PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menyebabkan Masa Orde Baru berakhir?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang sistem dan Struktur Politik dan
Ekonomi pada Masa Reformasi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keadaan politik dan ekonomi pada masa akhir orde baru .
2. Untuk mengetahui perkembangan politik dan ekonomi pada masa reformasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Krisis Moneter, Politik, Hukum, Dan Kepercayaan
Krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, merupakan
permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di Asia,
seperti Malaysia, Filipina, Korea, dan Indonesia. Rupiah yang berada pada posisi nilai
tukar Rp2.500,00/US$ terus mengalami kemerosotan. Situasi ini mendorong Presiden
Soeharto meminta bantuan dari International Monetary Fund (IMF). Persetujuan
bantuan IMF dilakukan pada Oktober 1997 dengan syarat pemerintah Indonesia harus
melakukan pembaruan kebijakan-kebijakan, terutama kebijakan ekonomi. Di antara
syarat-syarat tersebut adalah penghentian subsidi dan penutupan 16 bank swasta.
Namun, usaha ini tidak menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Upaya pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah, melalui Bank
Indonesia dengan melakukan intervensi pasar tidak mampu membendung nilai tukar
rupiah yang terus merosot. Nilai tukar rupiah yang berada di posisi Rp4.000,00/US$
pada Oktober 1997 terus melemah menjadi sekitar Rp1.7.000,00/USS pada bulan
Januari 1998. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan terjadinya pemutusan
hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.
Kondisi ini membuat Presiden Soeharto menerima proposal reformasi IMF
pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter of Intent (Nota
Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan Direktur Pelaksana IMF Michele
Camdesius. Namun, kemudian Presiden Soeharto menyatakan bahwa paket IMF yang
ditandatanganinya membawa Indonesia pada sistem ekonomi liberal. Hal ini
menyiratkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melaksanakan perjanjian IMF
yang berisi 50 butir kesepakatan tersebut. Situasi tarik menarik antara pemerintah dan
IMF itu menyebabkan kri ekonomi semakin memburuk.
Pada saat krisis semakin dalam, muncul ketegangan-ketegangan social dalam
masyarakat. Pada bulan-bulan awal 1998 di sejumlah kota teridi kerusuhan anti-Cina.
Kelompok ini menjadi sasaran kemarahan masyarakat karena mereka mendominasi
perekonomian di Indonesia. Krisis ini pun semakin menjalar dalam bentuk gejolak-
gejolak non ekonomi lainnya yang membawa pengaruh terhadap proses perubahan
selanjutnya.
2
Sementara itu, sesuai dengan hasil Pemilu ke-6 yang diselenggarakan pada
tanggal 29 Mei 1997, Golkar memperoleh suara 74,5 persen, PPP 22,4 persen, dan
PDI 3 persen, Setelah pelaksanaan pemilu tersebut perhatian tercurah pada Sidang
Umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998. Sidang Umum MPR ini akan
memilih presiden dan wakil presiden. Sidang umum tersebut kemudian menetapkan
kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh
kalinya dengan B.J. Habibie sebagai wakil presiden.
Dalam beberapa minggu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai
Presiden RI, kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke
permukaan. Meningkatnya kecaman terhadap Presiden Socharto terus meningkat yang
ditandai lahirnya gerakan mahasiswa sejak awal 1998. Gerakan mahasiswa yang
mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB, Ul dan lain-lain semakin
meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.
Demonstrasi-demonstrasi mahasiswa berskala besar di seluruh Indonesia
melibatkan pula para staf akademis maupun pimpinan universitas. Garis besar
tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu tuntutan
penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok), penghapusan monopoli, kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi kepemimpinan nasional.
Aksi-aksi mahasiswa yang tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah
menyebabkan para mahasiswa di berbagai kota mulai mengadakan aksi hingga keluar
kampus. Maraknya aksi-aksi mahasiswa yang sering berlanjut menjadi bentrokan
dengan aparat kemanan membuat Menhankam/Pangab, Jenderal Wiranto, mencoba
meredamnya dengan menawarkan dialog. Dari dialog tersebut diharapkan komunikasi
antara pemerintah dan masyarakat kembal terbuka. Namun mahasiswa menganggap
bahwa dialog dengan pemerintan tidak efektif karena tuntutan pokok mereka adalah
reformasi politik dan ekonomi pengunduran diri Presiden Socharto, Menurut
mahasiswa, mitra dialog yang paling efektif adalah lembaga kepresidenan dan MPR.
Di tengah maraknya aksi protes mahasiswa dan komponen masyarakat
lainnya, pada tanggal 4 Mei 1998 kebijakan menaikkan harga BBM dan tarif dasar
listrik. Kebijakan yang diambil pemerintah bertentangan dengan tuntutan yang
berkembang saat itu. Sehingga naiknya harga BBM dan tarif dasar listrik semakin
'memicu gerakan massa, karena kebijakan tersebut berdampak pula pada naiknya
biaya angkutan dan harang kebutuhan lainnya.
3
Dalam kondisi negara yang sedang mengalami krisis, Presiden Soeharto, Pada
9 Mei 1998, berangkat ke Kairo (Mesir) untuk menghadiri Konferensi G 15. Di dalam
pesawat menjelang keberangkatannya Presiden Socharto meminta masyarakat tenang
dan memahami kenaikan harga BBM. Selain itu, a menyerukan kepada lawan-lawan
politiknya bahwa pasukan keamanan akan menangani dengan tegas setiap gangguan
yang muncul. Meskipun demikian kerusuhan tetap tidak dapat dipadamkan dan
gelombang protes dari berbagai kalangan komponen masyarakat terus berlangsung.
4
Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang akan
diselenggarakan pada tanggal 20 Mei 1998 direncanakan oleh gerakan mahasiswa
sebagai momen Hari Reformasi Nasional. Namun ledakan kerusuhan terjadi lebih
awal dan di luar dugaan. Pada tanggal 12 Mei 1998 empat mahasiswa Universitas
Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat keamanan saat demonstrasi menuntut
Soeharto mundur. Mereka adalah Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana,
dan Hafidhin Royan. Mereka tertembak ketika ribuan mahasiswa Trisakti dan lainnya
baru memasuki kampusnya setelah melakukan demonstrasi di gedung DPR/MPR.
Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi yang
lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan
di Jakarta dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto mempercepat
kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal Mei 1998 demonstrasi
mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para demonstran mulai menduduki gedung-
gedung pemerintah di pusat dan daerah. Mahasiswa Jakarta menjadikan gedung
DPR/MPR sebagai pusat gerakan yang relatif aman. Ratusan ribu mahasiswa
menduduki gedung rakyal. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut, Mereka
berupaya menemu pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas. Akhirnya,
tanggai 10 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari
jabatannya sebagai presiden.
Untuk mengatasi keadaan, Presiden Socharto menjanjikan akan mempercepat
pemilu. Hal ini dinyatakan setelah Soeharto mengundang heberapa tokoh masyarakat
seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara pada tanggal 19
Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat.
Momentum hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998 rencananya digunakan
tokoh reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di sekitar Tugu Monas.
Akan tetapi, beliau membatalkan rencana apel dan doa bersama karena 80.000 tentara
bersiaga di kawasan tersebut. Di Yogyakarta, Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan
mahasiswa dan rakyat berdemonstrasi. Ketua MPR/DPR Harmoko kembali meminta
Soeharto mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 20 Mei 1998 atau DPR/MPR
akan terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan dengan itu, sebelas menteri Kabinet
Pembangunan VII mengundurkan diri.
Akhirnya, pada pukul 09.00 WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan
pengunduran dirinya. Itulah beberapa peristiwa penting menyangkut gerakan
5
reformasi tahun 1998. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang telah
dipegang selama 32 tahun.
Beliau mengucapkan terima kasih dan mohon maaf kepada seluruh rakyat
Indonesia. Soeharto kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak saat itu berakhirlah era
Orde Baru selama 32 tahun, Indonesia memasuki sebuah era baru yang kemudian
dikenal sebagai Masa Reformasi
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa Orde Baru runtuh atau berakhir setelah 32 tahun yaitu dari tahun 1966
hingga 1998 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dikarenakan :
1. Krisis moneter, yaitu kemerosotannya nilai mata uang rupiah dikarenakan
tarik menariknya kebijakan ekonomi bersama IMF (International Monetary
Fund).
2. Politik, yaitu meningkatnya kecaman terhadap Presiden Soeharto terus
meningkat.
3. Hukum
4. Kepercayaan, yaitu kepercayaan masyarakat semakin menurun karena
naiknya harga BBM dan tarif dasar listik.
5. Tuntutan agenda reformasi, yaitu tuntutannya yaitu “Reformasi atau Mati”.
Dan Pada Akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya dan
meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Kemudian Presiden Soeharto
digantikan oleh Wakil Presiden, yaitu B.J. Habibie. Setelah itu, lahirlah masa
Reformasi.
B. Saran
Maju mundurnya suatu negara tergantung bagaimana pemimpinnya. Maka
dari itu, kepada setiap pemimpin janganlah cuma mementingkan kebutuhan pribadi
dan golongan saja, tapi cobalah berfikir untuk mengambil gagasan yang sifatrıya bisa
merubah dan membuat orang yang dipimpin menjadi lebih maju dan sejahtera serta
bisa menanggulangi dan menjaga agar tidak maraknya Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme sehingga masyarakat kembali percaya pada pemerintah.
7
DAFTAR PUSTAKA