelapukan kimiawi.
 Binatang
Binatang yang menggali batuan lunak menyebabkan batuan
mengalami pelapukan fisik pada batuan tersebut.
 Hujan dan Petir
Percikan air hujan dan petir menyebabkan batuan mengalami
pelapukan fisik pada batuan tersebut.
 Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental
atau beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari
dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau
panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara
menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus
menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
 Interupsi ke dalam Pori-pori atau celah batuan
1) Frost weathering(forst wedging)
Di daerah iklim dingin air membeku menyebabkan vulome
bertambah ± 10 % dan tekanannya bertambah ± 1 ton / inchi.
Proses ini mnyebabkan batuan pecah karena mengalami beku
celah (kryoturbasi).
2) Salt weathering
Di daerah iklim kering air menguap, menyebabkan garam-
garaman, misal NaCl, MgSO4, KCl mengendap didalam pori-
pori batuan tersebut meneka batuan hingga pecah.
3) Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh
reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas asam
arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk
mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pelapukan
kimiawi :
a. Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana
gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi mineral yang
mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang
akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi
dengan air, oksigen dan asam arang.
b. Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah adan panas misalnya
ilim hujan tropis akan mempercepat proses reaksi kimia,
sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
c. Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada
batuan tersebut berarti makin cepat pelapukannya.
a. Vegetasi dan binatang
Dalam hidupnya vegetai dan binatang menghasilkan asam-
asam tertentu, oksigen dan gas asam arang sehingga mudah
bereaksi dengan batuan. Artinya vegetasi dan binatang ikut
mempercepat proses pelapukan batuan.
Adapun jenis-jenis pelapukan kimiawi adalah sebagai berikut:
1. Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh air yang bereaksi langsung
dengan mineral penyusun batuan, terjadi pengantian kation metal seperti
K+, Na+, Ca++, Mg++, oleh ion H+. Bisa juga disebut reaksi senyawa
air dengan senyawa lain yang menyebabkan senyawa bersangkutan
terurai menjadi basa dan asam serta terlepas dari struktur mineral. Contoh
hidrolisa adalah seperti berikut:
4NaAlSiO3O8 + 6H2O ---------> Al4Si4O10(OH+8Si)2 + Na+
(albit) (air) +4OH à kaolinit
2. Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan reaksi oksigen terhadap mineral
besi terhadap batuan terutama jika batuan dalma keadaan basah.
Pengaruh oksidasi tampak jelas pada batuan yang mengandung besi.
Perubahan warna akibat oksidasi dapat mudah diamati. Salah satu
reaksinya dapat digambarkan dalam persamaan berikut:
4FeO + 3H2O + O2 -------> 2FeO33H2O
Warna coklat pada batuan itu menunjukkan hasil oksidasi batuan yang
mengandung besi.
3. Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang dusebabkab oleh CO2 dan air membentuk senyawa
ion bikarbonat (HCO3) yang aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang
mengandung kation-kation Fe, Ca, Mg,Na dan K. Pada proses ini tejadi
dekomposisi pada batuan atau perubahan fisik. CO2 bekerja sebagai
faktor pelapuk yang terpenting, air yang mengandung asam arang
mempunyai daya melapukkan yang kuat. Gas asam arang dalam air itu
diperoleh dari udara atau dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batuan yang paling
mudah lapuk oleh proses karbonasi adalah batu gamping,dekomposisi
batuan gamping adalah seperti berikut:
CaCO3 + H2O + CO2 -------> Ca (HCO3)2
CaCO3 : calsite
CaCO2 : Cacium bicarbonate
Cacium bicarbonate itu mudah larut dalam air, dengan demikian air yang
mengandung CO2 lebih mudah melarutkan Cacium bicarbonate (CaCO3)
dari pada yang tidak mengandung CO2.
4. Hidrasi
Hidarasi berarti adsorpsi air, ardsorpsi air adalah penarikan air oleh
sesuatu zat, tetapi tidak terus masuk ke dalam zat tersebut, melainkan
hanya di permukaan saja. Berbeda dengan absorpsi dimana meresapkan
zat yang tertangkap itu ke dalam seluruh zat penangkap. Contoh:
2Fe2O3 + 3H2O ----------> 2Fe2O33H2O
(hematit) (air) (limonit)
Dengan demikian, volume limonit>hematit, kristalin menjadi
nonkristalin.
5. Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada
batuan terutama basaltis.
6. Pelarutan atau penghancuran (solution/dissolution)
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan oleh mineral yang mengalami
dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contoh: kuarsa mengalami
pelarutan.
SiO2 + 2H2O --------> Si(OH)4
7. Pelapukan organic
yaitu pelapukan yang disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat
mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya
akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah
disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan.
Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap
oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas
penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
8. Gerakan massa batuan (mass wasting)
Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di
lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air.
Ada yang menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi
dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena
memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga
gaya berat batuan itu turut bekerja. Pada batuan yang mengandung air,
gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering.
Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah
sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya
sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi
diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada
dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik
bumi.

J. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian


Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor strategis di Indonesia. Peran sektor
pertanian sangat penting terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia
terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan
pekerjaan.

Sebagai negara agraris, kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan


perekonomian sudah semakin menurun. Salah satu penyebab penurunan pada
sektor pertanian adalah akibat adanya perubahan iklim yang tidak menentu.
Hal tersebut memberikan dampak besar bagi keberalngsungan pada sektor
pertanian. Perubahan iklim global tersebut disebabkan antara lain oleh adanya
peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang
mendorong peningkatan suhu bumi.

Perubahan pada iklim global ini mempunyai dampak yang buruk


terhada[ keberlangsungan pembangunan pertanian. Perubahan iklim tersebut
dipengaruhi tiga unsur iklim dan komponen alam yang erat kaitannya dengan
pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang berdampak pada unsur iklim
lainnya, terutama kelembapan dan dinamika atmosfer. Selain itu, berubahnya
pola curah hujan dan semakin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim
(anomaly iklim) seperti El-Nino dan La-Nina.
Terjadinya perubahan iklim tersebut berdampak langsung pada pergeseran
musim yang menyulitkan para petani menetukan masa tanam dan masa panen
bagi tanaman mereka. Selain itu, fluktuasi suhu dan kelembapan udara yang
semakin meningkat dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
organisme pengganggu tanaman.

Pengaruh iklim terhadap sektor pertanian yang menjadikan banyak dampak


bagi perubahan iklim menjadi isu strategis dikarenakan persoalan ini dapat
mengancam kepentingan nasional suatu bangsa. Perubahan temperature
secara global memicu terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan, hujan
badai ektrem yang dapat menganggu keberlangsungan ritme pertanian di
Indonesia.

PERTEMUAN 2

A. Atmosfer
1. Pengertian Atmosfer
Atmosfer taerdiri dari kata atmos yang berarti uap dan sphaira yang berarti
bola. Atmosfer adalah bulatan udara yang membungkus bola bumi.
Atmosfer termasik bagian bumi. Karena pengaruh gaya berat, maka
atmosfer berputar atau berotasi bersama-sama bumi setiap hari, serta
beredar mengelilingi matahari setiap tahun(berevolusi). Tebal atmosfer
mancapai kurang lebih 1.000 km. Semakin tinggi lapisan udara,
tekanannya semakin rendah. Untuk mengetahui komposisi gas yang
terkandung dalam atmosfer secara terperinci dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
No. Unsur kimia Lambang Volume
(%)
1 Netrogen / zat lemas N2 78.08
2 Oksigen / zat pembakar O2 20.95
3 Argon Ar 0.93
4 Asam arang CO2 0.03
5 Neon Ne 0.0018
6 Helium He 0.00015
7 Kripton Kr 0.00011
8 Xenon Xe 0.00005
9 Nitrous oksida N2O 0.00005
10 Hidrogen H2 0.00005
dari empat unsur pokok yang saling mempengaruhi:
a. Matahari.
b. Posisi suatu daerah terhadap garis lintang bumi.
c. Atmosfer.
d. Relief muka bumi.

2. Kegunaan Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan dalam kehidupan di permukaan bumi antara
lain.
o Melindungi bumi dari jatuhnya benda angkasa seperti meteor, komet
dll.
o Menjaga temperatur udara di permukaan bumi agar tetap bermanfaat
untuk kehidupan
o Memantulkan gelombang radio
o Membantu menjaga stabilitas suhu udara siang dan malam
o Menyerap radiasi dan sinar ultraviolet yang sangat berbahaya bagi
manusia dan makhluk bumi lainnya.
o Menciptakan cuaca, berupa hujan dan salju sehingga terjadilah musim
panas dan musim dingin.
o Sarana berlangsungnya proses pembakaran, tanpa udara kita tidak
dapat menyalakan api, bernafas, dan sebagainya
Selain itu gas-gas yang ada di atmosfer mempunyai peran masing-masing
antara lain:
a. Nitrogen untuk pertumbuhan tanaman
b. Oksigen untuk pernafasan
c. Karbondioksida untuk fotosintesis
d. Neon untuk lampu listrik
e. Ozon untuk menyerap sebagian radiasi matahari

3. Lapisan-lapisan Atmosfer
Atmosfer terdiri atas beberapa lapisan:
a. Troposfer
Gejala cuaca (awan, petir, topan, badai, dan hujan) terjadi di lapisan
ini. Pada lapisan troposfer terdapat penurunan suhu yang terjadi
karena troposfer menyerap sangat sedikit radiasi gelombang pendek
dari matahari, sementara permukaan tanah memberikan panas pada
lapisan troposfer yang terletak di atasnya (dapat melalui konduksi,
konveksi, adveksi, dan turbulensi), serta ada proses kondensasi dan
sublimasi yang dilepaskan oleh uap air atmosfer.
 Konduksi : proses pemanasan secara merambat atau
bersinggungan.
 Konveksi : proses pemanasan secara vertikal.
 Adveksi : proses pemanasan secara horizontal.
 Turbulensi : proses pemanasan secara tidak beraturan.
 Kondensasi : proses pendinginan yang mengubah wujud uap air
menjadi air.
 Sublimasi : proses perubahan wujud es menjadi uap air.
Ciri-ciri lapisan troposfer:
1) Pertukaran panas banyak terjadi pada troposfer bawah, sehingga
suhu turun dengan bertambahnya ketinggian pada situasi
meteorologi (ilmu tentang cuaca). Nilainya berkisar antara 0,5°C
dan 1°C tiap 100 meter dengan nilai rata-rata 0,65°C tiap 100
meter. Di wilayah dataran rendah setiap kenaikan 100 meter, suhu
akan mengalami penurunan 0,5° C.
2) Udara troposfer atas sangat dingin sehingga lebih berat
dibandingkan dengan udara di atas tropopause yang menyebabkan
udara troposfer tidak dapat menembus tropopause.
3) Ketinggian tropopause lebih besar di ekuator daripada di daerah
kutub. Di ekuator, tropopause terletak pada ketinggian 18 km
dengan suhu -80°C. Sedangkan di kutub tropopause hanya
mencapai ketinggian 6 km dengan suhu -40°C. Tropopause
adsalah lapisan udara yang terdapat di antara troposfer dengan
stratosfer.
- Ketinggian troposfer: 0 - 15 km
- Suhu lapisan troposfir: 17 - 52 derajat celcius
- Kurang lebih 80% gas atmosfer berada pada bagian ini
b. Stratosfer
- Ketinggian stratosfer: 15 - 40 km
- Suhu lapisan stratosfer: -57 derajat celcius
- Lapisan ozon yang memblokir atau menahan sinar ultraviolet
berada pada lapisan ini.
Lapisan kedua dari atmosfer adalah stratosfer, Stratosfer berada pada
ketinggian entara 12 km hingga 50 km. Lapisan yang membatasi
troposfer dan stratosfer disebut tropopause.
 Lapisan stratosfer dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut :
a) Lapisan isoterm yang memiliki temperatur -500 C dan
terletak pada ketinggian 35 km hingga 50 km.
b) Lapisan ozonosfer yang memiliki temperatur yang berubah-
ubah antara - 50· C dal1 50· C terletak pada ke¬i tinggian 35
km hingga 50 km.
 Ciri-cirilain lapisan ini adalah sebagai berikut.
a) Tidak terjadi turbulensi dan sirkulasi udara pada lapisan ini.
b) Stratosfer merupakan satu-satunya lapis an yang
mengan¬dung gas ozon. Volume gas ozon relatif kecil,
namun berperan sangat besar untuk melindungi bumi dari
radiasi ulraviolet yang berlebihan. Radiasi ultraviolet (uv)
yang tinggi berbahaya bagi makhluk hidup, misalnya dapat
menyebabkan kanker kulit pada manusia.
c. Mesosfer
Lapisan ketiga dari selubung atmosfer adalah lapisan mesosfer dengan
ketinggian mulai dari 55 km-80 km dari permukaan bumi. Ciri-ciri
lapisan mesosfer adalah sebagai beikut:
- Suhu semakin berkurang pada ketinggian 55 km.
- Merupakan tempat terbakarnya meteor-meteor hingga terurai dan
jatuh ke permukaan bumi.
- Terdapat lapisan antara yang disebut mesopause, di mana pada
lapisan ini terjadi refleksi (pemantulan) gelombang radio dengan
ketinggian 50-90 km di atas permukaan bumiyang disebut dengan
lapisan D, dipancarkan dari bumi untuk kemudian diterima oleh
tempat-tempat lainnya.
- Ketebalan Mesosfer: 45 - 75 km
- Suhu lapisan stratosfer: -140 derajat celcius
- Suhu yang sangat rendah dan dingin dapat menyebabkan awan
noctilucent yang terdiri atas kristal-kristal es
d. Thermosfer (Ionosfer)
Lapisan keempat selubung atmosfer disebut lapisan thermosfer
(ionosfer) denagn ketonggian mulai dari 80 km-800 km dari
permukaan bumi. Ciri-ciri lapisan ini adalah sebagai berikut:
- Pada lapisan ini terjadi invers suhu sangat tajam akibat
penyerapan radiasi sinar X dan ultraviolet yang dipancarkan
matahari.
- Pada ketinggian 90-120 km di atas permukaan bumi, terjadi
ionisasi di lapisan E yang disebabkan oleh sinar X dari matahari,
terdiri dari nitrogen dan eksgen.
- Pada lapisan F pada ketinggian 150-300 km lebih terjadi ionisasi
karena sinar ultraviolet dari cahaya matahari banyak mengandung
ionitrigen.
- Lapisan ionosfer sangat berguna untuk telekomunikasi karena
lapisan ini dapat memantulkan gelombang-gelombang radio yang
berfrekuensi lebih tinggi, misalnya gelombang yang dipancarkan
oleh stasiun pemancar televisi ke bumi dan diterima keseluruh
dunia.
- Ketebalan themosfer: 75 - 100 km
- Suhu lapisan stratosfer: 80 derajat celcius
- Ketebalan ionosfer: 50 - 100 km
- Adalah lapisan yang bersifat memantulkan gelombang radio.
Karena ada penyerapan radiasi dan sinar ultra violet maka
menyebabkan timbul lapisan bermuatan listrik yang suhunya
menjadi tinggi
Lapisan Termosfer Berada di atas mesopouse dengan ketinggian
sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Pada lapisan
ini, gas-gas akan terionisasi, oleh karenanya lapisan ini sering juda
disebut lapisan ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah menjadi
oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-
gas atmosfer lainnya akan menghasilkan panas, yang akan
menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. Suhu pada
lapisan ini akan meningkat dengan meningkaknya ketinggian.

e. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu :


- Lapisan Udara E
Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl.
Lapisan ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan
ini dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan HEAVISIDE
dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara
di sini berkisar – 70° C sampai +50° C .
- Lapisan udara F
Terletak antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga
lapisan udara APPLETON.
- Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom.
Letaknya lapisan ini antara 400 – 800 km. Lapisan ini menerima
panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya mencapai
1200° C.
f. Eksosfer atau Dissipasisfer
Eksosfer adalah lapisan bumi yang terletak paling luar. Pada lapisan
Eksosfer terdapat refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh
partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut
juga dikenal sebagai cahaya Zodiakal.

Sifat-sifat lapisan eksosfer :


- Eksosfer lapisan atmosfer kelima, terletak pada ketinggian 800-
1000 km dari permukaan bumi.
- Lapisan Eksosfer merupakan lapisan paling panas
- Molekul debu dapat meninggalkan atmosfer sampai ketinggian
3.150 km dari permukaan bumi
- Lapisan Eksosfer disebut juga ruang antarplanet dan geostasioner
- Lapisan Eksosfer sangat berbahaya karena merupakan tempat
terjadi kehancuran meteor dari angkasa luar.
- Suhu lapisan eksosfer -57 derajat celcius.

g. Karbon di Amosfer
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas
karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian
yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar
0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan),
namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan.
Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan
kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau
buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya
di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan
dalam pemanasan global.
1) Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
- Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa
untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan
melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih
banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang
baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami
pertumbuhan yang cepat.
- Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih
dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2
yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin
yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke
kedalaman laut atau interior laut (lihat bagiansolubility
pump).
- Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan
produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan
yang mengandung karbon, beberapa organisme juga
membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh
lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran
karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
- Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses
sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam
reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan
batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2
atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke
laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut
dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
2) Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula,
yaitu:
- Melalui pernapasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang.
Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di
dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya)
menjadi karbon dioksida dan air.
- Melaluipembusukanbinatang dan tumbuhan. Fungi atau
jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang
dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi
karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana
jika tidak tersedia oksigen.
- Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi
karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga
yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil
seperti batu bara, produk dari industri perminyakan,
(petroleum) dan gas alam akan melepaskan karbon yang
sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal
inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah
karbon dioksida di atmosfer.
- Produksi semen.Salahsatukomponennya, yaitu kapur atau
gamping atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara
memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan
menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang
banyak.
- Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon
dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
- Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan
gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon
dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas
ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon
dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat;
Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan
memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan
tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di
atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.

B. Pemanasan Global
1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada
permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama
seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1]
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains
nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa
ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004


dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980. Model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F)
antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan
oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas
rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang
berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga
2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus
berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah
kaca telah stabil.Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-


perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.

2. Penyebab Pemanasan Global


a. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
b. Efek Umpan Balik
Nasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai
proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas
rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2
sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air
absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan
agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini
hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia
yang panjang di atmosfer. Umpan balik penting lainnya adalah
hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika
suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan
kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan
maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit
bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih
banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan
3. Dampak Pemanasan Global
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan
oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia
sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang
rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya
pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
o Kenaikan Temperatur Global, menyebabkan mencairnya es di kutub
utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa
air laut, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan
produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu
karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu,
naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan
daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi
masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari
masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan
yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut.
o Pergeseran Musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah
hujan. Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi
pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di
beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga
meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara
di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi
menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai
(DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin
tajam. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya
banjir atau kekeringan. Kondisi ini akan semakin parah apabila daya
tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi.

Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa


sektor:
- Kehutanan.
Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan
suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang
mampu beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan
berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak mampu
beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan
yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan,
sehingga menyebabkan rumput-rumput dan ranting yang mengering
mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan punahnya
berbagai keanekaragaman hayati.
- Perikanan.
Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan
terumbu karang, dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai
habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air laut yang meningkat juga
memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan suhu
secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa
matinya terumbu karang dan migrasi ikan, secara ekonomis,
merugikan nelayan karena menurunkan hasil tangkapan mereka.
- Pertanian.
Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap
perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim
dan perubahan pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada pola
pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen,
kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan
kekeringan. Sehingga akan terjadi penurunan produksi pangan di
Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi
ketahanan pangan nasional.

C. Modifikasi Mikroklimat
Iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas,
komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan tanaman, hewan dan
manusia terutama dalam kaitannya dengan kegiatan pertanian yang dilakukan
di dalam lingkup ruangan bukan pada lahan luar.

Modifikasi iklim mikro adalah upaya untuk menciptakan lingkungan agar


lebih optimal (atau paling tidak lebih baik) untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dalam kegiatan pertanian.
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas,
tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan tumbuhan, hewan,
dan manusia, karena kondisi udara pada skala mikro ini yang akan berkontak
langsung dengan (dan mempengaruhi secara lansung) makhlukmakhluk hidup
tersebut. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan mempengaruhi tingkah laku dan
metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, sebaliknya
keberadaan makhluk tersebut (terutama tumbuhan) akan pula mempengaruhi
keadaan iklim mikro di sekitarnya. Antara mAkhluk hidup dan udara di
sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi satu sama lain.

Keberadaan bangunan fisik buatan manusia dan benda-benda alami pada


suatu lingkungan juga mempunyai pengaruh terhadap iklim mikro setempat,
misalnya terhadap suhu udara, kecepatan arah angin, intensitas dan lama
penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan, dan kelembaban udara.
Keragaman dari unsur-unsur iklim in disebabkan karena perbedaan
kemampuan dari benda-benda tersebut dalam menyerap radiasi matahari,
menyiram air, dan keragaman rupa fisiknya.

Pengetahuan tentang sifat-sifat benda atau bahan sehubungan dengan


kemampuannya untuk menyerap, memantulkan, atau meneruskan radiasi
matahari serta kemampuannya dalam menyerap dan menahan air, sering
dimanfaatkan menusia dalam usahanya untuk memodifikasi iklim mikro.

Modifikasi iklim mikro sering dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan


lingkungan yang lebih nyaman bagi manusia atau untuk menciptakan
lingkungan yang lebih optimal (atau paling tidak lebih baik) untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pendekatan lain untuk
memodifikasi iklim mikro yang dilakukan manusia diantaranya adalah
dengan merubah kelembaban udara dan temperatur.
1. Radiasi Surya
2. Radiasi matahari, yakni sumber utama energi bumi yang mempengaruhi
cuaca dan iklim. Baik bumi maupun matahari, pada dasarnya beradiasi
sebagai blackbodies, yakni benda-benda yang memancarkan panjang
gelombang yang hampir sama dengan jumlah radiasi maksimum teoritis
dari temperatur-temperaturnya. Energi maksimum radiasi matahari berupa
gelombang pendek dalam rentang-nilai-tampak (visible range) adalah dari
0,4 sampai 0,8 µm.

Radiasi surya terdiri dari spektra ultraviolet dengan panjang gelombang


kurang dari 0,38 mikronyang berpengaruh merusak karena daya bakarnya
sangat tinggi, spektra Photosynthetically Active Radiation yang berperan
membangkitan proses fotosintesis dan spektra inframerah dengan lebih
dari 0.74 mikron yang merupakan pengatur suhu udara. Spektra radiasi
PAR dapat dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita spektrum yang masing-
masing memiliki karakteristik tertentu. Ternyata spektrum biru
memberikan sumbangan yang paling potensial dalam fotosintesis.

Matahari merupakan sumber energi bagi proses-proses juga seluruh


aktifitas yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber
kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab pokok dari perubahan-
perubahan dan pergerakan-pergerakan di dalam atmosfer sehingga dapat
dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca.Bagian dari radiasi surya
yang sampai ke permukaan bumi disebut insolasi. Intensitas Radiasi
Matahari merupakan absorbasi energi matahari dalam satuan per
cm2/menit. Intensitas Radiasi Matahari merupakan fungsi dari sudut sinar
matahari yang mencapai bagian yang lengkung dari permukaanbumi.

Radiasi surya yang sampai di permukaan bumi terdiri dari tiga komponen,
yaitu langsung, baur dan global. Radiasi global merupakan gabungan
langsung dan baur. Radiasi langsung dapat pula dibagi dua bentuk yaitu
radiasi langsung normal dan horizontal. Radiasi langsung normal dan
horizontal digunakan bila memperkirakan radiasi pada permukaan datar,
miring dan tegak. Permukaan miring meliputi lereng bukit/gunung
(pertanian dan perkebunan), plat penadah miring (pengeringan, rumah
kaca, pemanas air surya, panel sel surya, atap rumah dll). Radisi pada
permukaan tegak bangunan (dinding). Radiasi pada permukaan datar di
pertanian dan perikanan (penguapan di hamparan sawah, bentangan kolam
dan bendungan dll). Untuk memperkirakan radiasi pada permukaan miring
dan tegak, sudut kemiringan dan orientasi permukaan merupakan faktor
penentu (Lizenhs, 2010).

Penyinaran atau isolasi adalah penerimaan energi matahari oleh


permukaan bumi, bentuknya adalah sinar-sinar bergelombang pendek yang
menerobos atmosfer. Sebelum mencapai permukaan bumi sebagian hilang
karena absorbsi. Adapun yang berhasil sampai ke bumi kemudian
dilepaskan pula melalui refleksi; ini terutama terjadi di kedua daerah kutub
bumi dan di dataran-dataran salju serta perairan, (Budiwati, 2003).

3. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena gerak
udara tersebut setiap 1 cm2 bidang datar dari permukaan bumi hingga
atmosfer. Satuan yang digunakan adalah 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara adalah barometer.
Analisa tekanan udara di Indonesia dilakukan oleh Badan meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika yang digunakan untuk meramalkan cuaca di
Indonesia.

Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan


massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan
menggunakan barometer. Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis
yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut
sebagai isobar. Tekanan udara secara horizontal yaitu variasi tekanan
udara dipengaruhi suhu udara, bahwa daerah yang suhu udaranya tinggi
akan bertekanan rendah dan daerah yang bersuhu udara rendah tekanannya
tinggi. Pola penyebaran tekanan udara horizontal dipengaruhi lintang
tempat, penyebaran daratan dan lautan, dan pergeseran posisi matahari
tahunan.

Tekanan udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, makin tinggi tempat


dari permukaan air laut maka tekanan udara makin menurun. Hal ini
disebabkan karena gradien tekanan udara vertikal. Gradien vertikal ini
tidak selalu tetap, sebab kerapatan udaradipengaruhi oleh faktor suhu,
kadar uap air di udara dan juga gravitasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran tekanan udara antara lain


lintang bumi, lautan dan daratan untuk menggambarkan tekanan udara
suatu daerah, ditarik garis-garis isobar. Garis ini menggambarkan sebaran
tekanan udara pada suatu pereode tertentu. Tekanan udara selalu turun
dengan naiknya ketinggian.

Tipe tekanan udara sangat bervariasi dalam lama dan ukurannya. Tipe
sistem tekanan udara yang pelu kita ketahui adalah tekanan rendah dan
tekanantinggi. Tekanan rendah yaitu untuk daerah-daeah yang mempunyai
tekanan udara yang lebih rendah dai tekanan udara di daerah sekelilingnya.
Ada suatu daerah yang mempunyai tekanan yang rendah dan memanjang
disebut palung. Sedangkan tekanan tinggi yaitu daerah-daerah yang
mempunyai tekanan yang lebih tinggi dari daerah sekelilingnya. Bila
daerah mempunyai tekanan tinggi dan memanjang disebut ridge (Lyle
2001).

4. Suhu (Suhu Tanah dan Suhu Udara)


Suhu tanah sebagai sifat tanah yang penting, digunakan untuk
mengklasifikasikan tanah. Klas suhu tanah didefinisikan menurut suhu
tanah tahunan rata-rata pada mintakat akar, ini ditentukan pada 5 sampai
100 sentimeter. Penggunaan tanah untuk pertanian dan kehutanan
berhubungan penting dengan suhu tanah karena kebutuhan tumbuhan
terhadap suhu yang khas (Foth 2003).

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Semakin tinggi suhu suatu benda,
maka semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam
suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-
atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga
disebut temperature (Anonim 2007).

Suhu di permukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang


seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada
penyebaran suhu secara vetikal permukaan bumi merupakan sumber
pemanasan sehingga makin tinggi tempat makin rendah suhunya
(troposfer). Sedangkan penyebaran suhu menurut letak lintang, sumber
energi utama berasal dai daerah tropika (antara 30° LU-30° LS) yang
merupakan penerima energi radiasi surya terbanyak. Sebagian energi
tersebut dipindahkan ke daerah lintang tinggi untuk menjaga
keseimbangan energi secara global (Ansar 2006).

Suhu tanah ditentukan oleh interaksi sejumlah faktor. Semua panas tanah
berasal dari dua sumber: dari radiasi matahari dan awan serta konduksi
dari dalam bumi. Kedua faktor eksternal (lingkungan) dan internal (tanah)
menyumbang perubahan-perubahan suhu tanah. Jumlah aliran panas dalam
tanah mempengaruhi suhu. Suhu tanah berhubungan dengan suhu udara
dan vise versa. Kedua suhu tanah dan udara mempengaruhi pertumbuhan
tanaman (Lubis 2007).
Untuk mengatur suhu tanah bukanlah kemampuan manusia secara pribadi,
tapi suhu tanah tersebutdapat di kontrol dengan cara yaitu dengan
menutupi mulsa organik pada tanah, dan pengaturantanaman residu yang
keduanya dapat mempengaruhi implikasi biologi, juga bisa dengan mulsa
plastikyang biasanya diberikan untuk perkebunan dan terakhir dapat
dengan cara mengatur penguapan tanah (Brady and Weil 2000)

5. Kelembaban Udara
Kelembaban tanah merupakan keadaan keseimbangan kandungan air
dengan suhu di dalam tanah yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Kelembaban relatifudara dapat diukur langsung dengan alat hygrometer
yang sensornya berupa higroskopis.Kelembapan mutlak adalah kandungan
uap air yang dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannyaper
satuan volume (Foth 2003).

Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah


uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja
dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2% dari jumlah massa. Akan
tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau
dari segi cuaca dan iklim (Siswoyo 2010).

Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan


kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual
dari tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukanoleh
ketersediaan air ditempat tersebut serta energi untuk menguapkannya
(Ansar 2006).

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat


dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun
defist tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat
dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) persatu air aktual
dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung
uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersbeut (pada keadaan
jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit tekanan uap air
adalah slisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-
masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju
penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap
air daripada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan
akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan
uap air aktualnya relatif rendah (Holton J.R, 2006).

Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh)


tergantung pada suhu udara. Defisit tekanan uap air adalah selisih antara
tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap aktual. Pengembunan akan
terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100 % (Abuhaniya, 2009).

6. Curah Hujan
Presipitasi adalah pembentukan hujan, salju dan hujan batu yang berasal
dari kumpulan awan. Awan–awan tersebut akan bergerak mengelilingi
dunia, yang diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan
tersebut bergerak menuju pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin
dan kemudian segera menjadi jenuh air yang kemudian jatuh sebagai
hujan, salju, dan hujan batu, tergantung pada suhu di sekitarnya(Warsito
2007).
Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks dan bervariasi dari
tempat yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim pada tempat
yang sama dan dari waktu hujan yang berbeda. Air hujan terdiri atas ion-
ion natrium, kalium, kalsium, khlor, bikarbonat, dan sulfat yang
merupakan jumlah yang besar bersama-sama (Anonim 2008).
Pencatat hujan atau disebut juga recording garage biasanya dibuat
sedemikian, sehingga dapat bekerja secara otomatis. Dengan alat ini
dimungkinkan pencatatan tinggi hujan setiap saat, sehingga intensitas
hujan pada saat tertentu dapat diketahui pula. Di pasaran telah terdapat
beberapa tipe yang diproduksi antara lain pencatat jungkit dan pencatat
pelampung (Soemarto 2007).

Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau
yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah
yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili
wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling
banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut
ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air
hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini
merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang
dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah. (Jumin,
2002).

Peranan air dalam kehidupan sangat besar. Mekanisme kompleks


kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa kehadiran air. Bagian terbesar
bumi dan makhluk hidup juga terdiri air. Air yang berasal dari hujan
merupakan fenomena alam yang paling penting bagi terjadinya kehidupan
di bumi. Butiran hujan selain membawa molekul air juga membawa materi
yang penting bagi kehidupan seperti pupuk bagi tumbuhan (LIPI,2007).

7. Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara, dari
suatu tempat ke tempat yang lain secara horizontal. Gerakan angin
biasanya berasal dari daerah yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah,
selain itu angin juga mempunyai arah dan kecepatan.Udara yang bergerak
yang merupakan elemen penting bagi iklim dan cuaca, juga memilik
fungsi kendali karena perannya sebagai pengangkut panas dari satu
kawasan yang memiliki kelebihan panas ke kawasan yang kekurangan
panas (Kartasapoetra 2001).

Angin disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara yang


merupakan hasil dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar
matahari terhadap tempat-tempat yang berbeda di permukaan bumi.
Keadaan ini mengakibatkan naiknya sejumlah besar massa udara yang
ditandai dengan timbulnya sifat khusus, yaitu terdapatnya tekanan udara
tinggi dan rendah. Sebagai contoh, massa udara yang bertekanan dibentuk
di daerah-daerah kutub, sedangkan massa volume yang bertekanan rendah
yang kering dan panas berkumpul di daerah subtropik (2008).

Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan


air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian-kejadian
hujan. Untuk terjadinya hujan, diperlukan adanya gerakan udara lembab
yang berlangsung terus menerus. Dalam hal ini, angin berfungsi sebagai
tenaga penggerak terjadinya gerakan udara lembab tersebut. Peralatan
yang digunakan untuk menentukan besarnya kecepatan angina dinamakan
anemometer (Karmini 2008).

Angin adalah gerakan udara yang disebabkan perubahan suhu, yang


selanjutnya yang menyebabkan perubahan tekanan. Tekanan udara naik
jika suhunya rendah dan turun jika suhunya tinggi. Penyebab terjadinya
angin karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara
pada suatu daerah atau wilayah. Semakin cepat kecepatan angin, maka
semakin besar gaya gesekan pada permukaan laut dan semakin besar arus
permukaan. (Wibisono, 2005)
Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi,
dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin.
Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub
pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 90o
sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini
banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang
menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui
gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau ke atas (Usman,
2004).

8. Evapotranspirasi
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut
evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah
cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi
potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi
itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi
maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti.
Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan
kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting
dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara
penentuannya yang telah diadakan.

Evapotranspiration adalah efek gabungan dari penguapan air dari tanah


lembab dan aliran transpirasi air oleh tanaman yang tumbuh (Kijne, 1974)
potensi Evapotranspiration (Ep), jumlah maksimum uap yang bisa
ditransfer dari suatu area ke suasana di bawah kondisi Meteorologi
sebenarnya Evapotranspiration (Ea), adalah jumlah maksimum uap yang
bisa ditransfer dari suatu area ke atmosfer yang tidak hanya tergantung
pada kondisi Meteorologi , tetapi juga pada ketersediaan air untuk
memenuhi permintaan atmosfer dan, dalam kasus vegetasi,
kemampuannya untuk mengekstrak kelembaban dari tanahSering kali,
para ilmuwan membedakan antara dua aspek yang berbeda dari
evapotranspiration: potensi evapotranspiration dan evapotranspiration
yang sebenarnya. Potensi evapotranspiration atau PE adalah ukuran
kemampuan atmosfer untuk menghilangkan air dari permukaan melalui
proses penguapan dan aliran transpirasi dengan asumsi tidak ada kontrol
pasokan air. Sebenarnya evapotranspiration atau AE adalah jumlah air
yang benar-benar dihapus dari permukaan akibat proses aliran transpirasi
dan penguapan. Ilmuwan mempertimbangkan dua jenis evapotranspiration
untuk tujuan praktis dari pengelolaan sumber daya air. Di seluruh dunia
manusia terlibat dalam produksi berbagai tanaman tanaman. Banyak dari
tanaman ini tumbuh di lingkungan yang secara alami kekurangan air.
Sebagai akibatnya, irigasi digunakan untuk melengkapi kebutuhan air
tanaman itu. Manajer dari tanaman ini dapat menentukan berapa banyak
air tambahan yang diperlukan untuk mencapai produktivitas maksimum
dengan memperkirakan potensi dan sebenarnya evapotranspiration.
Perkiraan nilai-nilai ini kemudian digunakan dalam persamaan berikut:
tanaman kebutuhan air = potensi evapotranspirasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh (Ward, 1967, Priciples of Hydrology)
a. Faktor-faktor meteorologi: Radiasi matahari, Suhu udara dan
permukaan, Kelembaban, Angin, Tekanan Barometer.
b. Faktor-faktor geografi: Kualitas air, Jeluk tubuh air, Ukuran dan
bentuk permukaan air.
c. Faktor-faktor lainnya: Kandungan lengas tanah, Karakteristik kapiler
tanah, Jeluk muka air tanah, Warna tanah, Tipe kerapatan dan
tingginya vegetasi, Ketersediaan air.
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk
gas. Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi yaitu penguapan air
secara langsung dari lautan, danau, sungai dan transpirasi merupakan
penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan yang lainya. Gabungan antara
evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto 2000).
Tidak semua presipitasi yang mencapai permukaan secara langsung
berinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di atas permukaan tanah.
Sebagian darinya, secara langsung atau setelah penyimpanan permukaan
atau bawah permukaan, hilang dalam bentuk evaporasi, yaitu proses
dimana air menjadi uap. Walaupun diketahui sejumlah faktor
mempengaruhi laju evapotranspirasi, adalah sulit sekali untuk menilai
kepentingan relatif masing-masing faktor (Anonim 2008).

9. Awan
Awan adalah suspensi koloida udara atau aerosol. Selama butir-butir
belum bersatu akan tetap melayang-layang di udara. Ini menyebabkan
awan itu kekal dan tidak terjadi presipitasi. Jika butir-butir cenderung
bersatu hingga lebih besar dan berat maka awan menjadi tidak kekal dan
akan terjadi presipitasi (Daljuni 2006).

Jika udara naik ke atmosfir yang lebih tinggi, udara tersebut akan
mengembang dan mendingin. Seterusnya, udara tersebut makin
mendingin dan tidak dapat lebih lama lagi menampung uap air. Beberapa
uap air berkondensasi pada partikel-partikel di atmosfir dan terbentuklah
titik air. Titik-titik ini mengambang (melayang-layang) di udara. Gerakan
udara ke atas (atau aliran udara) akan menahan turunnya titik-titik air
tersebut. Dan jutaan butir-butiran air yang melayang-layang tersebut satu
dengan lainnya akan membentuk awan (Syaiful 2008)

Pembentukan awan berlaku hampir keseluruhannya pada bagian bawah


atmosfer yang dikenal sebagai troposfer. Awan terbagi menjadu dua
kumpulan besar : yaitu cumulus dan yang berbentuk berlapis-lapis
(stratus). Jadi, bentuk dan warna awan berubah mengikuti kandungan
kelembaban dan kestabilan atmosfer.Penyebaran keawanan hampir sama
dengan penyebaran hujan jadi pada lintang ekuator dimana banyak terjadi
konvergensi horizontal besar, terdapat keawanan maksimum. Tidak sejelas
seperti maksimum hujan di ekuator, sebab daerah tropis lebih banyak awan
konektif atau tipe cumulus. awan-awan tebal ini (Anonim 2008).

Udara selalu mengandung uap air. Uap air meluap menjadi titik-titik air,
maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: 1.
Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena
air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik
tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu
akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak
terhingga banyaknya. 2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir
lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi
semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-
lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik
dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan ini
(Critchfield 2004).

Awan Stratus adalah awan yang berwarna keabu-abuan yang biasanya


menutupi seluruh langit. Kita menyebutnya langit mendung. Awan ini
mirip kabut yang tak mencapai tanah. Terkadang gerimis mengiringi awan
stratus. Awan menghasilkan hujan, namanya adalah nimbo stratus. Bentuk
awan itu berupa gabungan dari jenis-jenis di atas. Cirrus, misalnya bisa
menjadi pertanda badai akan datang, terutama bila awan menebal menjadi
cirro stratus yang menutupi langit (Hermawan 2006).

PERTEMUAN 3

1. Radiasi Surya
Radiasi matahari adalah sinar yang dipancarkan dari matahari kepermukaan
bumi, yang disebabkan oleh adanya emisi bumi dan gas pijar panas matahari.
Radiasi dan sinar matahari dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga
pancarannya yang sampai dipermukaan bumi sangat bervariasi. Penyebabnya
adalah kedudukan matahari yang berubah-ubah, revolusi bumi, dan lain
sebagainya. Walaupun cuaca cerah dan sinar matahari tersedia banyak,
besarnya radiasi supaya tiap harinya selalu berubah-uba

Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka bumi ini.
Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi surya yang
dapat mengaktifkan melekul gas atmosfer sehingga terjadilah pembentukan
cuaca. Iklim adalah keadaan unsur cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif
panjang, dengan unsur-unsur sebagai berikut: radiasi surya, suhu udara,
kelembaban nisbi udara, tekanan udara, angin, curah hujan, evapotranspirasi
dan keawanan.

Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi


keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar
tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya
akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara, kelembaban
nisbi udara, dan lain-lain.

Pengukuran radiasi surya yang sampai dipermukaan bumi di pengaruhi oleh


beberapa faktor, antara lain oleh kedudukan surya terhadap bumi, kebersihan
langit termasuk keawanan dan lokasi titik pengukuran itu sendiri. Radiasi
surya yang diukur adalah jumlah energi radiasi yang sampai di permukaan
bumi dalam bentuk intensitas dan lama peyinaran dalam sehari, sebulan atau
setahun atau untuk periode waktu tertentu yang diinginkan.
2. Intensitas (C3,C4,Dan Am)
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar,
yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan
CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan
tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan
CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum,
kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari
kelompok C3.

Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir
dan produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi. Pada tanaman C3,
enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP ( RuBP merupakan substrat
untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis ) dalam proses awal
assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses
fotorespirasi ( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat
untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari ) .
Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara
CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi
terhambat dan assimilasi akan bertambah besar.

Sebagian besar tanaman pertanian, seperti padi, gandum, kentang, kedelai,


kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
Tanaman pangan yang tumbuh di daerah tropis, terutama gandum, akan
mengalami penurunan hasil yang nyata dengan adanya kenaikan sedikit suhu
karena saat ini gandum dibudidayakan pada kondisi suhu toleransi
maksimum. Negara berkembang akan berada pada posisi sulit untuk
mempertahankan kecukupan pangan.
- Tumbuhan C4 - tumbuhan yang didapati mempunyai 4-karbon asid
organik seperti oxalacetate, malate, dan aspartate.
- Tumbuhan C3 - tumbuhan yang didapati mempunyai sebatian 3-karbon
yang stabil hasil daripada fotosintessis.. RuBP
merupakan penerima karbon diperingkat permulaan. Tumbuhan CAM -
Crassulacean Acid Metabolism. - tumbuh di kawasan gurun, dan mengambil
CO2 di atmosfer dan membentuk sebagian 4-karbon juga. Sifatnya berbeda
kerana stomata tumbuhan ini terbuka diwaktu malam dan tutup waktu siang.
Keadaan ini menghalang air hilang diwaktu siang melalui stomata. CO2
diserap waktu malam dam ditukarkan kepada sebagian 4-karbon asid organik
(malate). Diwaktu siang peroses fotosintesis seperti biasa.

Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman
C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara
CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil
(sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel
epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke
sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem)
dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya
konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat
kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil
and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2,
sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1
sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan
meningkatnya CO2 Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir,
tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan
CO2 yang berlebihan.
 Tanaman C3
Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama
kali terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3, 3-
fosfogliserat. Kebanyakan tumbuhan yang menggunakan fotosintesis C3
disebut tumbuhan C3. Padi, gandum, dan kedelai merupakan contoh-
contoh tumbuhan C3 yang penting dalam pertanian.

 Tanaman C4
Tumbuhan C4 dinamakan demikian karena tumbuhan itu mendahului
siklus Calvin yang menghasilkan asam berkarbon -4 sebagai hasil
pertama fiksasi CO2 dan yang memfiksasi CO2 menjadi APG di sebut
spesies C3, sebagian spesies C4 adalah monokotil (tebu, jagung,
dll)Reaksi dimana CO2 dikonfersi menjadi asam malat atau asam
aspartat adalah melalui penggabugannya dengan fosfoeolpiruvat (PEP)
untuk membentuk oksaloasetat dan Pi. Enzim PEP-karboksilase
ditemukan pada setiap sel tumbuhan yang hidup dan enzim ini yang
berperan dalam memacu fiksasi CO2 pada tumbuhan C4. enzim PEP-
karboksilase terkandung dalam jumlah yang banyak pada daun tumbuhan
C4, pada daun tumbuhan C-3 dan pada akar, buah-buah dan sel – sel
tanpa klorofil lainnya ditemukan suqatu isozim dari PEP-karboksilase.
Reaksi untuk mengkonversi oksaloasetat menjadi malat dirangsang oleh
enzim malat dehidrogenase dengan kebutuhan elektronnya disediakan
oleh NHDPH. Oksaleasetat harus masuk kedalam kloroplas untuk
direduksi menjadi malat.

 Sintesis C4
Pada jenis tumbuhan yang hidup di daerah panas seperti jagung, tebu,
rumput-rumputan, memiliki kebiasaan saat siang hari mereka tidak
membuka stomatanya secara penuh untuk mengurangi kehilangan air
melalui evaporasi/transpirasi. Ini berakibat terjadinya penurunan jumlah
CO2 yang masuk ke stomata. Logikanya hal ini menghambat laju
fotosintesis. Ternyata para tumbuhan ini telah mengembangkan cara yang
cerdas untuk menjaga agar laju fotosintesis tetap normal meskipun
stomata tidak membuka penuh.

Perbedaannya ada pada mekanisme fiksasi CO2. Pada tumbuhan C-4


karbondioksida pertamakali akan diikat oleh senyawa yang disebut PEP
(phosphoenolphyruvate / fosfoenolpiruvat) dengan bantuan enzim PEP
karboksilase dan membentuk oksaloasetat, suatu senyawa 4-C. Itu
sebabnya kelompok tumbuhan ini disebut tumbuhan C-4 atau C-4
pathway. PEP dibentuk dari piruvat dengan bantuan enzim piruvat-fosfat
dikinase. Berbeda dengan rubisco, PEP sangat lemah berikatan dengan
O2. Ini berarti bisa menekan terjadinya fotorespirasi sekaligus mampu
menangkap lebih banyak CO2 sehingga bisa meningkatkan laju produksi
glukosa.

Pengikatan CO2 oleh PEP tersebut berlangsung di sel-sel mesofil (daging


daun). Oksaloasetat yang terbentuk kemudian akan direduksi karena
menerima H+ dari NADH dan berubah menjadi malat, kemudian
ditransfer menuju ke sel seludang pembuluh (bundle sheath cells) melalui
plasmodesmata. Sel-sel seludang pembuluh adalah kelompok sel yang
mengelilingi jaringan pengangkut xilem dan floem.

 Tanaman Cam
Berbeda dengan gerakan stomata yang lazim, stomata tumbuhan CAM
membuka pada malam hari, tetapi menutup pada siang hari. Pada malam
hari jika kondisi udara kurang menguntungkan untuk transpirasi, stomata
tumbuhan CAM membuka, karbon dioksida berdifusi ke dalam daun dan
diikat oleh sistem PEP karboksilase untuk membentuk OAA dan malat.
Malat lalu dipindahkan dari sitoplasma ke vakuola tengah sel-sel mesofil
dan di sana asam ini terkumpul dalam jumlah besar. Sepanjang siang hari
stomata menutup, karena itu berkuranglah kehilangan airnya, dan malat
serta asam organik lain yang terkumpul didekarboksilasi agar ada
persediaan karon dioksida yang langsung akan diikat oleh sel melalui
daur Calvin.Beberapa spesies tumbuhan mempunyai sifat yang berbeda
dengan kebanyakan tumbuhan lainnya, yakni Tumbuhan ini membuka
stomatanya pada malam hari dan menutupnya pada siang hari. Kelompok
tumbuhan ini umumnya adalah tumbuhan jenis sukulen yang tumbuh da
daerah kering. Dengan menutup stomata pada siang hari membantu
tumbuhan ini menghemat air, dapat mengurangi laju transpirasinya,
sehingga lebih mampu beradaptasi pada daerah kering tersebut.Selama
malam hari, ketika stomata tumbuhan itu terbuka, tumbuhan ii
mengambil CO2 dan memasukkannya kedalam berbagai asam organic.
Cara fiksasi karbon ini disebut metabolisme asam krasulase,atau
crassulacean acid metabolism (CAM).

3. Kualitas
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar,
yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Perbedaan tersebut
dapat dilihat pada table di bawah ini.
C3 C4 CAM (crassulacean
acid metabolism)
lebih adaptif pada adaptif di daerah panas adaptif di daerah panas
kondisi kandungan dan kering dan kering
CO2 atmosfer tinggi
enzim yang CO2 diikat oleh PEP Pada malam hari asam
menyatukan CO2 yang malat tinggi, pada siang
dengan RuBP, juga tidak dapat mengikat hari malat
dapat mengikat O2 O2 sehingga tidak rendahLintasan
pada saat yang terjadi kompetisi
bersamaan untuk proses antara CO2 dan O2
fotorespirasi
karbon dioxida masuk tidak mengikat karbon tidak mengikat karbon
ke siklus calvin secara dioksida secara dioksida secara
langsung. langsung langsung
Disebut tumbuhan C3 Sel seludang Umumnya tumbuhan
karena senyawa awal pembuluh berkembang yang beradaptasi pada
yang terbentuk dengan baik dan keadaan kering seperti
berkarbon 3 banyak mengandung kaktus, anggrek dan
(fosfogliserat) kloroplas nenas
Sebagian besar Fotosintesis terjadi di Reduksi karbon melalui
tumbuhan tinggi masuk dalam sel mesofil dan lintasan C4 dan C3
ke dalam kelompok sel seludang pembuluh dalam sel mesofil tetapi
tumbuhan C3 waktunya berbeda
Apabila stomata Pengikatan CO2di Pada malam hari terjadi
menutup akibat stress udara melalui lintasan lintasan C4 pada siang
terjadi peningkatan C4 di sel mesofil dan hari terjadi suklus C3
fotorespirasi pengikata reduksi karbon melalui
n O2 oleh enzim siklus Calvin (siklus
Rubisco C3) di dalam sel
seludang pembuluh
Produk awal reduksi Produk awal reduksi Memiliki daun yang
CO2 (fiksasi CO2) CO2 (fiksasi CO2) cukup tebal sehingga
adalah asam 3- adalah asam laju transpirasinya
fosfogliserat atau PGA oksaloasetat, malat, rendah
dan aspartat ( hasilnya
berupa asam-asam
yang berkarbon C4)
Terdiri atas Reaksinya Stomatanya membuka
sekumpulan reaksi berlangsung di mesofil pada malam hari
kimia yang berlangsung daun, yang terlebih
di dalam stroma dahulu bereaksi
kloroplas yang tidak dengan H2O
membutuhkan eergi membentuk HCO3
dari cahaya mataharai dengan bantuan enzim
secara langsung. karbonik anhidrase
Sumber energi yang Memiliki sel seludang Pati diuraikan melalui
diperlukan berasal dari di samping mesofil proses glikolisis dan
fase terang fotosintesis membentuk PEP
Memerlukan energi Tiap molekul CO2 CO2 yang masuk
sebanyak 3 ATP yang difiksasi setelah bereaksi dengan
memerlukan 2 ATP air seperti pada
tanaman C4 difiksasi
oleh PEP dan diubah
menjadi malat
PGAL yang dihasilkan Tanaman c4 juga Pada siang hari malat
dapat digunakan dalam mengalami siklus berdifusi secara pasif
peristiwa yaitu sebagai calvin seperti peda keluar dari vakuola dan
bahan membangun tanaman C3 dengan mengalami
komponen struktural bantuan enzim dekarboksilasi
sel, untuk pemeliharaan Rubisko
sel dan disimpan dalam
bentuk pati
Melakukan proses yang
sama dengan tanaman
C3 pada siang hari
yaitu daur Calvin
Melakukan proses yang
sama dengan tanaman
C4 pada malam hari
yaitu daur Hatch –
Slack.
Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4 dan CAM adalah pada
reaksi yang terjadi di dalamnya. Yang dimana pada tanaman yang bertipe C3
produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau
PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam
stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai
secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang
fotosintesis. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan
berkelanjutan. Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan
dapat digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun komponen
struktural sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati.
4. Foto Periodisitas=Lama Penyinaran
Tentu saja cahaya matahari berperan sangat penting bagi keberlangsungan
hidup seluruh makhluk hidup salah satunya adalah tumbuhan. Cahaya
Matahari memiliki peran sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan karena terdapat di dalamnya proses fotosintesis dan
fotomorfogenesis. Berikut manfaat cahaya bagi tumbuhan:
a. Fotosintesif
Tumbuhan membuat sendiri makannya dari zat-zat anorganik dan
merubahnya menjadi zat organik serta energi. Proses pembuatan
makanan ini disebut dengan fotosintesis. Sinar Matahari yang mengenai
daun tumbuhan akan diserap oleh klorofil atau pigmen hijau daun dan
rubah menjadi glukosa dan oksigen. Glukosa dan mineral dibutuhkan
tanaman untuk membentuk organ daun, batang, dan juga akar dalam
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Tumbuhan dapat dibedakan
berdasarkan lamanya tumbuhan tersebut mendapatkan sinar matahari
atau fotoperiodisme.
Hal ini dikarenakan daerah di permukaan Bumi memiliki lama
penyinaran Matahri yang berbeda-beda lamanya. Menurut
fotoperiodisme, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan hari pendek,
hari panjang, dan hari netral.
 Tumbuhan Hari Pendek
Tumbuhan hari pendek adalah tumbuhan yang mendapatkan
penyinaran Matahari kurang dari periode gelapnya. Tumbuhan ini
dapat berbunga jika disinari cahaya Matahari kurang dari 11 jam.
Contoh tumbuhan berhari pendek adalah strawberi, ubi jalar, dan
bunga krisan.

 Tumbuhan Hari Panjang


Tumbuhan hari panjang adalah tumbuhan yang mendapatkan
penyinaran Matahari lebih lama dari periode gelapnya yakni diatas
12 jam. Contoh tumbuhan berhari panjang adalah kentang, kol, dan
gandum.
 Tumbuhan Hari Netral
Tumbuhan berhari netral adalah tumbuhan yang tidak bergantung
pada periode penyinaran, namun bergantung pada umur
tumbuhannya sendiri. Contoh tumbuhan berhari panjang adalah
jagung dan tomat yang memiliki periode panen yang tetap pada setia
tahunnya.

b. Fotomorgenensis
Melansir Sciencing, fotomorgenesis adalah fase gelap pada pertumbuhan
tanaman, dimana tanaman tidak memerlukan sinar Matahari untuk
tumbuh. Dilansir Encyclopedia Britannica (1999), pada fotomorgenesis
tanaman akan tumbuh sangat cepat karena adanya fitohormon auksin.
Seperti yang kita ketahui, fitohormon auksin akan memperlambat
pertumbuhan jika terkena sinar Matahari dan akan mempercepat
pertumbuhan jika tidak terkena Matahari. Pada fotomorgenesis tumbuhan
akan tumbuh dengan sangat cepat dan tinggi, namun batangnya akan tipis
dan rapuh juga daunnya akan berwarna pucat. Hal tersebut disebabkan
oleh kekurangan sinar Matahari atau yang disebut dengan etiolasi.

PERTEMUAN 4
1. Faktor Iklim
Pertumbuhan tanaman mencakup macam-macam variasi dan kejadian
kompleks, umumnya termasuk sedikit atau seluruh bagian kehidupan
tanaman. Kenaikan linear, pertambahan berat, kenaikan ukuran, pembelahan
sel dan pembesaran sel, penambahan biomassa dan lain-lain. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan luar dan adalah penyesuaian diri
antara genetik dan lingkungan (Mukherji and Ghosh, 2002).

Banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan dan


pertumbuhan tumbuh-tumbuhan, tanaman, pohon, dll. Apabila faktor tersebut
kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami
dormansi/ dorman yaitu berhenti melakukan aktivitas hidup. Salah satu faktor
yang berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman yaitu faktor iklim (Amanina,
2009).

Iklim merupakan salah satu factor abiotik yang mempengaruhi kehidupan


tumbuhan. Iklim memegang peranan penting dalam penentuan jenis kultivar
tanaman yang dapat dibudidayakandan dalam penentuan hasil akhir.
Keberhasilan produksi tanaman mensyaratkan penggunaan sumber daya
iklim, seperti penyinaran matahari, karbondioksida dan air secara efisien
(Anonim, 2007). Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Apabila tanaman ditanam diluar daerah iklimnya, maka
produktivitasnya seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan (Irwan,
Djamal Zoer’aini. 2012).

Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang
baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajat
selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Suhu optimum
untuk aktivitas metabolisme maksimum berbeda untuk setiap jenis tanaman,
populasi dan individu dari setiap jenis. Bagian tanaman dan juga tingkat
perkembangannya membutuhkan suhu optimum yang berbeda (Manan,
1979). Suhu dan hujan rata-rata bulanan maupun tahunan yang dihubungkan
dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi De-Canddle.
Vegetasi yang hidup secara alami menggambarkan iklim tempat tumbuhnya.
Vegetasi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan hujan efektif
(Soejani. 2007).

Tiap jenis tanaman maupun populasi harus menyesuaikan diri dengan suhu di
lingkungannya. Dalam suatu luasan geografis akan terdapat bertahun-tahun
yang mempunyai kenaikkan atau penurunan suhu diluar batas normal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan mempengaruhi fungsi-fungsi tanaman yang
jelek (Soejani. 2007).

Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta


perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan dimana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta
berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang
lebih cepat. Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat
melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman
kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna
tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar
matahari dapat menghambat proses pertumbuhan (Amanina, 2009).
PERTEMUAN 5

1. Klasifikasi Iklim
a. Iklim Matahari
Dasar perhitungan untuk mengadakan pembagian daerah iklim matahari
ialah banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi.
Menurut teori, makin jauh dari khatulistiwa, makin besar sudut datang
sinar matahari, sehingga makin sedikit jumlah sinar matahariyang
diterima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim matahari
didasarkan pada letak lintang adalah sebagai berikut :
 Daerah Iklim Tropis : 0 derajat LU-23,5 derajat LU dan 0 derajat
LS-23,5 derajat LS
 Daerah Iklim Sedang : 23,5 derajat LU-66,5 derajat Lu dan 23,5
derajat LS-90 derajat LS
 Daerah Iklim Dingin : 66,5 derajat LU-90 derajat LU dan 66,5
derajat LS-90 derajat LS
Pembagian daerah iklim menurut iklim matahari didasarkan 1 teori,
bahwa temperatir udara makin rendah jika letaknya makin jauh dari
khatulistiwa. Maka dari itu, ada ahli yang menyebut iklim matahari
sebagai iklim teoritis. Menurut kenyataanya, temperatur beberapa tempat
menyimpang dari teori tersebut.
b. Iklim Fisis
Iklim fisis adalah iklim yang dipengaruhi alam sekitar. Misalnya,
daratan, lautan, pegunungan , dataran rendah, dataran tinggi, angin, laut,
maupun letak geografis. Berikut adalah pembagian Iklim fisis :
o Iklim Kontinental atau Iklim Darat, iklim ini terjadi di daerah yang
sangat luas, sehingga angin yang terpengaruh terhadap daerah
tersebut adalah angin darat yang kering. Di daerah ini, pada siang
hari terasa panas sekali dan pada malam hari terasa sangat dingin.
Curah hujannya sangat rendah, sehingga kadang-kadang terbentuk
gurun pasir. Misalnya Gobi, Tibet, Arab, Sahara, Kalahari, Australia
Tengah, dan Nevada.
o Iklim Laut, iklim ini terdapat di daerah eropa tropis dan subtropis.
Angin yang berpengaruh terhadap daerah tersebut adalah angin laut
yang lembab. Ciri-ciri iklim laut adalah curah hujan yang rata-rata
tinggi. Suhu tahunan dan harian yang hampir sama, sifatnya banyak
hujan.
o Iklim Dataran Tinggi, iklim ini mengalami perubahan suhu harian
dan tahunan, takanan rendah, sinar matahari terik dan hanya
mengandung sedikit uap air.
o Iklim Pegunungan, iklim initerdapat di daerah pegunungan. Di
daerah pegunungan udaranya sejuk dan hujan sering turun. Hujan
terjadi karena awan yang naik ke lereng pegunungan mengalami
kondensasi sehingga turun hujan. Hujan seperti ini disebut hujan
orografis.

c. Iklim Musim
Letak geografis indonesia yang diapit oleh Benua Asia di sebelah utara
dan Benua Australia di sebelah selatan, menyebabkan di indonesia
terdapat Iklim musim. Iklim musim ini erat kaitannya dengan pola angin
musim di Indonesia. Pada bulan April-Oktober, ketika bertiup angin
musim timur, terjadi musim kemarau. Sebaliknya ketika bertiup angin
musim barat, terjadi musim penghujan.

d. Iklim Menurut Junghuhn


Junghuhn (bangsa Jerman) membuat klasifikasi iklim berdasarkan
ketinggian tempat dan jenis tumbuhan yang cocok di suatu daerah.
Penelitiannya dilakukan di pulau Jawa.
e. Iklim Koppen
Koppen mengadakan pembagian daerah iklim berdasarkan temperaturn
dan hujan. Menurut keadaan temperatur dan curah hujannya, permukaan
dibagi menjadi bebberapa daerah iklim.

Berikut adalah beberapa dampak perubahan iklim global :


o Mencairnya bongkahan es di kutub sehingga permukaan air laut naik.
o Air laut naik dapat menenggelamkan pulau dan menghalangi
mengalirnya air sungai ke laut dan pada akhirnya menimbulkan banjir
di dataran rendah.
o Suhu bumi yang panas menyebabkan mengeringnya air permukaan
sehingga air menjadi langka.
o Meningkatnya resiko kebakaran hutan.
o Mengakibatkan El Nino dan La Nina. El Nino adalah peristiwa
memanasnya suhu permukaan air laut di pantai barat peru –
Ekuador(Amerika selatan) yang mengakibatkan gangguan iklim secara
global. La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah
terjadinya El Nino.

Anda mungkin juga menyukai