Disusun oleh:
Kelompok 2
Nama:
Abdul Wahab
Adelia Abadi
Muhammad Adam Fauzi
Patmawati
Rafly Setiawan
halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
D. Tujuan Laporan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Krisis Moneter, Politik, Hukum, dan Keprecayaan...................................2
B. Tuntutan dan Agenda Reformasi.................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................3
B. Saran...............................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orde Baru adalah sebutan bagı masa pemerntahan Presiden Soeharto di
Indonenia. Orde Baru menggantikan Orde Lama vang merujuk kepada era
pemerintahan Soekano Salah satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde
lama dan lahunya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negeri yang tidak
kondusif pada masa Orde Lama Terlebih lagi karena adanya peristiwva
pemberontakan G30S PKI Hal in menyebabkan presiden Sockano memberikan
mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di Indonesia
melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar Orde Baru hadır dengan
semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada
masa Orde Lama Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 Dalam jangka
waktu tersebut.ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi
bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di Negara ini Selain itu,
kesenjangan antara rakyat vang kaya dan miskin juga semakın melebar. Sehingga
masa orde baru berakhir dikarenakan marak terjadinya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menyebabkan Masa Orde Baru berakhir?
D. TUJUAN
1. Untuk memenuhi nilai pengetahuan ujian sekolah Mata Pelajaran Sejarah.
2. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya Masa Orde Baru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Krisis Moneter, Politik, Hukum, Dan Kepercayaan
Krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, merupakan
permulaan peristiwa yang mengguncang nilai tukar mata uang negara-negara di
Asia, seperti Malaysia, Filipina, Korea, dan Indonesia. Rupiah yang berada pada
posisi nilai tukar Rp2.500,00/US$ terus mengalami kemerosotan. Situasi ini
mendorong Presiden Soeharto meminta bantuan dari International Monetary Fund
(IMF). Persetujuan bantuan IMF dilakukan pada Oktober 1997 dengan syarat
pemerintah Indonesia harus melakukan pembaruan kebijakan-kebijakan, terutama
kebijakan ekonomi. Di antara syarat-syarat tersebut adalah penghentian subsidi dan
penutupan 16 bank swasta. Namun, usaha ini tidak menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
Upaya pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah, melalui Bank
Indonesia dengan melakukan intervensi pasar tidak mampu membendung nilai tukar
rupiah yang terus merosot. Nilai tukar rupiah yang berada di posisi Rp4.000,00/US$
pada Oktober 1997 terus melemah menjadi sekitar Rp1.7.000,00/USS pada bulan
Januari 1998. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta,
bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menyebabkan
terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.
Kondisi ini membuat Presiden Soeharto menerima proposal reformasi IMF
pada tanggal 15 Januari 1998 dengan ditandatanganinya Letter of Intent (Nota
Kesepakatan) antara Presiden Soeharto dan Direktur Pelaksana IMF Michele
Camdesius. Namun, kemudian Presiden Soeharto menyatakan bahwa paket IMF
yang ditandatanganinya membawa Indonesia pada sistem ekonomi liberal. Hal ini
menyiratkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan melaksanakan perjanjian IMF
yang berisi 50 butir kesepakatan tersebut. Situasi tarik menarik antara pemerintah
dan IMF itu menyebabkan kri ekonomi semakin memburuk.
Pada saat krisis semakin dalam, muncul ketegangan-ketegangan social dalam
masyarakat. Pada bulan-bulan awal 1998 di sejumlah kota teridi kerusuhan anti-
Cina. Kelompok ini menjadi sasaran kemarahan masyarakat karena mereka
mendominasi perekonomian di Indonesia. Krisis ini pun semakin menjalar dalam
bentuk gejolak- gejolak non ekonomi lainnya yang membawa pengaruh terhadap
proses perubahan selanjutnya.
Sementara itu, sesuai dengan hasil Pemilu ke-6 yang diselenggarakan pada
tanggal 29 Mei 1997, Golkar memperoleh suara 74,5 persen, PPP 22,4 persen, dan
PDI 3 persen, Setelah pelaksanaan pemilu tersebut perhatian tercurah pada Sidang
Umum MPR yang dilaksanakan pada Maret 1998. Sidang Umum MPR ini akan
memilih presiden dan wakil presiden. Sidang umum tersebut kemudian menetapkan
kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh
kalinya dengan B.J. Habibie sebagai wakil presiden.
Dalam beberapa minggu setelah terpilihnya kembali Soeharto sebagai
Presiden RI, kekuatan-kekuatan oposisi yang sejak lama dibatasi mulai muncul ke
permukaan. Meningkatnya kecaman terhadap Presiden Socharto terus meningkat yang
ditandai lahirnya gerakan mahasiswa sejak awal 1998. Gerakan mahasiswa yang
mulai mengkristal di kampus-kampus, seperti ITB, Ul dan lain-lain semakin
meningkat intensitasnya sejak terpilihnya Soeharto.
Demonstrasi-demonstrasi mahasiswa berskala besar di seluruh Indonesia
melibatkan pula para staf akademis maupun pimpinan universitas. Garis besar
tuntutan mahasiswa dalam aksi-aksinya di kampus di berbagai kota, yaitu tuntutan
penurunan harga sembako (sembilan bahan pokok), penghapusan monopoli, kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN) serta suksesi kepemimpinan nasional.
Aksi-aksi mahasiswa yang tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah
menyebabkan para mahasiswa di berbagai kota mulai mengadakan aksi hingga
keluar kampus. Maraknya aksi-aksi mahasiswa yang sering berlanjut menjadi
bentrokan dengan aparat kemanan membuat Menhankam/Pangab, Jenderal Wiranto,
mencoba meredamnya dengan menawarkan dialog. Dari dialog tersebut diharapkan
komunikasi
yang muncul. Meskipun demikian kerusuhan tetap tidak dapat dipadamkan dan
gelombang protes dari berbagai kalangan komponen masyarakat terus berlangsung.
melakukan aksi protes melalui kegiatan unjuk rasa pada akhir April 1998. Tuntutan
tersebut menggambarkan Sebuah titik kulminasi dari gerakan aksi protes yang
tumbuh
di lingkungan kampus secara nasional sejak awal tahun 1998. Gerakan ini bertujuan
untuk melakukan tekanan agar pemerintah mengadakan perubahan politik yang
berarti, melalui pelaksanaan reformasi secara total.
Kemunculan gerakan reformasi dilatarbelakangi terjadinya kriwis
multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Gerakan ini pada awalnya hanya
berupa demonstrasi di kampus-kampus besar. Namun mahasiswa akhimya harus
turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan pemerintah. Gerakan
Reformasi
DPR/MPR sebagai pusat gerakan yang relatif aman. Ratusan ribu mahasiswa
menduduki gedung rakyal. Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut,
Mereka
berupaya menemu pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas.
Akhirnya, tanggai 10 Mei 1998 Ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun
dari jabatannya sebagai presiden.
Untuk mengatasi keadaan, Presiden Socharto menjanjikan akan mempercepat
pemilu. Hal ini dinyatakan setelah Soeharto mengundang heberapa tokoh
masyarakat seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke Istana Negara
pada tanggal 19 Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini tidak mendapat sambutan rakyat.